Rasulullah mengalami pertambahan uban secara signifikan karena mendapat perintah berat untuk beristiqomah dalam beribadah. Istiqomah berarti komitmen, konsisten, dan kontinuitas dalam melaksanakan suatu aktivitas. Konsistensi sangat penting dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, penelitian, penerapan SOP, manajemen mutu, auditing, dan akreditasi organisasi. Komitmen dan konsistensi diperluk
1. Kiki Alhadiida
ISTIQOMAH: komitmen, konsisten, dan kontinuitas
[J,29082014:13.12].
Tersebutlah suatu riwayat istri tercinta Rasulullah, yakni Aisyah mendapati suaminya
mengalami pertambahan uban pada rambut beliau secara signifikan, maka
bertanyalah ‘sang Humairoh’ kepada manusia terpuji tersebut, apa gerangan yang
menyebabkan demikian. Rasul menjawab bahwa, beliau telah mendapat perintah
sangat berat berupa turunnya ayat tentang istiqomah. Ayat tersebut menyebutkan:
beribadah kamu dan beristiqomahlah !
Istiqomah, satu kata yang mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan,
dan bisa dibilang tidak ringan untuk dikerjakan. Jika dalam hal ibadah saja sulit
beristiqomah, apatah lagi dalam muamalah. Oleh karena itu, istiqomah menjadi
ukuran keteguhan akan keimanan seseorang dalam melaksanakan ibadahnya.
Istiqomah juga menjadi suatu kepatuhan akan perjanjian seorang muslim dalam
ketaatan terhadap perintah dan ketaatan dalam meninggalkan larangan. Istiqomah
juga menjadi bukti akan nilai kehambaan seorang muslim dihadapan Allah serta
bukti sebagai pengikut Rasulullah.
Istiqomah dalam kehidupan sehari-hari dipadankan dengan kata: komitmen,
konsisten, dan kontinuitas. Artinya, orang yang beristiqomah dalam melakukan suatu
aktivitas adalah orang yang komitmen dengan nilai aktivitas itu, konsisten
menjalankannya sesuai prosedur serta terus menerus dilakukan sampai tujuan
akhirnya tercapai. Manusia yang istiqomah, adalah manusia yang memiliki sikap
STAF (sidik, tablig, amanah, fatanah). Manusia yang membenarkan kebenaran,
bukan memberi pembenaran yang tidak benar. Manusia yang menyampaikan
2. kebenaran. Manusia yang memegang kebenaran dan menjalankannya dengan
benar. Manusia cerdas yang selalu memegang kebenaran (secerdas-cerdasnya
manusia adalah yang selalu ingat akan kematian dan balasan hari akhir serta kerap
aktivitasnya berorientasi akhirat).
Dalam bidang keilmuan, konsistensi merupakan hal yang mutlak. Dengan demikian,
saking konsistensinya pada logika dan fakta, rasionalis dan pragmatis, deduktif dan
induktif, maka bidang keilmuan sering disebut sebagai sebuah disiplin ilmu. Ilmu,
sesuatu yang konsisten dengan logika, objektif, dan sistematis.
Konsistensi juga diperlukan dalam hubungan dengan metodologi penelitian.
Populasi data yang diambil menjadi sampel yang kemudian diolah harus mengalami
uji validasi dan uji reliabilitas. Validasi menunjukan nilai kesahihan data, sementara
reliabilitas adalah nilai keandalan atau konsistensi data dan hubungan antar data
dalam waktu dan tempat yang berbeda. Konsistensi di sini sangat menentukan
dalam proses analisis data selanjutnya yang tentu saja akan berpengaruh pada hasil
akhirnya.
Penggunaan SOP (standard operation procedure) juga membutuhkan konsistensi.
Apalah artinya kalau ada SOP tetapi tidak dipakai. Adanya SOP akan menunjukan
adanya acuan, patokan, pemandu sekaligus rambu dalam menjalankan suatu
aktivitas tertentu. Konsistensi terhadap SOP aktivitas organisasi akan berjalan
dengan tertib, teratur, rapi, sistematis, terukur, dan mudah dievaluasi.
Jika konsistensi berada dalam tataran operasional, maka komitmen berada dalam
kerangka konsep. Konsistensi dalam bingkai amal, maka komitmen dalam ruang
niat. Oleh karena itu dalam manajemen mutu, sekalipun seluruh perangkat
organisasi dari mulai lapis manajerial level menengah sampai paling bawah
menjalankannya secara konsisten, tetapi manajemen puncak tidak memiliki nawaitu
untuk berkomitmen kuat dalam mendefinisikan mutu secara baik dan benar akan
sia-sia upaya membangun kesadaran akan pentingnya mutu. Efeknya kelak, adalah
sumber daya manusia yang ada akan mengalami demotivasi dan degradasi mental
dalam bekerja. Sebuah organisasi sulit dibangun untuk maju dari ketidak
komitmennya top manajemen. Ketidak komitmennya top manajemen akan menular
3. dan menjalar menjadi ketidakkonsistenan dalam operasionalisasi sistem. Yang pada
gilirannya akan terjadi, sistem antara ada dan tiada dalam organisasi. Atau
organisasi ini memiliki sistem atau tidak. Antara nyata dan ghaib, antara kongkret
dan imajinasi, atau antara realisasi dan halunisasi.
Dalam auditing atau visitasi, nilai-nilai komitmen dan konsistensi mutlak ada di
hadapan auditor atau asesor. Kecukupan dokumen yang merepresentasikan semua
aktivitas organisasi layak terpenuhi. Kesesuaian antara apa yang terdokumentasi
dengan apa yang dijalankan dalam aktivitas organisasi harus jelas ada korelasi.
Pengelolaan dan aktivitas organisasi serta tujuan organisasi harus konsisten
mengacu pada visi dan misi organisasi. Manual, prosedur, instruksi kerja, rekaman,
dan dokumen menjadi satu kesatuan utuh dalam konsistensi. Nilai konsistensi
sangat dijunjung tinggi dalam akreditasi sebuah organisasi. Akreditasi berjalan
berdampingan dengan standarisasi. Mengkorelasikan sesuatu yang diukur dengan
alat pengukurnya, tidak ada istilah lain selain konsistensi.
Nah, sebegitu pentingnya arti konsisten dan makna komitmen. Biasanya, kalau
sudah ada komitmen dan konsisten, kontinuitas tinggal jalan saja.
Luar biasa, dengan sebuah kata “istiqomah”, ternyata pengaruhnya sangat
menakjubkan dalam mendisplinkan kehidupan manusia menjadi lebih bermutu
(benar, baik, dan bagus). [J,12022021:19.30].