SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
MELVIA SUNDALIAN
 Interaksi antara Radiasi Elektromagnetik
(REM) dengan sampel di daerah yang
bersesuaian dengan daerah IR pada daerah
REM
 REM (Foton) bersifat sebagai gelombang dan
partikel
 Foton: partikel kecil tak bermassa terdiri dari
paket gelombang elektromagnetik (kuantum)
 REM terdiri dari medan magnet dan medan
listrik
Tipe Radiasi Frekuensi (Hz)
Panjang
Gelombang
gamma-rays 1020-1024 <1 pm
X-rays 1017-1020 1 nm-1 pm
ultraviolet 1015-1017 400 nm-1 nm
visible 4-7.5x1014 750 nm-400 nm
near-infrared 1x1014-4x1014 2.5 µm-750 nm
infrared 1013-1014 25 µm-2.5 µm
microwaves 3x1011-1013 1 mm-25 µm
radio waves <3x1011 >1 mm
E=Energi (J)
h=Konstanta Planck (6,6 x 10-34 J.s)
ν=Frekuensi (Hz) ν
E = h.ν
Ada hubungan antara energi, frekuensi dan panjang
gelombang.
Dapat dikatakan besarnya energi berbanding lurus
besarnya frekuensi
 Turunan persamaan planks
v = c/λ
ν=Frekuensi (Hz)
c=kecepatan cahaya (3 x 108 km/s)
λ=panjang gelombang
Dapat dikatakan besarnya frekuensi berbanding terbalik besarnya
panjang gelombang
 Selain panjang gelombang Satuan lain biasa
digunakan yaitu bilangan gelombang.
 Bilangan gelombang merupakan
seperpanjang gelombang ( 1/ λ ) dengan
satuannya cm -1.
Contoh :suatu senyawa menyerap radiasi
inframerah pada bilangan gelombang 2000
cm -1. tentukan Panjang gelombangnya?
 Level energi absorbsi suatu molekul:
elektronik > vibrasional > rotasional
 Radiasi IR menyebabkan vibrasi pada ikatan
molekul.
 Absorpsi radiasi IR dipengaruhi oleh nilai
momen dipol
 Semakin besar perbedaan elektronegativitas,
semakin besar absorpsi radiasi IR
 Molekul seperti O2, N2, Br2 tidak dapat
mengabsorpsi radiasi IR.
 Molekul polar e.g. HCl memiliki nilai momen
dipol cukup besar
 Jika frekuensi radiasi sesuai dg frekuensi
vibrasi-> terjadi perubahan amplitudo pada
vibrasi molekular
chemwiki.ucdavis.edu
Osilasi terjadi pada ikatan kovalen senyawa -> menghasilkan
gelombang elektromagnetik
Semakin besar perubahan momen dipol->semakin
intens gelombang yang dihasilkan
Saat gelombang IR bertemu dengan gelombang
elektromagnetik yang dihasilkan senyawa-
>terjadi absorpsi IR
Gelombang tersebut terkopling (coupled) dan
bervibrasi dua kali amplitudo
IR beam from spectrometer
EM oscillating wave
from bond vibration
“coupled” wave
m1
m2
k
Dipengaruhi : Kekuatan ikatan dan massa atom
k : kostanta kekuatan
m : massa atom
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Ikatan-ikatan kuat akan memiliki nilai K yang besar sehingga
frekuensi vibrasi akan lebih besar juga.
2. Ikatan antar atom bermassa besar akan bervibrasi pada
frekuensi yang lebih rendah dibandingkan ikatan antar atom
bermassa kecil.
Jika frekuensi dianggap suatu pegas dapat didapatkan
persamaan yang didasarkan hukum Hookes untuk
pegas yang bergerak (vibrasi) yaitu
ν=frekuensi vibrasi
m=massa atom
µ=
 Terdiri dari 2 tipe:
◦ Stretch (Ulur) => perubahan panjang ikatan
◦ Bend (Tekuk)=> perubahan sudut ikatan
H
H
C
H
H
C
Simetris Asimetris
H
H
CC
H
H
CC
H
H
CC
H
H
CC
Gunting Bergoyang Berputar Kibasan
Asimetris > Simetris
Vibrasi Ulur > Vibrasi Tekuk
Infrared Spectral Region
REGIONS WAVELENGTH (λ)
RANGE, μm
WAVENUMBER (σ)
RANGE, cm-1
NEAR 0.78-2.5 12800-4000
MIDDLE 2.5-50 4000-200
FAR 50-1000 200-10
MOST USED 2.5-15 4000-670
Sumbu x: bilangan
gelombang (wavenumber)
cm-1
Bilangan gelombang=
104/λ(μm)
Sumbu y: %transmitan
Absorbans=2-log %T
Daerah yang diamati: 670-
4000 cm-1
 Jumlah peak pada spektra IR menunjukkan
jumlah teoretis vibrasi ikatan suatu molekul
 Namun tidak semua akan teramati dalam spektra
 Beberapa faktor yang berpengaruh a.l.:
 Frekuensi yang berada diluar range bilangan
gelombang teramati
 Pita serapan yang terlalu lemah sehingga tidak
teramati
 Beberapa peak yang berdekatan sehingga tampak
bergabung
 Molekul yang cukup simetris
 Kurangnya perubahan momen dipol pada suatu ikatan
IINSTRUMENTASI
IFOURIER-
TRANSFORM
IDISPERSIVE
 Pertama kali digunakan pada 1940
 Awalnya menggunakan prisma dari bahan
NaCl sebelum digantikan dengan kisi pada
tahun 1960an
 Elemen dispersif pada instrumen berasal dari
monokromator
DISPERSIVE IR
Single Beam Double Beam
Source
SampleReference
Chopper
Monochromator
Detector
 Dispersi terjadi ketika energi yang melalui celah masuk
(entrance slit) dipantulkan ke arah elemen pendispersi
 Radiasi kemudian dipantulkan kembali ke arah celah keluar
(exit slit), menuju ke arah detektor
 Spektrum terdispersi akan dipindai sepanjang celah keluar
(exit slit)
 Jenis detektor yang digunakan adalah thermal
detector (thermocouple, pyroelectric)
 Sumber emisi IR: Globar (SiC), filamen Nernst
(Oksida dr Zirkonium, Yttrium, dan Erbium)
 Kelemahan:
 Monokromator memiliki celah yg cukup sempit
(entrance & exit)->membatasi range bilangan
gelombang yang mengarah ke detektor
 Tidak dapat menganalisis sampel dengan cepat
Sensitivitasnya rendah
 Konsep berdasar pada interferensi radiasi
antara dua sinar untuk menghasilkan
interferogram
 Radiasi dari sumber menuju ke sampel
dilewatkan dahulu ke interferometer
 Setelah amplifikasi sinyal, dilakukan konversi
dari analog ke digital
 Sinyal digital ditransfer ke komputer untuk
proses Fourier-Transformation
A. INTERFEROMETER MICHELSON
 Interferometer : Instrumen yang digunakan untuk mengukur
gelombang melalui pola interferensi
 Interferometer Michelson terdiri dari 2 cermin datar
(stationary mirror dan moving mirror) yang saling tegak
lurus
 Diantara keduanya diletakkan beamsplitter dengan posisi
diagonal
 Material beamsplitter: Germanium atau Besi Oksida-> utk
melapisi KBr atau CsI (mid-, and near- IR), PETF (far-IR)
 Sinar monokromatik->beamsplitter->50% radiasi
dipantulkan ke satu cermin, 50% sisanya diteruskan ke
cermin lainnya
 Pantulan sinar dr cermin kembali ke beamsplitter-> terjadi
interferensi-> 50% radiasi diteruskan ke sampel, 50%
sisanya kembali sumber radiasi
B. SUMBER RADIASI
 Globar atau filamen Nernst (mid- Infrared)
 Lampu Merkuri bertekanan tinggi (far-
Infrared)
 Lampu wolfram-halogen (near- Infrared)
C. DETEKTOR
 DTGS (Deuterium Triglycine Sulphate) atau
MCT (Mercury Cadmium Telluride) untuk
mid- IR
 Germanium atau Indium-Antimoni untuk
far- IR
 Fotokonduktor Pb-Sulfida untuk near- IR
D. FOURIER TRANSFORM
 Ditemukan oleh Joseph Fourier pada abad 19
 Suatu persamaan matematis digunakan untuk
mentransformasikan satu fungsi ke fungsi yang
lain
 Mengubah fungsi dari domain waktu ke domain
frekuensi
 Manfaat: membuat data mentah (raw data) dari
Interferogram dapat diterjemahkan menjadi
sebuah spektra
Contoh interferogram
(domain waktu) dan
proses Fourier Transform
menjadi spektra (domain
frekuensi)
 Keuntungan FT-IR dibanding dispersive IR:
 Fellgett advantage: meningkatnya SNR (Signal-to-
noise ratio) seiring dengan banyaknya jumlah
elemen resolusi yang dimonitor secara simultan
 Jacquinot advantage: meningkatnya SNR seiring
dengan tingginya jumlah energi yang tertangkap
oleh detektor
 Speed advantage: penggunaan moving mirror
memungkinkan spektra dapat diperoleh dalam
waktu yang singkat
Pengolahan Sampel
Transmisi
Pantulan
(reflectance)
1. Padat
2. Cair
3. Gas
1. ATR
2.
Reflektan Spekular
1. Pantulan Diffuse
2. Foto akustik
 Melewatkan berkas sinar IR melalui sampel
 Ketebalan sampel antara 1-20 mikron
 Keuntungan
mempunyai rasio sinyal-noise yang tinggi
tidak mahal
 Kekurangan
Penyiapan sampel relatif lama
Sumber Sinar
Sampel
Detektor
 Padat
1. Pelet KBr
KBr merupakan bahan Inert, transparan terhadap sinar
IR,
Penyiapan sampel
Sampel dan KBr harus digerus untuk mengurangi ukuran
partikelnya < 2 mikron.
 serbuk KBr + sampel, kemudian dikempa dengan tekanan
sebesar 10,000-15,000 psi
 2. Mull /Lumpuran
 Mull: 2-5 mg sampel digerus dengan penambahan
1-2 tetes mulling agent seperti Nujol® (minyak
parafin) untuk kemudian dianalisis sebagai lapisan
film tipis
 3. Lapisan tipis
 Lpaisan tipis padatan cuplikan pada lempeng
natrium klorida diperleh dengan meneteskan
larutan cuplikan pada permukaan lempeng
NaCl. Karena pelarut mudah menguap,amka
akan didapatkan lapisan tipis lempeng NaCl.
 Cairan
Pelarut yang digunakan harus sesuai
Faktor penting :
Pelarut harus melarutkan sampel, Pelarut yang
digunakan setidaknya non polar ,emeninimlan
interkasi solut pelarut,
 Neat liquid: 10 mg sampel dianalisis sebagai lapisan film
tipis
 Larutan: 0.1-1 ml sampel dianalisis menggunakan cell.
Selain itu, juga digunakan compensating cell berisi
solven yang diletakkan pada reference beam. Solven
yang umum digunakan a.l. CCl4 dan CS2
 Gas
 1. Pengukuran pantulan internal dengan
menggunakan sel Attenuated total reflectance
(ATR) yang bersinggungan (kontak) langsung
dengan sampel
 2. Pengukuran pantulan eksternal yang
melibatkan berkas sinar IR yang dipantulkan
secara langsung dari permukaan sampel.
Attenuated Total Reflectance (ATR)
Untuk sampel padat, cair, semi-padat, dan lapisan tipis.
ATR menggunakan kristal sebagai media Pemantulan.
Kristal ATR dibat dari bahan yang memiliki kelarutan
dalam air yang rendah dan memiliki Indeks Bias yang
tinggi,
Kristal yang sering digunakan seng Selenida (ZnSe),
KRS-5 (Talium Iodida/Talium Bromida), dan
Germanium.
ANALISIS
KUALITATIF KUANTITATIF
 Digunakan sebagai salah satu metode dalam
determinasi struktur kimia suatu senyawa
 Berfungsi untuk menentukan gugus fungsi
yang terdapat dalam suatu senyawa
 Penetapan senyawa dalam campuran (FT-IR)
 Terdapat dua daerah yang cukup penting dalam
analisis kualitatif spektra IR
Daerah gugus fungsi (4000-1300 cm-1)
mendeteksi gugus fungsi yang umum terdapat dalam
senyawa kimia (-OH, -NH, -C=O)
Daerah sidik jari (1300-900 cm-1)
daerah dengan pola absorbsi cukup kompleks sehingga
dapat digunakan sebagai pembeda identitas antara satu
senyawa dengan senyawa lain
Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik
(cm-1)
Intensitas
Alkohol (O-H) Ulur (ik. Hidrogen) 3600-3200 Kuat, lebar
Alkohol (O-H) Ulur (tanpa ik. Hidrogen) 3700-3500 Kuat, tajam
Alkohol (C-O) Tekuk 1150-1050 Kuat
Alkana (C-H) Ulur 3000-2850 Kuat
Alkana (C-H) Tekuk 1480-1350 Bervariasi
Alkena (C-H) Ulur 3100-3010 Sedang
Alkena (C-H) Tekuk 1000-675 Kuat
Alkena (C=C) Ulur 1680-1620 Bervariasi
Alkuna (C-H) Ulur 3300 Kuat, tajam
Alkuna (C≡C) Ulur 2260-2100 Bervariasi, tidak muncul
pd alkuna simetris
Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik
(cm-1)
Intensitas
Amina (N-H) Ulur 3500-3300 Medium (double band –
NH2, single band –NH,
no band –N)
Amina (C-N) Ulur 1360-1080 Medium-lemah
Amina (N-H) Tekuk 1600 Medium
Aromatik (C-H) Ulur 3100-3000 Medium
Aromatik (C=C) Ulur 1600-1400 Medium-lemah, multiple
bands
Eter (C-O) Ulur 1300-1000 Kuat
Nitril (C≡N) Ulur 2260-2210 Medium
Nitro (N-O) Ulur 1560-1515 & 1385-
1345
Kuat, two bands
Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik
(cm-1)
Intensitas
Karbonil (C=O) Ulur 1820-1670 Kuat
Aldehida (C=O) Ulur 1740-1720 Kuat
Aldehida (C-H) Ulur 2850-2820 & 2750-
2720
Medium, two bands
Amida (C=O) Ulur 1690-1640 Kuat
Amida (N-H) Ulur 3500-3100 (-NH2, two bands)
Amida (N-H) Tekuk 1640-1550
Anhidrida (C=O) Ulur 1830-1800 & 1775-
1740
Two bands
Asam Karboksilat (C=O) Ulur 1725-1700 Kuat
Asam Karboksilat (O-H) Ulur 3300-2500 Kuat, sangat lebar
Asam Karboksilat (C-O) Ulur 1320-1210 Kuat
Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik
(cm-1)
Intensitas
Ester (C=O) Ulur 1750-1735 Kuat
Ester (C-O) Ulur 1300-1000 Two bands
Keton asiklik (C=O) Ulur 1725-1705 Kuat
Keton siklik (C=O) Ulur 3-membered - 1850
4-membered - 1780
5-membered - 1745
6-membered - 1715
7-membered - 1705
Kuat
Keton α,β-tak jenuh Ulur 1685-1665 Kuat
Aril keton Ulur 1700-1680 Kuat
 The C = O group gives rise to a strong absorption
in the region 1820 –1660 cm−1. The peak is often
the strongest in the spectrum
Broad absorption near 3400 -2400 cm-1 (usually overlap C-H)
 Medium absorption near 3400 cm-1,
sometimes a double peak with equivalent
halves.
 Medium absorption(s) near 3400 cm-1
 Spektroskopi Inframerah juga dapat
digunakan dalam analisis kuantitatif
 Dasar teori yang digunakan adalah Hukum
Beer-Lambert
A=log (I0/It)=abc= 2 - log10 %T
 A=Absorbansi
 a=absorbtivitas (ml/gr.cm)
 b=panjang sel (cm)
 c=konsentrasi (gr/ml)
 %T=Persen transmitan
 Untuk uji kuantitatif diperlukan koreksi dari
hamburan dan absorbsi dari solven dan sel
 Dapat digunakan dua metode:
Cell in/cell out
Baseline
• Pada metode cell-in/cell-out spektrometer diset pada
bilangan gelombang yang dikehendaki
• Sel kemudian diisi dengan larutan sampel dan
dianalisis untuk mendapatkan nilai T
• Pada sel yang sama kemudian diisi solven dan
dianalisis untuk mendapatkan nilai T0
• Absorbansi kemudian dapat diukur menggunakan
hukum Beer-Lambert dengan mengurangi absorban
larutan sampel dengan solven
•Pada metode baseline, sebuah garis (DE)
ditarik diantara maksima transmitan pada
kedua sisi pita
•Kemudian digambar garis lurus ABC
paralel terhadap sumbu y
•Titik B merupakan puncak absorbansi
maksimum, Titik C merupakan titik
tengah antara garis DE
•Absorbansi pada bilangan gelombang
ini:
A=log (T0/T)=log (AC/AB)
•Untuk determinasi yang lebih akurat
dapat dilakukan pengukuran pada
seluruh area yang terdapat pada spektra
•Umumnya, area yang diukur hanya pada
pita dengan absorbansi maksimum
•Hasil yang didapatkan menjadi kurang
akurat apabila terjadi tumpang tindih pita
 Kelemahan:
Deviasi dari Hukum Beer-Lambert
Fenomena ini sama seperti yang ditemui pada
spektrofotometer UV-Vis. Deviasi ini dikarenakan
pita serapan IR yang cukup sempit
Kompleksitas spektra
Sangat dimungkinkan terjadinya tumpang tindih
pada pita absorbsi
Stray radiation
Radiasi yang tidak dikehendaki yang ikut lolos pada
celah keluar (exit slit) akibat dari hamburan dan
pantulan dari permukaan internal
Contoh Aplikasi:
 Penetapan kadar Polidimetilsiloksan
(Simetikon) (H3C)3Si-[-(CH3)2SiO-]n-CH3 +
SiO2 (USP, Farmakope Indonesia)
 Penetapan kadar polutan (OSHA)
 Spektrum diubah dari %T menjadi Absorban
 Analisis selanjutnya seperti pada
spektrofotometer UV-vis
 Hal yang harus diperhatikan:
◦ Tentukan spektrum spesifik
◦ Tumpang tindih spektrum
◦ Terdapat lebih dari 1 spektrum spesifik
Larkin, Peter. (2011). Infrared and Raman Spectroscopy:
Principles and Spectral Interpretation. Amsterdam,
Netherlands: Elsevier.
Sathyanarayana, D.N. (2007). Vibrational Spectroscopy:
Theory and Applications. New Delhi, India: New Age
International Publishers.
Silverstein, R.M., et al. (2011). Spectrometric Identification of
Organic Compounds (7th ed.). Hoboken, USA: Wiley.
Skoog, D.A., et al. (2013). Fundamentals of Analytical
Chemistry (9th ed.) Belmont, USA: Brooks/Cole, Cengage
Learning.
Skoog, D.A., et al. (1998). Principles of Instrumental Analysis
(5th ed.) Orlando,USA: Harcourt Brace College Publishers.
Stuart, B.H. (2004). Infrared Spectroscopy: Fundamentals and
Applications. Hoboken, USA: Wiley.

More Related Content

What's hot

Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatifZamZam Pbj
 
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikIrma Rahmawati
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyKopertis Wilayah I
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VUniversitas Negeri Medan
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visWidya Wirandika
 
Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter) Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter) nailaamaliaa
 
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...risyanti ALENTA
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidratpure chems
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 

What's hot (20)

Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Ir dan ftir
Ir dan ftirIr dan ftir
Ir dan ftir
 
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatif
 
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
 
Kimia Analitik I
Kimia Analitik IKimia Analitik I
Kimia Analitik I
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv vis
 
Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter) Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter)
 
Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21
 
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
 
Spektrofotometer UV
Spektrofotometer UVSpektrofotometer UV
Spektrofotometer UV
 
Spektrofotometri uv vis - instrumentasi
Spektrofotometri uv vis - instrumentasiSpektrofotometri uv vis - instrumentasi
Spektrofotometri uv vis - instrumentasi
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Bahan kuliah kromatografi
Bahan kuliah kromatografiBahan kuliah kromatografi
Bahan kuliah kromatografi
 

Similar to Spektrofotometri infra merah

Similar to Spektrofotometri infra merah (20)

Spektro uv-vis
Spektro uv-visSpektro uv-vis
Spektro uv-vis
 
PPT KIMIA INSTRUMENTASI IR DIAN PUTRIAN PERMATA SARI.pptx
PPT KIMIA INSTRUMENTASI IR DIAN PUTRIAN PERMATA SARI.pptxPPT KIMIA INSTRUMENTASI IR DIAN PUTRIAN PERMATA SARI.pptx
PPT KIMIA INSTRUMENTASI IR DIAN PUTRIAN PERMATA SARI.pptx
 
Materi_9_Spectrofotometri.pptx
Materi_9_Spectrofotometri.pptxMateri_9_Spectrofotometri.pptx
Materi_9_Spectrofotometri.pptx
 
Spectrofotometer
SpectrofotometerSpectrofotometer
Spectrofotometer
 
437072886 spektrofotometri-infra-red
437072886 spektrofotometri-infra-red437072886 spektrofotometri-infra-red
437072886 spektrofotometri-infra-red
 
UV Visible (Cahaya Tampak)
UV Visible (Cahaya Tampak)UV Visible (Cahaya Tampak)
UV Visible (Cahaya Tampak)
 
kimia Farmasi Analisis Spektroskopi
kimia Farmasi Analisis Spektroskopikimia Farmasi Analisis Spektroskopi
kimia Farmasi Analisis Spektroskopi
 
Presentasi kimia analitik 2
Presentasi kimia analitik 2Presentasi kimia analitik 2
Presentasi kimia analitik 2
 
Spektroskopi Infra Red
Spektroskopi Infra RedSpektroskopi Infra Red
Spektroskopi Infra Red
 
Ppt fisdas 3 2
Ppt fisdas 3   2Ppt fisdas 3   2
Ppt fisdas 3 2
 
Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)
 
Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetikGelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik
 
Optical instrumentation system
Optical instrumentation systemOptical instrumentation system
Optical instrumentation system
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
 
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Viskimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
 
Kd meeting 7
Kd meeting 7Kd meeting 7
Kd meeting 7
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
gelombang-elektromagnetik-x21.ppt
gelombang-elektromagnetik-x21.pptgelombang-elektromagnetik-x21.ppt
gelombang-elektromagnetik-x21.ppt
 
Gelombang elektromagnetik-x21
Gelombang elektromagnetik-x21Gelombang elektromagnetik-x21
Gelombang elektromagnetik-x21
 
Analisis dengan instrument ppt
Analisis dengan instrument pptAnalisis dengan instrument ppt
Analisis dengan instrument ppt
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 

Spektrofotometri infra merah

  • 2.  Interaksi antara Radiasi Elektromagnetik (REM) dengan sampel di daerah yang bersesuaian dengan daerah IR pada daerah REM  REM (Foton) bersifat sebagai gelombang dan partikel  Foton: partikel kecil tak bermassa terdiri dari paket gelombang elektromagnetik (kuantum)  REM terdiri dari medan magnet dan medan listrik
  • 3.
  • 4.
  • 5. Tipe Radiasi Frekuensi (Hz) Panjang Gelombang gamma-rays 1020-1024 <1 pm X-rays 1017-1020 1 nm-1 pm ultraviolet 1015-1017 400 nm-1 nm visible 4-7.5x1014 750 nm-400 nm near-infrared 1x1014-4x1014 2.5 µm-750 nm infrared 1013-1014 25 µm-2.5 µm microwaves 3x1011-1013 1 mm-25 µm radio waves <3x1011 >1 mm
  • 6. E=Energi (J) h=Konstanta Planck (6,6 x 10-34 J.s) ν=Frekuensi (Hz) ν E = h.ν Ada hubungan antara energi, frekuensi dan panjang gelombang. Dapat dikatakan besarnya energi berbanding lurus besarnya frekuensi
  • 7.  Turunan persamaan planks v = c/λ ν=Frekuensi (Hz) c=kecepatan cahaya (3 x 108 km/s) λ=panjang gelombang Dapat dikatakan besarnya frekuensi berbanding terbalik besarnya panjang gelombang
  • 8.  Selain panjang gelombang Satuan lain biasa digunakan yaitu bilangan gelombang.  Bilangan gelombang merupakan seperpanjang gelombang ( 1/ λ ) dengan satuannya cm -1.
  • 9. Contoh :suatu senyawa menyerap radiasi inframerah pada bilangan gelombang 2000 cm -1. tentukan Panjang gelombangnya?
  • 10.  Level energi absorbsi suatu molekul: elektronik > vibrasional > rotasional  Radiasi IR menyebabkan vibrasi pada ikatan molekul.  Absorpsi radiasi IR dipengaruhi oleh nilai momen dipol  Semakin besar perbedaan elektronegativitas, semakin besar absorpsi radiasi IR  Molekul seperti O2, N2, Br2 tidak dapat mengabsorpsi radiasi IR.
  • 11.
  • 12.
  • 13.  Molekul polar e.g. HCl memiliki nilai momen dipol cukup besar  Jika frekuensi radiasi sesuai dg frekuensi vibrasi-> terjadi perubahan amplitudo pada vibrasi molekular
  • 15. Osilasi terjadi pada ikatan kovalen senyawa -> menghasilkan gelombang elektromagnetik Semakin besar perubahan momen dipol->semakin intens gelombang yang dihasilkan
  • 16. Saat gelombang IR bertemu dengan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan senyawa- >terjadi absorpsi IR Gelombang tersebut terkopling (coupled) dan bervibrasi dua kali amplitudo IR beam from spectrometer EM oscillating wave from bond vibration “coupled” wave
  • 17. m1 m2 k Dipengaruhi : Kekuatan ikatan dan massa atom k : kostanta kekuatan m : massa atom Hal yang perlu diperhatikan : 1. Ikatan-ikatan kuat akan memiliki nilai K yang besar sehingga frekuensi vibrasi akan lebih besar juga. 2. Ikatan antar atom bermassa besar akan bervibrasi pada frekuensi yang lebih rendah dibandingkan ikatan antar atom bermassa kecil.
  • 18. Jika frekuensi dianggap suatu pegas dapat didapatkan persamaan yang didasarkan hukum Hookes untuk pegas yang bergerak (vibrasi) yaitu ν=frekuensi vibrasi m=massa atom µ=
  • 19.  Terdiri dari 2 tipe: ◦ Stretch (Ulur) => perubahan panjang ikatan ◦ Bend (Tekuk)=> perubahan sudut ikatan H H C H H C Simetris Asimetris H H CC H H CC H H CC H H CC Gunting Bergoyang Berputar Kibasan Asimetris > Simetris Vibrasi Ulur > Vibrasi Tekuk
  • 20. Infrared Spectral Region REGIONS WAVELENGTH (λ) RANGE, μm WAVENUMBER (σ) RANGE, cm-1 NEAR 0.78-2.5 12800-4000 MIDDLE 2.5-50 4000-200 FAR 50-1000 200-10 MOST USED 2.5-15 4000-670
  • 21. Sumbu x: bilangan gelombang (wavenumber) cm-1 Bilangan gelombang= 104/λ(μm) Sumbu y: %transmitan Absorbans=2-log %T Daerah yang diamati: 670- 4000 cm-1
  • 22.
  • 23.  Jumlah peak pada spektra IR menunjukkan jumlah teoretis vibrasi ikatan suatu molekul  Namun tidak semua akan teramati dalam spektra  Beberapa faktor yang berpengaruh a.l.:  Frekuensi yang berada diluar range bilangan gelombang teramati  Pita serapan yang terlalu lemah sehingga tidak teramati  Beberapa peak yang berdekatan sehingga tampak bergabung  Molekul yang cukup simetris  Kurangnya perubahan momen dipol pada suatu ikatan
  • 25.  Pertama kali digunakan pada 1940  Awalnya menggunakan prisma dari bahan NaCl sebelum digantikan dengan kisi pada tahun 1960an  Elemen dispersif pada instrumen berasal dari monokromator
  • 28.
  • 29.  Dispersi terjadi ketika energi yang melalui celah masuk (entrance slit) dipantulkan ke arah elemen pendispersi  Radiasi kemudian dipantulkan kembali ke arah celah keluar (exit slit), menuju ke arah detektor  Spektrum terdispersi akan dipindai sepanjang celah keluar (exit slit)
  • 30.  Jenis detektor yang digunakan adalah thermal detector (thermocouple, pyroelectric)  Sumber emisi IR: Globar (SiC), filamen Nernst (Oksida dr Zirkonium, Yttrium, dan Erbium)
  • 31.  Kelemahan:  Monokromator memiliki celah yg cukup sempit (entrance & exit)->membatasi range bilangan gelombang yang mengarah ke detektor  Tidak dapat menganalisis sampel dengan cepat Sensitivitasnya rendah
  • 32.  Konsep berdasar pada interferensi radiasi antara dua sinar untuk menghasilkan interferogram  Radiasi dari sumber menuju ke sampel dilewatkan dahulu ke interferometer  Setelah amplifikasi sinyal, dilakukan konversi dari analog ke digital  Sinyal digital ditransfer ke komputer untuk proses Fourier-Transformation
  • 33.
  • 34. A. INTERFEROMETER MICHELSON  Interferometer : Instrumen yang digunakan untuk mengukur gelombang melalui pola interferensi  Interferometer Michelson terdiri dari 2 cermin datar (stationary mirror dan moving mirror) yang saling tegak lurus  Diantara keduanya diletakkan beamsplitter dengan posisi diagonal  Material beamsplitter: Germanium atau Besi Oksida-> utk melapisi KBr atau CsI (mid-, and near- IR), PETF (far-IR)  Sinar monokromatik->beamsplitter->50% radiasi dipantulkan ke satu cermin, 50% sisanya diteruskan ke cermin lainnya  Pantulan sinar dr cermin kembali ke beamsplitter-> terjadi interferensi-> 50% radiasi diteruskan ke sampel, 50% sisanya kembali sumber radiasi
  • 35.
  • 36. B. SUMBER RADIASI  Globar atau filamen Nernst (mid- Infrared)  Lampu Merkuri bertekanan tinggi (far- Infrared)  Lampu wolfram-halogen (near- Infrared)
  • 37. C. DETEKTOR  DTGS (Deuterium Triglycine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride) untuk mid- IR  Germanium atau Indium-Antimoni untuk far- IR  Fotokonduktor Pb-Sulfida untuk near- IR
  • 38. D. FOURIER TRANSFORM  Ditemukan oleh Joseph Fourier pada abad 19  Suatu persamaan matematis digunakan untuk mentransformasikan satu fungsi ke fungsi yang lain  Mengubah fungsi dari domain waktu ke domain frekuensi  Manfaat: membuat data mentah (raw data) dari Interferogram dapat diterjemahkan menjadi sebuah spektra
  • 39. Contoh interferogram (domain waktu) dan proses Fourier Transform menjadi spektra (domain frekuensi)
  • 40.  Keuntungan FT-IR dibanding dispersive IR:  Fellgett advantage: meningkatnya SNR (Signal-to- noise ratio) seiring dengan banyaknya jumlah elemen resolusi yang dimonitor secara simultan  Jacquinot advantage: meningkatnya SNR seiring dengan tingginya jumlah energi yang tertangkap oleh detektor  Speed advantage: penggunaan moving mirror memungkinkan spektra dapat diperoleh dalam waktu yang singkat
  • 41. Pengolahan Sampel Transmisi Pantulan (reflectance) 1. Padat 2. Cair 3. Gas 1. ATR 2. Reflektan Spekular 1. Pantulan Diffuse 2. Foto akustik
  • 42.  Melewatkan berkas sinar IR melalui sampel  Ketebalan sampel antara 1-20 mikron  Keuntungan mempunyai rasio sinyal-noise yang tinggi tidak mahal  Kekurangan Penyiapan sampel relatif lama
  • 44.  Padat 1. Pelet KBr KBr merupakan bahan Inert, transparan terhadap sinar IR, Penyiapan sampel Sampel dan KBr harus digerus untuk mengurangi ukuran partikelnya < 2 mikron.  serbuk KBr + sampel, kemudian dikempa dengan tekanan sebesar 10,000-15,000 psi
  • 45.
  • 46.  2. Mull /Lumpuran  Mull: 2-5 mg sampel digerus dengan penambahan 1-2 tetes mulling agent seperti Nujol® (minyak parafin) untuk kemudian dianalisis sebagai lapisan film tipis
  • 47.  3. Lapisan tipis  Lpaisan tipis padatan cuplikan pada lempeng natrium klorida diperleh dengan meneteskan larutan cuplikan pada permukaan lempeng NaCl. Karena pelarut mudah menguap,amka akan didapatkan lapisan tipis lempeng NaCl.
  • 48.  Cairan Pelarut yang digunakan harus sesuai Faktor penting : Pelarut harus melarutkan sampel, Pelarut yang digunakan setidaknya non polar ,emeninimlan interkasi solut pelarut,  Neat liquid: 10 mg sampel dianalisis sebagai lapisan film tipis  Larutan: 0.1-1 ml sampel dianalisis menggunakan cell. Selain itu, juga digunakan compensating cell berisi solven yang diletakkan pada reference beam. Solven yang umum digunakan a.l. CCl4 dan CS2
  • 49.
  • 51.  1. Pengukuran pantulan internal dengan menggunakan sel Attenuated total reflectance (ATR) yang bersinggungan (kontak) langsung dengan sampel  2. Pengukuran pantulan eksternal yang melibatkan berkas sinar IR yang dipantulkan secara langsung dari permukaan sampel.
  • 52. Attenuated Total Reflectance (ATR) Untuk sampel padat, cair, semi-padat, dan lapisan tipis. ATR menggunakan kristal sebagai media Pemantulan. Kristal ATR dibat dari bahan yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan memiliki Indeks Bias yang tinggi, Kristal yang sering digunakan seng Selenida (ZnSe), KRS-5 (Talium Iodida/Talium Bromida), dan Germanium.
  • 53.
  • 55.  Digunakan sebagai salah satu metode dalam determinasi struktur kimia suatu senyawa  Berfungsi untuk menentukan gugus fungsi yang terdapat dalam suatu senyawa  Penetapan senyawa dalam campuran (FT-IR)
  • 56.  Terdapat dua daerah yang cukup penting dalam analisis kualitatif spektra IR Daerah gugus fungsi (4000-1300 cm-1) mendeteksi gugus fungsi yang umum terdapat dalam senyawa kimia (-OH, -NH, -C=O) Daerah sidik jari (1300-900 cm-1) daerah dengan pola absorbsi cukup kompleks sehingga dapat digunakan sebagai pembeda identitas antara satu senyawa dengan senyawa lain
  • 57.
  • 58. Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik (cm-1) Intensitas Alkohol (O-H) Ulur (ik. Hidrogen) 3600-3200 Kuat, lebar Alkohol (O-H) Ulur (tanpa ik. Hidrogen) 3700-3500 Kuat, tajam Alkohol (C-O) Tekuk 1150-1050 Kuat Alkana (C-H) Ulur 3000-2850 Kuat Alkana (C-H) Tekuk 1480-1350 Bervariasi Alkena (C-H) Ulur 3100-3010 Sedang Alkena (C-H) Tekuk 1000-675 Kuat Alkena (C=C) Ulur 1680-1620 Bervariasi Alkuna (C-H) Ulur 3300 Kuat, tajam Alkuna (C≡C) Ulur 2260-2100 Bervariasi, tidak muncul pd alkuna simetris
  • 59. Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik (cm-1) Intensitas Amina (N-H) Ulur 3500-3300 Medium (double band – NH2, single band –NH, no band –N) Amina (C-N) Ulur 1360-1080 Medium-lemah Amina (N-H) Tekuk 1600 Medium Aromatik (C-H) Ulur 3100-3000 Medium Aromatik (C=C) Ulur 1600-1400 Medium-lemah, multiple bands Eter (C-O) Ulur 1300-1000 Kuat Nitril (C≡N) Ulur 2260-2210 Medium Nitro (N-O) Ulur 1560-1515 & 1385- 1345 Kuat, two bands
  • 60. Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik (cm-1) Intensitas Karbonil (C=O) Ulur 1820-1670 Kuat Aldehida (C=O) Ulur 1740-1720 Kuat Aldehida (C-H) Ulur 2850-2820 & 2750- 2720 Medium, two bands Amida (C=O) Ulur 1690-1640 Kuat Amida (N-H) Ulur 3500-3100 (-NH2, two bands) Amida (N-H) Tekuk 1640-1550 Anhidrida (C=O) Ulur 1830-1800 & 1775- 1740 Two bands Asam Karboksilat (C=O) Ulur 1725-1700 Kuat Asam Karboksilat (O-H) Ulur 3300-2500 Kuat, sangat lebar Asam Karboksilat (C-O) Ulur 1320-1210 Kuat
  • 61. Gugus Fungsi Tipe Vibrasi Absorbsi Karakteristik (cm-1) Intensitas Ester (C=O) Ulur 1750-1735 Kuat Ester (C-O) Ulur 1300-1000 Two bands Keton asiklik (C=O) Ulur 1725-1705 Kuat Keton siklik (C=O) Ulur 3-membered - 1850 4-membered - 1780 5-membered - 1745 6-membered - 1715 7-membered - 1705 Kuat Keton α,β-tak jenuh Ulur 1685-1665 Kuat Aril keton Ulur 1700-1680 Kuat
  • 62.  The C = O group gives rise to a strong absorption in the region 1820 –1660 cm−1. The peak is often the strongest in the spectrum
  • 63. Broad absorption near 3400 -2400 cm-1 (usually overlap C-H)
  • 64.  Medium absorption near 3400 cm-1, sometimes a double peak with equivalent halves.
  • 65.  Medium absorption(s) near 3400 cm-1
  • 66.  Spektroskopi Inframerah juga dapat digunakan dalam analisis kuantitatif  Dasar teori yang digunakan adalah Hukum Beer-Lambert A=log (I0/It)=abc= 2 - log10 %T  A=Absorbansi  a=absorbtivitas (ml/gr.cm)  b=panjang sel (cm)  c=konsentrasi (gr/ml)  %T=Persen transmitan
  • 67.  Untuk uji kuantitatif diperlukan koreksi dari hamburan dan absorbsi dari solven dan sel  Dapat digunakan dua metode: Cell in/cell out Baseline
  • 68. • Pada metode cell-in/cell-out spektrometer diset pada bilangan gelombang yang dikehendaki • Sel kemudian diisi dengan larutan sampel dan dianalisis untuk mendapatkan nilai T • Pada sel yang sama kemudian diisi solven dan dianalisis untuk mendapatkan nilai T0 • Absorbansi kemudian dapat diukur menggunakan hukum Beer-Lambert dengan mengurangi absorban larutan sampel dengan solven
  • 69. •Pada metode baseline, sebuah garis (DE) ditarik diantara maksima transmitan pada kedua sisi pita •Kemudian digambar garis lurus ABC paralel terhadap sumbu y •Titik B merupakan puncak absorbansi maksimum, Titik C merupakan titik tengah antara garis DE •Absorbansi pada bilangan gelombang ini: A=log (T0/T)=log (AC/AB) •Untuk determinasi yang lebih akurat dapat dilakukan pengukuran pada seluruh area yang terdapat pada spektra •Umumnya, area yang diukur hanya pada pita dengan absorbansi maksimum •Hasil yang didapatkan menjadi kurang akurat apabila terjadi tumpang tindih pita
  • 70.  Kelemahan: Deviasi dari Hukum Beer-Lambert Fenomena ini sama seperti yang ditemui pada spektrofotometer UV-Vis. Deviasi ini dikarenakan pita serapan IR yang cukup sempit Kompleksitas spektra Sangat dimungkinkan terjadinya tumpang tindih pada pita absorbsi Stray radiation Radiasi yang tidak dikehendaki yang ikut lolos pada celah keluar (exit slit) akibat dari hamburan dan pantulan dari permukaan internal
  • 71. Contoh Aplikasi:  Penetapan kadar Polidimetilsiloksan (Simetikon) (H3C)3Si-[-(CH3)2SiO-]n-CH3 + SiO2 (USP, Farmakope Indonesia)  Penetapan kadar polutan (OSHA)
  • 72.  Spektrum diubah dari %T menjadi Absorban  Analisis selanjutnya seperti pada spektrofotometer UV-vis  Hal yang harus diperhatikan: ◦ Tentukan spektrum spesifik ◦ Tumpang tindih spektrum ◦ Terdapat lebih dari 1 spektrum spesifik
  • 73.
  • 74. Larkin, Peter. (2011). Infrared and Raman Spectroscopy: Principles and Spectral Interpretation. Amsterdam, Netherlands: Elsevier. Sathyanarayana, D.N. (2007). Vibrational Spectroscopy: Theory and Applications. New Delhi, India: New Age International Publishers. Silverstein, R.M., et al. (2011). Spectrometric Identification of Organic Compounds (7th ed.). Hoboken, USA: Wiley. Skoog, D.A., et al. (2013). Fundamentals of Analytical Chemistry (9th ed.) Belmont, USA: Brooks/Cole, Cengage Learning. Skoog, D.A., et al. (1998). Principles of Instrumental Analysis (5th ed.) Orlando,USA: Harcourt Brace College Publishers. Stuart, B.H. (2004). Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. Hoboken, USA: Wiley.