Dokumen tersebut membahas upaya merumuskan strategi pencapaian Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Wonosobo. Terdapat analisis tingkat ketercapaian 215 indikator TPB di Wonosobo, dengan hasil 36% tercapai, 18% tidak tercapai, 38% tidak ada data, dan 8% bukan kewenangan. Dibahas pula permasalahan dan arahan kebijakan untuk indikator-indikator yang belum tercapai.
2. Latar Belakang
• Kondisi pembangunan lingkungan hidup yang perlu berkembang
namun terbatasi sumber daya lingkungan
• Perlunya menjamin terakomodasinya prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan
• Perlunya mengevaluasi pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan dan mengakomodasi perkembangannya dalam rencana
pembangunan
3. Tujuan KLHS RPJMD
Tujuan Penyusunan KLHS RPJMD adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis sistematis, menyeluruh, dan partisipatif yang
menjadi dasar untuk mengintegrasikan tujuan pembangunan
berkelanjutan ke dalam dokumen RPJMD;
2. Sebagai instrumen untuk menerapkan prinsip berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan dalam penyusunan RPJMD;
3. Memanfaatkan hasil KLHS RPJMD dalam penyusunan dokumen
RPJMD.
4. KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
(KLHS)
Sumber: Pasal 1 angka 10 UU 32/2009
adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program
5.
6. Tujuan
Pembangunan
Berkelanjutan
Pilar Sosial
1. Tanpa Kemiskinan
2. Tanpa Kelaparan
3. Kehidupan Sehat & Sejahtera
4. Pendidikan Berkualitas
5. Kesetaraan Gender
Pilar Lingkungan
6. Air Bersih & Sanitasi Layak
11. Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab
13. Penanganan Perubahan Iklim
14. Ekosistem Lautan
15. Ekosistem Daratan
Pilar Ekonomi
7. Energi Bersih & Terjangkau
8. Pekerjaan Layak & Pertumbuhan Ekonomi
9. Industri, Inovasi, & Infrastruktur
10. Berkurangnya Kesenjangan
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Pilar Hukum & Tata
Kelola
16. Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
LINGKUNGAN
EKONOMI
SOSIAL
9. HASIL AKHIR KLHS RPJMD?
Rekap kondisi
pencapaian Tujuan
Pembangunan
Berkelanjutan
Untuk melihat posisi
dan menentukan
Langkah pencapaian
TPB
Penjelasan tiap-tiap target
TPB
https://bit.ly/Metadata
TPB
10. HASIL AKHIR KLHS RPJMD?
Skenario pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang wujud akhirnya berbasis
program/kegiatan/indikator kegiatan baik
oleh pemerintah maupun oleh non-pemerintah
11. Tingkat Ketercapaian
Indikator TPB
• Terdapat 215 indicator yang
tercatat bisa diaplikasikan di
Kabupaten Wonosobo
• Indikator ini diperiksa
ketercapaiannya,
ketersediaan data untuk
menentukan tingkat capaian,
maupun kewenangan
No Indikator Jumlah
1 Tercapai 77
2 Tidak Tercapai 38
3 Tidak ada data 82
4 Bukan Kewenangan 18
Total 215
Tercapai
36%
Tidak Tercapai
18%
Tidak ada Data
38%
Bukan
Kewenangan
8%
Tingkat Ketercapaian Indikator TPB
12. What to do?
• Indikator yang sudah tercapai berarti performa sudah baik dan bisa
melakukan business as usual dengan menjaga performa dan
memperhatikan kualitas dan kinerja lingkungan untuk mencegah degradasi
• Indikator yang tidak tercapai memerlukan evaluasi dalam pelaksanaan
pencapaiannya dan memerlukan strategi dalam pencapaian indicator
tersebut hingga tenggat masa SDGs berakhir
• Indikator yang tidak ada data belum bisa distrategikan sehingga yang
mungkin adalah penyediaan data (salah satunya melalui mainstreaming
indikator TPB/SDGs dalam penyusunan Renstra/RPJM)
• Indikator yang bukan kewenangan dikoordinasikan dengan tingkatan
pemerintah yang memiliki kewenangan
13. Indikator yang belum tercapai
No Indikator Target
1 PDRB Per Kapita Meningkat jadi
50 juta
2 Jumlah Penduduk Miskin ( 2
indicator)
7-8%
3 Rumah Tangga Miskin yang
penerangan dari utama dari
listrik
100%
4 Proporsi pengeluaran utama
anggaran pemerintah yang
disetujui
Meningkat
5 IRBI Menurun
menjadi 30%
6 DesTaNa yg terbentuk Meningkat
7 Total pendapatan pemerintah
sebagai proporsi PDRB menurut
sumber
Meningkat
No Indikator Target
8 Rasio penerimaan pajak
terhadap PDRB
Di atas 12%
9 Proprosi Anggaran domestik
yang didanai oleh pajak
domestik
Meningkat
10 APM SMP 82.2%
11 APK SD 114,09%
12 APK SMP 106.94%
13 Rata-rata lama sekolah 8,8 tahun
14 Persentase merokok pada umur
< 18 tahun
Menurun
menjadi 5,4%
15 Proporsi peserta SJSN
Kesehatan
Meningkat 95%
16 Angka Kematian Neonatal Menurun
14. Indikator yang belum tercapai
No Indikator Target
17 Jumlah eliminasi kusta seluruh wilayah
18 Unmet need pelayanan
Kesehatan
Menurun
menjadi 9,91%
19 Cakupan JKN Meningkat 95%
20 Ketersediaan obat dan vaksin di
puskesmas
Meningkat
21 Jumlah rumah tangga penerima
bantuan tunai / PKH
Menurun
22 PPH 92,5
23 Jumlah Wisatawan Manca Meningkat
24 Peserta PROPER yang mencapai
minimal ranking biru
Meningkat
25 Jumlah limbah B3 yang terkelola Meningkat
26 Rumah Tangga dengan akses
sanitasi layak (2 indicator)
100%
No Indikator Target
27 Sampah perkotaan tertangani Di atas 80%
28 Proporsi Anggaran domestik
yang didanai oleh pajak
domestik
Meningkat
29 Jumlah IPLT Meningkat
30 ASFR / Angka kelahiran pada
perempuan 15-19 th (2 indktr)
Menurun
menjadi 38
31 Median usia kawin perempuan
25-49 th
Meningkat
menjadi 21th
32 Perempuan di Kursi parlemen Meningkat
33 Perempuan di posisi managerial Meningkat
34 Rumah tangga dengan akses
minum layak
100 %
35 Proporsi penduduk korban
kejahatan kekerasan
Menurun
15. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
PDRB per kapita. 1. Kesenjangan desa-kota
2. belum tereksplornya pembangunan dari kacamata
tingkat kesenjangan
3. perlunya penegakan UMR
1. Peningkatan hubungan industrial yang baik
2. pengembangan dan pemerataan pusat kegiatan untuk
meningkatkan kesempatan kerja
3. pendataan indeks kesenjangan secara tabular dan spasial
Persentase penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan
nasional, menurut jenis kelamin
dan kelompok umur.
1. Belum tercapainya penanganan permasalahan-
permasalahan lain yang menjadi akar kemiskinan
2. terdapat 8 area prioritas penanggulangan
kemiskinan sebagai list permasalahan penyebab
kemiskinan
3. perlunya koordinasi kepedulian dan
komperhensivitas dalam penanggulangan kemiskinan
1. Peningkatan kesempatan kerja
2. peningkatan kualitas pekerjaan
3. peningkatan partisipasi pendidikan
4. pemerataan pusat kegiatan
5. pengembangan strategi / kebijakan berbasis kesenjangan
spasial
6. peningkatan koordinasi dan komperhensivitas antar pihak
dalam pengentasan kemiskinan
7. pelibatan dan penguatan masyarakat terutama yang memiliki
kesempatan lebih untuk berperan dalam pengentasan
kemiskinan
16. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Persentase rumah tangga
miskin dan rentan yang
sumber penerangan
utamanya listrik baik dari
PLN dan bukan PLN.
1. Rekayasa penggunaan listrik gratis (pinjam
nama utk listrik gratis)
2. ada kendala subsidi bantuan listrik ESDM
Provinsi yang harus langsung satu kelompok
1. Aplikasi penyediaan listrik untuk rumah tangga miskin
berbasis BNBA di data DTKS
Persentase penduduk yang
hidup di bawah garis
kemiskinan nasional,
menurut jenis kelamin dan
kelompok umur.
1. Belum tercapainya penanganan
permasalahan-permasalahan lain yang menjadi
akar kemiskinan
2. terdapat 8 area prioritas penanggulangan
kemiskinan sebagai list permasalahan
penyebab kemiskinan
3. perlunya koordinasi kepedulian dan
komperhensivitas dalam penanggulangan
kemiskinan
1. Peningkatan kesempatan kerja
2. peningkatan kualitas pekerjaan
3. peningkatan partisipasi pendidikan
4. pemerataan pusat kegiatan
5. pengembangan strategi / kebijakan berbasis
kesenjangan spasial
6. peningkatan koordinasi dan komperhensivitas antar
pihak dalam pengentasan kemiskinan
7. pelibatan dan penguatan masyarakat terutama yang
memiliki kesempatan lebih untuk berperan dalam
17. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Indeks Risiko Bencana
Indonesia (IRBI).
Perlunya peningkatan kesadaran aktif
kelompok masyarakat yang tinggal di
kawasan bencana untuk melindungi diri
dari bencana (baik berupa relokasi
maupun peningkatan kapasitas /
ketahanan terhadap bencana)
1. Pengembangan Destana
2. sosialisasi RPB
3. pertimbangan disinsentif bagi warga yang
berada di kawasan rawan bencana
Jumlah desa tangguh
bencana yang terbentuk.
(menunggu kepastian data)
18. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Angka Partisipasi Murni (APM)
SMP/MTs/sederajat.
1. Perbaikan budaya untuk dapat mau
melanjutkan sekolah dibandingkan dengan
bekerja
2. perlunya ada pemerataan pusat kegiatan untuk
dapat lebih lanjut menarik masyarakat ke dalam
lapangan kerja yang mensyaratkan pendidikan
minimal SMA / sederajat
1. Peningkatan minat sekolah pada anak dan orang tua
2. pemerataan pusat kegiatan dalam rangka meningkatkan
lapangan pekerjaan
Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD/MI/sederajat.
Angka sudah baik, upaya selanjutnya adalah
pendataan lebih rinci terkait murid yang umurnya
di atas dan di bawah kelompok umur usia SD
Pendataan murid yang bersekolah di luar usia sekolah
Angka Partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs/sederajat.
1. Perbaikan budaya untuk dapat mau
melanjutkan sekolah dibandingkan dengan
bekerja
2. perlunya ada pemerataan pusat kegiatan untuk
dapat lebih lanjut menarik masyarakat ke dalam
lapangan kerja yang mensyaratkan pendidikan
minimal SMA / sederajat
1. Peningkatan minat sekolah pada anak dan orang tua
2. pemerataan pusat kegiatan dalam rangka meningkatkan
lapangan pekerjaan
19. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Rata-rata lama sekolah
penduduk umur ≥15 tahun.
1. Perbaikan budaya untuk dapat mau
melanjutkan sekolah dibandingkan dengan
bekerja
2. perlunya ada pemerataan pusat kegiatan
untuk dapat lebih lanjut menarik masyarakat ke
dalam lapangan kerja yang mensyaratkan
pendidikan minimal SMA / sederajat
1. Peningkatan minat sekolah pada anak dan orang tua
2. pemerataan pusat kegiatan dalam rangka
meningkatkan lapangan pekerjaan
Persentase merokok pada
penduduk umur ≤18 tahun.
1. Adanya budaya merokok pada orang tua
yang berpotensi ditirukan anak
2. Belum adanya pembatasan
penjualan/distribusi rokok pada usia di bawah
18 tahun
1. Gerakan Anti Merokok
2. Penetapan Kawasan Bebas Rokok dan ruang khusus
merokok
20. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Proporsi peserta jaminan
kesehatan melalui SJSN
Bidang Kesehatan.
1. Permasalahan data kemiskinan yang
belum menjadi dasar PBI oleh pusat
2. Belum adanya pemahaman masyarakat
terkait manfaat kolektif premi pembayaran
jaminan kesehatan
1. Pemutakhiran data PBI
2. Sosialisasi manfaat kolektif jaminan kesehatan
Angka Kematian Neonatal
(AKN) per 1000 kelahiran
hidup.
1. Perlunya pendampingan dan pendidikan
lebih lanjut terkait perawatan neonatal dan
kesehatan ibu hamil
2. peningkatan fasilitas PONED dan
PONEK
1. Inisiasi gerakan peduli ibu dan anak
2. peningkatan fasilitas kesehatan yang memiliki
PONEK dan PONED
Jumlah kecamatan
dengan eliminasi Kusta.
(data sedang diproses kembali)
21. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Unmet need pelayanan
kesehatan.
Potensi keengganan untuk berobat terkait
dengan biaya berobat dan biaya transport
1. Peningkatan kesejahteraan
2. pemerataan fasilitas kesehatan
3. gerakan Desa Tanggap Berobat
4. pemutakhiran data penerima Jaminan
Kesehatan,
Persentase ketersediaan
obat dan vaksin di
Puskesmas.
Terjadi penurunan dari angka 100%
sehingga diasumsikan ada permasalahan
dari sisi logistik
Jumlah rumah tangga
yang mendapatkan
bantuan tunai
bersyarat/Program
Keluarga Harapan.
Terdapat peningkatan pada 2017-2018
diperkirakan karena adanya perbaikan
data masyarakat yang tergolong dalam
penerima bantuan tunai bersyarat / PKH.
Upaya penurunan angka PKH sudah
semakin baik.
1. Pemutakhiran data kepesertaan PKH
2. pengembangan KUBE untuk membantu keluarga
PKH lulus dari program PKH
3. pemberian insentif untuk keluarga yang lepas
dari PKH
22. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Kualitas konsumsi pangan
yang diindikasikan oleh skor
Pola Pangan Harapan (PPH)
mencapai; dan tingkat
konsumsi ikan.
Tren dalam pengupayaan PPH sudah semakin
baik, berbagai upaya sudah dilaksanakan dan
variasi jenis pangan sudah disosialisasikan,
sehingga untuk indikator ini lebih pada BAU
Program pemanfaatan pekarangan untuk sumber bahan
pangan
Jumlah wisatawan
mancanegara.
Belum ada upaya segmentasi / penetapan
target pasar wisatawan mancanegara sehingga
upaya untuk spesifik mengundang wisatawan
mancanegara belum maksimal
Pengembangan masterplan pariwisata yang sudah
melakukan segmentasi terhadap calon wisatawan
Jumlah peserta PROPER
yang mencapai minimal
ranking BIRU
Jumlah industri yang wajib PROPER sudah
maksimal (100%), upaya berikutnya adalah
mengajak industri kecil menengah untuk mulai
memikirkan mengenai PROPER, salah satunya
melalui pengembangan insentif
Pengembangan insentif bagi industri kecil menengah
yang mau berpartisipasi pada Pra PROPER
23. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Jumlah limbah B3 yang
terkelola dan proporsi limbah
B3 yang diolah sesuai
peraturan perundangan
(sektor industri).
1. Belum ada upaya pemilahn limbah B3 yang
dihasilkan oleh rumah tangga dan usaha
2. angka besaran pada tahun sebelumnya
volatile karena besaran buangan limbah B3
memang tidak konstan
1. Sosialisasi pengelolaan limbah B3 domestik
2. pensyaratan pengelolaan limbah B3 pada sistem
perijinan
3. penyusunan standar teknis pemanfaatan ruang yang
mengatur mengenai B3
Persentase rumah tangga
yang memiliki akses
terhadap layanan sanitasi
layak dan berkelanjutan.
- Akan dimaksimalkan untuk dibantu
penyelesainnya oleh desa yang diikuti dengan
peningkatan kapasitas pengelolaan sanitasi
supaya terjadi keberlanjutan.
- Berbeda-bedanya kondisi kawasan
mengakibatkan penanganan penyediaan
sanitasi memerlukan langkah yang berbeda-
beda.
1. Pengembangan SPALD Komunal
2. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan
sanitasi
24. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Persentase sampah
perkotaan yang tertangani.
1. Permasalahan delineasi perkotaan yang
akan ditangani persampahannya
2. terbatasnya TPA
3. upaya pemilahan sampah yang belum diikuti
dengan kapasitas SDM (baik pengetahuan
ataupun motivasi),
4. perlunya mainstreaming pengelolaan
persampahan
1. Perbaikan sistem dalam penanganan persampahan
2. peningkatan kapasitas dan pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan persampahan
3. Pengarus utamaan pengelolaan persampahan
4. Pengembangan circular economy
Jumlah wilayah yang
ditingkatkan kualitas
pengelolaan lumpur tinja
perkotaan dan dilakukan
pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT).
IPLT baru satu dan sudah bermasalah karena
terkena bencana longsor dari TPA, sedang
diupayakan pengembangan baru, perlu ada
pertimbangan pengembangan IPLT selain di
Wonorejo
1. Pengembangan IPLT baru
2. peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan
sanitasi
25. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Angka kelahiran pada
perempuan umur 15-19
tahun (Age Specific Fertility
Rate/ASFR).
1. Perkawinan anak
2. kurang bervariasinya lapangan pekerjaan
3. kemampuan ekonomi yang terbatas
4. kurangnya fasilitasi aktualisasi diri
1. Sosialisasi Perbup Strategi Penanggulangan
Perkawinan Usia Anak
2. Peningkatan Angka Partisipasi Sekolah pada tingkat
SMP (dan SMA)
Median usia kawin pertama
perempuan pernah kawin
umur 25-49 tahun.
1. Perkawinan anak
2. kurang bervariasinya lapangan pekerjaan
3. kemampuan ekonomi yang terbatas
4. kurangnya fasilitasi aktualisasi diri
1. Sosialisasi Perbup Strategi Penanggulangan
Perkawinan Usia Anak
2. Peningkatan Angka Partisipasi Sekolah pada tingkat
SMP (dan SMA)
26. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam
pencapaian TPB
Indikator Simpulan Permasalahan Gambaran Arah Kebijakan
Proporsi kursi yang diduduki
perempuan di parlemen
tingkat daerah
Pemahaman responsif gender dan pendidikan
politik pada perempuan yang belum berhasil
1. Pendidikan responsif gender
2. pengembangan role model responsif gender
Proporsi perempuan yang
berada di posisi managerial.
Pemahaman responsif gender dan pendidikan
politik pada perempuan yang belum berhasil
1. Pendidikan responsif gender
2. pengembangan role model responsif gender
Persentase rumah tangga
yang memiliki akses
terhadap layanan sumber air
minum layak.
1. Ketersediaan CAT
2. pengusahaan air yang terbatasi topografi
3. kebutuhan akan sistem lokal / komunal
1. Pengembangan SPAMDes / SPAM Komunal /
PAMSIMAS
2. pembatasan penetapan lokasi sebagai kawasan
peruntukan permukiman jika bermasalah pada supply air
baku setempat
Proporsi penduduk yang
menjadi korban kejahatan
kekerasan dalam 12 bulan
terakhir.
Perlunya upaya aktif dalam memastikan
kesehatan mental warga
1. Pengarus utamaan kesehatan jiwa / mental
2. peningkatan kerukunan masyarakat
27. Diagram Permasalahan Pencapaian TPB
Kemiskinan
Tingkat Pendidikan
(APM, APK, RLS)
Pendapatan (PDRB
per kapita)
Ketidak merataan
pendapatan
Terganjal akibat pemenuhan
kebutuhan dasar
Kesehatan dan Sarpras
Lingkugnan Kerawanan Bencana (IRBI,
Destana)
Keberlanjutan
Lingkungan
Legitimasi Pemerintah
(proporsi PAD thd PDRB,
realisasi APBD)
Layanan
Kesehatan
Sanitasi
Kelembagaan
Pemerintah
Kemitraan dan
Ketaaan
terhadap Perda
Sosial Budaya dan KB
(Median usia kawin,
ASFR)
Keberpihakan
pada Masyarakat
Kepedulian Terhadap
Lingkungan
Jaminan
kesehatan
Didukung
Kolaborasi
Pemerintah,
Swasta dan
Masyarakat
28. Strategi Penanganan
• Incremental: menyelesaikan ranting masalah untuk secara bertahap
menyelesaikan akar masalah
• Sistemik: Mengkaitkan antar komponen pohon masalah untuk
menyelesaikan masalah secara sistem
• Kolaboratif: Melakukan proses pemberdayaan masyarakat dan penguatan
kapasitas (empowerment) melalui gotong royong berbasis kepedulian
• Mengutamakan keberlanjutan / sustainability kondisi lingkungan hidup
seperti apa?
29. Kajian Muatan
Kajian Muatan adalah serangkaian kajian yang memperhitungkan enam
elemen Lingkungan Hidup yang penting untuk dipertimbangkan dalam
upaya mencapai pembangunan berkelanjutan, meliputi:
1. Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup
2. Dampak dan Resiko Lingkungan Hidup
3. Kinerja Jasa Ekosistem
4. Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
5. Intensitas dan Tingkat Adapatsi Perubahan Iklim
6. Keanekaragaman Hayati
30. Kapasitas daya dukung daya tampung
KEMAMPUAN LAHAN
29%
38%
14%
8%
11%
0%
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI
Kelas kemampuan lahan
Intensitas dan macam penggunaan meningkat
Cagar
alam
Hutan
Penggembalaan Pertanian
Terbat
as
Sedang Intensif
Terbat
as
Sedan
g
Intens
if
Sangat
intensi
f
Hambatan
meningkat
dan pilihan
pengguna
an lahan
berkurang
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
31. Perkiraan Dampak dan
Resiko Lingkungan Hidup
LAHAN KRITIS
34%
7%
53%
6%
Persentase Klasifikasi Lahan Kritis
Agak Kritis Kritis Potensial Kritis Tidak Kritis
32. Perkiraan Dampak Dan
Resiko Lingkungan Hidup
RAWAN BENCANA
Ancaman
Rangking Paling
Sering terjadi
Rangking Paling
Berdampak
Tanah longsor 1 III
Gas beracun 5 II
Banjir 6 V
Erupsi Gunungapi 7 I
Kebakaran Hutan dan Lahan 3 VI
Kekeringan 4 VII
Puttng Beliung 2 IV
33. Kinerja Jasa Ekosistem
• Hasil laut, pangan dari hutan (tanaman dan
hewan), hasil pertanian & perkebunan untuk
pangan, hasil peternakan.
23%
5%
20%
45%
7%
Penyediaan Pangan
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
34. Kinerja Jasa Ekosistem
Penyediaan air dari tanah (termasuk
kapasitas penyimpanannya), penyediaan
air dari sumber permukaan
46%
10%
4%
28%
12%
Penyediaan Air Bersih
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
35. Kinerja Jasa Ekosistem
kemampuan dan kesesuaian lahan yang
tinggi sehingga memberikan dukungan
kehidupan baik secara sosial, ekonomi
maupun budaya
42%
41%
0%
17%
0%
Budaya Ruang Hidup
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi
Sedang Tinggi
36. Efisiensi Pemanfaatan SDA
Kemampuan ekosistem dalam memberikan
manfaat kepada manusia dalam
menyediakan sumberdaya genetik.
Sumberdaya genetik tersebut dapat berupa
keanekaragam flora dan fauna.
3%
8%
2%
36%
51%
Penyediaan Sumberdaya Genetik
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
37. Efisiensi
Pemanfaatan SDA
Ekosistem memberikan jasa produksi
primer berupa produksi oksigen dan
penyediaan habitat spesies
5%
8%
2%
48%
37%
Pendukung Produksi Primer
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
38. Adaptasi terhadap
Perubahan Iklim
Pengaturan suhu, kelembaban dan
hujan, pengendalian gas rumah kaca &
karbon
17%
1%
6%
30%
46%
Pengaturan Iklim
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
39. Tingkat Ketahanan Dan
Potensi Keanekaragaman
Hayati
Ekosistem telah memberikan jasa
keanekaragaman hayati (biodiversity)
di antara makhluk hidup dari semua
sumber,
25%
14%
2%
46%
13%
Pendukung Biodiversitas
Rendah Sangat Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi
40. Apakah Upaya Pencapaian TPB sudah sesuai
dengan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas?
• Pada Konsultasi Publik, telah
dilakukan pengumpulan isu
pembangunan
berkelanjutan
• Isu ini telah disarikan dan
dikelompokkan dalam 10
kelompok isu Pembangunan
Berkelanjutan seperti yang
tertuang di bagian kanan
1. Permasalahan Tata Kota
2. Permasalahan pelayanan pemerintahan
3. Tingginya angka kemiskinan
4. Alih fungsi lahan
5. Pertanian yang kurang ramah lingkungan
6. Terbatasnya dukungan UMKM
7. Kerusakan lingkungan
8. Menurunnya kualitas dan kuantitas air
9. Permasalahan pengolahan limbah, sampah
dan sanitasi
10.Belum termanfaatkannya potensi energi
11.Kerawanan bencana
12.Kemitraan antar daerah
41. Perbandingan Isu KLHS RPJMD dengan Isu KLHS RTRW
No KLHS RTRW KLHS RPJMD
1 Maraknya kegiatan pertambangan di lereng gunung dan sungai Kerusakan lingkungan, Alih Fungsi Lahan
2 Tingginya angka kemiskinan Tingginya angka kemiskinan
3 Aktivitas pertanian yang tidak memperhatikan kaidah konservasi Pertanian yang kurang ramah lingkungan
4 Intensitas banjir limpasan semakin meningkat Kerusakan lingkungan, Kerawanan Bencana, Alih Fungsi Lahan
5 Menurunnya kualitas dan kuantitas air Menurunnya kualitas dan kuantitas air
6
Kawasan budidaya berada di kawasan rawan bencana
Kerawanan bencana
7 Pengelolaan sampah belum optimal Permasalahan pengolahan limbah, sampah dan sanitasi
8
Pengembangan pariwisata berkelanjutan belum optimal Terbatasnya dukungan pengembangan ekonomi kecil
menengah, Permasalahan Pelayanan Pemerintahan
9 Semrawutnya tata kota pusat pertumbuhan Permasalahan Tata Kota
10 Ketimpangan kawasan perdesaan dan perkotaan Kemitraan antar daerah
11 Sarana dan prasarana transportasi yang kurang memadai -
12 - Belum termanfaatkannya potensi energi
46. Keterkaitan dengan Isu COVID-19
Indikator TPB yang akan terhambat oleh isu COVID-19
• PDRB Per Kapita
• Kemiskinan
• Proporsi pendapatan pemerintah dan Pajak terhadap PDRB
• Rumah tangga yang mendapat bantuan tunai bersyarat / PKH
• Jumlah Wisatawan Mancanegara
• Persentase sampah perkotaan
47. Keterkaitan dengan Isu COVID-19
Indikator TPB yang akan terdukung oleh isu COVID-19
• Peserta Jaminan Kesehatan
• Unmet Need Pelayanan Kesehatan
• Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
48. Agenda Acara Hari Ini
• Pengumpulan masukan terhadap penggalian permasalahan dan
gambaran arah kebijakan (alternatif)
• Penyepakatan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas pasca
Konsultasi Publik I (terkait perbedaan isu dengan indikator TPB)
• Penyepakatan dampak COVID-19 terhadap pencapaian indikator TPB