Dokumen tersebut membahas tentang materi pembangunan desa berbasis data SDGs yang mencakup tujuan pembelajaran seperti memahami konsep SDGs Desa, mampu melakukan analisis data SDGs Desa, dan merumuskan strategi aksi berdasarkan prioritas. Metode pembelajarannya meliputi tutorial, diskusi kelompok, dan simulasi kerja kelompok dengan indikator capaian seperti hasil analisis data dan skema strategi aksi SDGs Desa.
2. Tujuan Pembelajaran
Memahami konsep, metode, dan indikator SDGs Desa
Mampu melakukan verifikasi dan uji validasi data SDGs Desa
Mampu membaca data SDGs Desa pada dashboard SDGs Desa
Mampu melakukan analisis data SDGs Desa secara kualitatif
Mampu meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat Desa dalam perencanaan pembangunan
Desa berbasis data SDGs Desa dan Indeks Desa Membangun (IDM)
Mampu merumuskan strategi aksi SDGs Desa melalui mekanisme penentuan prioritas
Pembangunan Desa berdasarkan data SDGs Desa dan Indeks Desa Membangun (IDM)
Metode Pembelajaran
Tutorial (ceramah).
Diskusi kelompok.
Curah pendapat.
Simulasi/kerja kelompok
Waktu (Jam Pelajaran): 5 Jam Pelajaran (5 X 45 menit)
3. Indikator Capaian
Tersusunnya hasil analisis dan pembacaan hasil data SDGs Desa dari masing-
masing Desa peserta (PD-PLD)
Tersusunnya skema rancangan strategi aksi SDGs Desa dalam perencanaan
pembangunan di Desa
Skema rancangan fasilitasi partisipasi masyarakat dalam siklus Pembangunan
Desa berbasis data SDGs Desa.
Skema rancangan strategi penggunaan data SDGs Desa dalam menentukan
prioritas tujuan peningkatan kualitas Pembangunan Desa
4. Pertanyaan Reflektif
• Apa artinya data dan seberapa penting dalam
pembangunan desa?
• Bagaimana data diperoleh dalam konteks Pembangunan
Desa Partisipatif?
• Bagaimana praktik pembangunan desa yang terjadi saat ini?
5. Sharing dan Refleksi
• Bagaimana Proses Pendataan SDGs Desa didesa dampingan Anda?
• Jelaskan Kendala dan Kesulitan yang ditemui selama proses pendataan.
• Sejauh mana progres penginputan data SDGs Desa didesa Anda?
• Apakah hasil pendataan dijadikan rujukan dalam proses perencanaan pembangunan
didesa anda?
7. • Angka capaian dalam persen (%)
• Jika mendekati atau =100 berarti pencapaian
tujuan (goals) baik/bagus
• Sebaliknya jika rendah atau menjauh berarti
ada indikator tujuan (goals) yang perlu
diperbaiki/ditingkatkan.
• Jika N/A berarti data belum tersedia (belum
diinput) segera selesaikan penginputan data.
Hasil DownloadSkorSDGsDesa padaFiturCapaianSDGsDesa
8. • Skor 65.15 diperoleh dari total skor nilai per
indikator yang terisi, dibagi dengan jumlah
indikator yang ada. Khusus bagi indikator yang
masih N/A tidak dihitung menjadi pembagi
nilai. Pada contoh kasus diatas
perhitungannya adalah 456.05/7 = 65.15
• Pada indikator 1 diketahui bahwa masih
terdapat 7 warga Desa yang diklasifikasikan
sebagai miskin ekstrem. Hal tersebut
menyebabkan perolehan skor dari indikator
“Tingkat Kemiskinan Desa mencapai 0%”
memperoleh skor sebesar 36,63 dari skor 100.
Pada indikator ini, semakin banyak jumlah jiwa
yang terdapat pada data eksisting, akan
semakin memperkecil skor yang akan
diperoleh. Sebaliknya, jika semakin sedikit
jumlah jiwa yang terdapat pada data eksisting
akan memperbesar perolehan skor pada
indikator ini.
• Kemudian pada indikator 3 “Persentase warga
Desa peserta Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) bidang Kesehatan mencapai 100%”
memperoleh skor 83,33 dari 100. Hal tersebut
dikarenakan masih terdapat 5 warga Desa
yang terdata belum menjadi peserta SJSN
bidang Kesehatan.
9. • Pada indikator 1 tujuan SDGs Desa 2 “prevalensi kurang gizi, kurus, stunting, anemia turun menjadi 0%” sudah
mencapai skor 100. Artinya Desa tersebut tidak memiliki kasus kurang gizi, kurus, stunting dan anemia.
• Pada indikator 2 memperoleh skor 0. Artinya pada indikator “prevalensi bayi mendapat ASI ekslusif mencapai 100%” di
Desa tersebut tidak ada satupun bayi yang mendapatkan ASI ekslusif. Data tersebut terlihat janggal, kemungkinan
perlu ada pemutakhiran data yang akan berdampak signifikan pada perolehan skor SDGs Desa Tujuan ke 2 ini.
• Pada indikator 3 memperoleh skor 0. Artinya desa tersebut tidak memiliki kawasan pertanian pangan yang
berkelanjutan.
• Skor 0 pada 2 indikator diatas membuat total skor pada tujuan SDGs Desa ke 2 ini menjadi rendah yaitu 33.33 dari
100.
10. • Pada indikator 1 tujuan SDGs Desa 3 memperoleh skor
35,52 dari 100. Hal tersebut diketahui terjadi karena
berdasarkan data eksisting hanya terdapat 1.503
penduduk Desa yang telah memiliki kepesertaan BPJS
dari jumlah total penduduk dalam satu Desa. Pada
indikator ini, semakin tinggi warga Desa yang tercatat
sebagai peserta BPJS maka akan semakin membuat
perolehan skor menjadi tinggi. Sebaliknya, semakin
sedikit penduduk Desa yang tercatat menjadi peserta
BPJS maka akan semakin membuat perolehan skor
menjadi rendah. Dengan demikian, indikator ini
membagi jumlah penduduk desa yang menjadi peserta
BPJS dengan jumlah total penduduk dalam satu Desa
yang seharusnya mendapatkan BPJS.
• Sementara pada indikator “Tidak terpenuhinya
kebutuhan pelayanan Kesehatan mencapai 0%”
memperoleh skor 10,34 dari 100. Hal tersebut diketahui
dapat terjadi karena masih terdapat 260 warga Desa
yang kebutuhan pelayanan kesehatannya tidak
terpenuhi.
• Pada indikator prevalensi HIV, TBC, tekanan darah
tinggi, obesitas, narkoba mencapai 0% memperoleh
skor 99,72 dari 100. Hal tersebut diketahui karena
masih terdapat 12 jiwa penduduk desa yang tercatat
memiliki penyakit prevalensi HIV, TBC, tekanan darah
tinggi, obesitas, narkoba.
11. • Indikator dengan perolehan skor terendah adalah “Tersedianya Taman Bacaan
Masyarakat atau Perpustakaan” dengan nilai 14,29. Hal tersebut diketahui terjadi karena
Desa contoh diatas hanya memiliki 1 Taman Bacaan Masyarakat atau perpustakaan.
Sementara perolehan skor tertinggi terdapat pada indikator “Akses anak ke SMP/MTs
berakreditasi minimal B mencapai 100%” dengan perolehan skor 99,61 dari 100. Hal
tersebut diketahui dapat terjadi karena Desa contoh diatas memiliki akses yang baik
terhadap pelayanan Pendidikan dari tingkat SD, SMP, dan SMA maupun Pesantren.
• Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang
pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan
tersebut. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang
bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Sedangkan Angka
Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada suatu kelompok tertentu
yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. APM selalu lebih
rendah dibanding APK karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama.
• APM digunakan untuk menunjukkan seberapa besar penduduk yang bersekolah tepat
waktu, atau menunjukkan seberapa besar penduduk yang bersekolah dengan umur
yang sesuai dengan ketentuan kelompok usia sekolah di jenjang pendidikan yang
sedang ditempuh. Sementara APK digunakan untuk menunjukkan berapa besar
umumnya tingkat partisipasi penduduk pada suatu tingkat Pendidikan serta untuk
menunjukkan berapa besar kapasitas sistem pendidikan dapat menampung siswa dari
kelompok usia sekolah tertentu. Selain itu, APK dapat digunakan sebagai indikator
pelengkap dari indikator Angka Partisipasi Murni (APM), sehingga dapat ditunjukkan
besarnya penduduk yang bersekolah pada suatu jenjang namun usianya belum
mencukupi atau bahkan melebihi dari usia sekolah yang seharusnya.
12. • Pada indikator 1 dari 2 tujuan SDGs Desa ke 5 ini memperoleh skor 100. Hal tersebut diketahui karena tidak ada catatan
kasus kekerasan terhadap anak perempuan di Desa tersebut.
• Pada indikator ke 2 juga diketahui memperoleh skor 100 karena median atau nilai tengah rata-rata usia kawin pertama di
Desa tersebut diatas 18 tahun.
• Sementara indikator “APK SMA/SMK/MA/Sederajat mencapai 100%” memperoleh skor 51.43 dari 100. Perlu diketahui bahwa
satu indikator dimungkinkan untuk dipakai dalam satu atau lebih Tujuan SDGs Desa, tergantung pada konsep perumusannya.
Dalam contoh diatas, tujuan SDGs Desa ke 4 indikator ke 7, sama dengan tujuan SDGs Desa ke 5 indikator ke 3.
13. Contoh dari Tujuan SDGs Desa 6 diatas menunjukan perolehan skor 69,83. Skor tersebut diperoleh
berdasarkan perhitungan sistem (AI) menggunakan rumus-rumus tertentu yang datanya bersumber dari
kuesioner pendataan SDGs Desa yang telah input kedalam Sistem Informasi Desa (SID).
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa indikator dengan skor terendah adalah “keluarga dan
industri pengguna fasilitas air limbah dan lumpur tinja mencapai 100%” dengan skor 2,13 dari 100.
Diketahui bahwa hanya terdapat 27 keluarga pengguna fasilitas air limbah dan lumpur tinja.
14. • Perolehan skor pada indikator tujuan SDGs Desa ke 7 ini adalah 99,92 dari 100. Skor tersebut diperoleh dari total
skor nilai per indikator yang terisi, dibagi dengan jumlah indikator yang ada. Khusus bagi indikator yang masih N/A
tidak dihitung menjadi pembagi nilai. Pada contoh kasus diatas perhitungannya adalah 299,76/3 = 99,92
• Pada indikator 1 tujuan SDGs Desa ke 7 ini memperoleh skor 100. Jika data ini benar, maka artinya di Desa tersebut
seluruh keluarga di Des aini merupakan pengguna listrik dan mengkonsumsi listrik > 1.200 KwH/Kapita
• Pada indikator 2 tujuan SDGs Desa ke 7 ini memperoleh skor 99,76 dari 100. Hal tersebut diketahui karena masih
terdapat 3 kaluarga yang belum menggunakan gas atau sampah kayu untuk memasak.
15. Contoh dari Tujuan SDGs Desa 8 diatas menunjukan perolehan skor 26,05. Skor tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan
sistem (AI) menggunakan rumus-rumus tertentu yang datanya bersumber dari kuesioner pendataan SDGs Desa yang telah input
kedalam Sistem Informasi Desa (SID). Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa indikator “Angkatan kerja baru yang dilatih
mencapai 100%” hanya memperoleh skor 4,9 dari 100. Diketahui hal tersebut terjadi karena hanya terdapat 43 Jiwa Angkatan
Kerja yang tercatat dilatih. Kemudian pada indikator “pekerja sektor formal minimal 51%” memperoleh skor 13,91 dari 100.
Berdasarkan data eksisting, dapat diketahui bahwa hanya terdapat 82 Jiwa dari total penduduk Desa x yang bekerja dalam sektor
formal. Selanjutnya pada indikator “tingkat pengangguran terbuka mencapai 0%” memeperoleh skor 56,83 dari 100 yang artinya,
jika dilihat dari data eksisting diketahui bahwa masih terdapat 878 Jiwa yang masuk dalam kategori pengangguran terbuka.
16. Contoh dari Tujuan SDGs Desa 9 diatas menunjukan perolehan skor 35,39. Skor tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan
sistem (AI) menggunakan rumus-rumus tertentu yang datanya bersumber dari kuesioner pendataan SDGs Desa yang telah input
kedalam Sistem Informasi Desa (SID). Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 2 dari 3 indikator yang tidak ada
datanya. Sementara pada indikator “jalan kondisi baik mencapai 100%” memperoleh skor 35,39 dengan keberadaan jalan yang
masuk dalam kategori baik sepanjang 614 Kilometer.
17. Contoh dari Tujuan SDGs Desa 10 diatas menunjukan perolehan skor 47,26. Skor tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan
sistem (AI) menggunakan rumus-rumus tertentu yang datanya bersumber dari kuesioner pendataan SDGs Desa yang telah input
kedalam Sistem Informasi Desa (SID). Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa indikator “indeks kebebasan sipil
mencapai skor 100%” sudah mendapat skor maksimal. Sementara indikator “koefisien Gini Desa dibawah 0,200” memperoleh skor
20,1. Dan untuk indikator “jumlah pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan mencapai 100%” memperoleh skor 21,68 dengan data
eksisting 251 jiwa.
18. Contoh dari Tujuan SDGs Desa 11
diatas menunjukan perolehan skor
38,76. Skor tersebut diperoleh
berdasarkan perhitungan sistem (AI)
menggunakan rumus-rumus tertentu
yang datanya bersumber dari
kuesioner pendataan SDGs Desa
yang telah input kedalam Sistem
Informasi Desa (SID). Berdasarkan
tabel diatas, dapat diketahui bahwa
terdpat 2 indikator yang memperoleh
skor 0. Selain itu skor 38,76
diperoleh dari perhitungan total nilai
capaian (232,58) dibagi dengan
jumlah indikator (6) dengan rincian
perolehan masing-masing indikator
seperti dalam tabel diatas.
19.
20. Contoh dari Tujuan SDGs Desa 16
diatas menunjukan perolehan skor
86,05. Skor tersebut diperoleh
berdasarkan perhitungan sistem (AI)
menggunakan rumus-rumus tertentu
yang datanya bersumber dari
kuesioner pendataan SDGs Desa
yang telah input kedalam Sistem
Informasi Desa (SID). Berdasarkan
tabel diatas, dapat diketahui bahwa
terdpat 2 indikator yang memperoleh
skor 0. Selain itu skor 38,76 diperoleh
dari perhitungan total nilai capaian
(232,58) dibagi dengan jumlah
indikator (6) dengan rincian
perolehan masing-masing indikator
seperti dalam tabel diatas.
21. Skor 16,87 diperoleh dari total skor nilai per indikator yang terisi, dibagi dengan jumlah indikator yang ada. Khusus bagi indikator yang
masih N/A tidak dihitung menjadi pembagi nilai. Pada contoh kasus diatas perhitungannya adalah 33,74/2 = 16,87
Pada indikator 1 tujuan SDGs Desa ke 18 memperoleh skor 19,45 dari 100. Hal tersebut diketahui karena berdasarkan data eksisting
diatas hanya terdapat 598 jiwa penduduk desa yang menyatakan terdapat kegiatan tolong menolong yang didasarkan pada ajaran
agama. Hal tersebut terlihat ganjil, karena jika diartikan data tersebut berarti menyatakan bahwa kegiatan tolong menolong di Desa
sangat rendah. Seharusnya indikator ini bisa memperoleh skor yang tinggi.
Pada indikator 2 tujuan SDGs Desa ke 18 memperoleh skor 14,29 dari 100. Hal tersebut diketahui terjadi karena berdasarkan data
eksisting hanya terdapat 1 RT yang budaya yang dilestarikan Desa dan Lembaga adat nya aktif.
23. PETAJALAN SDGs Desa -> Rekomendasi Program
Perbedaan antara file excel analisis rekomendasi ini dengan file skor SDGs Desa adalah, jika pada file analisis rekomendasi indikator
yang telah mencapai skor maksimal atau 100 dan indikator yang tidak ada datanya atau N/A tidak muncul pada file ini. Sementara pada file skor
SDGs Desa seluruh indikator beserta perolehan skornya juga turut muncul, seperti 0 maupun N/A. Singkatnya, analisis rekomendasi hanya
memunculkan indikator yang dirasa perlu untuk ditingkatkan. Selain itu, file ini juga memuat target capaian yang harus dicapai sampai dengan
tahun 2030, termasuk prakiraan biaya dan sumber pendanaannya. Lalu apa langkah selanjutnya setelah dilakukan pembacaan dan analisis
terhadap hasil SDGs Desa? dan Bagaimana caranya menjadikan data tersebut sebagai basis perencanaan pembangunan di Desa?
24.
25.
26.
27.
28. DISKUSI KELOMPOK
AKTIFITAS PROYEK PERUBAHAN
• Buatlah narasi kualitatif dan kuantitatif berdasarkan hasil analisa SDGs Desa dengan
kerangka berfikir sebagai berikut:
30. KONSEP SDGs Desa
Bayangkan jika ada warga Desa bertanya kepada anda “Apa itu SDGs Desa? dan Untuk apa pendataan SDGs
Desa ini dilakukan?”
• Buku SGDs Desa dan Permendes PDTT No.21 Tahun 2020
“SDGs Desa adalah upaya terpadu Pembangunan Desa untuk percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. SDGs
Desa merupakan upaya terpadu yang dihadirkan sebagai alternatif aksi percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
di tingkat Desa”.
• Urgensi SDGs Desa bagi warga Desa:
• Sebagai instrument Perencanaan Pembangunan Desa agar tepat sasaran karena didasarkan pada Data dan Kondisi Riil
masyarakat Desa. Umumnya, rencana pembangunan yang tidak didasarkan pada data yang akurat akan menghasilkan
pembangunan yang tidak tepat sasaran.
• Sebagai sarana untuk membangun kesadaran kritis masyarakat Desa untuk turut serta berpartisipasi dalam setiap tahapan proses
perencanaan pembangunan di Desa.
• Sebagai salah satu proses demokratisasi di Desa dan proses pembelajaran serta pendewasaan bagi masyarakat Desa melalui
kepemilikan dan pemanfaatan Data Desa.
• Urgensi SDGs Desa bagi TPP:
• Sebagai alat utama untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di Desa
• Urgensi SDGs Desa bagi Pemerintah Pusat:
• Sebagai Basis perumusan Kebijakan
31. MEMBUMIKAN SDGs Desa
• Membumikan diskursus SDGs Desa menjadi isu atau pembahasan sehari-hari bagi masyarakat
Desa bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut sangat diperlukan guna memastikan bahwa terjadi
kalibrasi dan pengurangan gap pengetahuan antara Desa dan Negara.
• SDGs Desa bukanlah kebutuhan “pusat” semata, lebih dari itu, SDGs Desa justru sengaja
dicetuskan sebagai salah satu instrumen pembangunan di Desa agar Desa mampu
mengakselerasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa melalui kepemilikan dan
pemanfaatan data yang sangat presisi (By Name by Address).
32. • Proses pendataan dan pemutakhiran Data SDGs Desa bukanlah “tugas yang terakhir” bagi para
pendamping desa melainkan “tugas pembuka”. Setelah Desa memiliki data SDGs Desa, hal
utama yang terpenting adalah bagaimana mengakomodir Data tersebut kedalam proses
perencanaan pembangunan yang ada di Desa. Urgensi dari proses pendataan memang akan
selalu berkaitan dengan efektifitas dan reabilitas data itu sendiri, sementara Pemutakhiran data
merupakan ruang untuk dapat meningkatkan kedua hal tersebut.
• Meski demikian, Data SDGs Desa tidak akan memiliki arti apa-apa jika tidak dapat dimanfaatkan
dengan baik. Untuk itu, tugas utama dari pendamping Desa adalah untuk membuat Desa
memanfaatkan Data SGDs Desa yang dimiliki untuk dituangkan dalam berbagai kebijakan di Desa
dan mengawal praktik pelaksanaannya sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat Desa. Kedua hal tersebutlah yang kiranya menjadi marwah utama dari para
Pendamping Desa.
33. Setelah melakukan pengamatan pada dashboard SDGs Desa dengan melihat 18 Tujuan SDGs Desa dengan masing-
masing indikator di dalamnya, maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan:
• Verifikasi data lebih lanjut untuk dapat meningkatkan akurasi data pada dashboard SDGs Desa. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan verifikasi ulang perolehan skor indikator pada masing-masing tujuan SDGs Desa yang terdapat
pada dashboard SDGs Desa. Hal ini dapat diketahui misalnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan kritis-reflektif
seperti; apakah responden sudah dengan benar menangkap maksud pertanyaan dari enumerator ketika dilakukan
pendataan SDGs Desa? Apakah mungkin terdapat bias pertanyaan dari enumerator yang menyebabkan responden
mengartikan hal berbeda dengan maksud dan tujuan pertanyaan yang diajukan saat dilakukan pendataan?
• Analisa lanjutan yang lebih bersifat kualitatif agar dapat menjadikan SDGs Desa sebagai basis perencanaan
pembangunan Desa berbasis SDGs Desa. Seperti dapat dilihat diatas bahwa data kuantitatif yang terdapat pada
dashboard SDGs Desa tetap memerlukan konteksnya dan hal itu hanya dapat dilakukan apabila terdapat analisis yang
bersifat kualitatif terhadap data tersebut. Dengan demikian, PD-PLD perlu untuk melakukan objektifikasi hasil SDGs
Desa dengan cara melakukan pengujian sederhana yaitu dengan membandingkan skor indikator SDGs Desa dengan
kesesuaian kondisi riil di Desa karena membaca dashboard SDGs Desa tidak sama dengan membaca kondisi Riil
Desa. Selain itu, sebagai pendamping Desa yang telah bertugas mendampingi Desa dan Pemerintah Desa yang sudah
berjalan kurang-lebih 7 tahun, dapat diasumsikan bahwa PD-PLD tentu saja sedikit banyaknya mengetahui tentang
kondisi umum Desa-Desa dampingannya. Dengan melakukan perbandingan antara perolehan skor pada dashboard
SDGs Desa dengan kondisi riil Desa maka validasi datanya akan teruji dengan akurat.
• Setelah melakukan pembacaan dan veriifikasi dan uji validasi data, selanjutnya PD-PLD perlu membawa hasil analisis
tersebut untuk disampaikan dalam Musdes. Pada saat musdes PD-PLD perlu memberikan konteks dan urgensi
perencanaan pembangunan Desa yang berbasis SDGs Desa agar dapat terakomodir dalam dokumen perencanaan
pembangunan Desa dan dilaksanakan oleh Desa.