Dokumen tersebut membahas tentang leukemia atau kanker darah, yang merupakan penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Terdapat beberapa jenis leukemia berdasarkan tipe sel darah yang diserang dan kecepatan perkembangannya, serta gejala, diagnosis, dan pengobatan untuk leukemia. Faktor lingkungan seperti merokok dan radiasi dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.
2. Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit
kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang
diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Type sel darah :
- sel darah putih : berfungsi sebagai daya tahan
tubuh melawan infeksi
- sel darah merah : berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh
- platelet : bagian kecil sel darah yang membantu
proses pembekuan darah
3. Leukemia akut cepat, mematikan, dan memburuk
Leukemia kronis tidak begitu cepat, harapan hidup
lebih lama
Berdasarkan jenis sel :
Leukemia limfositik akut (LLA)
paling sering terjadi pada anak-anak. pada dewasa (≥65
tahun).
Leukemia mielositik akut (LMA)
sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.
Leukemia limfositik kronis (LLK)
sering diderita oleh orang dewasa (> 55 tahun.), dewasa
muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
Leukemia mielositik kronis (LMK)
sering terjadi pada orang dewasa., anak-anak.
4. Keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah
yang tidak terkontrol.
Mekanisme kontrol seluler normal mungkin
tidak bekerja dengan baik akibat adanya
perubahan pada kode genetik yang seharusnya
bertanggung jawab atas pengaturan pertubuhan
sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang
yang lebih lambat dibandingkan sel normal.
Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak
lengkap dan bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel sejenis yang normal
6. Penurunan berat badan
Malaise (tidak enak badan)
Kelelahan
Palpitasi (detak jantung tidak stabil)
Dyspnea (sulit bernafas)
Gejala lain : demam, chills (kedinginan),
rigor (tegang otot),kulit memar, nyeri
tulang, kejang, sakit kepala, dan
diplopia(penglihatan ganda)
7. Diagnosa umum Leukemia dapat dipastikan
dengan beberapa pemeriksaan :
Biopsy
Pemeriksaan darah(CBC)
CT or CAT scan
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
X-ray
Ultrasound
Spinal tap/lumbar puncture.
8. Terapi non farmakologi :
HSCT (transplantasi stem cell)
a. Autologous :
ekstraksi HSC dari pasien dan penyimpanan sel ke dalam
freezer kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa
radioterapi Stem cell dikembalikan ke dalam tubuh
pasien memperbaiki jaringan yang rusak dan
mengembalikan produksi sel darah menjadi normal
kembali.
b. Allogenic
transplantasi stem cell dari pasien donor (sehat) ke pasien
resipien (sakit). Syarat pendonor adalah memiliki tipe
jaringan (HLA) yang cocok dengan resipien. Sumber stem
cell dapat diambil dari umbilical cord blood.
Radioterapi
10. Fase remisi
Tujuan : membunuh sel-sel tumor dan menghasilkan
perbaikan klinis dan hematologi secara cepat.
Anak-anak : vinkristin, deksametason atau prednisone,
dan asparaginase atau pegasparase,
LLA yang berisiko tinggi, ditambahkan antrasiklin.
Pasien dewasa :four-drug regimen, yang terdiri dari
antrasiklin (daunorubisin/doksorubisin), vinkristin,
asparaginase, dan prednisone
Pasien dewasa diberikan pengobatan yang lebih intensif
daripada pengobatan pada anak-anak karena tingginya
resiko.
Terapi profilaksis
Kemoterapi intratekal, irradiasi cranial, dan metotreksat
atau sitarabin i.v. dosis tinggi dapat mengatasi dan
mencegah penyakit SSP.
11. Fase konsolidasi
Tujuan : menghilangkan penyakit yang tidak terdeteksi agar kondisi
pasien tetap baik, terutama untuk anak-anak.
Pengobatannya meliputi vinkristin, merkaptopurin, dan metotreksat
intratekal.
Fase intensifikasi tertunda/pemeliharaan sementara
Tujuan : untuk menjaga perbaikan kondisi dan menurunkan tokisitas
kumulatif.
Pengobatan : deksametason, vinkristin, doksorubisin, pegaspargase,
siklofosfamid, tiguanin atau merkaptopurin, sitarabin dosis rendah,
dan metotreksat intratekal.
Sedangkan untuk fase pemeliharaan sementara meliputi
deksametason, vinkristin, metotreksat tiap minggu, merkaptopurin,
dan metotreksat intratekal.
Fase pemeliharaan
Tujuan : untuk menghilangkan sisa-sisa sel leukemia dan
memperpanjang durasi kesembuhan.
Pengobatannya terdiri dari metotreksat dan merkaptopurin oral,
dengan atau tanpa vinkristin dan kortikosteroid tiap bulan.
12. Terapi remisi
Diberikan sitarabin dengan dosis 100-200
mg/m2 infus secara kontinyu selama 7 hari
ditambah dengan antrasiklin (idarubisin
atau daunorubisin) selama 3 hari (regimen
7+3). Untuk regimen ini membutuhkan 2
siklus.
13. Terapi suportif
Transfusi darah untuk pasien dengan Hb ≤8 mg/dL atau
dengan gejala anemia atau platelet <10.000/mcL atau
adanya tanda-tanda perdarahan.
Pemberian produk darah yang telah diradiasi untuk pasien
yang menerima terapi imunosupresif (fludarabin, HSCT).
Berhasilnya terapi ditunjukkan dengan tercapainya respon
komplit yang ditandai dengan:
jumlah netrofil absolut >1000/mcL
platelet ≥100.000/mcL
tidak ada penyakit ekstramedula
respon morfologi-pasien bebas dari transfusi darah
respon sitogenetik-sitogenetik normal
respon molekuler-tidak adanya mutasi
Jika respon komplit tidak tercapai, maka dipertimbangkan
dilakukan HSCT atau terapi suportif.
14. Terapi konsolidasi (postremission)
Terapi ini dilakukan setelah respon
komplit telah tercapai.
Sitarabin dosis tinggi pada terapi
induksi selama 3 jam tiap 12 jam pada
hari ke-1, 3, 5 selama 4 kali.
15. Kemoterapi
Terapi awal : agen pengkhelat (klorambusil dan
siklofosfamid) atau analog purin, (fludarabine.)
Kombinasi klorambusil-siklofosfamid berefek lebih tinggi
dibandingkan penggunaan tunggal.
Selain itu, dapat digunakan alemtuzumab yang lebih
banyak digunakan pada pasien yang memiliki resiko yang
tinggi.
Kambuh : kombinasi obat, seperti fludarabine dengan
siklofosfamid/epirubicin.
16. Transplantasi stem cell
transplantasi allogeneic
karena kurang beresponnya kemoterapi yang diberikan
(telah mengalami resistensi). Biasanya pada pasien anak-anak
dengan LLK yang terus memburuk.
transplantasi autologous
pada pasien yang menunjukkan remisi yang komplit atau
parsial yang baik dengan kemoterapi dosis tinggi dan
irradiasi total.
Radioterapi
Irradiasi splenic untuk mengurangi ukuran splenic dan
meringankan nyeri abdominal.
Pembedahan (splenektomi)
untuk pasien dengan splenomegali masif yang
menunjukkan gejala, ataupun refractory cytopenia (karena
autoimun atau hipersplenism). Respon : pengurangan
gejala karena spenomegali, dan perbaikan cytopenia.
17. Kemoterapi (lini pertama ) : Imatinib mesilat.
Jika berhasil dilanjutkan selama pasien
berespon.
Jika gagal atau penyakit bertambah buruk,
alternatif terapi :
transplantasi stem cell allogeneic
18. Berikut beberapa makanan yg dianjurkan untuk penderita kanker :
1.Basa lemah : madu, gula batu asli, jeruk, pisang, cherry, alpukat,
persik, wortel, tomat, jagung segar, kentang dg kulit, jamur, kubis, kol,
zaitun, kacang polong, kedelei, tofu, minyak canola, susu kedelei, susu
kambing, air jahe.
2.Basa sedang : kurma, melon, anggur, papaya, kiwi, apel,
pear, kismis, kacang almond, okra (kacang lendir), labu,
ketela, gambas, daun selada, seledri, kentang manis,
3.Basa tinggi : lemon, semangka, jeruk nipis, jeruk limau,
asparagus, daun bawang, bawang merah, brokoli, bawang
putih, minyak zaitun, air lemon.
19. Penderita kanker semestinya menghindari makanan
yg dapat membuat ph darah dalam tubuh menjadi
asam. Makanan-makanan tersebut diantaranya:
1.Asam rendah : plum, kacang merah, jus olahan dlm
kemasan, kwaci, minyak jagung, telur, butter, mentega,
yoghurt, ikan tongkol.
2.Asam sedang : gula putih, gula merah, kacang
mede,kemiri, nasi putih, jagung, ayam, daging domba,
susu, kopi,
3.Asam kuat : segala macam gula buatan, blueberry, coklat,
kenari, kacang tanah, kerang, udang, cumi, terigu dan
olahannya, pasta, daging sapi, daging kambing, daging
merah, susu sapi, es krim, keju, beer, softdrink, alcohol.
20. Penderita tumor juga semestinya menghindari:
makanan instan , makanan bermicin, makanan
berpewarna, makanan berpengawet, makanan
digoreng, makanan dibakar, asinan, makanan yg
mengandung cuka kimia, makanan berlemak
hewani, merokok dan asap rokok serta asap
bakaran lainnya.
21. Faktor lingkungan diyakini menyumbang 90-95% dari
keseluruhan penyebab penyakit kanker. Sisanya sekitar
5-10% disebabkan faktro genetik atau keturunan.
22. 1. Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya
kanker paru – paru, mulut, laring (pita suara), dan
kandung kemih.
2. Sinar Ultraviolet dari matahari
3. Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik)
digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan dari
pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom
atom yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh.