Dokumen tersebut membahas tentang prostitusi dan upaya pencegahannya. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual dengan pola seks tidak normal dan komersial tanpa afeksi. Prostitusi sering ditawarkan kepada wanita desa dengan janji pekerjaan, namun banyak yang dijerumuskan ke prostitusi karena rendahnya pendidikan dan pandangan masyarakat desa. Penyebab prostitusi antara lain daya tarik uang cepat meski sebagian besar
3. Latar belakang prostitusi
Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi impuls/dorongan seks yang
tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan
banyak orang (promiskuitas), disertai eksploitas dan komersialisasi seks yang
impersonal tanpa afeksi sifatnya.
Prostitusi biasanya ditawarkan kepada para wanita belia di desa-dea, mereka diiming-imingi untuk
mendapatan pekerjaan di kota, biasanya dijanjikan menjadi pembantu rumah tangga, buruh pabrik,
pelayan restoran, atau lainnya. Akan tetapi, banyak yang sengaja dijerumuskan oleh calo ke dalam
praktik prostitusi, hal ini salah satu penyebabnya adalah pendidikan di desa yang masih rendah,
masyarakat desa masih beranggapan bahwa pendidikan bagi wanita bukanlah hal yang penting, karena
apabila wanita telah menikah ia akan ikut suami dan kemudian menjadi ibu rumah tangga.
4. Penyebab Utama Terjadinya Prostitusi
Salah satu alasan utama untuk seorang pelacur untuk memasuki bisnis adalah daya tarik
untuk mendapatkan uang secara cepat, The Jakarta Post melaporkan bahwa pelacur
kelas atas di Jakarta bisa mendapatkan Rp 15 juta -. Rp 30 juta (USD 1.755 untuk 3.510)
per bulan. Rata-rata para pelacur ini mampu menghasilkan uang lebih dari Rp 3 juta
untuk setiap sesi layanan mereka. Namun bagian terbesar dari jumlah merekayang
memasuki dunia prostitusi dengan alasan uang datang dari masyarakat kelas menengah
dan keluarga miskin.
Penyebab utama lainnya adalah adanya pola pemaksaan dan penipuan, dimana para
perempuan muda dari pedesaan dan kota-kota kecil ditawarkan peluang kerja di kota-
kota besar. Namun sesampainya dikota para perempuan ini diperkosa dan dipaksa untuk
melacurkan diri sementara menghasilkan uang bagi mucikari mereka. Sering pula para
orang tua menawarkan anak-anak perempuan mereka kepada mucikari agar memperoleh
uang. Berdasarkan laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bahwa sekitar 70 persen
dari pelacur anak Indonesia dibawa oleh keluarga dekat atau teman-teman ke dalam
dunia prostitusi.
5. Apabila aktivitas sebagai pekerja seks ini diketahui oleh keluarga, maka besar kemungkinan
mereka tidak mau menerimanya kembali. Belum lagi teman-teman dan lingkungan
masyarakat yang seringkali bersikap menghakimi. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik
terus bekerja sebagai pekerja seks. Lama kelamaan, pilihan untuk bekerja di bidang lain akan
tertutup.
Profesi sebagai pekerja seks tidak dipandang sebagai profesi yang terhormat oleh
masyarakat. Memang di kalangan masyarakat luas sendiri terdapat semacam dualisme dalam
menyikapi masalah prostitusi. Di satu pihak, demand atau permintaan terhadap pekerja seks
remaja juga tetap tinggi dan banyak yang bersedia membayar pekerja seks remaja lebih
mahal dibanding yang sudah berumur. Namun, di pihak lain, walaupun saat ini sebagian kecil
masyarakat sudah mulai melihat para pekerja seks sebagai korban dan berusaha untuk
menawarkan program-program pengentasan untuk menolong mereka, sebagian besar lain
dari masyarakat masih terus mengutuk dan mengucilkan para pekerja seks, menganggap
mereka sampah masyarakat.
Bahkan ketika mereka ingin beralih profesi ke bidang lain yang dipandang bermartabat oleh
lingkungannya, masyarakat tidak begitu saja menerima mereka. Hal ini mengakibatkan para
pekerja seks mengalami kesulitan untuk alih profesi ke bidang lain.
6. Data yang pasti mengenai pekerja seks di bawah umur sangat sulit untuk diperoleh.
Biasanya pekerja seks tersebut diberi atau menggunakan identitas palsu di mana
umur dan fotonya dibuat supaya terlihat lebih tua. Selaian itu, hampir tidak ada
keluhan baik dari pelanggan maupun para pekerja seks itu sendiri menyangkut
aktivitas seksual yang dilakukan. Mobilitas para pekerja seks itu sendiri juga begitu
tinggi sehingga mempersulit pelacakan.
Sulitnya memperoleh data itu membuat masalah ini tidak mendapat perhatian yang
cukup, dan berdampak pada tidak jelasnya perlindungan yang (seharusnya)
diberikan oleh pemerintah bagi para pekerja seks, terutama pekerja seks di bawah
umur.
7. Penyempurnaan perundang-undangan mengen
ai
larangan atau penyelenggaraan pelacuran
Memperluas lapangan kerja bagi kaum wanita,
disesuaikan dengan kodrat dan bakatnya serta
penyelenggaraan pendidikan seks dan pemahaman nil
ai perkawinan dalam kehidupan keluarga
Penyitaan terhadap buku-buku dan majalah-
majalah, gambar-gambar porno, film-film biru
serta sarana-sarana lainnya
Upaya Pencegahan Prostitusi
12. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari presentasi ini adalah sebagai berikut :
1. Pelacuran yang merajalela sampai saat ini berkaitan dengan prostitusi, dimanaprostitusi ialah gejala
kemasyarakatan di mana wanita atau pria menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai
mata pencaharian.
2. Ada banyak motif yang melatarbelakangi kegiatan pelacuran,misalnya dilakukan secara sadar
karena tekanan ekonomi, dijebak teman atau germo,ataupun akibat kelainan seks pada diri sang pelacur
dan disorganisasi kehidupan keluarga/broken home.
3. Akibat – akibat dari pelacuran tersebut adalah maraknya penyakit menular seksual,penyakit seks
seperti HIV/AIDS yang merupakan fenomena gunung es,merusak sendi-sendi moral, susila hukum,dan
agama,berkorelasi dengan dunia narkotika dan kriminalitas, dan merusak kehidupan generasi
bangsa,karena pelacuran juga banyak dilakukan kalangan muda/generasi penerus bangsa.
4. Kenyataan membuktikan bahwa semakin ditekan pelacuran, maka semakin luas menyebar
prostitusi tersebut akibat jumlah pelacur semakin banyak dengan tingkah laku yang menyolok sehingga
terjadi perubahan sikap dan kebudayaan dari masyarakat terhadap prostitusi stigma atau noda sosial dan
eksploitasi-komersialisasi seks yang semula dikutuk menjadi diterima sebagai gejala sosial yang umum.
13. SARAN
Bila pemerintah tidak mampu sepenuhnya menghapuskan kegiatan
pelacuran, ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kegiatan pelacuran dan usaha menyehatkan kembali moral bangsa terutama
generasi muda yang produktif, saran tersebut antara lain penyempurnaan
perundang-undangan mengenai pelacuran, perlindungan kaum wanita
tunasusila,memberikan penyuluhan seks secara benar, penyediaan lapangan
kerja, penyitaan sarana – sarana berbau porno,mengadakan kegiatan
rehabilitasi dan resosialisasi pada pelacur. Dan diatas semua saran
tersebut,yang terpenting adalah mensejahterakan kehidupan rakyat.