Presentasi tentang kasus Munir memberikan informasi tentang latar belakang Munir sebagai aktivis HAM yang dibunuh, kronologi pembunuhannya, tersangka dan proses pengadilannya. Kasus ini masih menjadi misteri karena hanya ada satu orang yang dihukum sementara indikasi keterlibatan pihak lain. Upaya penyelesaian kasus ini masih berlanjut.
2. Nama Kelompok
1. Elin Herlina
2. Kayla Zahra
3. Maghfira Puteri
4. Mutiara Tarisa
5. Nadya Intan
6. Qafkara Azzahra
7. Syeh Ihsan
XI IPS 4
3. Informasi
Umum
Mengenai
Munir
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau
disingkat KontraS adalah sebuah komisi yang bekerja memantau
persoalan HAM, KontraS banyak mendapat pengaduan dan
masukan dari masyarakat, baik masyarakat korban maupun
masyarakat yang berani menyampaikan aspirasinya tentang
problem HAM yang terjadi di daerah.
Ia adalah seorang tokoh, seorang pejuang sejati, seorang pembela
HAM di indonesia. Pria kelahiran Malang, 8 Desember 1965 ini
adalah seorang aktivis muslim ekstrem yang kemudian beralih
menjadi seorang Munir yang menjunjung tinggi toleransi,
menghormati nilai-nilai kemanusiaan, anti kekerasan dan berjuang
tanpa kenal lelah dalam melawan praktik-praktik otoritarian serta
militeristik. Ia adalah seorang aktivis yang sangat aktif
memperjuangkan hak-hak orang tertindas. Selama hidupnya ia
selalu berkomitmen untuk selalu membela siapa saja yang haknya
terdzalimi. Ketika ia mendapatkan hadiah ratusan juta rupiah
sebagai penerima "The Right Livelihood Award" ia tidak
menikmatinya sendiri, melainkan membagi dua dengan Kontras, dan
sebagian lagi diserahkan kepada ibunda tercintanya.
3
4. Aktivitas Munir
Munir sempat berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
dan dikenal sebagai aktivis kampus yang sangat gesit dengan
keaktivannya untuk menjadi seorang ketua dan beberapa forum
studi yang terdapat di kampusnya. Munir mewujudkan
keseriusannya dalam bidang hukum dengan cara melakukan
pembelaan-pembelaan terhadap sejumlah kasus, terutama
pembelaannya terhadap kaum tertindas. Ia juga mendirikan dan
bergabung dengan berbagai organisasi, bahkan juga membantu
pemerintah dalam tim investigasi dan tim penyusunan Rancangan
Undang-Undang (RUU).
4
5. “1. Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan
pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa
Timur; 1993
2. Penasehat Hukum Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dalam kasus
subversi dan perkara hukum Administrative Court (PTUN) untuk pemecatannya
sebagai dosen, Jakarta; 1997
3. Penasehat Hukum Muchtar Pakpahan (Ketua Umum SBSI) dalam kasus
subversi, Jakarta; 1997
4. Penasehat Hukum Dita Indah Sari, Coen Husen Pontoh, Sholeh (Ketua PPBI
dan anggota PRD) dalam kasus subversi, Surabaya;1996
5. Penasehat Hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus kerusuhan
PT. Chief Samsung; 1995
6. Penasehat Hukum bagi 22 pekerja PT. Maspion dalam kasus pemogokan di
Sidoarjo, Jawa Timur; 1993
7. Penasehat Hukum DR. George Junus Aditjondro (Dosen Universitas Kristen
Satyawacana, Salatiga) dalam kasus penghinaan terhadap pemerintah,
Yogyakarta; 1994
○
5
KASUS BESAR YANG PERNAH
DITANGANI MUNIR
6. 6
8. Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktifis dan
mahasiswa di Jakarta; 1997-1998 –> [Danjen Koppasus]
9. Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-besaran
terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
10. Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di
Semanggi, Tragedi 1 dan 2; 1998-1999
11. Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor
Timur; 1999
12. Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku
13. Penasehat Hukum dan Koordinator Advokat HAM dalam kasus-
kasus di Aceh dan Papua (bersama KontraS)
7. Kronologi
Pembunuhan
Munir
6 September 2004 malam, Munir Said Thalib berada di lobi Bandara
Soekarno Hatta. dia akan berangkat untuk melanjutkan studi S2 hukum di
Universitas Utrecht, Belanda. Pukul 22.02 WIB, pesawat lepas landas.
Setelah terbang selama 1 jam 38 menit, pesawat transit di bandara Changi,
Singapura. Pesawat lepas landas pukul 01.53 waktu Singapura. Pramugari Tia
Dwi Ambara menawarkan makanan kepada Munir, dan dia hanya meminta
segelas teh hangat. Tiga jam pesawat terbang, Munir mulai sering bolak-balik
ke toilet. Ketika dia berpapasan dengan pramugara Bondan, dia mengeluh
sakit perut dan muntaber. Dia pun menyuruh Bondan memanggil Tarmizi
yang duduk di kelas bisnis sambil memberikannya kartu nama Tarmizi.
Tarmizi melakukan pemeriksaan umum. Tarmizi lalu mendapati bahwa nadi di
pergelangan tangan Munir sangat lemah. Tarmizi berpendapat Munir
mengalami kekurangan cairan akibat muntaber. Tarmizi sempat berpendapat
bahwa obat di kotak itu sangat minim, terutama untuk kebutuhan Munir:
infus, obat sakit perut mulas dan obat muntaber, semuanya tidak ada. Tarmizi
pun mengambil obat di tasnya. Tarmizi menyuruh pramugari membuat teh
manis dengan tambahan sedikit garam. Namun, setelah lima menit meminum
teh tersebut, Munir kembali ke toilet.
7
8. Hal tersebut berhasilkarena Munir kemudian tertidur selama tiga
jam. Setelah terbangun, Munir kembali ke toilet. Kali ini dia agak
lama, sekitar 10 menit, ternyata Munir telah terjatuh lemas di toilet.
Dua jam sebelum pesawat mendarat, Tarmizi melihat keadaan Munir:
mulutnya mengeluarkan air yang tidak berbusa dan kedua telapak
tangannya membiru. Munir meninggal dunia di pesawat, di atas langit
Negara Rumania pada tanggal 7 September 2004.
Pada 17 November 2004. Dalam tubuh Munir ternyata ditemukan zat
arsenik yang melampaui batas kewajaran. Ada kandungan racun arsenik
460 mg didalam lambung, 3,1 mg /ltr dalam darah. Anehnya, setelah
didalami oleh tim otopsi dari RSUD dr. Soetomo, kandungan arsenik di
dalam lambung begitu aneh, karena seharusnya kandungan arsenik itu
hancur. Ini terkesan mempertegas spekulasi jika kandungan arsenik
dalam tubuh Munir baru dimasukkan ketika jenazahnya sudah di
Indonesia. Hal ini juga diperkuat dengan permintaan mereka untuk
menahan lebih lama organ tubuh Munir. Spontan ini juga menimbulkan
indikasi bahwa hal itu dilakukan agar organ tubuh Munir bisa
dipersiapkan (dimark-up) agar benar-benar akan terkesan keracunan
arsenik ketika diperiksa oleh pihak lain.
8
9. Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun
hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa
Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan
Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut
Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima
beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen
senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga
membentuk tim investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut
tidak pernah diterbitkan ke publik. Hingga kini, kasus Munir hanya berhasil
menyeret seseorang kambing hitam yang divonis bersalah membunuh Munir.
Seorang Pilot Garuda, Polycarpus, menjadi satu-satunya pihak yang dipersalahkan.
Banyak pihak meyakini bahwa ia hanya pion yang dikorbankan. Sangat Tidak
masuk akal seorang pilot memiliki motif untuk membunuh seorang aktivis. Untuk
apa dan untuk siapa dia bekerja hingga saat ini masih temaram. Kelihaian
spionase tingkat tinggi dan permainan beberapa oknum di "tempat-tempat" yang
sangat tinggi membuat pollycarpus harus menanggung kesunyian sebagai
kambing hitam.
9
Dugaan Pembunuh Munir
10. 10
Kronologis Pengadilan Munir
Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan
akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama
persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya
Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti
penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin terkuat
tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk dengannya.
Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa panggilan
telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan
pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun
hukuman penjara.
11. 11
Dugaan Tersangka Kedua
Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah
menghubungi Pollycarpus dari agen Intelinjen Senior adalah seorang
mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn) Muchdi
Purwoprandjono. Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang
terungkap dari keterangan saksi, barang bukti, dan keterangan
terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya adalah surat dari
Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia
pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai
petugas aviation security. Jaksa juga menunjuk bukti transaksi
panggilan dari nomor telepon yang diduga milik Pollycarpus ke nomor
yang diduga milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call
data record. Selain itu, dalam persidangan Muchdi PR memberikan
keterangan berubah-ubah dan beberapa kali bertindak tidak sopan
12. Mengapa Munir Dibunuh?
Penting untuk kita ketahui bahwa Munir merupakan aktifis HAM.
Ada dugaan Munir dibunuh karena memegang data penting
seputar pelanggaran hak asasi manusia seperti pembantaian di
Talang Sari, Lampung, pada 1989, penculikan aktivis 1998,
referendum Timor Timur, hingga kampanye hitam pemilihan
presiden 2004.
12
13. 13
Proses Pengadilan Bagi Pihak Yang Terlibat
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun
hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa
Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan
Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut
Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa
panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi
tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim
investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah
diterbitkan ke publik.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang dekat
Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan
dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir[ Beragam bukti kuat dan
kesaksian mengarah padanya[9].Namun, pada 31 Desember 2008
, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau
ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah diperiksa.
14. 14
Kejanggalan Pembunuhan Munir
1. Keterbatasan waktu, waktu yang tersedia hanya ketika target berada di bandara
dan di pesawat.
2. Lokasi yang terbatas, yaitu ketika target berada di bandara dan pesawat
3. Kemudahan mendapatkan saksi mata. Saksi mata mudah didapat dari daftar
penumpang dan juga rekaman CCTV.
Mengeksekusi target dalam penerbangan seperti yang terjadi pada Munir tidak
mungkin dilakukan oleh sembarang orang. Eksekutor Munir pastilah orang terlatih.
Modus pembunuhan yang sangat sulit ini hanya bisa dilakukan oleh orang atau
kelompok yang jumlahnya sangat terbatas. Dan satu dari jumlah yang terbatas itu
adalah Badan Intelijen Negara (BIN). Keterlibatan BIN semakin menguat setelah
adanya komunikasi telepon selular antara Polycarpus dengan Deputi Kepala BIN
Muchdi PR sebelum tewasnya Munir.
15. 15
Upaya Penyelesaian Kasus Munir
Munculnya kembali kasus Munir ini dikarenakan Putri Kanesia yang menjabat
sebagai Kepala Divisi Pembelaan Hak Sipil Politik Komisi untuk Orang Hilang dan
Tindak Kekerasan (Kontras) mempertanyakan pernyataan Kementerian
Sekretariat Negara yang mengatakan bahwa tidak pernah menerima laporan hasil
penyelidikan terkait kasus kematian Munir. Dokumen hasil penyelidikan TPF (Tim
Pencari Fakta) yang dibentuk pada rezim pemerintahan Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono (2004-2009) kabarnya telah diserahkan kepada presiden
selaku pemangku kekuasaan pemerintah, namun kini dokumen itu telah hilang.
Sudi Silalahi yang dulu menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara menegaskan
pula sementara naskah asli belum ditemukan, pihak SBY akan menyerahkan
salinan dokumen itu kepada Presiden Joko Widodo.
16. 16
Kesimpulan
Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di
Indonesia. Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa
pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat otoriter.
Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk
bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter
karena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk
memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan,
dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini
memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya
menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.