2. Learning outcomes
• SISTEM IMUN
• SEL-SEL SISTEM IMUN
• KOMPLEMEN
• ANTIGEN – ANTIBODI
• SITOKIN
• REAKSI HIPERSENSIVITAS
• INFLAMASI
• AUTOIMUNITAS DAN DEFISIENSI IMUN
3. SEJARAH
• Mereka yg sembuh thd infeksi menjadi
terlindung
• Wabah di Athen, Yunani 430 SM
• Louis Pasteur the father of immunology
studi vaksinasi dini
5. DEFINISI
• Immunology (Latin): Immunis + Logos
• Imunologi (Immunology): Studi tentang
mekanisme biologis dari Seluler, Molekular
serta fungsional Sistim Imun.
• Sistim Imun (Immune System): Sistim yang
terdiri dari Molekuler, Seluler, Jaringan dan
Organ yang berperan dalam proteksi/
kekebalan tubuh
• Imunitas (Immunity): Proteksi dari Penyakit
Infeksi
6. Fungsi Utama Sistem Imun:
1. Pertahanan diri dari benda asing (not-self)
dengan mekanisme non spesifik maupun
spesifik
2. Eliminasi sel-sel diri sendiri (self) yang
mengalami kelainan (modifikasi)
3. Pengaturan maturasi/pematangan dan
pertumbuhan sel/jaringan.
9. SEL-SEL SISTEM IMUN NON SPESIFIK
1. Sel Fagosit
• Fagosit mononuklier
– Sel monosit
– Sel makrofag hasil differensiasi sel monosit di
berbagai jaringan fagosit profesional dan sel
APC (Antigen Presenting Cell)
• Fagosit polimorfonuklier
– Neutrofil Soldiers of the body 7-10 jam
– Eosinofil melawan inf parasit
– Basofil bagian terkecil mediator
• Fagosit frustasi pelepasan lisozim keluar sel
10. Lanjutan...
Kandungan sel fagosit
• Lisosom : enzim yang mencerna dan merusak bahan yang
dimakan
• Fagolisosom : gabungan fagosom + lisosom menurunkan
pH dan mengaktifkan protease
• Granul : lisosom khusus dari granulosit berisikan
berbagai protein bakterisidal
• Lisozim : enzim yang mencerna ikatan proteoglikan dalam
dinding bakteri Gram Positif
• Protein kationik : merusak lapisan lipid bagian luar bakteri
Gram Negatif
• Defensin : sitotoksik dan bersifat antibakterial luas dan
antimikotik
• Laktoferin : mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri
11. 2. Sel Nol
• Sel-sel limfoid yang tidak mengandung petanda
seperti yang ditemukan pada sel T dan B
• Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL)
• Dibagi menjadi 2 yaitu : Sel NK (Natural Killer)
dan Sel K (Killer)
• Sel NK : membunuh sel tumor dan sel yang
mengandung virus dengan cara non spesifik
tanpa bantuan antibodi
• Sel K : merupakan efektor dari ADCC (Antibody
Dependent Cellular Cytotoxicity) yg dapat
membunuh sel secara non spesifik hanya
terjadi bila sel sasaran dilapisi antibodi
12. 3. Sel Mediator
• Basofil dan mastosit : mediator yang dapat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan
respon inflamasi serta mengerutkan otot
polos bronkus
• Trombosit : agregasi dinding vaskuler yang
rusak, respon inflamasi, dan sitotoksik
4. Sel assesori
• Eosinofil, basofil, sel mastosit, trombosit, dan
sel APC
13. SEL-SEL SISTEM IMUN SPESIFIK
1. Sel T
• Sel asal sel T adalah dari sumsum tulang memasuki
timus berproliferasi di regio subkapsuler
• Sel asal itu adalah dari CD4 dan CD 8
• Terdiri dari berbagai subset :
– Sel Th (T helper)
– Sel Ts (T suppressor)
– Sel Tdh/Td (delayed hypersensitivity)
– Sel Tc (cytotoxic)
– Sel limfosit naif (virgin)
– Sel Th0
– Sel Regulator dan efektor
14. • Fungsi Sel T umumnya :
– Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
– Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi
virus
– Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
– Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
15. 2. Sel B
• Perkembangan Sel B dalam sumsum tulang
adalah antigen independen tetapi
perkembangan selanjutnya memerlukan
rangsangan dari antigen
• Fungsi utama sel B adalah memproduksi
antibodi
• Atas pengaruh Sel T sel B berberploriferasi
dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mampu membentuk Ig yang spesifik
16. Struktur Sistem Imun
• Organ sistem imun berada diseluruh
bagian tubuh, disebut organ limfoid
• Organ limfoid merupakan rumah bagi
limfosit
17. Jaringan Limfoid
• Yaitu jaringan yang memproduksi,
menyimpan & memproses limfosit
• Terdiri dari: sumsum tulang,
kelenjar limfa, thymus, tonsil,
adenoid, appendiks dan jaringan
limfa di saluran cerna.
18. Jaringan Limfoid
• Jaringan limfoid di nodus limfa untuk
melawan antigen yang menginvasi jaringan
perifer tubuh
• Jaringan limfoid di tonsil dan adenoid
untuk melawan antigen yang masuk melalui
saluran pernapasan
• Jaringan limfoid di spleen, timus dan
sumsum tulang untuk melawan antigen
yang berhasil mencapai sirkulasi darah
• Jaringan limfoid di dinding saluran cerna
untuk melawan antigen yang masuk melalui
usus
19.
20. Antigen
• Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat
merangsang respon imun atau bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi yang sudah ada
• Epitop atau determinan antigen adalah bagian
antigen yang dapat merangsang sistem imun
dengan sangat kuat. Satu antigen dapat memiliki
satu atau lebih determinan antigen.
• Hapten adalah antigen yang molekulnya
berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi
respon imun jika sendirian, tetapi menjadi
imunogenik jika bersatu dengan carrier
21. • Antigen Limfosit (mengenal benda asing )
• Protein MHC (Major Histocompatibility
Complex) protein pengenal benda asing
• MHC I (seluruh sel kecuali eritrosit) dan MHC
II( limfosit B,T, makrofag dan monosit)
22. Antibodi
• Protein yang menempel pada membrane
limfosit yang berfungsi untuk melawan
antigen dan mengingat antigen
• Protein ini bisa disebut Imunoglobulin
23. ANTIBODI
• Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul
yang dihasilkan oleh sel plasma (proliferasi dari limfosit
B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang
dirangsang oleh antigen asing
• Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai
polipeptida dasar : 2 rantai berat (heavy chain/H) dan
2 rantai ringan (light chain/L), serta 2 regio : variabel
(V) dan constant (C)
• Enzim papain memecah molekul antibodi dalam
fragmen masing-masing. Fab : Fragmen Antigen
Binding . Fc : Fragmen crystallizable
• Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
24. Imunoglobulin (Ig)
Terdiri atas 5 kelas
IgA, melawan mikroorganisme, banyak
terdapat pada zat sekresi seperti keringat, ASI
dan air liur.
IgD, membantu memicu respons imunitas,
jumlahnya sedikit
IgE, menyebabkan pelepasan histamine dan
mediator kimia lainnya
IgG, jumlah paling banyak sekitar 80%,
jumlahnya akan lebih besar setelah pejanan
pertama
IgM, antibody pertama yang tiba di lokasi
infeksi, menetap di pembuluh darah
Bentuk Imunoglobulin (Ig)
26. Struktur
Antibodi
• Berbentuk seperti “Y”
• Terbuat dari 4 rantai asam amino, disatukan
oleh ikatan disulfide
• Terdapat dua rantai berat dan dua rantai
ringan
• Setiap rantai memiliki daerah konstan
disebut daerah Fc
• Setiap rantai memiliki wilayah variable yg
unik untuk antibody dikenal sebagai wilayah
FAB
27. Pembentukan Antibodi
• Antibody dibentuk oleh makrofag yang telah
memfragmentasi antigen
• Fragmen antigen tersebut di presintasikan
kepada sel limfosit Th melalui MHC II yang
terletak di permukaan makrofag
• Sel Th berinteraksi dengan APC melalui
CD4 dan TCR
• Kemudian sel Th teraktivasi dan
berproliferasi serta mengeluarkan sitokinin
(IL-1) yang akan mengaktifkan sel B yang
naiv menjadi sel plasma yang akan
memproduksi antibody spesifik terhadap
antigen tersebut.nteraksi dengan APC
melalui CD4 dan TCR
28. Ig A
• Imunoglobulin sekretori (mencegah
perlekatan)
• Ditemukan dalam kolostrum, saliva, air mata,
cairan hidung, dan sekret respiratorius, GI
serta urogenital
• 15-20% merupakan imunoglobulin dalam
serum darah
29. Ig D
• Dalam serum darah dan limfe relatif sedikit,
tetapi banyak ditemukan dalam limfosit B
• Membantu memicu respon imun
30. Ig E
• Ditemukan dalam konsentrasi darah sangat
rendah
• Kadar meningkat saat alergi dan parasitik
tertentu
• Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan
basofil serta menyebabkan pelepasan
histamin dan mediator kimia lainnya
31. Ig G
• Mencapai 80% - 85% dari keseluruhan antibodi
yang bersirkulasi dan merupakan satu2nya
antibodi yg menembus plasenta dan memberikan
imunitas pada bayi baru lahir
• Molekul ini akan diproduksi besar2an pada
pajanan kedua dan berikutnya thd antigen
spesifik
• Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap
organisme dan toksin yang bersirkulasi,
mengaktifkan komplemen dan meningkatkan
keefektifan sel fagositik
32. Ig M
• Ab pertama yang tiba di tempat infeksi pada
pajanan awal thd antigen
• Pajanan kedua peningkatan IgG
• Mengaktivasi komplemen dan memperbanyak
fagositosis, tetapi umur relatif pendek
• Karena ukurannya molekul ini menetap dalam
pembuluh darah dan tidak keluar ke jaringan
33. Interaksi Antigen-Antibodi
• Aglutinasi (penggumpalan), terjadi
jika antigen berupa materi partikel
• Netralisasi, terjadi jika antibody
menutup sistem determinan antigen,
sehingga antigen menjadi tidak
berbahaya.
• Opsonisasi adalah proses melapisi
partikel antigen oleh antibodi
dan/atau oleh komponen komplemen
lebih mudah dan cepat dimakan
fagosit
• Fagositosis proses dimana sel-
sel hidup tertentu disebut
fagosit menelan atau menelan sel
atau partikel lain
Mekanisme pengikatan antibody
ke antigen
34. Sistem Imun
• Ada 2 sistem kekebal
an tubuh:
• 1. Sistem kekebalan
nonspesifik (innate
immunity)
• 2. Sistem kekebalan
spesifik (adaptive
immunity)
35. Sistem Kekebalan Non Spesifik (Innate
Immunity)
• Merupakan pertahanan tubuh yang telah ada
sejak lahir dan merupakan respon terhadap
antigen yang dapat timbul walaupun
sebelumnya tubuh belum pernah terpapar
antigen
• Yang termasuk dalam sistem kekebalan ini:
Ko MUKA mBAK SITII ANTI KILLER
36. Ko MUKA mBAK SITII ANTI KILLER
• Kulit
• Membran Mukosa
• Bakteri alami
• Sel Fagosit
• Interferon
• Inflamasi
• Protein Antimikroba
• Sel Natural Killer
Lapisan I
Lapisan II
Mekanisme Respons Imunitas Humoral
37. Pertahanan Lapisan Pertama
• Kulit dan membrane mukosa
• Kelenjar keringat, sebum, dan
air mata yang akan
mensekresikan zat kimia dan
bersifat bakterisid
• Mukus, silia, sel keratin, serta
lysozim
di lapisan epitel
• Rambut pada bulu hidung
38. • Membran Mukosa Kimia
• Enzim lisozim mengkatalisis penghancuran
antigen
(Enzim ini terdapat di kulit & mukosa Minyak
dan keringat, Mata air mata, mulut air liur,
Mata, sel pernafasan lender)
Pertahanan Lapisan Pertama
41. Interferon
• Protein alami dari sistem kekebalan tubuh manusia yang
fungsinya untuk menyerang pathogen
• Sel yang terinfeksi oleh virus akan mengeluarkan interferon
• Interferon mengganggu replikasi virus (antivirus)
• Interferon memperlambat pembelahan dan pertumbuhan sel
tumor
• Selain itu interferon meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag
dan merangsang produksi antibodi
42. Reaksi Inflamasi
atau Peradangan
• Reaksi jaringan yang memberikan sinyal pertahanan sel
terhadap infeksi atau luka
• Tidak spesifik hanyak untuk mikroba, serta respon yang
sama terhadap luka akibat suhu dingin, panas atau
trauma
• Sel yang berperan: fagosit : neutrophil, monosit dan
makrofag
43. Tanda-tanda penyebab inflamasi
• Warna merah vasodilatasi
• Panasaliran darah cepat
• Radang cairan jaringan meningkat
• Sakit/nyeri sel saraf tertekan
45. INFLAMASI (lanjutan)
• Inflamasi adalah respon jaringan terhadap cidera akibat
infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin
• Ditandai dengan kemerahan, panas, pembengkakan, dan
nyeri. Gejala kelima kadang terjadi adalah hilangnya fungsi
46. INFLAMASI (lanjutan)
• Rangkaian peristiwa inflamasi :
1. Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif meliputi
histamin, serotonin, derivatif asam arakidonat
(leukotrien, prostlagandin, dan tromboksan),
dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktor-
faktor ini mengakibatkan efek :
a. Vasodilatasi eritema, nyeri berdenyut, panas
b. Peningkatan permeabilitas kapiler bengkak
c. Pembatasan area cidera bekuan fibrin
47. INFLAMASI (lanjutan)
2. Kemotaksis (gerakan fagosit ke arah cidera) 1 jam
setelah permulaan inflamasi
a. Marginasi : perlekatan fagosit ke dinding endotelial
b. Diapedesis : migrasi fagosit ke area cidera
3. Fagositosis agens berbahaya
a. Neutrofil & makrofag terurai dan mati setelah
menelan bakteri
b. Membentuk pus terus menerus sampai infeksi teratasi
pus bergerak ke permukaan tubuh/rongga internal
untuk diuraikan/diabsorbsi
c. Abses/granuloma akan terbentuk jika respon inflamasi
tdk dapat mengatasi cidera
a. Abses :kantong pus terbatas dikelilingi jaringan terinflamasi
b. Granuloma : proses inflamasi kronik karena iritasi berulang dikelilingi
kapsul fibrosa
48. INFLAMASI (lanjutan)
4. Pemulihan
a. Regenerasi jaringan mitosis sel-sel sehat
b. Pembentukan jaringan parut respon alternatif
c. Regenerasi atau pembentukan parut ditentukan
oleh sifat jaringan yang rusak dan luasnya cidera.
Kulit kemampuan regenerasi yang tinggi
regenerasi lengkap, kecuali jika cidera terlalu
dalam
49. Tahap Inflamasi
• Masuk bakteri ke dalam jaringan
• Jaringan memberikan sinyal berupa histamine,
lalu sitokinin dan prostaglandin, yang
mengakibatkan peradangan
• Pelepasan awal histamine, sitokinin dan
prostaglandin oleh sel mast dan makrofag
pembuluh darah membesar disekitar infeksi
(kemerahan dan panas)
• Sel fagosit akan mengahncurkan bakteri di
jaringan dengan cara fagositosis (respon sistemik:
demam)
• Perbaikan jaringan.
50. Protein Antimikroba (Komplemen)
• Menempel pada membrane mikroba agar
(mikroba lisis) dan antibody mengenal adanya
mikroba yg menyerang jaringan
51. Sel Natural Killer
• Melisiskan sel kanker dan sel yang terinfeksi
• Berada di system peredaran darah dan limfa
agar tercipta antibodi
52. Respon Imun Non Spesifik
• Sel yg terinfeksi membentuk Histamin dan
Kemokin
• Histamin menyebabkan vasodilatasi, akan
mengeluarkan plasma darah, trombosit dan
antimikroba ke jaringan
• Kemokin sel fagosit
53. Sistem Kekebalan Spesifik (Adaptive
Immunity)
• Yaitu sistem kekebalan adaptif dapat mengancurkan
pathogen yang lolos dari sistem kekebalan non spesifik.
• Terdiri dari:
1. Kekebalan humoral (produksi antibody oleh limfosit B)
2. Kekebalan seluler (produksi limfosit T yang
teraktivasi)
54. Sistem Kekebalan Humoral
• Antigen merangsang sel B berubah menjadi sel plasma
yang memproduksi antibody
• Antibodi , protein terlarut yang dihasilkan oleh sistem
imunitas sebagai respons terhadap keberadaan antigen
dan akan bereaksi dengan antigen tersebut
• Merupakan protein plasma yang disebut immunoglobulin
(Ig)
55. Mekanisme Respons Imunitas Humoral
Diperantarai Antibodi
Antigen masuk ke tubuh lalu dibawa ke limfosit B
Aktivasi limfosit B dan berproliferasi menghasilkan tiruan
sel B.
Tiruan sel B berdiferensiasi mengahsilkan sel
plasma lalu mensekresikan antibody dan dibawa
ke lokasi infeksi
Kompleks antigen-antibody menginaktifkan antigen
Tiruan sel B yang tidak berdiferensiasi menetap di
jaringan limfoid dan menjadi sel B memori, nantinya
akan berfungsi dalam respons imunitas sekunder jika
terjadi paparan antigen yang sama secara berulang.
56. Jenis Sel B
• Sel B plasmasekresi antibodi
• Sel B memorimengingat antigen
• Sel B pembelah menambah jumlah sel B
Respon primer
• Aktivasi Sel B – menklon – sekresi- antibody-
fagositosis
Respon sekunder
• Sel B memori-mengingat-menklon-sekresi-
antibody-fagositosis
Mekanisme Respons Imunitas Humoral
57. Mekanisme Respons Imunitas Selular
Diperantarai Sel
Ekstraseluler (jika antigen dicerna oleh makrofag)
Antigen ditelan makrofag. Makrofag mengandung fragmen protein
dari antigen
Makrofag membentuk MHC II dan dibawa ke permukaan makrofag
MHC II membawa peptide antigen ke permukaan,
menyebabkan sel Th mengaktifasi makrofag untuk
menghancurkan antigen yang ditelan.
Intraseluler (jika antigen menginfeksi sel)
Antigen menginfeksi sel tubuh sehingga mengandung fragmen
protein antigen
Sel tubuh membentuk MHC I, membawa fragmen protein ke
permukaan sel, menyebabkan sel sitotoksik teraktivasi dan
berdiferesiensi menjadi sel pembunuh aktif yang akan
mengahncurkan sel yang terinfeksi.
58. • Sel T helperaktivasi sel T antibodi
• Sel T memori mengingat antigen
• Sel T killermembunuh sel yang terinfeksi
• Sel T Supresor menurunkan respon imun yang
berlebih
• Respon
• Aktivasi Sel T- sel T helper sekresi antibody, sel T
killer membunuh sel yang terinfeksi-respon imun
diturunkan
59. Perbedaaan Sifat Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik
NON-SPESIFIK SPESIFIK
RESISTENSI Tidak Berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang
(memori)
SPESIFITAS Umumnya efektif terhadap semua
mikroorganisme
Spesifik utk mikroorganisme
yang sudah mensensitisasi
sebelumnya
SEL YANG
PENTING
Fogosit
Sel NK
Sel K
Limfosit
MOLEKUL YANG
PENTING
Lizosim
Komplemen
Interferon
Antibodi
Sitokin
Komponen yg
larut
Peptida antimikrobal dan protein antibodi
Respon Time Menit/jam
Selalu siap
Hari (lambat)
Tidak siap sampai terpajan
alergen
Harus ada pajanan sebelumnya
60. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap Sistem Imun Non Spesifik
1. Spesies
2. Perbedaan individu dan pengaruh usia
3. Suhu
4. Pengaruh hormon
5. Faktor nutrisi
6. Flora bakteri normal
61. DEFINISI Imunisasi/Vaksinasi
• Imunisasi: CARA MENINGKATKAN KEKEBALAN
baik secara AKTIF / PASIF terhadap suatu antigen
tertentu dengan tujuan bila terpajan antigen
serupa tidak sakit/gejala klinis lebih ringan.
• Vaksinasi adalah pemberian antigen hidup yang
telah dilemahkan maupun antigen yang tidak
hidup atau protein dari antigen tertentu untuk
menghasilkan respon imunitas yang serupa/mirip
dengan infeksi alamiah tanpa menjadi sakit
62. MACAM KEKEBALAN
• AKTIF : Tubuh terpajan antigen membuat
antibodi spesifik untuk membunuh antigen
• PASIF : Tubuh langsung dapat memakai untuk
membunuh antigen
63. JENIS VAKSIN
• Vaksin Hidup yang telah dilemahkan
• Vaksin dari bakteri atau virus yang telah mati
dan diambil bagian tertentu atau protein
tertentu yang paling poten menimbulkan
respon imun
64. REAKSI HIPERSENSITIVITAS
• Hipersensitivitas adalah suatu kondisi dimana respon imun
terjadi secara berlebihan sehingga tidak memberikan efek
proteksi tetapi justru menyebabkan penyakit pada individu.
• Merupakan reaksi imun yang patologik respon imun yang
berlebihan kerusakan jaringan
Tipe Manifestasi Mekanisme
I
II
III
IV
Reaksi hipersensitivitas cepat
Antibodi terhadap sel
Kompleks Ab-Ag
Reaksi hipersensitivitas lambat
Biasanya IgE
IgG atau IgM
IgG (Terbanyak) atau IgM
Sel T yang disensitasi
66. REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
• Sifatnya segera
• Juga disebut Reaksi Anafilaktik
• Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada permukaan
sel mast melepaskan mediator alergi
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler,
kontraksi otot polos, dan eosinofilia
• Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika, reaksi
sengatan serangga, reaksi alergi obat/makanan,
urtikaria, eczema
68. REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
• Dependen komplemen
• Disebut juga Reaksi Sitotoksik
• Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan Ag seluler
mengaktifkan rangkaian komplemen
fagositosis/sitolisis
• Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia hemolitik
autoimun, trombositopenia, reaksi obat (sebagian),
reaksi tranfusi, dan myasthenia gravis
69. REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE III
• Disebut juga Reaksi Kompleks
Imun
• Patofis : kompleks imun (Ab-
Ag) beredar dalam darah
mengendap dalam jaringan
(paling sering : ginjal,
persendian, kulit, pembuluh
darah) respon imun
kerusakan jaringan sekitar
• Contoh klinis : SLE, RA,
poliarteritis
71. REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
• Disebut juga Reaksi Lambat
• Patofis : antigen diproses makrofag
dihantarkan pada sel T sel T melepaskan
berbagai sitokin akumulasi sel-sel radang
• Contoh klinis : dermatitis kontak, penolakan
alograft, sensitivitas obat
72. DEFISIENSI IMUN
No Defisiensi sistem
imun
Penyakit yang menyertai
1.
2.
3.
4.
Sel B atau Antibodi
Sel T
Fagosit
Komplemen
Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pneumonia
rekuren
Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa
Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa
mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik
Infeksi bakteri, autoimunitas
73. AUTOIMUNITAS
• Autoimunitas (hilangnya toleransi) adalah reaksi sistem
imun terhadap antigen jaringan sendiri
• Contoh : SLE, SJS, RHD
• Ada beberapa teori autoimunitas :
a. Teori forbidden clones eliminasi klon yang tidak
lengkap klon yang meloloskan diri kembali dan
bermutasi
b. Reaksi silang dengan antigen bakteri epitop bakteri
sama dengan sel sendiri reaksi silang
c. Rangsangan molekul poliklonal stimulasi
bakteri/virus kepada sek B untuk menyerang sel sendiri
d. Kegagalan autoregulasi pengawasan sel autoreaktif
oleh sel T suppresor yang gagal