SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
1
1. SISTEM KOORDINAT
a. Posisi Titik terhadap R dan 𝑅2
R disebut dimensi satu dan berupa sebuah garis. Sebuah titik yang terletak di R
dapat bergerak ke kiri maupun ke kanan. Namun bagaimanapun titik tersebut bergerak,
mereka tidak dapat bergereak layaknya gerak pada dimensi lain, yaitu ke atas dan ke
bawah. Posisi setiap titik pada R adalah selalu bilangan riil. Sebenarnya, R berasal dari
dimensi nol. Dimensi nol adalah titik. Dimensi ini disebut dimensi nol karena pada
sistem ini titik tidak dapat bergerak ke manapun. Mungkin satu-satunya pilihan yang
ada bagi titik tersebut adalah ada dan tidak ada seperti berkedip.
Selanjutnya, apabila kita menarik sebuah garis maka kita akan mendapatkan satu
dimensi sebagaimana dimaksud. Perhatikan gambar di bawah! Itu adalah salah satu
contoh sebuah titik pada R.
0 1 2 3 4 5 6
Jika kita misalkan titik tersebut dengan P1 maka posisi P1 pada R adalah 1.
Berbeda dengan dimensi satu, titik yang terletak pada dimensi dua dapat bergerak
tidak hanya ke kanan dan ke kiri namun juga ke atas dan ke bawah. Untuk menentukan
posisi sebuah titik pada R2 kita harus menggambar dua garis tegak lurus pada sebuah
bidang, satu horizontal dan lainnya vertikal. Kedua aris tersebut disebut sumbu-x dan
sumbu-y.
Posisi titik yang terletak pada bidang tersebut dituliskan sebagai pasangan
bilangan berurutan yang diletakkan di dalam tanda kurung. Sebagai contoh, A adalah
sebuah titik (2,3). Bilangan pertama (2) menunjukkan sumbu-x dan disebut koordinat-x
dari titik tersebut. Bilangan kedua (3) menunjukkan sumbu-y dan disebut koordinat-y
dari titik tersebut.
Urutan penulisan letak titik pada R2 terbilang penting. Koordinat-x selalu
dituliskan terlebih dahulu. Alasannya karena pada alfabet huruf β€œx” terletak lebih
dahulu dari huruf β€œy”. Titik dimana kedua sumbunya saling berpotongan disebut titik
asal. Titik asal biasanya dilambangkan dengan huruf O. Koordinat titik asal adalah
(0,0).
P1
2
b. Jarak Dua Titik Sembarang pada R dan 𝑅2
Sebuah garis adalah dimensi satu yang dibatasi oleh dua titik dari garis. Untuk
menentukan jarak antara dua titik pada R, kita dapat menggunakan rumus berikut:
d
0
Dalil : Jarak antara dua buah titik pada garis itu sama dengan harga mutlaknya
selisih kedua absis titik-titik itu.
c. Sedangkan untuk menentukan jarak antara dua titik pada R2 kita bisa menggunakan
Teorema Phytagoras, dengan begitu kita bisa memperoleh rumus untuk menentukan
jarak (𝑑) antara dua titik pada koordinat bidang (𝑅2
). Perhatikan gambar berikut!
Jika kita misalkan titik P = (π‘₯1, 𝑦1) dan R = (π‘₯2, 𝑦2), maka garis yang melintas
melalui kedua titik tersebut adalah sisi miring sebuah segitiga siku-siku dengan
panjang alas | π‘₯1 βˆ’ π‘₯2| dan tinggi | 𝑦1 βˆ’ 𝑦2|. Apabila kita refleksikan ke dalam
Teorema Phytagoras maka:
𝑑2
= | π‘₯1 βˆ’ π‘₯2|2
+ | 𝑦1 βˆ’ 𝑦2|2
𝑑2
= ( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2
+ ( 𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2
A
Posisi titik A adalah (3,5) karena titik
tersebut terletak tiga satuan pada sumbu-
x dan 5 satuan pada sumbu-y.
3
5
(3,5)
π‘₯1
π‘₯2
𝑑 = |π‘₯2 βˆ’ π‘₯1|
d
3
𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + ( 𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2
Jadi, 𝑑 = √( 𝒙 𝟏 βˆ’ 𝒙 𝟐)2 + ( π’š 𝟏 βˆ’ π’š 𝟐)2 adalah rumus untuk menentukan jarak dua titik
pada R2.
Soal :
1. Carilah koordinat sebuah titik yang terletak pada sumbu-y yang memiliki jarak
yang sama dari titik-titik A(3,-5) dan B(2,4)!
Jawab :
Misalkan C(0,y) adalah titik yang memliki jarak yang sama dari titik A(3,-5)
dan B(2,4) sehingga
|𝐴𝐢| = |𝐡𝐢|
𝑑1 = 𝑑2
√( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2 )2
√(0 βˆ’ (3))
2
+ (𝑦 βˆ’ (βˆ’5))
2
= √(0βˆ’ 2)2 + ( 𝑦 βˆ’ 4)2
32
+ ( 𝑦 + 5)2
= (βˆ’2)2
+ ( 𝑦 βˆ’ 4)2
9 + 𝑦2
+ 10𝑦 + 25 = 4 + 𝑦2
βˆ’ 8𝑦 + 16
18𝑦 = βˆ’14
𝑦 = βˆ’
7
9
Jadi, koordinat titik C adalah (0,βˆ’
7
9
).
2. Tentukan jarak antara titik P(2,3) dan titik Q(βˆ’3,5)!
Jawab :
𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2 )2
𝑑 = √(βˆ’3 βˆ’ 2)2 + (5 βˆ’ 3)2
𝑑 = √(βˆ’5)2 + (2)2
𝑑 = √25 + 4 = √29
Jadi, jarak antara titik P(2,3) dan titik Q(βˆ’3,5) adalah √29.
4
3. Gunakan rumus jarak untuk membuktikan titik K(-2,1), L(2,2), dan M(10,4)
terletak pada sebuah garis lurus!
Jawab :
K = (βˆ’2,1), L = (2,2), M = (10,4)
Jarak antara dua titik adalah :
𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2 )2
𝐴𝐡 = √(βˆ’2 βˆ’ 2)2 + (1 βˆ’ 2)2 = √16 + 1 = √17
𝐾𝑀 = √(βˆ’2 βˆ’ 10)2 + (1 βˆ’ 4)2 = √144+ 9 = √153 = 3√17
𝐿𝑀 = √(2 βˆ’ 10)2 + (2 βˆ’ 4)2 = √64 + 4 = √68 = 2√17
Jarak antara dua titik adalah kelipatan dari jarak dua titik yang lainnya, jadi
terbukti bahwa titik K(βˆ’2,1), L(2,2), dan M(10,4) terletak pada sebuah garis
lurus.
4. Perlihatkan bahwa segitiga yang sudut-sudutnya terletak pada titik A (1,2), B
(3,4) dan C (βˆ’1,4) adalah sebuah segitiga siku-siku!
Jawab:
Gunakan rumus jarak, 𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 , diperoleh:
οƒ˜ Jarak antara titik A (1,2) dan B (3,4)
𝐴𝐡 = √(1 βˆ’ 3)2 + (2 βˆ’ 4)2 = √4 + 4 = √8
𝐴𝐡2
= 8
οƒ˜ Jarak antara titik A (1,2) dan C (βˆ’1,4)
𝐴𝐢 = √(1 βˆ’ (βˆ’1))
2
+ (2 βˆ’ 4)2 = √4 + 4 = √8
𝐴𝐢2
= 8
οƒ˜ Jarak antara titik B (3,4) dan C (βˆ’1,4)
𝐡𝐢 = √(3 βˆ’ (βˆ’1))
2
+ (4 βˆ’ 4)2 = √16+ 0 = √16
𝐡𝐢2
= 16
Dari perhitungan di atas, kita peroleh bahwa 𝐡𝐢2
= 𝐴𝐡2
+ 𝐴𝐢2
yang berarti hal
tersebut menunjukkan bahwa segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku.
5. Nyatakan dengan rumus bahwa titik P (x,y) selalu terletak pada jarak 4 dari
titik (-1,2). Apa yang bisa anda ungkapkan tentang posisi titik P?
5
Jawab:
𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2
4 = √( π‘₯ + 1)2 + ( 𝑦 βˆ’ 2)2
(4)2
= (√( π‘₯ + 1)2 + ( 𝑦 βˆ’ 2)2)
2
16 = ( π‘₯ + 1)2
+ ( 𝑦 βˆ’ 2)2
Dari perhitungan di atas, kita peroleh bahwa 16 = ( π‘₯ + 1)2
+ ( 𝑦 βˆ’ 2)2
adalah
persamaan lingkaran, maka titik P (-1,2) adalah pusat sebuah lingkaran dengan
jari-jari 4.
6. Tentukan luas daerah segitiga yang sudut-sudutnya terletak pada titik A (βˆ’5,1),
B(3,βˆ’5),and C(2,2) !
Jawab:
οƒ˜ π‘Ž = √(3 βˆ’ 2)2 + ((βˆ’5) βˆ’ 2)
2
= √1 + 49 = √50 = 5√2
οƒ˜ 𝑏 = √(2 βˆ’ (βˆ’5))
2
+ (2 βˆ’ 1)2 = √49 + 1 = √50 = 5√2
οƒ˜ 𝑐 = √(3 βˆ’ (βˆ’5))
2
+ (βˆ’5 βˆ’ 1)2 = √64 + 36 = √100 = 10
Karena a = b maka kita bisa mencari t
𝑑 = √(5√2)
2
βˆ’ (5)2 = √50 βˆ’ 25 = √25 = 5
𝐴 =
1
2
Γ— π‘Ž Γ— 𝑑 =
1
2
Γ— 10 Γ— 5 = 25
5√2 5√2
B(3,βˆ’5)
C(2,2)A(βˆ’5,1)
a
b
c
5 5
6
d. Kedudukan Titik terhadap R dan 𝑅2
1) Kedudukan titik terhadap R
Kedudukan titik terhadap garis
dibedakan menjadi dua yaitu titik terletak
pada garis dan titik terletak di luar garis.
Kedudukan titik terletak pada garis dan
titik terletak di luar garis dapat
dianalogikan seperti burung yang hinggap
di kabel listrik, seperti gambar di samping.
Sekarang coba perhatikan gambar di
atas. Gambar tersebut merupakan segerombolan burung yang hinggap di kabel
listrik. Misalkan burung-burung tersebut adalah sebuah titik dan kabel tersebut
merupakan garis, maka burung yang hinggap di kabel listrik (dilingkari merah)
dapat dikatakan sebagai titik terletak pada garis. Jadi, sebuah titik dikatakan terletak
pada garis, jika titik tersebut dapat dilalui oleh garis, seperti gambar di bawah ini.
Sekarang coba perhatikan gambar burung yang terbang dan akan hinggap di
kabel listrik (dilingkari warna biru) dapat dikatakan sebagai titik terletak diluar
garis. Sebuah titik dikatakan terletak di luar garis, jika titik tersebut tidak dapat
dilalui garis, seperti gambar di bawah ini.
7
Silahkan perhatikan dan dipelajari contoh soal di bawah ini untuk
memantapkan pemahaman Anda tentang konsep kedudukan titik terhadap garis.
Contoh Soal
1. Bagaimanakah kedudukan titik P(3,4) terhadap garis 7π‘₯ + 5𝑦 = 32 !
Jawab :
𝑃(3,4) β†’ 7π‘₯ + 5𝑦 = 32
7.3 + 5.4 = 32
21+ 20 = 32 ( π‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Žπ‘› π‘ π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž)
Jadi, karena pernyataan di atas salah, maka kedudukan titik P(3,4) berada di
luar garis.
2. Bagaimanakah kedudukan titik 𝑄(4,3) terhadap persamaan 9π‘₯ + 2𝑦 = 42
Jawab :
𝑄(4,3) β†’ 9π‘₯ + 2𝑦 = 42
9.4 + 2.3 = 42
36 + 6 = 42 ( π‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Žπ‘› π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿ)
Jadi, karena pernyataan di atas bernilai benar, maka kedudukan titik Q(4,3)
berada pada garis.
2) Kedudukan titik terhadap 𝑅2
Kedudukan titik terhadap bidang (dimensi dua) dapat diketahui melalui
contoh-contoh berikut ini.
Keterangan :
Kedudukan titik A (2,2) terletak pada kuadran pertama.
8
Kedudukan titik B(-5,1) terletak pada kuadran kedua.
Kedudukan titik C(-3,-2) terletak pada kuadran ketiga.
Kedudukan titik D(7,-3) terletak pada kuadran keempat.
Kedudukan titik E(0,0) terletak pada titik pusat sumbu koordinat.
Kedudukan titik F(0,3) terletak pada sumbu y (ordinat).
Kedudukan titik G(5,0) terletak pada sumbu x (absis).
e. Bagian-Bagian Daerah pada 𝑅2
Jika pada suatu garis g diambil sebuah titik yang tertentu O, maka letak tiap titik P
pada garis itu dapat diketahui dengan jalan menentukan jarak OP. Akan tetapi, cara
tersebut menghasilkan dua buah titik yaitu satu di sebelah kanan O dan yang lain di
sebelah kirinya. Untuk menghilangkan keraguan-keraguan diberlah tanda-tanda.
Sebelah kiri daripada O diberi tanda negative dan disebelah kanannya diberi tanda
positif. Contoh : P (+3) berarti P terletak pada g. 3 satuan (umpamanya cm) sebelah
kanan O. Titik Q(-2) berarti Q terletak pada g, 2 cm kiri O.
Kesimpulan : jika pada suatu garis g terdapat titik tetap O, lengkap dengan tanda-
tanda serta satuannya maka tiap titik lain pada garis itu ditentukan oleh sebuah
bilangan saja. Sebaliknya tiap bilangan merupakan sebuah titik yang tertentu pada
garis itu. Garis itu disebut sumbu atau garis bilangan.
Titik O disebut titik nol atau titik pangkal sedangkan bilangan dengan tandanya
disebut absis. Titik O sendiri berabsis nol.
Untuk menentukan sebuah titik pada suatu bidang datar, cara tersebut di atas
masih belum sempurna. Diambillah sekarang dua buah garis yang tegak lurus
sesamanya, yang satu mendatar dan yang satu tegak lurus pdanya, berturut-turut
disebut sumbu-x dan sumbu-y. Titik potong kedua sumbu dijadikan titik O (= titik
pangkal ). Bagian sumbu-x yang terletak sebelah kananya O diberi tanda positif dan
sebelah kirinya O diberi tanda negative. Bagian sumbu-y yang terletak di atasnya O
diberi tanda positif dan dibawahnya O diberi tanda negative. Bilangan –bilangan pada
sumbu x disebut absis atau koordinat x. Bilangan pada sumbu y disebut ordinat atau
koordinat y. Kesemuanya disebut pasangan sumbu koordinat.
Kedua sumbu membagi bidang datar atas 4 bagian :
Kuadran I : di atas sumbu x, sebelah kanannya sumbu y
Kuadran II : di atas sumbu x, sebelah kirinya sumbu y
Kuadran III : dibawah sumbu x, sebelah kirinya sumbu y
9
Kuadran IV : di bawah sumbu x, sebelah kanannya sumbu y
Tanda –tanda absis dan ordinat suatu titik adalah sebagai berikut :
Kuadran
Koordinat
x Y
I + +
II - +
III - -
IV + -
Absisnya 𝑃 = +1 ; Ordinatnya 𝑃 = βˆ’1 ; Ditulis 𝑃(1, βˆ’1).
Dengan cara demikian tiap titik pada bidang dapat ditentukan oleh sepasang bilangan,
yang pertama menunjukkan absis dan yang kedua ordinat. Sebaliknya tiap pasang
bilangan menentukan sebuah titik pada bidang.
Umum : sebuah titik Q yang berabsis π‘₯0 dan berodinat 𝑦0 ditulis 𝑄(π‘₯0, 𝑦0).
2. HUBUNGAN ANTARA DUA GARIS DITINJAU DARI PERSAMAAN DAN
GRAFIKNYA
Sebelum membahas tentang mengenai hubungan antara dua garis ditinjau dari
persamaan dan grafiknya, maka kita harus mengetahui bahwa bentuk umum dari suatu
garis lurus adalah 𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏, dengan π‘Ž disebut dengan koefisien arah atau 𝑑𝑔 π‘Ž, kalau
π‘Ž = sudut antara garis itu dan sumbu π‘₯, terhitung dari sumbu π‘₯ kegaris itu, berlawanan
Kuadran I : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ > 0, 𝑦 > 0,(π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅}
Kuadran II : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ < 0, 𝑦 > 0, (π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅}
Kuadran III : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ < 0, 𝑦 < 0, (π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅}
Kuadran IV : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ > 0, 𝑦 < 0, (π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅}
Sb-Y
+
Sb-X
+
+
+
-
-
--
+1
-1 P(1,-1)
III
III IV
10
dengan jalannya jarum jam. Jadi, 0Β° ≀ π‘Ž ≀ 180Β°,| 𝑏| = jarak dari titik pangkal ke titik
potong garis itu dengan sumbu 𝑦.
Kadang-kadang persamaan garis lurus tersebut ditulis dalam bentuk b implisit yaitu :
π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0. Disini koefisien arahnya =
βˆ’π‘Ž
𝑏
( hanya boleh jika 𝑏 β‰  0 ).
Kemungkinan-kemungkinan lain adalah :
 𝑦 = π‘Žπ‘₯ ( suatu garis yang melalui titik pangkal, karena 𝑏 = 0 )
 𝑦 = π‘˜ (π‘˜ = bilangan tetap, disini π‘Ž = 0 jadi 𝑑𝑔 π‘Ž = 0, maka π‘Ž = 0Β° ; artinya garis itu
sejajar sumbu 𝑦 )
 π‘₯ = 𝑐 (𝑐 = bilangan tetap, disini 𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏 tidak dapat dipakai. Maka kita ambil dari
bentuk implisit π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 dan π‘Ž β‰  0 )
 𝑦 = 0 ( sumbu π‘₯ sendiri )
 π‘₯ = 0 ( sumbu 𝑦 sendiri )
Setelah mengetahui bentuk umum dari persamaan garis dan kemungkinan-
kemungkinan yang lain, maka selanjutnya adalah hubungan antara dua gari ditinjau dari
persamaan dan grafiknya. Sebelumnya sesuai dengan dalil yang terdapat dalam buku
menyatakan β€œ Grafiknya suatu fungsi linier ialah gari lurus β€œ, sebaliknya β€œ Garis lurus
merupakan grafiknya suatu fungsi linier”. Dan kita ketahui bahwa persamaan garis lurus
𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏 atau π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 ataupun bentuk lainnya adalah fungsi linier maka
grafiknya akan membentuk suatu garis lurus.
Diketahui dua persamaan garis lurus yaitu sebagai berikut :
Persamaan I : 𝐴1 π‘₯ + 𝐡1 𝑦 + 𝐢1 = 0
Persamaan II : 𝐴2 π‘₯ + 𝐡2 𝑦 + 𝐢2 = 0, dengan 𝐴1, 𝐴2 , 𝐡1, 𝐡2, 𝐢1 π‘‘π‘Žπ‘› 𝐢2 sebagai bilangan-
bilangan tetap. Disini terdapat dua persamaan dengan dua kebesaran / variabel x dan y.
Untuk menghitung harga x dan y, kalikan dulu persamaan I dengan 𝐡2 dan
persamaan II dengan 𝐡1. Kemudian kurangi persamaan I dengan persamaan II, maka
diperolehlah :
(𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1)π‘₯ = 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 ………………………………………( 1 )
 Dari persamaan ( 1 ), kalau (𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1) β‰  0 atau
𝐴1
𝐴2
β‰ 
𝐡1
𝐡2
, tentulah ada harga x
tunggal. Analog terdapat pula harga y tunggal. Jadi, kedua persamaan itu
11
menghasilkan sepasang harga x, y tunggal atau persamaan-persamaan itu mempunyai
satu dan hanya satu penyelesaian x,y.
Susunan persamaan demikian (
𝐴1
𝐴2
β‰ 
𝐡1
𝐡2
) disebut tak bergantungan. Karena harga x
dan y memnuhi kedua persamaan, tentulah (π‘₯, 𝑦) dianggap sebagai titik, terletak pada
grafik kedua persamaan itu. Jadi, titik itu merupakan titik potong kedua garis, atau
grafiknya dua fungsi linier itu berpotongan.
 Dari persamaan ( 1 ), kalau (𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1) = 0 atau
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
, maka berakibat berikut:
a. 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 β‰  0 atau
𝐡1
𝐡2
β‰ 
𝐢1
𝐢2
. Persamaan ( 1 ) menjadi 0. Hal tersebut
mengakibatkan π‘₯ β‰  0 itu artinya tidak menghasilkan sebuah harga π‘₯ apapun. Oleh
karenanya kedua persamaan itu tak mempunyai penyelesaian. Susunan persamaan
demikian (
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
β‰ 
𝐢1
𝐢2
) disebut berlawanan. Grafik kedua persamaan itu tak
mempunyai sebuah titik persekutuan atau kedua garis tersebut sejajar.
b. 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 0 atau
𝐡1
𝐡2
=
𝐢1
𝐢2
. Persamaan (1) menjadi 0. Hal tersebut
mengakibatkan π‘₯ = 0 merupakan suatu identitas, itu artinya kedua persamaan itu
mempunyai banyak sekali penyelesaian. Susunan demikian (
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
=
𝐢1
𝐢2
)
dinamakan bergantungan. Grafik kedua persamaan itu mempunyai banyak sekali
titik persekutuan, atau kedua garis itu berimpit.
Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara dua garis ditinjau dari grafiknya maka
perhatikanlah contoh berikut ini :
1. Diketahui persamaan-persamaan berikut :
a. 𝑦 = π‘₯ + 1
𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3
b. 3π‘₯ + 5𝑦 = 2
2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3
Penyelesaian :
a. 𝑦 = π‘₯ + 1 ⇔ π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 1 = 0
𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 ⇔ 5π‘₯ + 𝑦 βˆ’ 3 = 0
Maka diketahui nilai-nilai berikut :
𝐴1 = 1
𝐴2 = 5
12
𝐡1 = βˆ’1
𝐡2 = 1
𝐢1 = 1
𝐢2 = βˆ’3
𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 1 + 5 = 6, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0
Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan I
yaitu :
𝐴1
𝐴2
=
1
5
,
𝐡1
𝐡2
=
βˆ’1
1
akibatnya
𝐴1
𝐴2
β‰ 
𝐡1
𝐡2
.
Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan I maka kedua persamaan garis
itu memiliki satu buah penyelesaian yang berua titik potong, sehingga hubungan
antara kedua garis itu adalah berpotongan.
Untuk mengetahui di titik mana kedua persamaan garis tersebut berpotongan dan
bagaimana posisi titik tersebut pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat
mengetahuinya melalui cara berikut :
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 𝑦 = π‘₯ + 1 dengan cara mengambil titik
sembarang.
X βˆ’1 0 1
Y 0 1 2
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 dengan cara mengambil
titik sembarang.
X 0 1
Y 3 βˆ’2
ο‚· Untuk mencari nilai titik potong dari kedua persamaan garis itu bisa mencarinya
dengan cara mengeliminasi persamaan 𝑦 = π‘₯ + 1 dan 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 .
𝑦 = π‘₯ + 1
𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3
0 = 6π‘₯ βˆ’ 2
⇔ 2 = 6π‘₯
⇔ π‘₯ =
1
3
13
Setelah itu substitusi nilai π‘₯ =
1
3
ke salah satu persamaan garis, disini substitusi
nilai π‘₯ =
1
3
ke persamaan 𝑦 = π‘₯ + 1, maka :
𝑦 = π‘₯ + 1
⇔ 𝑦 =
1
3
+ 1
⇔ 𝑦 =
4
3
Maka titik potong dari kedua persamaan garis itu adalah (
1
3
,
4
3
)
ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 𝑦 = π‘₯ + 1 dan 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 pada bidang
kartesius
b. 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 ⇔ 3π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 2 = 0
2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 3 = 0
Maka diketahui nilai-nilai berikut :
𝐴1 = 3
𝐴2 = 2
𝐡1 = 5
𝐡2 = βˆ’1
𝐢1 = βˆ’2
𝐢2 = βˆ’3
𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 15 βˆ’ 10 = 5, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0
Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan I yaitu:
14
𝐴1
𝐴2
=
3
2
,
𝐡1
𝐡2
=
5
βˆ’1
akibatnya
𝐴1
𝐴2
β‰ 
𝐡1
𝐡2
.
Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan I maka kedua persamaan garis itu
memiliki satu buah penyelesaian yang berua titik potong, sehingga hubungan antara
kedua garis itu adalah berpotongan.
Untuk mengetahui di titik mana kedua persamaan garis tersebut berpotongan dan
bagaimana posisi titik tersebut pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat
mengetahuinya melalui cara berikut :
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 ⇔ 𝑦 =
2βˆ’3π‘₯
5
dengan cara
mengambil titik sembarang.
X 0 1 2
Y
2
5
βˆ’1
5
βˆ’4
5
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3 dengan cara
mengambil titik sembarang.
x 0 1 2
y βˆ’3 βˆ’1 1
ο‚· Untuk mencari nilai titik potong dari kedua persamaan garis itu bisa mencarinya
dengan cara mengeliminasi persamaan 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 dan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3.
3π‘₯ + 5𝑦 = 2
2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3
⇔ 3π‘₯ + 5𝑦 = 2
10π‘₯ βˆ’ 5𝑦 = 15
13π‘₯ = 17
⇔ π‘₯ =
17
13
Setelah itu substitusi nilai π‘₯ =
17
13
ke salah satu persamaan garis, disini substitusi
nilai π‘₯ =
17
13
ke persamaan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3, maka
𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3
⇔ 𝑦 = 2.
17
13
βˆ’ 3
⇔ 𝑦 =
βˆ’5
13
15
Maka titik potong dari kedua persamaan garis itu adalah (
17
13
,
βˆ’5
13
)
ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 dan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 pada bidang
kartesius
2. Diketahui persamaan-persamaan berikut :
a. 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 ⇔ 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 8 = 0
5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 ⇔ 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 25 = 0
Maka diketahui nilai-nilai berikut :
𝐴1 = 5
𝐴2 = 5
𝐡1 = βˆ’2
𝐡2 = βˆ’2
𝐢1 = βˆ’8
𝐢2 = βˆ’25
𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = βˆ’10 βˆ’ (βˆ’10) = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0
Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II
bagian (a) yaitu :
𝐴1
𝐴2
=
5
5
=
1
1
,
𝐡1
𝐡2
=
βˆ’2
βˆ’2
=
1
1
akibatnya
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
.
Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
, maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’
𝐡2 𝐢1 = 16 βˆ’ 50 = βˆ’34 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 β‰  0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐡1
𝐡2
β‰ 
𝐢1
𝐢2
.
16
Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (a) (
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
β‰ 
𝐢1
𝐢2
)
dimana maka kedua persamaan garis itu tidak memiliki penyelesaian, sehingga
hubungan antara kedua garis itu adalah sejajar.
Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut sejajar dan bagaimana
gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui
cara berikut :
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 ⇔ 𝑦 =
5π‘₯βˆ’8
2
dengan cara
mengambil titik sembarang.
X 0 1 2
Y βˆ’4
βˆ’3
2
1
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 ⇔ 𝑦 =
5π‘₯βˆ’25
2
dengan
cara mengambil titik sembarang.
X 0 1 2
Y
βˆ’25
2
βˆ’10
βˆ’15
2
ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 dan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25,
maka
5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8
5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25
0π‘₯ βˆ’ π‘œπ‘¦ = βˆ’17
Maka tidak ada penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut.
ο‚· Menggambar kedua
persamaan garis 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 =
8 dan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 pada
bidang kartesius
17
b. 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0
2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0
Maka diketahui nilai-nilai berikut :
𝐴1 = 2
𝐴2 = 2
𝐡1 = 5
𝐡2 = 5
𝐢1 = βˆ’1
𝐢2 = βˆ’19
𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 10 βˆ’ 10 = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0
Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II
bagian (a) yaitu :
𝐴1
𝐴2
=
2
2
=
1
1
,
𝐡1
𝐡2
=
5
5
=
1
1
akibatnya
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
.
Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
, maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’
𝐡2 𝐢1 = βˆ’95 βˆ’ (βˆ’5) = βˆ’90 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 β‰  0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐡1
𝐡2
β‰ 
𝐢1
𝐢2
.
Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (a) (
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
β‰ 
𝐢1
𝐢2
)
dimana maka kedua persamaan garis itu tidak memiliki penyelesaian, sehingga
hubungan antara kedua garis itu adalah sejajar.
Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut sejajar dan bagaimana
gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui
cara berikut :
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 ⇔ 𝑦 =
1βˆ’2π‘₯
5
dengan
cara mengambil titik sembarang.
X 0 1 2
Y
1
5
βˆ’1
5
βˆ’3
5
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0 ⇔ 𝑦 =
19βˆ’2π‘₯
5
dengan cara mengambil titik sembarang.
X 0 1 2
Y
19
5
17
5
15
5
18
ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 dan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’
19 = 0, maka
2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0
2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0
0π‘₯ βˆ’ π‘œπ‘¦ + 18 = 0
Maka tidak ada penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut.
ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 dan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0
pada bidang kartesius
3. Diketahui persamaan berikut
a. 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0
6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0
Maka diketahui nilai-nilai berikut :
𝐴1 = 2
𝐴2 = 6
𝐡1 = 4
𝐡2 = 12
𝐢1 = 3
𝐢2 = 9
𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 24 βˆ’ 24 = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0
Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II
bagian (b) yaitu :
19
𝐴1
𝐴2
=
2
6
=
1
3
,
𝐡1
𝐡2
=
4
12
=
1
3
akibatnya
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
.
Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
, maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’
𝐡2 𝐢1 = 36 βˆ’ 36 = 0 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐡1
𝐡2
=
𝐢1
𝐢2
.
Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (b) (
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
=
𝐢1
𝐢2
)
maka kedua persamaan garis itu memiliki banyak sekali penyelesaian, sehingga
hubungan antara kedua garis itu adalah berhimpit.
Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut berhimpit dan bagaimana
gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui
cara berikut :
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 ⇔ 𝑦 =
βˆ’3βˆ’2π‘₯
4
dengan
cara mengambil titik sembarang.
X 0 1
Y
βˆ’3
4
βˆ’5
4
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 ⇔ 𝑦 =
9βˆ’6π‘₯
12
=
3βˆ’2π‘₯
4
dengan cara mengambil titik sembarang.
X 0 1
Y
βˆ’3
4
βˆ’5
4
ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 dan 6π‘₯ + 12𝑦 +
9 = 0, maka
2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0
6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0
⇔ 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0
6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0
0π‘₯ + 0𝑦 + 0 = 0
Maka ada banyak sekali penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut.
ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 dan 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0
pada bidang kartesius
20
b. 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0
4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0
Maka diketahui nilai-nilai berikut :
𝐴1 = 2
𝐴2 = 4
𝐡1 = βˆ’3
𝐡2 = βˆ’6
𝐢1 = βˆ’12
𝐢2 = βˆ’24
𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = βˆ’12 βˆ’ (βˆ’12) = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0
Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II
bagian (b) yaitu :
𝐴1
𝐴2
=
2
4
=
1
2
,
𝐡1
𝐡2
=
βˆ’3
βˆ’6
=
1
2
akibatnya
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
.
Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
, maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’
𝐡2 𝐢1 = βˆ’72 βˆ’ (βˆ’72) = 0 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
𝐡1
𝐡2
=
𝐢1
𝐢2
.
Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (b) (
𝐴1
𝐴2
=
𝐡1
𝐡2
=
𝐢1
𝐢2
)
maka kedua persamaan garis itu memiliki banyak sekali penyelesaian, sehingga
hubungan antara kedua garis itu adalah berhimpit.
Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut berhimpit dan bagaimana
gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui
cara berikut :
21
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 ⇔ 𝑦 =
2π‘₯βˆ’12
3
dengan
cara mengambil titik sembarang.
X 0 1
Y βˆ’4
βˆ’10
3
ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 ⇔ 𝑦 =
4π‘₯βˆ’24
6
=
2π‘₯βˆ’12
3
dengan cara mengambil titik sembarang.
X 0 1
Y βˆ’4
βˆ’10
3
ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 dan 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’
24 = 0, maka
2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0
4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0
⇔ 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0
4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0
Maka ada banyak sekali penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut.
ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 dan 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 =
0 pada bidang kartesius
22
DAFTAR PUSTAKA
http://documents.tips/documents/bank-soal-dan-pembahasan-persamaan-garis-lurus.html
diakses pada Rabu, 2 Maret 2016.
http://mafia.mafiaol.com/2013/01/kedudukan-dua-garis.html diakes pada Rabu, 2 Maret 2016.
http://mafia.mafiaol.com/2013/10/persamaan-garis-lurus-bidang-kartesisus.html diakes pada
Rabu, 2 Maret 2016.
https://www.academia.edu/10081128/geo_analitik_bidang diakses pada Rabu, 2 Maret 2016.
https://www.google.com/search?1=Sriyuli%27s+Blog.htm&ie=utf-8oe=utf-8 diakes pada
Rabu, 2 Maret 2016.
Oetjoep, M. Ilman,dkk. 1966. Ilmu Ukur Ruang Djilid 1. Djakarta: Widjaya Djakarta.
__________________. 1966. Ilmu Ukur Ruang Djilid 2. Djakarta: Widjaya Djakarta.
Pandjaitan, S.D, dkk. 1969. Ilmu Ukur Untuk Sekolah Menengah Pertama. Medan: Firma
Hasmar.
Purcell, J. Edwin. 1987. Calculus with Analytic Geometry, 5th Edition (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Rawuh. 1971. Geometri Analtik Bidang. Bandung.
Sukirman.1996. Geometri Analitik Bidang dan Rung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penetaraan Guru SLTP Setara G-III.

More Related Content

What's hot

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
Β 
Persamaan elips dengan pusat (p,q)
Persamaan elips dengan pusat (p,q) Persamaan elips dengan pusat (p,q)
Persamaan elips dengan pusat (p,q) Aser FK
Β 
Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)Muhamad Husni Mubaraq
Β 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.siKiki Ni
Β 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskritPawit Ngafani
Β 
Modul Pembelajaran Kapita Selekta Matematika
Modul Pembelajaran Kapita Selekta MatematikaModul Pembelajaran Kapita Selekta Matematika
Modul Pembelajaran Kapita Selekta MatematikaAdelia Ibrahim
Β 
Relasi.pptx
 Relasi.pptx Relasi.pptx
Relasi.pptxNindiyaTasya
Β 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanMaisyah Wanda
Β 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Safran Nasoha
Β 
power point sistem koordinat
power point sistem koordinatpower point sistem koordinat
power point sistem koordinatmalonasp25
Β 
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuanFungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuanAjengKusmayanti
Β 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIAYANAH SEPTIANITA
Β 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitikputriyani13
Β 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
Β 
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut Ira Marion
Β 

What's hot (20)

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Β 
Persamaan elips dengan pusat (p,q)
Persamaan elips dengan pusat (p,q) Persamaan elips dengan pusat (p,q)
Persamaan elips dengan pusat (p,q)
Β 
Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)
Β 
Graf 2
Graf 2Graf 2
Graf 2
Β 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
Β 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
Β 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
Β 
Modul Pembelajaran Kapita Selekta Matematika
Modul Pembelajaran Kapita Selekta MatematikaModul Pembelajaran Kapita Selekta Matematika
Modul Pembelajaran Kapita Selekta Matematika
Β 
Koordinat Kutub
Koordinat KutubKoordinat Kutub
Koordinat Kutub
Β 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
Β 
Relasi.pptx
 Relasi.pptx Relasi.pptx
Relasi.pptx
Β 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika Peminatan
Β 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
Β 
power point sistem koordinat
power point sistem koordinatpower point sistem koordinat
power point sistem koordinat
Β 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
Β 
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuanFungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan
Β 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
Β 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
Β 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Β 
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
Β 

Viewers also liked

Presentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutub
Presentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutubPresentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutub
Presentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutubpenghijauan
Β 
Bab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinatBab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinatLutfi Cyankclalu
Β 
Sistem Koordinat
Sistem Koordinat Sistem Koordinat
Sistem Koordinat Desy Aryanti
Β 
soal-soal Bab sistem koordinat
soal-soal Bab sistem koordinatsoal-soal Bab sistem koordinat
soal-soal Bab sistem koordinatika rani
Β 
2 sistem koordinat
2 sistem koordinat2 sistem koordinat
2 sistem koordinatSonitehe Waruwu
Β 
Bab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinatBab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinatMira Agustina
Β 
koordinat polar
koordinat polarkoordinat polar
koordinat polarnabila amalia
Β 
Simetri Lipat dan Simetri Putar
Simetri Lipat dan Simetri PutarSimetri Lipat dan Simetri Putar
Simetri Lipat dan Simetri PutarSri Handayani
Β 
B. koordinat kartesius dan kutub
B.  koordinat kartesius dan kutubB.  koordinat kartesius dan kutub
B. koordinat kartesius dan kutubSMKN 9 Bandung
Β 
Powerpoint koordinat kutub
Powerpoint koordinat kutubPowerpoint koordinat kutub
Powerpoint koordinat kutubroysmahajani
Β 
Pertemuan 8 bentuk koordinat
Pertemuan 8   bentuk koordinatPertemuan 8   bentuk koordinat
Pertemuan 8 bentuk koordinatSenat Mahasiswa STIS
Β 
Bidang koordinat kartesius
Bidang koordinat kartesiusBidang koordinat kartesius
Bidang koordinat kartesiusVen Dot
Β 
Bidang Kartesius
Bidang KartesiusBidang Kartesius
Bidang Kartesiusrennijuliyanna
Β 
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaKonversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaLuqman Aziz
Β 
Bahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VI
Bahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VIBahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VI
Bahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VIArie Zkg
Β 

Viewers also liked (20)

Presentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutub
Presentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutubPresentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutub
Presentasi matematika-kelas-x-koordinat-kutub
Β 
Sistem Koordinat
Sistem KoordinatSistem Koordinat
Sistem Koordinat
Β 
Bab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinatBab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinat
Β 
Sistem Koordinat
Sistem Koordinat Sistem Koordinat
Sistem Koordinat
Β 
soal-soal Bab sistem koordinat
soal-soal Bab sistem koordinatsoal-soal Bab sistem koordinat
soal-soal Bab sistem koordinat
Β 
2 sistem koordinat
2 sistem koordinat2 sistem koordinat
2 sistem koordinat
Β 
Bab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinatBab i-sistem-koordinat
Bab i-sistem-koordinat
Β 
koordinat polar
koordinat polarkoordinat polar
koordinat polar
Β 
Simetri Lipat dan Simetri Putar
Simetri Lipat dan Simetri PutarSimetri Lipat dan Simetri Putar
Simetri Lipat dan Simetri Putar
Β 
Bahan ajar
Bahan ajarBahan ajar
Bahan ajar
Β 
Sistem koordinat
Sistem koordinatSistem koordinat
Sistem koordinat
Β 
Sistem Koordinat
Sistem KoordinatSistem Koordinat
Sistem Koordinat
Β 
B. koordinat kartesius dan kutub
B.  koordinat kartesius dan kutubB.  koordinat kartesius dan kutub
B. koordinat kartesius dan kutub
Β 
Ppt simetri lipat me
Ppt simetri lipat mePpt simetri lipat me
Ppt simetri lipat me
Β 
Powerpoint koordinat kutub
Powerpoint koordinat kutubPowerpoint koordinat kutub
Powerpoint koordinat kutub
Β 
Pertemuan 8 bentuk koordinat
Pertemuan 8   bentuk koordinatPertemuan 8   bentuk koordinat
Pertemuan 8 bentuk koordinat
Β 
Bidang koordinat kartesius
Bidang koordinat kartesiusBidang koordinat kartesius
Bidang koordinat kartesius
Β 
Bidang Kartesius
Bidang KartesiusBidang Kartesius
Bidang Kartesius
Β 
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinyaKonversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Konversi koordinat kutub ke koordinat kartesius dan sebalikinya
Β 
Bahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VI
Bahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VIBahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VI
Bahan Ajar Koordinat Cartesius Kls VI
Β 

Similar to Sistem Koordinat R dan R2

Persamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh Soal
Persamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh SoalPersamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh Soal
Persamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh SoalAmretaSanjwn
Β 
L i n g k a r a n
L i n g k a r a nL i n g k a r a n
L i n g k a r a nFina Nurmita
Β 
Lingkaran
Lingkaran Lingkaran
Lingkaran fauz1
Β 
Elips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdf
Elips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdfElips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdf
Elips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdfatikaluthfiyaaf
Β 
Bab 3 persamaan lingkaran
Bab 3 persamaan lingkaranBab 3 persamaan lingkaran
Bab 3 persamaan lingkaranemri3
Β 
Makalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatMakalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatyudi230991
Β 
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaranPPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkarantrisno direction
Β 
Hubungan antara parabola dengan garis2
Hubungan antara parabola dengan garis2Hubungan antara parabola dengan garis2
Hubungan antara parabola dengan garis2Wiri Biri Green
Β 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
Β 
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdfPPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdfDefriPratama
Β 
Irisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhilaIrisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhilaSyifa Dhila
Β 

Similar to Sistem Koordinat R dan R2 (20)

Persamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh Soal
Persamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh SoalPersamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh Soal
Persamaan Lingkaran Materi SMA Materi dan Contoh Soal
Β 
L i n g k a r a n
L i n g k a r a nL i n g k a r a n
L i n g k a r a n
Β 
Irisan 2 lingkaran
Irisan 2 lingkaranIrisan 2 lingkaran
Irisan 2 lingkaran
Β 
Lingkaran
Lingkaran Lingkaran
Lingkaran
Β 
Elips Kelompok 3.pdf
Elips Kelompok 3.pdfElips Kelompok 3.pdf
Elips Kelompok 3.pdf
Β 
Elips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdf
Elips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdfElips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdf
Elips PPT | Mata Kuliah Geometri Analitik | Tadris Matematika IAIN Pontianak.pdf
Β 
Vektor
VektorVektor
Vektor
Β 
Bab 2 koordinat
Bab 2 koordinatBab 2 koordinat
Bab 2 koordinat
Β 
Bab 2 koordinat
Bab 2 koordinatBab 2 koordinat
Bab 2 koordinat
Β 
Bab 2 koordinat
Bab 2 koordinatBab 2 koordinat
Bab 2 koordinat
Β 
Bab 2 koordinat
Bab 2 koordinatBab 2 koordinat
Bab 2 koordinat
Β 
Bab 3 persamaan lingkaran
Bab 3 persamaan lingkaranBab 3 persamaan lingkaran
Bab 3 persamaan lingkaran
Β 
GAR-1.pptx
GAR-1.pptxGAR-1.pptx
GAR-1.pptx
Β 
Makalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatMakalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinat
Β 
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaranPPT Persamaan garis singgung lingkaran
PPT Persamaan garis singgung lingkaran
Β 
Hubungan antara parabola dengan garis2
Hubungan antara parabola dengan garis2Hubungan antara parabola dengan garis2
Hubungan antara parabola dengan garis2
Β 
Makalah geometri
Makalah geometriMakalah geometri
Makalah geometri
Β 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Β 
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdfPPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
Β 
Irisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhilaIrisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhila
Β 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
Β 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
Β 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
Β 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
Β 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
Β 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
Β 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
Β 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
Β 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
Β 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
Β 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
Β 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Β 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
Β 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Β 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Β 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
Β 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Β 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Β 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Β 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Β 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Β 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
Β 

Sistem Koordinat R dan R2

  • 1. 1 1. SISTEM KOORDINAT a. Posisi Titik terhadap R dan 𝑅2 R disebut dimensi satu dan berupa sebuah garis. Sebuah titik yang terletak di R dapat bergerak ke kiri maupun ke kanan. Namun bagaimanapun titik tersebut bergerak, mereka tidak dapat bergereak layaknya gerak pada dimensi lain, yaitu ke atas dan ke bawah. Posisi setiap titik pada R adalah selalu bilangan riil. Sebenarnya, R berasal dari dimensi nol. Dimensi nol adalah titik. Dimensi ini disebut dimensi nol karena pada sistem ini titik tidak dapat bergerak ke manapun. Mungkin satu-satunya pilihan yang ada bagi titik tersebut adalah ada dan tidak ada seperti berkedip. Selanjutnya, apabila kita menarik sebuah garis maka kita akan mendapatkan satu dimensi sebagaimana dimaksud. Perhatikan gambar di bawah! Itu adalah salah satu contoh sebuah titik pada R. 0 1 2 3 4 5 6 Jika kita misalkan titik tersebut dengan P1 maka posisi P1 pada R adalah 1. Berbeda dengan dimensi satu, titik yang terletak pada dimensi dua dapat bergerak tidak hanya ke kanan dan ke kiri namun juga ke atas dan ke bawah. Untuk menentukan posisi sebuah titik pada R2 kita harus menggambar dua garis tegak lurus pada sebuah bidang, satu horizontal dan lainnya vertikal. Kedua aris tersebut disebut sumbu-x dan sumbu-y. Posisi titik yang terletak pada bidang tersebut dituliskan sebagai pasangan bilangan berurutan yang diletakkan di dalam tanda kurung. Sebagai contoh, A adalah sebuah titik (2,3). Bilangan pertama (2) menunjukkan sumbu-x dan disebut koordinat-x dari titik tersebut. Bilangan kedua (3) menunjukkan sumbu-y dan disebut koordinat-y dari titik tersebut. Urutan penulisan letak titik pada R2 terbilang penting. Koordinat-x selalu dituliskan terlebih dahulu. Alasannya karena pada alfabet huruf β€œx” terletak lebih dahulu dari huruf β€œy”. Titik dimana kedua sumbunya saling berpotongan disebut titik asal. Titik asal biasanya dilambangkan dengan huruf O. Koordinat titik asal adalah (0,0). P1
  • 2. 2 b. Jarak Dua Titik Sembarang pada R dan 𝑅2 Sebuah garis adalah dimensi satu yang dibatasi oleh dua titik dari garis. Untuk menentukan jarak antara dua titik pada R, kita dapat menggunakan rumus berikut: d 0 Dalil : Jarak antara dua buah titik pada garis itu sama dengan harga mutlaknya selisih kedua absis titik-titik itu. c. Sedangkan untuk menentukan jarak antara dua titik pada R2 kita bisa menggunakan Teorema Phytagoras, dengan begitu kita bisa memperoleh rumus untuk menentukan jarak (𝑑) antara dua titik pada koordinat bidang (𝑅2 ). Perhatikan gambar berikut! Jika kita misalkan titik P = (π‘₯1, 𝑦1) dan R = (π‘₯2, 𝑦2), maka garis yang melintas melalui kedua titik tersebut adalah sisi miring sebuah segitiga siku-siku dengan panjang alas | π‘₯1 βˆ’ π‘₯2| dan tinggi | 𝑦1 βˆ’ 𝑦2|. Apabila kita refleksikan ke dalam Teorema Phytagoras maka: 𝑑2 = | π‘₯1 βˆ’ π‘₯2|2 + | 𝑦1 βˆ’ 𝑦2|2 𝑑2 = ( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + ( 𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 A Posisi titik A adalah (3,5) karena titik tersebut terletak tiga satuan pada sumbu- x dan 5 satuan pada sumbu-y. 3 5 (3,5) π‘₯1 π‘₯2 𝑑 = |π‘₯2 βˆ’ π‘₯1| d
  • 3. 3 𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + ( 𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 Jadi, 𝑑 = √( 𝒙 𝟏 βˆ’ 𝒙 𝟐)2 + ( π’š 𝟏 βˆ’ π’š 𝟐)2 adalah rumus untuk menentukan jarak dua titik pada R2. Soal : 1. Carilah koordinat sebuah titik yang terletak pada sumbu-y yang memiliki jarak yang sama dari titik-titik A(3,-5) dan B(2,4)! Jawab : Misalkan C(0,y) adalah titik yang memliki jarak yang sama dari titik A(3,-5) dan B(2,4) sehingga |𝐴𝐢| = |𝐡𝐢| 𝑑1 = 𝑑2 √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2 )2 √(0 βˆ’ (3)) 2 + (𝑦 βˆ’ (βˆ’5)) 2 = √(0βˆ’ 2)2 + ( 𝑦 βˆ’ 4)2 32 + ( 𝑦 + 5)2 = (βˆ’2)2 + ( 𝑦 βˆ’ 4)2 9 + 𝑦2 + 10𝑦 + 25 = 4 + 𝑦2 βˆ’ 8𝑦 + 16 18𝑦 = βˆ’14 𝑦 = βˆ’ 7 9 Jadi, koordinat titik C adalah (0,βˆ’ 7 9 ). 2. Tentukan jarak antara titik P(2,3) dan titik Q(βˆ’3,5)! Jawab : 𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2 )2 𝑑 = √(βˆ’3 βˆ’ 2)2 + (5 βˆ’ 3)2 𝑑 = √(βˆ’5)2 + (2)2 𝑑 = √25 + 4 = √29 Jadi, jarak antara titik P(2,3) dan titik Q(βˆ’3,5) adalah √29.
  • 4. 4 3. Gunakan rumus jarak untuk membuktikan titik K(-2,1), L(2,2), dan M(10,4) terletak pada sebuah garis lurus! Jawab : K = (βˆ’2,1), L = (2,2), M = (10,4) Jarak antara dua titik adalah : 𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2 )2 𝐴𝐡 = √(βˆ’2 βˆ’ 2)2 + (1 βˆ’ 2)2 = √16 + 1 = √17 𝐾𝑀 = √(βˆ’2 βˆ’ 10)2 + (1 βˆ’ 4)2 = √144+ 9 = √153 = 3√17 𝐿𝑀 = √(2 βˆ’ 10)2 + (2 βˆ’ 4)2 = √64 + 4 = √68 = 2√17 Jarak antara dua titik adalah kelipatan dari jarak dua titik yang lainnya, jadi terbukti bahwa titik K(βˆ’2,1), L(2,2), dan M(10,4) terletak pada sebuah garis lurus. 4. Perlihatkan bahwa segitiga yang sudut-sudutnya terletak pada titik A (1,2), B (3,4) dan C (βˆ’1,4) adalah sebuah segitiga siku-siku! Jawab: Gunakan rumus jarak, 𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 , diperoleh: οƒ˜ Jarak antara titik A (1,2) dan B (3,4) 𝐴𝐡 = √(1 βˆ’ 3)2 + (2 βˆ’ 4)2 = √4 + 4 = √8 𝐴𝐡2 = 8 οƒ˜ Jarak antara titik A (1,2) dan C (βˆ’1,4) 𝐴𝐢 = √(1 βˆ’ (βˆ’1)) 2 + (2 βˆ’ 4)2 = √4 + 4 = √8 𝐴𝐢2 = 8 οƒ˜ Jarak antara titik B (3,4) dan C (βˆ’1,4) 𝐡𝐢 = √(3 βˆ’ (βˆ’1)) 2 + (4 βˆ’ 4)2 = √16+ 0 = √16 𝐡𝐢2 = 16 Dari perhitungan di atas, kita peroleh bahwa 𝐡𝐢2 = 𝐴𝐡2 + 𝐴𝐢2 yang berarti hal tersebut menunjukkan bahwa segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku. 5. Nyatakan dengan rumus bahwa titik P (x,y) selalu terletak pada jarak 4 dari titik (-1,2). Apa yang bisa anda ungkapkan tentang posisi titik P?
  • 5. 5 Jawab: 𝑑 = √( π‘₯1 βˆ’ π‘₯2)2 + (𝑦1 βˆ’ 𝑦2)2 4 = √( π‘₯ + 1)2 + ( 𝑦 βˆ’ 2)2 (4)2 = (√( π‘₯ + 1)2 + ( 𝑦 βˆ’ 2)2) 2 16 = ( π‘₯ + 1)2 + ( 𝑦 βˆ’ 2)2 Dari perhitungan di atas, kita peroleh bahwa 16 = ( π‘₯ + 1)2 + ( 𝑦 βˆ’ 2)2 adalah persamaan lingkaran, maka titik P (-1,2) adalah pusat sebuah lingkaran dengan jari-jari 4. 6. Tentukan luas daerah segitiga yang sudut-sudutnya terletak pada titik A (βˆ’5,1), B(3,βˆ’5),and C(2,2) ! Jawab: οƒ˜ π‘Ž = √(3 βˆ’ 2)2 + ((βˆ’5) βˆ’ 2) 2 = √1 + 49 = √50 = 5√2 οƒ˜ 𝑏 = √(2 βˆ’ (βˆ’5)) 2 + (2 βˆ’ 1)2 = √49 + 1 = √50 = 5√2 οƒ˜ 𝑐 = √(3 βˆ’ (βˆ’5)) 2 + (βˆ’5 βˆ’ 1)2 = √64 + 36 = √100 = 10 Karena a = b maka kita bisa mencari t 𝑑 = √(5√2) 2 βˆ’ (5)2 = √50 βˆ’ 25 = √25 = 5 𝐴 = 1 2 Γ— π‘Ž Γ— 𝑑 = 1 2 Γ— 10 Γ— 5 = 25 5√2 5√2 B(3,βˆ’5) C(2,2)A(βˆ’5,1) a b c 5 5
  • 6. 6 d. Kedudukan Titik terhadap R dan 𝑅2 1) Kedudukan titik terhadap R Kedudukan titik terhadap garis dibedakan menjadi dua yaitu titik terletak pada garis dan titik terletak di luar garis. Kedudukan titik terletak pada garis dan titik terletak di luar garis dapat dianalogikan seperti burung yang hinggap di kabel listrik, seperti gambar di samping. Sekarang coba perhatikan gambar di atas. Gambar tersebut merupakan segerombolan burung yang hinggap di kabel listrik. Misalkan burung-burung tersebut adalah sebuah titik dan kabel tersebut merupakan garis, maka burung yang hinggap di kabel listrik (dilingkari merah) dapat dikatakan sebagai titik terletak pada garis. Jadi, sebuah titik dikatakan terletak pada garis, jika titik tersebut dapat dilalui oleh garis, seperti gambar di bawah ini. Sekarang coba perhatikan gambar burung yang terbang dan akan hinggap di kabel listrik (dilingkari warna biru) dapat dikatakan sebagai titik terletak diluar garis. Sebuah titik dikatakan terletak di luar garis, jika titik tersebut tidak dapat dilalui garis, seperti gambar di bawah ini.
  • 7. 7 Silahkan perhatikan dan dipelajari contoh soal di bawah ini untuk memantapkan pemahaman Anda tentang konsep kedudukan titik terhadap garis. Contoh Soal 1. Bagaimanakah kedudukan titik P(3,4) terhadap garis 7π‘₯ + 5𝑦 = 32 ! Jawab : 𝑃(3,4) β†’ 7π‘₯ + 5𝑦 = 32 7.3 + 5.4 = 32 21+ 20 = 32 ( π‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Žπ‘› π‘ π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž) Jadi, karena pernyataan di atas salah, maka kedudukan titik P(3,4) berada di luar garis. 2. Bagaimanakah kedudukan titik 𝑄(4,3) terhadap persamaan 9π‘₯ + 2𝑦 = 42 Jawab : 𝑄(4,3) β†’ 9π‘₯ + 2𝑦 = 42 9.4 + 2.3 = 42 36 + 6 = 42 ( π‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Žπ‘› π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿ) Jadi, karena pernyataan di atas bernilai benar, maka kedudukan titik Q(4,3) berada pada garis. 2) Kedudukan titik terhadap 𝑅2 Kedudukan titik terhadap bidang (dimensi dua) dapat diketahui melalui contoh-contoh berikut ini. Keterangan : Kedudukan titik A (2,2) terletak pada kuadran pertama.
  • 8. 8 Kedudukan titik B(-5,1) terletak pada kuadran kedua. Kedudukan titik C(-3,-2) terletak pada kuadran ketiga. Kedudukan titik D(7,-3) terletak pada kuadran keempat. Kedudukan titik E(0,0) terletak pada titik pusat sumbu koordinat. Kedudukan titik F(0,3) terletak pada sumbu y (ordinat). Kedudukan titik G(5,0) terletak pada sumbu x (absis). e. Bagian-Bagian Daerah pada 𝑅2 Jika pada suatu garis g diambil sebuah titik yang tertentu O, maka letak tiap titik P pada garis itu dapat diketahui dengan jalan menentukan jarak OP. Akan tetapi, cara tersebut menghasilkan dua buah titik yaitu satu di sebelah kanan O dan yang lain di sebelah kirinya. Untuk menghilangkan keraguan-keraguan diberlah tanda-tanda. Sebelah kiri daripada O diberi tanda negative dan disebelah kanannya diberi tanda positif. Contoh : P (+3) berarti P terletak pada g. 3 satuan (umpamanya cm) sebelah kanan O. Titik Q(-2) berarti Q terletak pada g, 2 cm kiri O. Kesimpulan : jika pada suatu garis g terdapat titik tetap O, lengkap dengan tanda- tanda serta satuannya maka tiap titik lain pada garis itu ditentukan oleh sebuah bilangan saja. Sebaliknya tiap bilangan merupakan sebuah titik yang tertentu pada garis itu. Garis itu disebut sumbu atau garis bilangan. Titik O disebut titik nol atau titik pangkal sedangkan bilangan dengan tandanya disebut absis. Titik O sendiri berabsis nol. Untuk menentukan sebuah titik pada suatu bidang datar, cara tersebut di atas masih belum sempurna. Diambillah sekarang dua buah garis yang tegak lurus sesamanya, yang satu mendatar dan yang satu tegak lurus pdanya, berturut-turut disebut sumbu-x dan sumbu-y. Titik potong kedua sumbu dijadikan titik O (= titik pangkal ). Bagian sumbu-x yang terletak sebelah kananya O diberi tanda positif dan sebelah kirinya O diberi tanda negative. Bagian sumbu-y yang terletak di atasnya O diberi tanda positif dan dibawahnya O diberi tanda negative. Bilangan –bilangan pada sumbu x disebut absis atau koordinat x. Bilangan pada sumbu y disebut ordinat atau koordinat y. Kesemuanya disebut pasangan sumbu koordinat. Kedua sumbu membagi bidang datar atas 4 bagian : Kuadran I : di atas sumbu x, sebelah kanannya sumbu y Kuadran II : di atas sumbu x, sebelah kirinya sumbu y Kuadran III : dibawah sumbu x, sebelah kirinya sumbu y
  • 9. 9 Kuadran IV : di bawah sumbu x, sebelah kanannya sumbu y Tanda –tanda absis dan ordinat suatu titik adalah sebagai berikut : Kuadran Koordinat x Y I + + II - + III - - IV + - Absisnya 𝑃 = +1 ; Ordinatnya 𝑃 = βˆ’1 ; Ditulis 𝑃(1, βˆ’1). Dengan cara demikian tiap titik pada bidang dapat ditentukan oleh sepasang bilangan, yang pertama menunjukkan absis dan yang kedua ordinat. Sebaliknya tiap pasang bilangan menentukan sebuah titik pada bidang. Umum : sebuah titik Q yang berabsis π‘₯0 dan berodinat 𝑦0 ditulis 𝑄(π‘₯0, 𝑦0). 2. HUBUNGAN ANTARA DUA GARIS DITINJAU DARI PERSAMAAN DAN GRAFIKNYA Sebelum membahas tentang mengenai hubungan antara dua garis ditinjau dari persamaan dan grafiknya, maka kita harus mengetahui bahwa bentuk umum dari suatu garis lurus adalah 𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏, dengan π‘Ž disebut dengan koefisien arah atau 𝑑𝑔 π‘Ž, kalau π‘Ž = sudut antara garis itu dan sumbu π‘₯, terhitung dari sumbu π‘₯ kegaris itu, berlawanan Kuadran I : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ > 0, 𝑦 > 0,(π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅} Kuadran II : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ < 0, 𝑦 > 0, (π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅} Kuadran III : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ < 0, 𝑦 < 0, (π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅} Kuadran IV : {( π‘₯, 𝑦)| π‘₯ > 0, 𝑦 < 0, (π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑅} Sb-Y + Sb-X + + + - - -- +1 -1 P(1,-1) III III IV
  • 10. 10 dengan jalannya jarum jam. Jadi, 0Β° ≀ π‘Ž ≀ 180Β°,| 𝑏| = jarak dari titik pangkal ke titik potong garis itu dengan sumbu 𝑦. Kadang-kadang persamaan garis lurus tersebut ditulis dalam bentuk b implisit yaitu : π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0. Disini koefisien arahnya = βˆ’π‘Ž 𝑏 ( hanya boleh jika 𝑏 β‰  0 ). Kemungkinan-kemungkinan lain adalah :  𝑦 = π‘Žπ‘₯ ( suatu garis yang melalui titik pangkal, karena 𝑏 = 0 )  𝑦 = π‘˜ (π‘˜ = bilangan tetap, disini π‘Ž = 0 jadi 𝑑𝑔 π‘Ž = 0, maka π‘Ž = 0Β° ; artinya garis itu sejajar sumbu 𝑦 )  π‘₯ = 𝑐 (𝑐 = bilangan tetap, disini 𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏 tidak dapat dipakai. Maka kita ambil dari bentuk implisit π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 dan π‘Ž β‰  0 )  𝑦 = 0 ( sumbu π‘₯ sendiri )  π‘₯ = 0 ( sumbu 𝑦 sendiri ) Setelah mengetahui bentuk umum dari persamaan garis dan kemungkinan- kemungkinan yang lain, maka selanjutnya adalah hubungan antara dua gari ditinjau dari persamaan dan grafiknya. Sebelumnya sesuai dengan dalil yang terdapat dalam buku menyatakan β€œ Grafiknya suatu fungsi linier ialah gari lurus β€œ, sebaliknya β€œ Garis lurus merupakan grafiknya suatu fungsi linier”. Dan kita ketahui bahwa persamaan garis lurus 𝑦 = π‘Žπ‘₯ + 𝑏 atau π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 ataupun bentuk lainnya adalah fungsi linier maka grafiknya akan membentuk suatu garis lurus. Diketahui dua persamaan garis lurus yaitu sebagai berikut : Persamaan I : 𝐴1 π‘₯ + 𝐡1 𝑦 + 𝐢1 = 0 Persamaan II : 𝐴2 π‘₯ + 𝐡2 𝑦 + 𝐢2 = 0, dengan 𝐴1, 𝐴2 , 𝐡1, 𝐡2, 𝐢1 π‘‘π‘Žπ‘› 𝐢2 sebagai bilangan- bilangan tetap. Disini terdapat dua persamaan dengan dua kebesaran / variabel x dan y. Untuk menghitung harga x dan y, kalikan dulu persamaan I dengan 𝐡2 dan persamaan II dengan 𝐡1. Kemudian kurangi persamaan I dengan persamaan II, maka diperolehlah : (𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1)π‘₯ = 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 ………………………………………( 1 )  Dari persamaan ( 1 ), kalau (𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1) β‰  0 atau 𝐴1 𝐴2 β‰  𝐡1 𝐡2 , tentulah ada harga x tunggal. Analog terdapat pula harga y tunggal. Jadi, kedua persamaan itu
  • 11. 11 menghasilkan sepasang harga x, y tunggal atau persamaan-persamaan itu mempunyai satu dan hanya satu penyelesaian x,y. Susunan persamaan demikian ( 𝐴1 𝐴2 β‰  𝐡1 𝐡2 ) disebut tak bergantungan. Karena harga x dan y memnuhi kedua persamaan, tentulah (π‘₯, 𝑦) dianggap sebagai titik, terletak pada grafik kedua persamaan itu. Jadi, titik itu merupakan titik potong kedua garis, atau grafiknya dua fungsi linier itu berpotongan.  Dari persamaan ( 1 ), kalau (𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1) = 0 atau 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 , maka berakibat berikut: a. 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 β‰  0 atau 𝐡1 𝐡2 β‰  𝐢1 𝐢2 . Persamaan ( 1 ) menjadi 0. Hal tersebut mengakibatkan π‘₯ β‰  0 itu artinya tidak menghasilkan sebuah harga π‘₯ apapun. Oleh karenanya kedua persamaan itu tak mempunyai penyelesaian. Susunan persamaan demikian ( 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 β‰  𝐢1 𝐢2 ) disebut berlawanan. Grafik kedua persamaan itu tak mempunyai sebuah titik persekutuan atau kedua garis tersebut sejajar. b. 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 0 atau 𝐡1 𝐡2 = 𝐢1 𝐢2 . Persamaan (1) menjadi 0. Hal tersebut mengakibatkan π‘₯ = 0 merupakan suatu identitas, itu artinya kedua persamaan itu mempunyai banyak sekali penyelesaian. Susunan demikian ( 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 = 𝐢1 𝐢2 ) dinamakan bergantungan. Grafik kedua persamaan itu mempunyai banyak sekali titik persekutuan, atau kedua garis itu berimpit. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara dua garis ditinjau dari grafiknya maka perhatikanlah contoh berikut ini : 1. Diketahui persamaan-persamaan berikut : a. 𝑦 = π‘₯ + 1 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 b. 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 Penyelesaian : a. 𝑦 = π‘₯ + 1 ⇔ π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 1 = 0 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 ⇔ 5π‘₯ + 𝑦 βˆ’ 3 = 0 Maka diketahui nilai-nilai berikut : 𝐴1 = 1 𝐴2 = 5
  • 12. 12 𝐡1 = βˆ’1 𝐡2 = 1 𝐢1 = 1 𝐢2 = βˆ’3 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 1 + 5 = 6, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0 Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan I yaitu : 𝐴1 𝐴2 = 1 5 , 𝐡1 𝐡2 = βˆ’1 1 akibatnya 𝐴1 𝐴2 β‰  𝐡1 𝐡2 . Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan I maka kedua persamaan garis itu memiliki satu buah penyelesaian yang berua titik potong, sehingga hubungan antara kedua garis itu adalah berpotongan. Untuk mengetahui di titik mana kedua persamaan garis tersebut berpotongan dan bagaimana posisi titik tersebut pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui cara berikut : ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 𝑦 = π‘₯ + 1 dengan cara mengambil titik sembarang. X βˆ’1 0 1 Y 0 1 2 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 Y 3 βˆ’2 ο‚· Untuk mencari nilai titik potong dari kedua persamaan garis itu bisa mencarinya dengan cara mengeliminasi persamaan 𝑦 = π‘₯ + 1 dan 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 . 𝑦 = π‘₯ + 1 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 0 = 6π‘₯ βˆ’ 2 ⇔ 2 = 6π‘₯ ⇔ π‘₯ = 1 3
  • 13. 13 Setelah itu substitusi nilai π‘₯ = 1 3 ke salah satu persamaan garis, disini substitusi nilai π‘₯ = 1 3 ke persamaan 𝑦 = π‘₯ + 1, maka : 𝑦 = π‘₯ + 1 ⇔ 𝑦 = 1 3 + 1 ⇔ 𝑦 = 4 3 Maka titik potong dari kedua persamaan garis itu adalah ( 1 3 , 4 3 ) ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 𝑦 = π‘₯ + 1 dan 𝑦 = βˆ’5π‘₯ + 3 pada bidang kartesius b. 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 ⇔ 3π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 2 = 0 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 3 = 0 Maka diketahui nilai-nilai berikut : 𝐴1 = 3 𝐴2 = 2 𝐡1 = 5 𝐡2 = βˆ’1 𝐢1 = βˆ’2 𝐢2 = βˆ’3 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 15 βˆ’ 10 = 5, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0 Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 β‰  0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan I yaitu:
  • 14. 14 𝐴1 𝐴2 = 3 2 , 𝐡1 𝐡2 = 5 βˆ’1 akibatnya 𝐴1 𝐴2 β‰  𝐡1 𝐡2 . Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan I maka kedua persamaan garis itu memiliki satu buah penyelesaian yang berua titik potong, sehingga hubungan antara kedua garis itu adalah berpotongan. Untuk mengetahui di titik mana kedua persamaan garis tersebut berpotongan dan bagaimana posisi titik tersebut pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui cara berikut : ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 ⇔ 𝑦 = 2βˆ’3π‘₯ 5 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 2 Y 2 5 βˆ’1 5 βˆ’4 5 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3 dengan cara mengambil titik sembarang. x 0 1 2 y βˆ’3 βˆ’1 1 ο‚· Untuk mencari nilai titik potong dari kedua persamaan garis itu bisa mencarinya dengan cara mengeliminasi persamaan 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 dan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3. 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 10π‘₯ βˆ’ 5𝑦 = 15 13π‘₯ = 17 ⇔ π‘₯ = 17 13 Setelah itu substitusi nilai π‘₯ = 17 13 ke salah satu persamaan garis, disini substitusi nilai π‘₯ = 17 13 ke persamaan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 ⇔ 𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3, maka 𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3 ⇔ 𝑦 = 2. 17 13 βˆ’ 3 ⇔ 𝑦 = βˆ’5 13
  • 15. 15 Maka titik potong dari kedua persamaan garis itu adalah ( 17 13 , βˆ’5 13 ) ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 3π‘₯ + 5𝑦 = 2 dan 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 3 pada bidang kartesius 2. Diketahui persamaan-persamaan berikut : a. 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 ⇔ 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 8 = 0 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 ⇔ 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 25 = 0 Maka diketahui nilai-nilai berikut : 𝐴1 = 5 𝐴2 = 5 𝐡1 = βˆ’2 𝐡2 = βˆ’2 𝐢1 = βˆ’8 𝐢2 = βˆ’25 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = βˆ’10 βˆ’ (βˆ’10) = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II bagian (a) yaitu : 𝐴1 𝐴2 = 5 5 = 1 1 , 𝐡1 𝐡2 = βˆ’2 βˆ’2 = 1 1 akibatnya 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 . Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 , maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 16 βˆ’ 50 = βˆ’34 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 β‰  0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐡1 𝐡2 β‰  𝐢1 𝐢2 .
  • 16. 16 Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (a) ( 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 β‰  𝐢1 𝐢2 ) dimana maka kedua persamaan garis itu tidak memiliki penyelesaian, sehingga hubungan antara kedua garis itu adalah sejajar. Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut sejajar dan bagaimana gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui cara berikut : ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 ⇔ 𝑦 = 5π‘₯βˆ’8 2 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 2 Y βˆ’4 βˆ’3 2 1 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 ⇔ 𝑦 = 5π‘₯βˆ’25 2 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 2 Y βˆ’25 2 βˆ’10 βˆ’15 2 ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 dan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25, maka 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 0π‘₯ βˆ’ π‘œπ‘¦ = βˆ’17 Maka tidak ada penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut. ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 8 dan 5π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 25 pada bidang kartesius
  • 17. 17 b. 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0 Maka diketahui nilai-nilai berikut : 𝐴1 = 2 𝐴2 = 2 𝐡1 = 5 𝐡2 = 5 𝐢1 = βˆ’1 𝐢2 = βˆ’19 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 10 βˆ’ 10 = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II bagian (a) yaitu : 𝐴1 𝐴2 = 2 2 = 1 1 , 𝐡1 𝐡2 = 5 5 = 1 1 akibatnya 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 . Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 , maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = βˆ’95 βˆ’ (βˆ’5) = βˆ’90 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 β‰  0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐡1 𝐡2 β‰  𝐢1 𝐢2 . Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (a) ( 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 β‰  𝐢1 𝐢2 ) dimana maka kedua persamaan garis itu tidak memiliki penyelesaian, sehingga hubungan antara kedua garis itu adalah sejajar. Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut sejajar dan bagaimana gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui cara berikut : ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 ⇔ 𝑦 = 1βˆ’2π‘₯ 5 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 2 Y 1 5 βˆ’1 5 βˆ’3 5 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0 ⇔ 𝑦 = 19βˆ’2π‘₯ 5 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 2 Y 19 5 17 5 15 5
  • 18. 18 ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 dan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0, maka 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0 0π‘₯ βˆ’ π‘œπ‘¦ + 18 = 0 Maka tidak ada penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut. ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 1 = 0 dan 2π‘₯ + 5𝑦 βˆ’ 19 = 0 pada bidang kartesius 3. Diketahui persamaan berikut a. 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 Maka diketahui nilai-nilai berikut : 𝐴1 = 2 𝐴2 = 6 𝐡1 = 4 𝐡2 = 12 𝐢1 = 3 𝐢2 = 9 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 24 βˆ’ 24 = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II bagian (b) yaitu :
  • 19. 19 𝐴1 𝐴2 = 2 6 = 1 3 , 𝐡1 𝐡2 = 4 12 = 1 3 akibatnya 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 . Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 , maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 36 βˆ’ 36 = 0 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐡1 𝐡2 = 𝐢1 𝐢2 . Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (b) ( 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 = 𝐢1 𝐢2 ) maka kedua persamaan garis itu memiliki banyak sekali penyelesaian, sehingga hubungan antara kedua garis itu adalah berhimpit. Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut berhimpit dan bagaimana gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui cara berikut : ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 ⇔ 𝑦 = βˆ’3βˆ’2π‘₯ 4 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 Y βˆ’3 4 βˆ’5 4 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 ⇔ 𝑦 = 9βˆ’6π‘₯ 12 = 3βˆ’2π‘₯ 4 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 Y βˆ’3 4 βˆ’5 4 ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 dan 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0, maka 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 ⇔ 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 0π‘₯ + 0𝑦 + 0 = 0 Maka ada banyak sekali penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut. ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 2π‘₯ + 4𝑦 + 3 = 0 dan 6π‘₯ + 12𝑦 + 9 = 0 pada bidang kartesius
  • 20. 20 b. 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 Maka diketahui nilai-nilai berikut : 𝐴1 = 2 𝐴2 = 4 𝐡1 = βˆ’3 𝐡2 = βˆ’6 𝐢1 = βˆ’12 𝐢2 = βˆ’24 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = βˆ’12 βˆ’ (βˆ’12) = 0, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 Karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 maka kedua persamaan itu memenuhi kemungkinan II bagian (b) yaitu : 𝐴1 𝐴2 = 2 4 = 1 2 , 𝐡1 𝐡2 = βˆ’3 βˆ’6 = 1 2 akibatnya 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 . Dan karena 𝐴1 𝐡2 βˆ’ 𝐴2 𝐡1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 , maka perlu diketahui bahwa 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = βˆ’72 βˆ’ (βˆ’72) = 0 sehingga 𝐡1 𝐢2 βˆ’ 𝐡2 𝐢1 = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 𝐡1 𝐡2 = 𝐢1 𝐢2 . Sebab, kedua persamaan memenuhi kemungkinan II bagian (b) ( 𝐴1 𝐴2 = 𝐡1 𝐡2 = 𝐢1 𝐢2 ) maka kedua persamaan garis itu memiliki banyak sekali penyelesaian, sehingga hubungan antara kedua garis itu adalah berhimpit. Untuk mengetahui kedua persamaan garis tersebut berhimpit dan bagaimana gambarnya pada bidang cartesius ( grafik ), maka dapat mengetahuinya melalui cara berikut :
  • 21. 21 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 ⇔ 𝑦 = 2π‘₯βˆ’12 3 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 Y βˆ’4 βˆ’10 3 ο‚· Gambar garis lurus melalui persamaan 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 ⇔ 𝑦 = 4π‘₯βˆ’24 6 = 2π‘₯βˆ’12 3 dengan cara mengambil titik sembarang. X 0 1 Y βˆ’4 βˆ’10 3 ο‚· Jika kita mengeliminasi kedua persamaan 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 dan 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0, maka 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 ⇔ 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 Maka ada banyak sekali penyelesaian untuk kedua persamaan tersebut. ο‚· Menggambar kedua persamaan garis 2π‘₯ βˆ’ 3𝑦 βˆ’ 12 = 0 dan 4π‘₯ βˆ’ 6𝑦 βˆ’ 24 = 0 pada bidang kartesius
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA http://documents.tips/documents/bank-soal-dan-pembahasan-persamaan-garis-lurus.html diakses pada Rabu, 2 Maret 2016. http://mafia.mafiaol.com/2013/01/kedudukan-dua-garis.html diakes pada Rabu, 2 Maret 2016. http://mafia.mafiaol.com/2013/10/persamaan-garis-lurus-bidang-kartesisus.html diakes pada Rabu, 2 Maret 2016. https://www.academia.edu/10081128/geo_analitik_bidang diakses pada Rabu, 2 Maret 2016. https://www.google.com/search?1=Sriyuli%27s+Blog.htm&ie=utf-8oe=utf-8 diakes pada Rabu, 2 Maret 2016. Oetjoep, M. Ilman,dkk. 1966. Ilmu Ukur Ruang Djilid 1. Djakarta: Widjaya Djakarta. __________________. 1966. Ilmu Ukur Ruang Djilid 2. Djakarta: Widjaya Djakarta. Pandjaitan, S.D, dkk. 1969. Ilmu Ukur Untuk Sekolah Menengah Pertama. Medan: Firma Hasmar. Purcell, J. Edwin. 1987. Calculus with Analytic Geometry, 5th Edition (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Rawuh. 1971. Geometri Analtik Bidang. Bandung. Sukirman.1996. Geometri Analitik Bidang dan Rung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penetaraan Guru SLTP Setara G-III.