1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
Inisiasi 8 new k3
1. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Keselamatan Kerja
Keselamatan merujuk kepada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang. Tujuan
utama program keselamatan kerja yang efektif di organisasi adalah mencegah kecelakaan
dan cedera yang terkait dengan tempat kerja. Tempat kerja menurut Husni (2001), adalah
setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:
1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial.
2. Adanya sumber bahaya.
3. Adanya tenaga kerja yang berkerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun
sewaktu-waktu.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 tentang sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja, dinyatakan bahwa sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (Sistem Manajemen K3) adalah bagian dari manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Sistem ini
digunakan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja demi
tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sedangkan tempat kerja
menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja tersebut adalah setiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, di
udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Di Indonesia, pengaturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah dimulai semenjak
Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu dengan dikeluarkannya Ordonantie Nomor 647 Tahun
2. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 2
1925 tentang pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada waktu malam hari dan
Ordonantie Nomor 87 Tahun 1926 tentang pekerjaan anak dan orang muda di kapal. Selain
itu Pemerintah Hindia Belanda juga meratifikasi beberapa konvensi organisasi buruh
internasional (ILO), yaitu:
1. Konvensi Nomor 4 tentang pekerjaan wanita pada malam hari;
2. Konvensi Nomor 5 tentang usia terendah bagi anak untuk dapat bekerja di perusahan
perindustrian;
3. Konvensi Nomor 7 tentang usia terendah bagi anak untuk bekerja di kapal; dan
4. Konvensi Nomor 15 tentang usia terendah bagi orang muda untuk dapat bekerja
sebagai tukang api atau tukang batu bara.
Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersifat tidak menyeluruh, karena hanya berlaku
di beberapa tempat dan golongan, sehingga menimbulkan pluralisme hukum.
Setelah kemerdekaan RI, pada pemerintahan Republik Indonesia Serikat, pemerintah
mengeluarkan UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang kerja yang berlaku hanya di ibukota RIS,
yaitu Yogyakarta. Dan setelah Indonesia kembali ke dalam bentuk Negara Kesatuan, UU
tersebut diberlakukan untuk seluruh wilayah Republik Indonesia (RI) sebagai Undang
Undang Pokok yang memuat aturan dasar tentang pekerjaan anak; pekerjan orang muda;
pekerjaan wanita; waktu kerja; istirahat dan tempat kerja serta perumahan bagi buruh.
Selanjutnya, pada Tahun 1970, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. Dan untuk melaksanakan UU No 1 Tahun 1970 tersebut
pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksanaan, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja No
05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat
Sistem Manajemen K3. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
3. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 3
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan selalu terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Program manajemen keselamatan kerja yang efektif terdiri atas:
1. Tanggung jawab dan komitmen perusahaan.
2. Kebijakan dan disiplin keselamatan kerja.
3. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja.
4. Komite keselamatan kerja.
5. Inspeksi, penyelidikan kecelakaan kerja, dan riset.
6. Evaluasi terhadap usaha-usaha keselamatan kerja.
Cara Mengukur Keselamatan Kerja
Ada dua metode pengukuran keselamatan organisasi yang telah diterima secara meluas dan
telah digunakan dalam rangka pengkajian kasus kecelakaan di tempat kerja di Indonesia.
Pertama, tingkat kekerapan (Frequency Rate). Tingkat kekerapan digunakan untuk
menunjukkan seberapa sering kejadian yang menyebabkan karyawan luka atau cacat . Luka
atau cacat karyawan tersebut menyebabkan seseorang tidak dapat masuk kerja satu hari
atau lebih setelah terjadinya kecelakaan kerja. Kedua, tingkat keparahan menunjukkan
seberapa parah suatu peristiwa kecelakaan kerja, yaitu dengan menghitung lamanya waktu
karyawan menderita luka-luka sehingga tidak dapat masuk bekerja. Rumus untuk
menghitung tingkat kekerapan dan tingkat keparahan adalah sebagai berikut.
Tingkat kekerapan = Jumlah kecelakaan kerja x 1.000.000
Jumlah jam kerja pekerja setahun
Tingkat keparahan = Jumlah hari hilang x 1.000.000
Jumlah jam kerja pekerja setahun
4. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 4
Tinggi tingkat kekerapan ataupun keparahan tersebut baru bermakna jika dibandingkan
dengan hal yang sama yang terjadi pada departemen atau divisi lain dalam suatu organisasi
untuk tahun sebelumnya, atau dibandingkan dengan organisasi yang berbeda. Melalui
pembandingan tersebut, maka prestasi keselamatan kerja suatu departemen atau organisasi
dapat dievaluasi dengan baik.
Saudara mahasiswa yang budiman. Inti dari suatu program keselamatan kerja organisasional
adalah pencegahan terhadap kecelakaan kerja. Jadi, sebagian besar program keselamatan
kerja dirancang untuk mempertahankan suatu sikap keselamatan kerja dan menghindari
kecelakaan kerja agar tetap berada dalam benak setiap karyawan. Di samping itu, program
lain dapat juga digunakan terutama untuk membuat karyawan lebih sadar terhadap
pentingnya keselamatan kerja. Menurut Byars dan Rue (1997), saat ini ada empat elemen
dasar yang paling sukses dalam program keselamatan kerja, yaitu:
1. Program harus mendapat dukungan yang tulus baik dari manajemen puncak maupun
manajemen menengah.
2. Harus dinyatakan secara jelas bahwa keselamatan kerja menjadi tanggung jawab
manajer operasi. Seluruh manajer operasi harus menganggap bahwa keselamatan kerja
menjadi bagian integral dalam tugas mereka.
3. Sikap positif terhadap keselamatan kerja harus ada dan terpelihara. Semua karyawan
harus percaya bahwa program keselamatan kerja adalah bermanfaat dan membuahkan
hasil.
4. Setiap orang atau departemen harus menguasai program keselamatan kerja dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja dapat didefinisikan sebagai bebas dari penyakit. Lingkungan kerja seringkali
dapat menyebabkan penyakit. Adanya risiko kesehatan seperti risiko fisik maupun biologis,
5. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 5
racun, bahan kimia, dan debu yang menyebabkan kanker dan kondisi kerja yang penuh stres
menempatkan karyawan pada risiko kesehatan di tempat kerja.
Definisi lain kesehatan kerja adalah kondisi fisik, mental dan sosial yang sejahtera
(Ivancevich, 1992). Titik berat dari definisi ini adalah pada hubungan antara badan, pikiran
dan pola sosial. Contoh, karyawan yang kompeten, tetapi selalu merasa tertekan (stres) dan
memiliki kepercayaan diri yang rendah, sama saja kondisinya dengan kondisi orang yang
terluka atau sakit, sehingga tidak produktif. Oleh karena itu, manajer harus menyadari
bahwa mereka perlu menaruh perhatian pada kesehatan umum karyawan termasuk
kesehatan jiwanya. Mereka harus menyelenggarakan program-program yang dapat
membantu meningkatkan kesehatan karyawan, baik kesehatan badan maupun jiwa. Ada dua
program yang dapat diselenggarakan oleh suatu organisasi, yaitu program kesehatan
preventif dan manajemen stres.
Program perawatan kesehatan preventif mancakup pengeluaran untuk membangun fasilitas
yang mambantu perawatan mandiri karyawan secara lebih baik (Ivancevich, 1992). Program
preventif atau pendekatan sehat (wellness approach), memberikan dorongan kepada
karyawan untuk membuat perubahan gaya hidup pada saat itu juga melalui pemberian gizi
yang lebih baik, program olahraga secara teratur, tidak merokok dan minum alkohol,
bimbingan stres dan pemeriksaan fisik secara teratur setahun sekali.
Enam langkah perubahan perilaku, yaitu kesadaran, pendidikan, insentif, program, tindakan
secara mandiri dan tindak lanjut serta dukungan. Setiap pekerja dibuat sadar melalui
perkiraan biaya kesehatan, yaitu merupakan evaluasi secara statistik mengenai risiko
kesehatan karyawan secara individual. Program penyadaran karyawan tersebut termasuk
berbagai saran untuk mengurangi risiko dan perubahan perilaku agar dapat hidup lebih lama
dan lebih sehat.
6. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 6
Pendekatan preventif tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan, terutama jika
pendekatan tersebut diadopsi tanpa benar-benar memahami adanya tuntutan terhadap
komitmen manajer dan komunikasi antara pekerja dan manajer. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa program preventif bukanlah program yang secara instan akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan, tetapi program tersebut akan memberikan manfaat
perusahaan dalam jangka panjang.
Saudara mahasiswa yang budiman. Bahwa kesehatan karyawan adalah meliputi kesehatan
fisik, mental dan sosial. Menurut Miner dan Crane (1995), kesehatan emosional atau
psikologis adalah stres, yaitu kondisi internal individu yang mempersepsikan adanya
ancaman terhadap kesejahteraan jasmani dan rohaninya. Pengertian stres tersebut
menekankan suatu persepsi dan evaluasi seseorang tentang stimuli berbahaya yang
potensial, dan menganggap persepsi ancaman tersebut akan muncul dari suatu
perbandingan antara tuntutan yang dibebankan atas individu dan kemampuan individu
untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Program manajemen stres mepunyai hubungan yang erat dengan program kesehatan fisik
karyawan. Menurut Miner dan Crane (1995), program tersebut dapat direncanakan dan
ditawarkan di rumah dengan ditangani oleh seorang konsultan. Termasuk dalam program ini
adalah prosedur pengendoran otot melalui berbagai macam cara seperti, meditasi, belajar
bagaimana merekayasa lingkungan seseorang untuk mengurangi stres melalui pendekatan
seperti manajemen waktu, dan mejadi lebih tegas dalam berpendirian, belajar keahlian
dalam meminimalkan stres dalam suatu kondisi, atau mengurangi kecenderungan seseorang
membesar-besarkan hal-hal yang dapat menyebabkan stres.
Banyak perusahaan pada saat ini menyediakan program manajemen stres yang berfokus
pada teknik relaksasi. Inovasi yang paling akhir adalah mengenalkan komputerisasi program
manajemen stres yang memungkinkan karyawan melakukan sendiri program tersebut.
7. Inisiasi 8
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Halaman : 7
Program ini relatif mahal, di samping program manajemen stres, perusahaan dapat
menawarkan apa yang disebut dengan dukungan sosial.
Dukungan sosial dari atasan, teman sekerja, keluarga dan teman dapat menolong tingkat
stres seseorang, karena karyawan yang bersangkutan merasa bahwa orang lain siap
membantunya, sehingga dia tidak merasa sendirian sepanjang waktu. Intinya, seseorang
merasa lebih baik dan kuat karena tantangan dapat dihadapi bersama-sama. Dukungan
emosional merupakan bagian dari suatu proses dukungan sosial dimana pekerja dapat
menyandarkan diri kepadanya, pekerja merasa mendapatkan dorongan, dan pekerja merasa
ada seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya atau kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya. Dukungan bersifat informasi juga dapat diberikan. Pihak lain dapat
memberikan pengetahuan tertentu untuk menanggulangi stres dan untuk menghadapi
ketidakpastian. Meskipun secara formal perusahaan jarang menggunakan dukungan sosial
sebagai program untuk mengurangi stres, secara informal supervisor dan teman sekerja
harus melakukannya setiap hari.
=============================================
Daftar Pustaka:
Byars, L. L dan Rue, L. W.1997. Human Resource Mana-gement. Fifth Edition. Chicago:
IRWIN.
Ivancevich, John M., Robert Konopaske, dan Michael T.Mattesson. 2008. Organizational
Behavior and Management. New York: McGraw-Hill.
Miner, J.B. dan Crane, D.P. 1995. Human Resource Management: The Strategic Perspective.
New York: HarperCollins College Publisher.