SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
k.wr ‘14
ANALISIS FOSFOR DAN KROM (VI) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
TUJUAN
 Menentukan konsentrasi fosfat dalam sampel secara spektrofotometri
 Mempelajari metode analisis spesies krom (VI) dengan metoda difenilkarbazida
 Menguasai teknik analisis spektrofotometri untuk unsure logam dan non logam
LANDASAN TEORI
Fosfor adalah senyawa kimia nonlogam dengan nomor atom 15. Fosfor merupakan
senyawa yang berbeda karena ada dalam bentuk solid berbeda disebut allotrop.
Kebanyakan allotrop yakni fosfor putih, fosfor merah, dan fosfor hitam. Fosfor secara
eksklusive ditentukan oleh fotometri menggunakan bentuk yang disukainya yakni bentuk
molibdeum heteropolyacid (Beatty, 2001).
Metode paling poluler untuk analisis fosfat yakni yang melibatkan kompleks fosfat
dengan ion molibdat dalam kondisi asam. Senyawa kompleks yang dihasilkan berwarna biru
fosfomolibdenum yang kehadirannya sebagai agen pereduksi seperti asam askorbat dan
stannous chloride, dan juga sebagai katalis. Warna kompleks biru ini dapat diketahui
langsung oleh spektrofotometri pada 700 nm (Nollet, 2006). Sedangkan menurut metode
Deniges yang didasarkan kecocokan agen pereduksi, saat ditambahkan ammonium molibdat
pada asam tertentu akan menghasilkan warna biru menandakan adanya fosfat, di mana
digunakan SnCl₂ sebagai agen pereduksi (Wright, 1994).
Kromium, Cr (Ar: 51,996) adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak
dapat ditempa dengan berarti, ia melebur pada 176,5⁰C. logam ini larut dalam asam klorida
encer atau pekat. Ion kromium (II) dapat dioksidasikan menjadi kromat (Svehla, 1979).
Pada analisis kromium dengan metode difenilkarbazida, di mana asam kromat
bereaksi dengan difenilkarbazida dalam kondisi asam menghasilkan larutan violet dengan
panjang gelombang absorbansi maksimum 540 nm. Reaksi warna ini sangat sensitive pada
konsentrasi kromium yang kecil dengan sensitifitas 0,02 – 0,05 μg/ml. Metode ini dapat
dipakai pada semua media kompleks, seperti tanah, batuan, biji besih, tumbuhan, dan
hewan (National Research Council, 1974).
Spektofotometer merupakan instrument untuk mengukur absorbansi menggunakan
monokromator untuk menentukan panjang gelombang. Instrument simple yang digunakan
untuk penyerapan molekul UV/Vis disebut filter fotometer yang menggunakan absorpsi atau
penyaringan interferensi untuk mengisolasi pita radiasi. Instrument yang menggunakan
monokromator untuk memilih panjang gelombang disebut spectrometer (Harvey, 2000).
Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka
mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang yang mana absorpsi itu terjadi, bergantung
pada berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan
k.wr ‘14
kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang
gelombang pendek untuk eksitasinya (Day, 1998).
UV-Vis spektrofotometri untuk ketersediaan, kesederhanaan, fleksibilitas,
kecepatan, ketepatan, presisi, dan efektivitas biaya, secara rutin digunakan dalam kimia
analitik untuk penentuan kuantitatif analit. Spektrofotometer UV-Vis telah menjadi
instrumen analitis populer di laboratorium modern. Namun, konsentrasi rendah banyak
analit dalam sampel nyata yang kompleks membuat sulit untuk langsung mengukur dengan
UV-Vis spektrofotometri. Oleh karena itu, langkah persiapan sampel diperlukan sebelum
pengukuran untuk meningkatkan selektivitas dan sensitivitas (Kahkhi, 2013).
Hukum absorbansi dikenal dengan Hukum Lambert-Beer menjelaskan bagaimana
jumlah kuantitatif bergantung pada pengurangan konsentrasi dari molekul absorbansi.
Menurut Hukum Beer, absorbansi secara proporsional terhadap spesies absorbing c dan d
pada bagian panjang b merupakan medium absorbing yang dinyatakan persamaan berikut
(Skoog, 2004).
Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam mol perl liter dan b dalam cm. Konstanta
proporsional disebut absorptivitas molar dan disimbolkan ɛ (L mol⁻1
cm-1
), sehingga
persamaan dinyatakan sebagai berikut (Skoog, 2004).
A = ɛbc
Kestabilan termodinamik suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tetentu. Kestabilan suatu kompleks jelas akan
berhubungan dengan kemampuan mengompleks dari ion logam yang terlibat dan dengan
ciri-ciri khas ligan itu (Bassett, 1991).
Larutan difenil karbazida merupakan larutan yang dibuat dari 1 gram difenil
karbazida dalam 100 cm3
. Larutan difenil karbazida biasanya digunakan sebagai bahan uji
adanya ion arsenat, cadmium, kromium, dan raksa (Pudjaatmaka, 2002).
1,5-difefil karbazida (DCPI) dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi menjadi 1,5-difenil
karbazon (DPCO) yang dapat diektraksi sebagai pelarut organik. Senyawa ini akan
menampilkan absorbansi dalam rentang panjang gelombang terlentu (Meng, 2013).
Campuran dari senyawa ammonium molibdat dan ammonium vanadat membentuk
larutan ammonium molibdovanadat. Larutan ini merupakan larutan bening berwarna
kuning-hijau yang memiliki titik didih 212 – 227 0
F dan titik leleh 320
F (00
C). larutan ini
umumnya digunakan sebagai pengompleks dalam identifikasi fosfat membentuk senyawa
kompleks molibdovanadat asam fosfat yang berwarna kuning (Wright, 1994).
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis,
gelas beker, pipet ukur, pipet tetes, pipet pump, wadah sampel, kuvet,
k.wr ‘14
Sedangkan bahan-bahan digunakan dalam percobaan ini meliputi larutan stock P 100
ppm, larutan stok Cr(VI) 10 ppm, larutan ammonium molibdovanadat, larutan
difenilkarbazida 0,1%, larutan H2SO4 0,1 M, larutan HCl 0,1 M, larutan Cr(III) 10 ppm,
akuades, sampel P, dan sampel Cr.
CARA KERJA
 Alanisis Fosfor secara Spektrofotometri
Pembuatan larutan standar, dibuat larutan P 10 ppm dengan diambil 2,5 ml
larutan P 100 ppm, diencerkan dalam labu takar 25 ml dan diulang 2 kali. Lalu
disediakan 6 labu takar 25 ml. Diambil 0 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; 10 ml; dan 12,5 ml
larutan P 10 ppm ke dalam tiap labu takar. Setiap labu takar ditambahkan 1 ml
ammonium molibdovanadat. Kemudian tiap labu diisi akuades hingga tanda batas.
Penentuan panjang gelombang maksimum digunakan larutan P 0 ppm
sebagai blangko dan larutan P 3 ppm sebagai pengukuran. Pengukuran absorbansi
dilakukan untuk panjang gelombang antara 340 – 400 nm dengan interval 5 nm.
Penentuan waktu kestabilan kompleks digunakan larutan P 0 ppm sebagai
blangko dan larutan P 3 ppm sebagai pengukuran. Pengukuran absorbansi dilakukan
dengan panjang gelombang maksimum pada waktu 10 – 40 menit interval 5 menit.
Pengukuran larutan standar digunakan larutan P 0 ppm sebagai blanko.
Kemudian diukur semua larutan standar 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm menggunakan panjang
gelombang maksimum. Lalu dibuat kurva kalibrasinya.
Diambil 5 ml sampel dan ditambahkan 1 ml ammonium molibdovanadat dan
diencerkan dalam labu takar 25 ml. Kemudian didiamkan hingga waktu kestabilan
kompleks dan diukur absorbansinya dengan panjang gelombang optimum.
 Analisis Krom (VI) secara Spektrofotometri
Pada pembuatan larutan standar, dibuat larutan Cr 1 ppm dengan diambil 2,5
ml larutan Cr 10 ppm, diencerkan dalam labu takar 25 ml dan diulang 2 kali. Lalu
disediakan 6 labu takar 25 ml. Diambil 0 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; 10 ml; dan 12,5 ml
larutan Cr 1 ppm ke dalam tiap labu takar. Setiap labu takar ditambahkan 1 ml
larutan H₂SO₄ 0,1 M dan 1 ml difenilkarbazida 0,01%. Kemudian tiap labu diisi
akuades hingga tanda batas. Cara serupa dilakukan tapi dengan mengganti
penambahan H₂SO₄ dengan larutan HCl 0,1 M.
Penentuan panjang gelombang maksimum digunakan larutan Cr 0 ppm
sebagai blangko dan larutan Cr 0,3 ppm sebagai pengukuran. Pengukuran absorbansi
dilakukan untuk panjang gelombang antara 500-550 nm dengan interval 5 nm.
Pengukuran larutan standar digunakan larutan Cr 0 ppm sebagai blanko.
Kemudian diukur larutan standar 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ppm menggunakan
panjang gelombang maksimum.
k.wr ‘14
Diambil 2 ml sampel dan ditambahkan 1 ml H₂SO₄ 0,1 M dan 1 ml
difenilkarbazida 0,01% dan diencerkan dalam labu takar 25 ml. Kemudian diukur
absorbansi dengan panjang gelombang maksimum. Cara serupa dilakukan dengan
mengganti H₂SO₄ dengan HCl 0,1 M.
Disediakan 4 labu takar 25 ml. Diambil 1 ml, 3 ml, 6 ml, dan 10 ml larutan Cr
(III) 10 ppm ke dalam tiap labu takar. Tiap labu takar ditambahkan 2 ml larutan Cr
(VI) 10 ppm, 1 ml larutan H₂SO₄ 0,1 M dan 1 ml difenilkarbazida 0,01%. Kemudian
tiap labu diisi akuades hingga tanda batas dan diukur absorbansinya dengan panjang
gelombang maksimum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
 HASIL PERCOBAAN
 Analisis Fosfor secara Spektrofotometri
o Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang Gelombang
(nm) Absorbansi
400.008 0.232593
395.1013 0.260498
390.1947 0.293287
385.288 0.327797
380.3813 0.371028
370.568 0.481049
365.6613 0.522183
360.7547 0.594995
355.848 0.663739
350.9413 0.704635
346.0347 0.736478
341.128 0.850224
336.2213 0.821478
331.3147 0.907545
326.408 0.706449
321.5013 0.431483
316.5947 0.151698
311.688 0.082405
306,781 -0.05638
o Penentuan waktu kestabilan kompleks
Waktu (menit) Absorbnsi
10 2.436
15 0.4467
20 2.8090
25 1.8266
k.wr ‘14
30 2.5754
35 0.3003
40 0.6062
o Pengukuran absorbansi larutan standard dan sampel
Konsentrasi (ppm) Asorbansi
1 0.2118
2 0.421
3 0.2606
4 0.4959
5 5.7811
Sampel 2.3067
 Analisis Cr(VI) secara Spektrofotometri
o Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang Gelombang
(nm)
Absorbansi
H₂SO₄ 0,1 M HCl 0,1 M
500
505
510
515
520
525
530
535
540
545
550
0,060
0,067
0,073
0,079
0,086
0,090
0,094
0,097
0,098
0,099
0,097
0,065
0,068
0,070
0,079
0,082
0,085
0,088
0,090
0,091
0,092
0,087
o Pengukuran larutan standard dan sampel
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
H₂SO₄ 0,1 M HCl 0,1 M
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,034
0,065
0,099
0,127
0,148
0,031
0,070
0,092
0,111
0,138
Sampel 0,199 0,163
o Uji pengaruh Cr(III) pada analisis penentuan Cr(VI)
NO Absorbansi
1 0,201
k.wr ‘14
2
3
4
0,200
0,199
0,155
 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom(VI) dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada penentuan fosfor digunakan
penambahan ammonium molibdovanadat. Sementara pada penentuan krom(VI)
digunakan metode difenilkarbazida.
Penggunaan larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat
preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan
dengan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan
konsentrasi tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya.
Grafik antara absorbansi vs konsentrasi akan linear untuk konsentrasi larutan yang
kecil, sedangkan jika konsentrasinya terlalu besar justru akan menyimpang (tidak
linear lagi). Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat banyak molekul
dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul sendiri. Hal ini
menyebabkan interaksi molekul dengan cahaya atau penyerapan radiasi menjadi
tidak maksimal.
Setiap analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, perlu diukur terlebih
dahulu panjang gelombang optimumnya. Hal ini dikarenakan panjang gelombang
optimum merupakan panjang gelombang di mana absorbansi yang dialami oleh
suatu zat terjadi yang paling besar. Hal ini karena pada panjang gelombang tertentu
absorbansi akan kecil dan pada panjang gelombang optimum inilah nilai
absorbansinya paling tinggi. Namun, jika panjang gelombang terus dinaikkan, justru
nilai absorbansinya akan kembali menurun. Sehingga, pada panjang gelombang
optimum inilai yang merupakan kondisi paling sesuai untuk melakukan analisis.
Pada penentuan panjang gelombang optimum, digunakan salah satu jenis
larutan standar dengan konsentrasi tertentu. Penggunaan konsentrasi yang akan
digunakan tidak terlalu berpengaruh ingin digunakan konsentrasi berapa saja asalkan
saat pengujian selalu digunakan konsentrasi yang sama.
Larutan yang akan diuji nantinya dimasukkan ke dalam kuvet. Penggunaan
kuvet untuk mengukur sampel harus dengan bentuk dan ukuran yang sama antara
larutan satu dengan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar luasan daerah paparan
penyerapan sinar oleh larutan dapat sama pada setiap analisis larutan. Jika
penggunaan ukuran kuvet berbeda, maka dapat mempengaruhi perbandingan hasil
absorbansi yang terjadi.
Penuangan larutan yang akan dianalisis juga harus sama pada setiap larutan
(volumenya harus sama). Hal ini dikarenakan jika volumenya berbeda antar larutan
satu dengan lainnya, maka tentu saja besarnya komposisi yang terpapar oleh sinar
pun akan berbeda, sehingga juga dapat mempengaruhi perbandingan absorbansi
k.wr ‘14
yang terjadi. Sebelum dimasukkan ke sel sampel, bagian luar kuvet juga perlu
dibersihkan dengan tisu agar tidak basah, karena kondisi luar kuvet yang tidak kering
juga dapat berpengaruh pada hasil absorbansinya.
Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan
blangko ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika
tanpa analit. Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai
larutan pembanding dalam analisis. Dapat dikatakan juga sebagai larutan penetralan,
karena untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya.
Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian harus selalu
diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada larutan yang
akan dianalisis.
Larutan dalam kuvet yang kemudian masuk ke dalam sel sampel pada
spektrofotometri UV-Vis nantinya akan dikenai sinar dari lampu. Sinar ini akan
terserap oleh molekul pada larutan. Namun, tidak semua sinar terabsorb oleh
molekul karena ada sebagian sinar yang diteruskan. Sinar yang diteruskan inilah yang
kemudian masuk ke detector dan diubah ke dalam sinyal listrik. Sinyal listrik yang
dihasilkan sangat lemah sehingga harus diamplifikasi dan baru dapat terbaca sebagai
data pada rekorder (absorbansi).
Analisis Fosfor secara Spektrofotometri
Pada analisis fosfor dilakukan empat macam percobaan, yaitu penentuan
panjang gelombang optimum, penentuan waktu kestabilan kompleks, pembuatan
kurva kalibrasi (penentuan absorbansi larutan standar), dan penentuan absorbansi
sampel. Analisis fosfor dilakukan dengan melakukan penambahan ammonium
molibdovanadat. Pada percobaan ini, digunakan larutan standar P dengan
konsentrasi bervariasi, yakni dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm dari larutan
stock P 100 ppm.
Adanya penambahan ammonium molibdovanadat bertujuan agar fosfor
bereaksi dengan ammonium molibdovanadat membentuk kompleks dengan warna
yang khas, yakni warna kompleks kuning. Reaksi yang terjadi saat fosfor direaksikan
dengan ammonium molibdovanadat adalah sebagai berikut.
Pada analisis fosfor ini digunakan spektrofotometer UV. Hal ini dikarenakan
panjang gelombang yang diserap oleh fosfor berada di bawah 400 nm, yang sudah
masuk dalam kawasan daerah sinar UV. Penggunaan spektrofotometri UV ini juga
karena energi cahaya UV lebih besar dari energi cahaya tampak maka energi UV
dapat menyebabkan transisi elektron σ dan μ. Sementara lampu yang digunakan
yakni lampu deuterium dengan panjang gelombang 190-380 nm.
Pada penentuan panjang gelombang optimum, digunakan larutan P 0 ppm
sebagai larutan blangko dan larutan P 3 ppm sebagai larutan yang akan diuji. Larutan
bangko di sini merupakan pengenceran 1 ml ammonium molibdovanadat dalam labu
takar 25 ml (tidak mengandung fosfor). Penentuan panjang gelombang optimum
k.wr ‘14
dilakukan pada panjang gelombang 305 – 400 nm dengan interval 5 nm. Semakin
pendek interval akan semakin baik karena ketelitian. Sebelum larutan diukur, perlu
dimasukkan dahulu larutan blangko dan diatur panjang gelombangnya 305 nm dan
diatur pada absorbansi 0. Hal ini karena larutan blangko tidak menyerap radiasi dan
memiliki transmitansi 100%. Setelah itu baru dimasukkan larutan yang akan diuji.
Jika akan mengubah ke panjang gelombang berikutnya, spektrofotometri harus
dinetralkan terlebih dahulu dengan memasukkan larutan blangko, begitu pula
seterusnya.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum,
kemudian dibuat grafik λ vs A yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai absorbansi tertinggi yakni pada
0,907545 yang diperoleh saat nilai panjang gelombangnya 331,3147 nm. Hal ini
berarti bahwa panjang gelombang optimumnya adalah 331,3147 nm. Pada panjang
gelombang inilah kemudian digunakan untuk analisis larutan selanjutnya. Namun,
pada teoritis seharusnya warna kuning dari hasil pereaksian fosfor dengan
ammonium molibdovanadat dapat diukur pada panjang gelombang 460 nm.
Sehingga, hasil itu belum sesuai teoritisnya.
Dengan panjang gelombang optimumnya 331,3147 nm, setiap larutan
standar yang akan dianalisis dan larutan sampel diuji absorbansinya. Hal ini untuk
mengoptimalkan hasil absorbansi yang diperoleh dengan menggunakan larutan
blangko P 0 ppm.
Waktu kestabilan kompleks perlu ditentukan karena waktu itu merupakan
waktu yang dibutuhkan senyawa dan pengompleksnya untuk membentuk senyawa
kompleks yang stabil. Artinya, kondisi di mana pada watu tersebut senyawa telah
mempentuk senyawa kompleks yang kuat yang ditunjukkan dengan besarnya nilai
absorbansi. Nilai absorbansi yang semakin tinggi (paling tinggi) menunjukkan waktu
di mana senyawa kompleks telah mencapai kestabilan.
k.wr ‘14
Waktu yang dibutuhkan senyawa untuk mencapai kestabilan kompleksnya
berbeda-beda tiap senyawa. Pada kurun waktu singkat umumnya senyawa kompleks
masih belum stabil. Namun, jika pada kurun waktu yang terlalu lama juga justru akan
melemah kembali. Sehingga, pada analisis fosfor perlu diuji waktu saat kompleks
mencapai kestabilan tertingginya, dengan menggunakan larutan P 3 ppm sebagai
penguji dan larutan P 0 ppm sebagai larutan blangko.
Berdasarkan hasil percobaan waktu kestabilan kompleks, kemudian dibuat
grafik t vs A yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai absorbansi tertinggi yakni pada
2,8090 yang diperoleh saat nilai waktunya 20 menit. Hal ini berarti bahwa waktu
kestabilan kompleksnya adalah 20 menit. Sehingga, pada penentuan absorbansi
sampel, sampel perlu didiamkan selama 20 menit untuk menjadi stabil pada kondisi
kompleksnya. Kamudian, baru diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang
gelombang 331,3147 nm.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar 1, 2, 3, 4,
dan 5 ppm dan nilai absorbansi sampel yakni 2,3067, sehingga dapat dibuat kurva
kalibrasi antara C vs A, di mana akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis
y = 1,121 x – 1,93 dan R2
= 0,531. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut,
maka dapat diketahui konsentrasi fosfor dalam sampel yakni 18,897 ppm.
Analisis Krom(VI) secara Spektrofotometri
Pada analisis krom (VI) akan dilakukan empat macam percobaan, yaitu
penentuan panjang gelombang optimum, pembuatan kurva kalibrasi (penentuan
absorbansi larutan standar), penentuan absorbansi sampel, dan penentuan
pengaruh Cr (III) terhadap analisis Cr (VI). Analisis Cr(VI) ini digunakan metode
difenilkarbazida dan menggunakan spektrofotometri visible, sehingga larutan yang
diamati harus berwarna (mengandung kromofor). Sementara itu, lampu yang
k.wr ‘14
digunakan yakni lampu Wolfram yang memiliki panjang gelombang 350-800 nm.
Lampu ini hanya dapat digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak saja.
Pada percobaan ini, digunakan larutan standar Cr(VI) dengan konsentrasi
bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 ppm dari larutan stock
Cr(VI) 10 ppm. Terdapat 2 variasi penggunaan asam, yakni H2SO4 dan HCl. Larutan
Cr(VI) yang digunakan adalah larutan CrO4
2-
. Adanya penambahan larutan asam
bertujuan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Hal ini dikarenakan saat
larutan Cr(VI) direaksikan dengan 1,5-difenilkarbazida 0,01%, maka reaksi
pengompleksan Cr(VI) hanya berlangsung pada kondisi asam. Adanya ion-ion
hydrogen dari asam ini juga menyebabkan kromat berubah menjadi drikromat.
Reaksi yang terjadi saat larutan Cr(VI) direaksikan dengan asam adalah
sebagai berikut.
Adanya penambahan larutan 1,5-difenilkarbazida 0,01% bertujuan agar Cr(VI)
bereaksi dengan larutan 1,5-difenilkarbazida 0,01% membentuk kompleks dengan
warna kompleks merah keungungan (pink) jernih. Proses ini harus dalam suasana
asam. Adanya warna tersebut sangat diperlukan karena proses analisis yang
menggunakan spektrofotometri visible sangat disyaratkan untuk larutan berwarna.
Reaksi yang terjadi saat penambahan larutan larutan 1,5-difenilkarbazida
0,01% adalah sebagai berikut.
Pada analisis ini digunakan variasi larutan pengasam H2SO4 dan HCl. Variasi
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan larutan pengasam yang
digunakan. Seperti yang diketahui bahwa pada analisis Cr(VI) mengandung
interferensi berupa Mo(VI), Hg(I), Hg(II), Fe(III), dan V. Penggunaan H2SO4 akan lebih
baik dibandingkan HCl, karena jika dalam larutan mengandung interferensi Fe(III)
maka akan membentuk warna kompleks yang lebih rendah. Jika warna kompleks
dengan Fe(III) terlalu terlihat (menggunakan HCl), maka tentu akan mempengaruhi
proses absorbansi yang terjadi karena penyerapan cahaya oleh Cr(VI) juga akan
berbeda. Larutan dengan HCl akan berwarna lebih pink jika dibandingkan dengan
H2SO4.
Pada penentuan panjang gelombang optimum, digunakan larutan Cr(VI) 0
ppm sebagai larutan blangko dan larutan Cr(VI) 0,3 ppm sebagai larutan yang akan
k.wr ‘14
diuji. Pengujian dilakukan pada panjang gelombang 500 – 550 nm dengan interval 5
nm. Semakin pendek interval akan semakin baik karena lebih teliti.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum,
kemudian dibuat grafik λ vs A yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pada penambahan dengan H2SO4,
nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,099 yang diperoleh saat nilai panjang
gelombangnya 545 nm. Sementara itu, pada penambahan dengan HCl, nilai
absorbansi tertinggi yakni pada 0,092 yang diperoleh saat nilai panjang
gelombangnya 545 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang optimum pada
H2SO4 dan HCl adalah 545 nm. Pada panjang gelombang tersebutlah yang lalu
digunakan untuk analisis larutan krom selanjutnya.
Dengan panjang gelombang optimumnya 545 nm, setiap larutan standar yang
akan dianalisis dan larutan sampel dengan menggunakan larutan P 0 ppm sebagai
blangko.
k.wr ‘14
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh panjang gelombang optimum baik
pada pada penambahan H2SO4 maupun HCl yakni 545 nm. Seperti yang telah
dijelaskan di atas bahwa penambahan 1,5-difenilkarbazida akan menyebabkan
terbentuknya senyawa kompleks berwarna merah keunguan. Warna ini merupakan
warna yang diamati, namun warna yang diserap merupakan warna
komplementernya. Warna merah keunguan memiliki warna komplementer hijau
dengan panjang gelombang 495 – 570 nm. Sehingga, hasil 540 nm sebagai panjang
gelombang optimum sudah benar karena berada pada rentang panjang gelombang
warna hijau yang merupakan warna komplementer dari larutannya.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar 0,1; 0,2;
0,3; 0,4; dan 0,5 ppm dan nilai absorbansi sampel pada penambahan H2SO4 yakni
0,199 dan pada penambahan HCl yakni 0,163 , sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi
antara C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis pada
penambahan H2SO4 yakni y = 0,27 x + 0,011 dan R2
= 0,974, sedangkan pada
penambahan HCl yakni y = 0,255 x + 0,011 dan R2
= 0,982. Dengan menggunakan
persamaan garis tersebut, maka dapat diketahui konsentrasi Cr(VI0 dalam sampel
dengan penambahan H2SO4 yakni 8,7 ppm, sedangkan dengan penambahan HCl
yakni 7,45 ppm.
Jika dibandingkan antara penambahan H2SO4 dengan HCl, terlihat bahwa nilai
absorbansi tiap senyawa dengan penambahan HCl akan lebih rendah disbanding
dengan penambahan H2SO4. Hal ini dimungkinkan karena adanya interferensi Fe(III)
dalam larutan yang mana jika dalam kondisi asam HCl akan membentuk sedikit
kompleks warna dibandingkan dengan asam H2SO4. Sehingga, penyerapan sinar pada
molekul senyawa pun akan berbeda, yang akibatnya nilai absorbansinya juga akan
berbeda.
Berdasarkan hasil percobaan tentang pengaruh Cr(III) terhadap analisis Cr(VI)
menunjukkan hasil bahwa dalam konsentrasi Cr(III) berapapun tidak memberikan
efek terhadap absorbansinya. Tapi, ada penyimpangan di mana saat ditambah 10 ml
Cr(III) terjadi perbedaan absorbansi yang cukup signifikan. Namun, jika dibandingkan
dengan 3 data sebelumnya masih dapat disimpulkan kalau Cr(III) tidak berpengaruh.
KESIMPULAN
...
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, dkk., 1991, Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including
Elementary Instrumental Analysis, Longman Group UK Limited, London.
Beatty, R., 2001, The Elements Phosphorous, Marshall Cavendish Corporation, Tarrytown.
k.wr ‘14
Day, dkk., 1989, Analisis Kimia Kuantitatif, (ditejermahkan oleh: Pujaatmaka), Erlangga,
Jakarta.
Harvey, D., 2000, Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill Companies, USA.
Kakhki, R. M. et al., 2013, Extraction and Determination of Rose Bengal in Water Sample by
Dispersive Liquid-Liquid Microextraction Coupled to Uv-Vis Spectrophotometry, Arabian
Journal Of Chemistry, Hal 1-5.
Skoog, dkk., 2004, Fundamentals of Analytical Chemistry, Edisi Kedelapan, Thomsons
Learning Inc., Canada.
Meng, Z. D. et al., 2013, Enhanced Visible Light Photocatalytic Activity of Ag2S-
Graphene/TiO2 Nanocomposites Made by Sonochemical Synthesis, Chin. J. Catal., Vol 34, No
8, 1527-1533.
National Research Council, 1974, Chromium, National Academy of Science, Washington.
Pudjaatmaka, A. H., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta.
Svehla, G., 1979, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Edisi
Kelima, Longman Group Limited, London.
Wright, H., 1994, A Handbook of Soil Analysis, Logos Press, New Delhi.

More Related Content

What's hot

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)yusbarina
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidaqlp
 
Spektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSpektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSyarif Hamdani
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...Indriati Dewi
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium SulfatPenetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium SulfatRidwan Ajipradana
 
Titrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniTitrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniaji indras
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK BogorDeviPurnama
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriqlp
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)qlp
 

What's hot (20)

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
Spektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSpektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merah
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium SulfatPenetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
 
Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri
 
Titrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniTitrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuni
 
Kolorimetri
KolorimetriKolorimetri
Kolorimetri
 
Makalah Gravimetri
Makalah GravimetriMakalah Gravimetri
Makalah Gravimetri
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O SMK-SMAK Bogor
 
Sintesis aspirin
Sintesis aspirinSintesis aspirin
Sintesis aspirin
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 

Viewers also liked

Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomqlp
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriqlp
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformqlp
 
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseqlp
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airqlp
 
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara SpektrofotometriCara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometriinfosanitasi
 
Jurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amoniaJurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amoniaSiti Subaidah
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturqlp
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleDila Adila
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Anggi Nurbana Wahyudi
 
Kurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarKurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarRestu Frodo
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriRidha Faturachmi
 

Viewers also liked (20)

Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetri
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Teknik sampling
Teknik samplingTeknik sampling
Teknik sampling
 
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara SpektrofotometriCara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Ekstraksi mangan
Ekstraksi manganEkstraksi mangan
Ekstraksi mangan
 
Standar persyaratan minimal
Standar persyaratan minimalStandar persyaratan minimal
Standar persyaratan minimal
 
Jurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amoniaJurnal analisis kandungan amonia
Jurnal analisis kandungan amonia
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Viskimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
 
Kurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarKurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standar
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
Sektrofotometri uv vis - sample
Sektrofotometri uv vis - sampleSektrofotometri uv vis - sample
Sektrofotometri uv vis - sample
 

Similar to Analisis fosfor dan krom

Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika Dede Suhendra
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4mila_indriani
 
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasiHaInYoo
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Bahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airBahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airrramdan383
 
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)HaInYoo
 
12352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-2015070912352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-20150709HaInYoo
 
kadar amoniak, nitrat dan nitrit
kadar amoniak, nitrat dan nitritkadar amoniak, nitrat dan nitrit
kadar amoniak, nitrat dan nitritnadya parmitha
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxCitraCirebon
 
Analisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamidaAnalisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamidaHaInYoo
 

Similar to Analisis fosfor dan krom (20)

Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
 
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Bahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airBahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h air
 
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
 
12352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-2015070912352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-20150709
 
kadar amoniak, nitrat dan nitrit
kadar amoniak, nitrat dan nitritkadar amoniak, nitrat dan nitrit
kadar amoniak, nitrat dan nitrit
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
 
ALGA COKLAT
ALGA COKLATALGA COKLAT
ALGA COKLAT
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptx
 
Jurnalsak
JurnalsakJurnalsak
Jurnalsak
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Spektrofotometer
SpektrofotometerSpektrofotometer
Spektrofotometer
 
Analisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamidaAnalisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamida
 

More from qlp

Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcqlp
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftolqlp
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerqlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriqlp
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikqlp
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiqlp
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsialqlp
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometriqlp
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 
Laporan analitik 3
Laporan analitik 3Laporan analitik 3
Laporan analitik 3qlp
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriqlp
 
Laporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekulLaporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekulqlp
 
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletLaporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletqlp
 

More from qlp (15)

Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Laporan analitik 3
Laporan analitik 3Laporan analitik 3
Laporan analitik 3
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
Laporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekulLaporan polimer makromolekul
Laporan polimer makromolekul
 
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tabletLaporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Analisis fosfor dan krom

  • 1. k.wr ‘14 ANALISIS FOSFOR DAN KROM (VI) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUJUAN  Menentukan konsentrasi fosfat dalam sampel secara spektrofotometri  Mempelajari metode analisis spesies krom (VI) dengan metoda difenilkarbazida  Menguasai teknik analisis spektrofotometri untuk unsure logam dan non logam LANDASAN TEORI Fosfor adalah senyawa kimia nonlogam dengan nomor atom 15. Fosfor merupakan senyawa yang berbeda karena ada dalam bentuk solid berbeda disebut allotrop. Kebanyakan allotrop yakni fosfor putih, fosfor merah, dan fosfor hitam. Fosfor secara eksklusive ditentukan oleh fotometri menggunakan bentuk yang disukainya yakni bentuk molibdeum heteropolyacid (Beatty, 2001). Metode paling poluler untuk analisis fosfat yakni yang melibatkan kompleks fosfat dengan ion molibdat dalam kondisi asam. Senyawa kompleks yang dihasilkan berwarna biru fosfomolibdenum yang kehadirannya sebagai agen pereduksi seperti asam askorbat dan stannous chloride, dan juga sebagai katalis. Warna kompleks biru ini dapat diketahui langsung oleh spektrofotometri pada 700 nm (Nollet, 2006). Sedangkan menurut metode Deniges yang didasarkan kecocokan agen pereduksi, saat ditambahkan ammonium molibdat pada asam tertentu akan menghasilkan warna biru menandakan adanya fosfat, di mana digunakan SnCl₂ sebagai agen pereduksi (Wright, 1994). Kromium, Cr (Ar: 51,996) adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan berarti, ia melebur pada 176,5⁰C. logam ini larut dalam asam klorida encer atau pekat. Ion kromium (II) dapat dioksidasikan menjadi kromat (Svehla, 1979). Pada analisis kromium dengan metode difenilkarbazida, di mana asam kromat bereaksi dengan difenilkarbazida dalam kondisi asam menghasilkan larutan violet dengan panjang gelombang absorbansi maksimum 540 nm. Reaksi warna ini sangat sensitive pada konsentrasi kromium yang kecil dengan sensitifitas 0,02 – 0,05 μg/ml. Metode ini dapat dipakai pada semua media kompleks, seperti tanah, batuan, biji besih, tumbuhan, dan hewan (National Research Council, 1974). Spektofotometer merupakan instrument untuk mengukur absorbansi menggunakan monokromator untuk menentukan panjang gelombang. Instrument simple yang digunakan untuk penyerapan molekul UV/Vis disebut filter fotometer yang menggunakan absorpsi atau penyaringan interferensi untuk mengisolasi pita radiasi. Instrument yang menggunakan monokromator untuk memilih panjang gelombang disebut spectrometer (Harvey, 2000). Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang yang mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan
  • 2. k.wr ‘14 kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksitasinya (Day, 1998). UV-Vis spektrofotometri untuk ketersediaan, kesederhanaan, fleksibilitas, kecepatan, ketepatan, presisi, dan efektivitas biaya, secara rutin digunakan dalam kimia analitik untuk penentuan kuantitatif analit. Spektrofotometer UV-Vis telah menjadi instrumen analitis populer di laboratorium modern. Namun, konsentrasi rendah banyak analit dalam sampel nyata yang kompleks membuat sulit untuk langsung mengukur dengan UV-Vis spektrofotometri. Oleh karena itu, langkah persiapan sampel diperlukan sebelum pengukuran untuk meningkatkan selektivitas dan sensitivitas (Kahkhi, 2013). Hukum absorbansi dikenal dengan Hukum Lambert-Beer menjelaskan bagaimana jumlah kuantitatif bergantung pada pengurangan konsentrasi dari molekul absorbansi. Menurut Hukum Beer, absorbansi secara proporsional terhadap spesies absorbing c dan d pada bagian panjang b merupakan medium absorbing yang dinyatakan persamaan berikut (Skoog, 2004). Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam mol perl liter dan b dalam cm. Konstanta proporsional disebut absorptivitas molar dan disimbolkan ɛ (L mol⁻1 cm-1 ), sehingga persamaan dinyatakan sebagai berikut (Skoog, 2004). A = ɛbc Kestabilan termodinamik suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tetentu. Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan kemampuan mengompleks dari ion logam yang terlibat dan dengan ciri-ciri khas ligan itu (Bassett, 1991). Larutan difenil karbazida merupakan larutan yang dibuat dari 1 gram difenil karbazida dalam 100 cm3 . Larutan difenil karbazida biasanya digunakan sebagai bahan uji adanya ion arsenat, cadmium, kromium, dan raksa (Pudjaatmaka, 2002). 1,5-difefil karbazida (DCPI) dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi menjadi 1,5-difenil karbazon (DPCO) yang dapat diektraksi sebagai pelarut organik. Senyawa ini akan menampilkan absorbansi dalam rentang panjang gelombang terlentu (Meng, 2013). Campuran dari senyawa ammonium molibdat dan ammonium vanadat membentuk larutan ammonium molibdovanadat. Larutan ini merupakan larutan bening berwarna kuning-hijau yang memiliki titik didih 212 – 227 0 F dan titik leleh 320 F (00 C). larutan ini umumnya digunakan sebagai pengompleks dalam identifikasi fosfat membentuk senyawa kompleks molibdovanadat asam fosfat yang berwarna kuning (Wright, 1994). ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis, gelas beker, pipet ukur, pipet tetes, pipet pump, wadah sampel, kuvet,
  • 3. k.wr ‘14 Sedangkan bahan-bahan digunakan dalam percobaan ini meliputi larutan stock P 100 ppm, larutan stok Cr(VI) 10 ppm, larutan ammonium molibdovanadat, larutan difenilkarbazida 0,1%, larutan H2SO4 0,1 M, larutan HCl 0,1 M, larutan Cr(III) 10 ppm, akuades, sampel P, dan sampel Cr. CARA KERJA  Alanisis Fosfor secara Spektrofotometri Pembuatan larutan standar, dibuat larutan P 10 ppm dengan diambil 2,5 ml larutan P 100 ppm, diencerkan dalam labu takar 25 ml dan diulang 2 kali. Lalu disediakan 6 labu takar 25 ml. Diambil 0 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; 10 ml; dan 12,5 ml larutan P 10 ppm ke dalam tiap labu takar. Setiap labu takar ditambahkan 1 ml ammonium molibdovanadat. Kemudian tiap labu diisi akuades hingga tanda batas. Penentuan panjang gelombang maksimum digunakan larutan P 0 ppm sebagai blangko dan larutan P 3 ppm sebagai pengukuran. Pengukuran absorbansi dilakukan untuk panjang gelombang antara 340 – 400 nm dengan interval 5 nm. Penentuan waktu kestabilan kompleks digunakan larutan P 0 ppm sebagai blangko dan larutan P 3 ppm sebagai pengukuran. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan panjang gelombang maksimum pada waktu 10 – 40 menit interval 5 menit. Pengukuran larutan standar digunakan larutan P 0 ppm sebagai blanko. Kemudian diukur semua larutan standar 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm menggunakan panjang gelombang maksimum. Lalu dibuat kurva kalibrasinya. Diambil 5 ml sampel dan ditambahkan 1 ml ammonium molibdovanadat dan diencerkan dalam labu takar 25 ml. Kemudian didiamkan hingga waktu kestabilan kompleks dan diukur absorbansinya dengan panjang gelombang optimum.  Analisis Krom (VI) secara Spektrofotometri Pada pembuatan larutan standar, dibuat larutan Cr 1 ppm dengan diambil 2,5 ml larutan Cr 10 ppm, diencerkan dalam labu takar 25 ml dan diulang 2 kali. Lalu disediakan 6 labu takar 25 ml. Diambil 0 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; 10 ml; dan 12,5 ml larutan Cr 1 ppm ke dalam tiap labu takar. Setiap labu takar ditambahkan 1 ml larutan H₂SO₄ 0,1 M dan 1 ml difenilkarbazida 0,01%. Kemudian tiap labu diisi akuades hingga tanda batas. Cara serupa dilakukan tapi dengan mengganti penambahan H₂SO₄ dengan larutan HCl 0,1 M. Penentuan panjang gelombang maksimum digunakan larutan Cr 0 ppm sebagai blangko dan larutan Cr 0,3 ppm sebagai pengukuran. Pengukuran absorbansi dilakukan untuk panjang gelombang antara 500-550 nm dengan interval 5 nm. Pengukuran larutan standar digunakan larutan Cr 0 ppm sebagai blanko. Kemudian diukur larutan standar 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ppm menggunakan panjang gelombang maksimum.
  • 4. k.wr ‘14 Diambil 2 ml sampel dan ditambahkan 1 ml H₂SO₄ 0,1 M dan 1 ml difenilkarbazida 0,01% dan diencerkan dalam labu takar 25 ml. Kemudian diukur absorbansi dengan panjang gelombang maksimum. Cara serupa dilakukan dengan mengganti H₂SO₄ dengan HCl 0,1 M. Disediakan 4 labu takar 25 ml. Diambil 1 ml, 3 ml, 6 ml, dan 10 ml larutan Cr (III) 10 ppm ke dalam tiap labu takar. Tiap labu takar ditambahkan 2 ml larutan Cr (VI) 10 ppm, 1 ml larutan H₂SO₄ 0,1 M dan 1 ml difenilkarbazida 0,01%. Kemudian tiap labu diisi akuades hingga tanda batas dan diukur absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum. HASIL DAN PEMBAHASAN  HASIL PERCOBAAN  Analisis Fosfor secara Spektrofotometri o Penentuan panjang gelombang maksimum Panjang Gelombang (nm) Absorbansi 400.008 0.232593 395.1013 0.260498 390.1947 0.293287 385.288 0.327797 380.3813 0.371028 370.568 0.481049 365.6613 0.522183 360.7547 0.594995 355.848 0.663739 350.9413 0.704635 346.0347 0.736478 341.128 0.850224 336.2213 0.821478 331.3147 0.907545 326.408 0.706449 321.5013 0.431483 316.5947 0.151698 311.688 0.082405 306,781 -0.05638 o Penentuan waktu kestabilan kompleks Waktu (menit) Absorbnsi 10 2.436 15 0.4467 20 2.8090 25 1.8266
  • 5. k.wr ‘14 30 2.5754 35 0.3003 40 0.6062 o Pengukuran absorbansi larutan standard dan sampel Konsentrasi (ppm) Asorbansi 1 0.2118 2 0.421 3 0.2606 4 0.4959 5 5.7811 Sampel 2.3067  Analisis Cr(VI) secara Spektrofotometri o Penentuan panjang gelombang maksimum Panjang Gelombang (nm) Absorbansi H₂SO₄ 0,1 M HCl 0,1 M 500 505 510 515 520 525 530 535 540 545 550 0,060 0,067 0,073 0,079 0,086 0,090 0,094 0,097 0,098 0,099 0,097 0,065 0,068 0,070 0,079 0,082 0,085 0,088 0,090 0,091 0,092 0,087 o Pengukuran larutan standard dan sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi H₂SO₄ 0,1 M HCl 0,1 M 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,034 0,065 0,099 0,127 0,148 0,031 0,070 0,092 0,111 0,138 Sampel 0,199 0,163 o Uji pengaruh Cr(III) pada analisis penentuan Cr(VI) NO Absorbansi 1 0,201
  • 6. k.wr ‘14 2 3 4 0,200 0,199 0,155  PEMBAHASAN Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom(VI) dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada penentuan fosfor digunakan penambahan ammonium molibdovanadat. Sementara pada penentuan krom(VI) digunakan metode difenilkarbazida. Penggunaan larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan dengan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan konsentrasi tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya. Grafik antara absorbansi vs konsentrasi akan linear untuk konsentrasi larutan yang kecil, sedangkan jika konsentrasinya terlalu besar justru akan menyimpang (tidak linear lagi). Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat banyak molekul dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul sendiri. Hal ini menyebabkan interaksi molekul dengan cahaya atau penyerapan radiasi menjadi tidak maksimal. Setiap analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, perlu diukur terlebih dahulu panjang gelombang optimumnya. Hal ini dikarenakan panjang gelombang optimum merupakan panjang gelombang di mana absorbansi yang dialami oleh suatu zat terjadi yang paling besar. Hal ini karena pada panjang gelombang tertentu absorbansi akan kecil dan pada panjang gelombang optimum inilah nilai absorbansinya paling tinggi. Namun, jika panjang gelombang terus dinaikkan, justru nilai absorbansinya akan kembali menurun. Sehingga, pada panjang gelombang optimum inilai yang merupakan kondisi paling sesuai untuk melakukan analisis. Pada penentuan panjang gelombang optimum, digunakan salah satu jenis larutan standar dengan konsentrasi tertentu. Penggunaan konsentrasi yang akan digunakan tidak terlalu berpengaruh ingin digunakan konsentrasi berapa saja asalkan saat pengujian selalu digunakan konsentrasi yang sama. Larutan yang akan diuji nantinya dimasukkan ke dalam kuvet. Penggunaan kuvet untuk mengukur sampel harus dengan bentuk dan ukuran yang sama antara larutan satu dengan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar luasan daerah paparan penyerapan sinar oleh larutan dapat sama pada setiap analisis larutan. Jika penggunaan ukuran kuvet berbeda, maka dapat mempengaruhi perbandingan hasil absorbansi yang terjadi. Penuangan larutan yang akan dianalisis juga harus sama pada setiap larutan (volumenya harus sama). Hal ini dikarenakan jika volumenya berbeda antar larutan satu dengan lainnya, maka tentu saja besarnya komposisi yang terpapar oleh sinar pun akan berbeda, sehingga juga dapat mempengaruhi perbandingan absorbansi
  • 7. k.wr ‘14 yang terjadi. Sebelum dimasukkan ke sel sampel, bagian luar kuvet juga perlu dibersihkan dengan tisu agar tidak basah, karena kondisi luar kuvet yang tidak kering juga dapat berpengaruh pada hasil absorbansinya. Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan blangko ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit. Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis. Dapat dikatakan juga sebagai larutan penetralan, karena untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian harus selalu diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada larutan yang akan dianalisis. Larutan dalam kuvet yang kemudian masuk ke dalam sel sampel pada spektrofotometri UV-Vis nantinya akan dikenai sinar dari lampu. Sinar ini akan terserap oleh molekul pada larutan. Namun, tidak semua sinar terabsorb oleh molekul karena ada sebagian sinar yang diteruskan. Sinar yang diteruskan inilah yang kemudian masuk ke detector dan diubah ke dalam sinyal listrik. Sinyal listrik yang dihasilkan sangat lemah sehingga harus diamplifikasi dan baru dapat terbaca sebagai data pada rekorder (absorbansi). Analisis Fosfor secara Spektrofotometri Pada analisis fosfor dilakukan empat macam percobaan, yaitu penentuan panjang gelombang optimum, penentuan waktu kestabilan kompleks, pembuatan kurva kalibrasi (penentuan absorbansi larutan standar), dan penentuan absorbansi sampel. Analisis fosfor dilakukan dengan melakukan penambahan ammonium molibdovanadat. Pada percobaan ini, digunakan larutan standar P dengan konsentrasi bervariasi, yakni dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm dari larutan stock P 100 ppm. Adanya penambahan ammonium molibdovanadat bertujuan agar fosfor bereaksi dengan ammonium molibdovanadat membentuk kompleks dengan warna yang khas, yakni warna kompleks kuning. Reaksi yang terjadi saat fosfor direaksikan dengan ammonium molibdovanadat adalah sebagai berikut. Pada analisis fosfor ini digunakan spektrofotometer UV. Hal ini dikarenakan panjang gelombang yang diserap oleh fosfor berada di bawah 400 nm, yang sudah masuk dalam kawasan daerah sinar UV. Penggunaan spektrofotometri UV ini juga karena energi cahaya UV lebih besar dari energi cahaya tampak maka energi UV dapat menyebabkan transisi elektron σ dan μ. Sementara lampu yang digunakan yakni lampu deuterium dengan panjang gelombang 190-380 nm. Pada penentuan panjang gelombang optimum, digunakan larutan P 0 ppm sebagai larutan blangko dan larutan P 3 ppm sebagai larutan yang akan diuji. Larutan bangko di sini merupakan pengenceran 1 ml ammonium molibdovanadat dalam labu takar 25 ml (tidak mengandung fosfor). Penentuan panjang gelombang optimum
  • 8. k.wr ‘14 dilakukan pada panjang gelombang 305 – 400 nm dengan interval 5 nm. Semakin pendek interval akan semakin baik karena ketelitian. Sebelum larutan diukur, perlu dimasukkan dahulu larutan blangko dan diatur panjang gelombangnya 305 nm dan diatur pada absorbansi 0. Hal ini karena larutan blangko tidak menyerap radiasi dan memiliki transmitansi 100%. Setelah itu baru dimasukkan larutan yang akan diuji. Jika akan mengubah ke panjang gelombang berikutnya, spektrofotometri harus dinetralkan terlebih dahulu dengan memasukkan larutan blangko, begitu pula seterusnya. Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum, kemudian dibuat grafik λ vs A yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,907545 yang diperoleh saat nilai panjang gelombangnya 331,3147 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang optimumnya adalah 331,3147 nm. Pada panjang gelombang inilah kemudian digunakan untuk analisis larutan selanjutnya. Namun, pada teoritis seharusnya warna kuning dari hasil pereaksian fosfor dengan ammonium molibdovanadat dapat diukur pada panjang gelombang 460 nm. Sehingga, hasil itu belum sesuai teoritisnya. Dengan panjang gelombang optimumnya 331,3147 nm, setiap larutan standar yang akan dianalisis dan larutan sampel diuji absorbansinya. Hal ini untuk mengoptimalkan hasil absorbansi yang diperoleh dengan menggunakan larutan blangko P 0 ppm. Waktu kestabilan kompleks perlu ditentukan karena waktu itu merupakan waktu yang dibutuhkan senyawa dan pengompleksnya untuk membentuk senyawa kompleks yang stabil. Artinya, kondisi di mana pada watu tersebut senyawa telah mempentuk senyawa kompleks yang kuat yang ditunjukkan dengan besarnya nilai absorbansi. Nilai absorbansi yang semakin tinggi (paling tinggi) menunjukkan waktu di mana senyawa kompleks telah mencapai kestabilan.
  • 9. k.wr ‘14 Waktu yang dibutuhkan senyawa untuk mencapai kestabilan kompleksnya berbeda-beda tiap senyawa. Pada kurun waktu singkat umumnya senyawa kompleks masih belum stabil. Namun, jika pada kurun waktu yang terlalu lama juga justru akan melemah kembali. Sehingga, pada analisis fosfor perlu diuji waktu saat kompleks mencapai kestabilan tertingginya, dengan menggunakan larutan P 3 ppm sebagai penguji dan larutan P 0 ppm sebagai larutan blangko. Berdasarkan hasil percobaan waktu kestabilan kompleks, kemudian dibuat grafik t vs A yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa nilai absorbansi tertinggi yakni pada 2,8090 yang diperoleh saat nilai waktunya 20 menit. Hal ini berarti bahwa waktu kestabilan kompleksnya adalah 20 menit. Sehingga, pada penentuan absorbansi sampel, sampel perlu didiamkan selama 20 menit untuk menjadi stabil pada kondisi kompleksnya. Kamudian, baru diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 331,3147 nm. Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm dan nilai absorbansi sampel yakni 2,3067, sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi antara C vs A, di mana akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis y = 1,121 x – 1,93 dan R2 = 0,531. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut, maka dapat diketahui konsentrasi fosfor dalam sampel yakni 18,897 ppm. Analisis Krom(VI) secara Spektrofotometri Pada analisis krom (VI) akan dilakukan empat macam percobaan, yaitu penentuan panjang gelombang optimum, pembuatan kurva kalibrasi (penentuan absorbansi larutan standar), penentuan absorbansi sampel, dan penentuan pengaruh Cr (III) terhadap analisis Cr (VI). Analisis Cr(VI) ini digunakan metode difenilkarbazida dan menggunakan spektrofotometri visible, sehingga larutan yang diamati harus berwarna (mengandung kromofor). Sementara itu, lampu yang
  • 10. k.wr ‘14 digunakan yakni lampu Wolfram yang memiliki panjang gelombang 350-800 nm. Lampu ini hanya dapat digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak saja. Pada percobaan ini, digunakan larutan standar Cr(VI) dengan konsentrasi bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 ppm dari larutan stock Cr(VI) 10 ppm. Terdapat 2 variasi penggunaan asam, yakni H2SO4 dan HCl. Larutan Cr(VI) yang digunakan adalah larutan CrO4 2- . Adanya penambahan larutan asam bertujuan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Hal ini dikarenakan saat larutan Cr(VI) direaksikan dengan 1,5-difenilkarbazida 0,01%, maka reaksi pengompleksan Cr(VI) hanya berlangsung pada kondisi asam. Adanya ion-ion hydrogen dari asam ini juga menyebabkan kromat berubah menjadi drikromat. Reaksi yang terjadi saat larutan Cr(VI) direaksikan dengan asam adalah sebagai berikut. Adanya penambahan larutan 1,5-difenilkarbazida 0,01% bertujuan agar Cr(VI) bereaksi dengan larutan 1,5-difenilkarbazida 0,01% membentuk kompleks dengan warna kompleks merah keungungan (pink) jernih. Proses ini harus dalam suasana asam. Adanya warna tersebut sangat diperlukan karena proses analisis yang menggunakan spektrofotometri visible sangat disyaratkan untuk larutan berwarna. Reaksi yang terjadi saat penambahan larutan larutan 1,5-difenilkarbazida 0,01% adalah sebagai berikut. Pada analisis ini digunakan variasi larutan pengasam H2SO4 dan HCl. Variasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan larutan pengasam yang digunakan. Seperti yang diketahui bahwa pada analisis Cr(VI) mengandung interferensi berupa Mo(VI), Hg(I), Hg(II), Fe(III), dan V. Penggunaan H2SO4 akan lebih baik dibandingkan HCl, karena jika dalam larutan mengandung interferensi Fe(III) maka akan membentuk warna kompleks yang lebih rendah. Jika warna kompleks dengan Fe(III) terlalu terlihat (menggunakan HCl), maka tentu akan mempengaruhi proses absorbansi yang terjadi karena penyerapan cahaya oleh Cr(VI) juga akan berbeda. Larutan dengan HCl akan berwarna lebih pink jika dibandingkan dengan H2SO4. Pada penentuan panjang gelombang optimum, digunakan larutan Cr(VI) 0 ppm sebagai larutan blangko dan larutan Cr(VI) 0,3 ppm sebagai larutan yang akan
  • 11. k.wr ‘14 diuji. Pengujian dilakukan pada panjang gelombang 500 – 550 nm dengan interval 5 nm. Semakin pendek interval akan semakin baik karena lebih teliti. Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum, kemudian dibuat grafik λ vs A yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pada penambahan dengan H2SO4, nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,099 yang diperoleh saat nilai panjang gelombangnya 545 nm. Sementara itu, pada penambahan dengan HCl, nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,092 yang diperoleh saat nilai panjang gelombangnya 545 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang optimum pada H2SO4 dan HCl adalah 545 nm. Pada panjang gelombang tersebutlah yang lalu digunakan untuk analisis larutan krom selanjutnya. Dengan panjang gelombang optimumnya 545 nm, setiap larutan standar yang akan dianalisis dan larutan sampel dengan menggunakan larutan P 0 ppm sebagai blangko.
  • 12. k.wr ‘14 Berdasarkan hasil percobaan diperoleh panjang gelombang optimum baik pada pada penambahan H2SO4 maupun HCl yakni 545 nm. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penambahan 1,5-difenilkarbazida akan menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks berwarna merah keunguan. Warna ini merupakan warna yang diamati, namun warna yang diserap merupakan warna komplementernya. Warna merah keunguan memiliki warna komplementer hijau dengan panjang gelombang 495 – 570 nm. Sehingga, hasil 540 nm sebagai panjang gelombang optimum sudah benar karena berada pada rentang panjang gelombang warna hijau yang merupakan warna komplementer dari larutannya. Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ppm dan nilai absorbansi sampel pada penambahan H2SO4 yakni 0,199 dan pada penambahan HCl yakni 0,163 , sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi antara C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis pada penambahan H2SO4 yakni y = 0,27 x + 0,011 dan R2 = 0,974, sedangkan pada penambahan HCl yakni y = 0,255 x + 0,011 dan R2 = 0,982. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut, maka dapat diketahui konsentrasi Cr(VI0 dalam sampel dengan penambahan H2SO4 yakni 8,7 ppm, sedangkan dengan penambahan HCl yakni 7,45 ppm. Jika dibandingkan antara penambahan H2SO4 dengan HCl, terlihat bahwa nilai absorbansi tiap senyawa dengan penambahan HCl akan lebih rendah disbanding dengan penambahan H2SO4. Hal ini dimungkinkan karena adanya interferensi Fe(III) dalam larutan yang mana jika dalam kondisi asam HCl akan membentuk sedikit kompleks warna dibandingkan dengan asam H2SO4. Sehingga, penyerapan sinar pada molekul senyawa pun akan berbeda, yang akibatnya nilai absorbansinya juga akan berbeda. Berdasarkan hasil percobaan tentang pengaruh Cr(III) terhadap analisis Cr(VI) menunjukkan hasil bahwa dalam konsentrasi Cr(III) berapapun tidak memberikan efek terhadap absorbansinya. Tapi, ada penyimpangan di mana saat ditambah 10 ml Cr(III) terjadi perbedaan absorbansi yang cukup signifikan. Namun, jika dibandingkan dengan 3 data sebelumnya masih dapat disimpulkan kalau Cr(III) tidak berpengaruh. KESIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA Bassett, dkk., 1991, Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis, Longman Group UK Limited, London. Beatty, R., 2001, The Elements Phosphorous, Marshall Cavendish Corporation, Tarrytown.
  • 13. k.wr ‘14 Day, dkk., 1989, Analisis Kimia Kuantitatif, (ditejermahkan oleh: Pujaatmaka), Erlangga, Jakarta. Harvey, D., 2000, Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill Companies, USA. Kakhki, R. M. et al., 2013, Extraction and Determination of Rose Bengal in Water Sample by Dispersive Liquid-Liquid Microextraction Coupled to Uv-Vis Spectrophotometry, Arabian Journal Of Chemistry, Hal 1-5. Skoog, dkk., 2004, Fundamentals of Analytical Chemistry, Edisi Kedelapan, Thomsons Learning Inc., Canada. Meng, Z. D. et al., 2013, Enhanced Visible Light Photocatalytic Activity of Ag2S- Graphene/TiO2 Nanocomposites Made by Sonochemical Synthesis, Chin. J. Catal., Vol 34, No 8, 1527-1533. National Research Council, 1974, Chromium, National Academy of Science, Washington. Pudjaatmaka, A. H., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta. Svehla, G., 1979, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Edisi Kelima, Longman Group Limited, London. Wright, H., 1994, A Handbook of Soil Analysis, Logos Press, New Delhi.