Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran viskositas larutan aseton dan etanol menggunakan dua metode, yaitu metode pipa kapiler (Ostwald) dan metode bola jatuh (Hoppler). Hasilnya menunjukkan viskositas etanol lebih besar dari aseton karena ikatan OH dan gaya dipol-dipol yang kuat pada etanol. Energy aktivasi aseton dan etanol juga dihitung.
1. VISKOMETRI
TUJUAN
Menentukan angka kental relative suatu zat cair terhadap zat standar dengan metode pipa kapiler dan matode bola jatuh
Menentukan energy aktivasi suatu zat cair dengan cara viskometri
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PERCOBAAN
Piknometer
o Berat piknometer kosong : 11,09 g
o Berat piknometer + air : 20,79 g
o Berat piknometer + aseton : 19,21 g
o Berat piknometer + enatol : 19,31 g
Metode Ostwald (Pipa Kapiler)
Sampel
Waktu alir (s)
t₁
t₂
Rerata
Akuades
Aseton
Etanol
55,15 s
38,91 s
85 s
55,38 s
38,75 s
80 s
55,27 s
38,83 s
82,5 s
Metode Hoppler (Bola Jatuh)
Berat bola : 4,8 gram
Volume bola : 2 ml
Larutan
Waktu (s)
t₁
t₂
Rerata
Akuades
Aseton
Etanol
13,07 s
6,18 s
13,59 s
14,9 s
6,30 s
13,52 s
13,99 s
6,24 s
13,56 s
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan ditentukan nilai viskositas suatu larutan. Terdapat dua metode yang akan digunakan untuk menentukan viskositas ini, yakni metode Ostwald
2. (metode pipa kapiler) dan metode Hoppler (metode bola jatuh). Larutan yang akan ditentukan nilai viskositasnya yakni aseton dan etanol. Sementara itu, sebagai larutan pembanding digunakan akuades pada suhu ruang yakni 28⁰C.
Untuk menentukan besarnya nilai viskositas suatu larutan maka harus terlebih dahulu diketahui densitas larutan tersebut. Oleh karena itu, sebelumnya perlu ditentukan terlebih dahulu densitas dari masing-masing larutan sampel yang akan diuji, yakni aseton dan etanol dengan menggunakan piknometer pada suhu ruang (28⁰C). Saat menuangkan larutan sampel ke dalam piknometer, larutan dituangkan hingga penuh, bahkan jika perlu hingga larutan meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah terisi penuh oleh larutan sampel (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer karena juga mempengaruhi penghitungan berat piknometer. Sebelum ditimbang tabung (bagian) luar piknometer perlu dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi hasil penimbangan. Pada hasil percobaan diperoleh densitas aseton pada suhu ruang yakni 0,834 g/ cm³, sedangkan densitas etanol pada suhu ruang yakni 0,844 g/ cm³. Berdasarkan literature diketahui bahwa densitas aseton pada suhu ruang 28⁰C yakni 0,7824 g/cm³, sedangkan densitas etanol yakni 0,7809 g/ cm³. Dengan demikian maka hasil densitas pada hasil percobaan masih belum akurat. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan hasil yang cukup jauh. Selain itu, jika pada literature menunjukkan bahwa densitas aseton lebih tinggi dibandingkan etanol, namun pada hasil percobaan justru densitas aseton yang lebih rendah daripada etanol. Hal ini mungkin dapat dikarenakan piknometer yang digunakan terkontaminasi oleh larutan lain sehingga mempengaruhi hasilnya, sehingga akan lebih baik jika digunakan piknometer yang berbeda pada setiap larutan.
Pada penentuan viskositas dengan metode Ostwald (pipa kapiler), di mana sesuai dengan namanya (pipa kepiler) bahwa metode ini menggunakan menggunakan viskometer berbentuk pipa kapiler. Prinsip dari metode Ostwald ini yakni larutan sampel dialirkan melalui pipa kapiler dan dihitung waktu yang dibutuhkan oleh larutan sampel tersebut untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat larutan itu sendiri (karena gravitasi), di mana nilai viskositasnya dapat dihitung dengan membandingkannya dengan akuades (air) yang telah diketahui. Sebelum digunakan, viskometer harus dalam keadaan bersih dari pengotor- pengotor lain karena dapat mempengaruhi pengukuran yang akan dilakukan. Setelah larutan dimasukkan ke pipa kapiler sebelah kiri, maka pada pipa kapiler sebelah kanan dipasang pipet pump dan disedot larutanya. Tujuan penyedotan ini yakni untuk memberikan tekanan pada pipa kapiler sebelah kanan sehingga menyebabkan larutan akan mengalir naik menuju pipa kapiler yang kanan. Setelah pipet pump dilepas, maka
3. larutan akan mengalir turun yang mana aliran ini disebabkan oleh berat larutan tersebut (efek gravitasi), sehingga larutan yang memiliki berat larutan lebih tinggi akan membutuhkan waktu lama untuk menuruni pipa kapiler. Sementara itu, pada percobaan dengan menggunakan metode kedua yakni metode Hoppler (metode bola jatuh) maka digunakan media berupa bola untuk menentukan nilai viskositasnya, di mana menggunakan prinsip hokum stokes. Prinsip kerja dari metode Hoppler ini yaitu bola digelindingkan pada tempat seperti tabung yang terbuat dari kaca yang telah diisi larutan sampel. Adanya gaya gravitasi akan menyebabkan bola tersebut jatuh melalui medium larutan tersebut dengan kecepatan yang besar sampai pada kecepatan yang maksimum. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga respirok sampel. Pengukuran yang dilakukan yaitu waktu yang diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati larutan pada jarak atau tinggi tertentu. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa pada metode Ostwald waktu alir untuk larutan aseton yakni 38,91 s dan 38,75 s, sedangkan waktu alir untuk larutan etanol yakni 85 s dan 80 s. Dengan data tersebut dapat ditentukan nilai viskositas dari kedua jenis larutan tersebut di mana dengan menggunakan pembanding air yang waktu alirnya 55,15 s dan 55,38 s. Sehingga, dengan metode Ostwald diperoleh nilai viskositas dari larutan aseton yakni 0,492 cP, sedangkan nilai viskositas larutan etanol yakni 1,057 cP. Sementara itu, dengan menggunakan metode Hoppler, waktu alir untuk aseton yakni 6,18 s dan 6,30 s, sedangkan waktu alir untuk larutan etanol yakni 13,59 s dan 13,52 s. Sama dengan sebelumnya, di mana dengan data tersebut dapat ditentukan nilai viskositas dari kedua jenis larutan tersebut di mana dengan menggunakan pembanding air yang waktu alirnya 13,07 s dan 14,9 s. Sehingga, dengan metode Ostwald diperoleh nilai viskositas dari larutan aseton yakni 0,416 cP, sedangkan nilai viskositas larutan etanol yakni 0,898 cP. Berdasarkan data dari dua metode penentuan viskositas, maka dapat diperhatikan bahwa pada penentuan viskositas aseton menunjukkan hasil 0,492 cP dengan metode Ostwald dan 0,416 cP dengan metode Hoppler. Apabila hasil tersebut dibandingkan dengan data literature, di mana viskositas aseton pada suhu 28⁰C yakni 0,300479 cP, maka hasil percobaan tersebut masih belum akurat karena perbedaan hasil yang cukup jauh. Kalaupun dikaitkan dengan pengaruh suhu, itupun juga masih tidak sesuai karena kenaikan suhu justru menyebabkan penurunan nilai viskositasnya. Sementara itu, berdasarkan data dari dua metode penentuan viskositas, maka dapat diperhatikan bahwa pada penentuan viskositas etanol menunjukkan hasil 1,057 cP dengan metode Ostwald dan 0,898 cP dengan metode Hoppler. Apabila hasil tersebut dibandingkan dengan data literature, di mana viskositas etanol pada suhu 28⁰C
4. yakni 0,999584 cP, maka hasil percobaan tersebut masih belum akurat karena perbedaan hasil yang cukup jauh. Jika dari kedua data viskositas larutan digabungkan, maka diperoleh hasil bahwa viskositas etanol lebih besar dibandingkan viskositas aseton. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekentalan aseton lebih kecil daripada tingkat kekentalan etanol. Nilai viskositas tersebut dapat dilihat dari waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir, di mana pada metode Ostwald terlihat bahwa aseton memiliki waktu alir menuruni pipa kapiler lebih cepat dibandingkan etanol, sedangkan pada metode Hoppler pun bola pada larutan aseton mengalir lebih cepat dibandingkan etanol. Selain itu, etanol memiliki nilai viskositas lebih besar dibandingkan aseton karena etanol memiliki ikatan OH pada strukturnya dan adanya gaya dipol-dipol yang dapat mempertahankan ikatan antar molekul tetap kuat. Adanya ikatan OH juga menandakan adanya ikatan hydrogen yang mana ikatan ini akan lebih memperkuat setiap ikatannya.
Sementara itu, untuk penentuan energy aktivasi larutan aseton dan etanol diperoleh nilai energy aktivasi aseton yakni (2,198 + 2,503 a) kJ/mol, sedangkan energy aktivasi etanol yakni (0,27 + 2,503 a) kJ/mol. Konstanta a menunjukkan intersept antara grafik ln ɳ vs 1/T. Hal ini berarti bahwa pada aseton, energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung yakni (2,198 + 2,503 a) kJ/mol, sedangkan pada etanol yakni (0,27 + 2,503 a) kJ/mol.