EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN
Leader / Pemimpin adalah orang yg bertindak di dalam suatu kepemimpinan.
Leadership / Kepemimpinan adalah suatu aktivitas yg dilakukan oleh seseorang di suatu organinsasi dlm memengaruhi anggotanya utk bekerja bersama – sama mencapai keberhasilan organisasi.
Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Newstrom adalah proses mempengaruhi & mendorong orang lain di organisasi untuk bekerja secara bersama – sama dalam mencapai kesuksesan organisasi dengan melibatkan elemen – elemen penting sebagai berikut : dorongan, usaha, dan pencapain tujuan.
Pemimpin yg Efektif
Notar berpendapat pemimpin memilki kemampuan utk menjadi center of attetion yg menispirasi bahawahan untuk mencapai potensi mereka dan memiliki penilaian yg baik sesuai dengan kebutuhan organisasi. Keefektifan seorang pemimpin di nilai ketika ia mampu memberikan benefit dengan segala keputusan yg ada .
Karekteristik Pemimpin yang Efektif
Memberikan reward
PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Mampu berkolaborasi dan Teamwork
Menjadi inspirasi
Ikut terlibat & memberikan dukungan di kegiatan
Menjaga komunikasi yg baik
Mampu memotivasi
Membina dengan baik
Efektivitas Kepemimpinan
Efektivitas kepemimpinan adalah pemimpin yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik dengan memberikan manfaat bagi organisasi seperti mejaga reputas organisasi yang baik, selalu memotivasi bawahannya, meningkatkan keuntungan (profit) untuk organisasi
Tingkat efektivitas Kepemimpinan
Tingkat efektivitas kepemimpinan ditrntukan dari hasil bersama antara pemimpin dan orang – orang yang di pimpinnya dan sangat di pengaruhi oleh kepribadian pemimpin tersebut
EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN.pptx
Materi presentasi kedisiplinan ini adalah materi presentasi yang pernah saya bawakan pada saat menjadi pembicara pada Latihan Dasar Kepemimpinan di salah satu institusi pendidikan.
training motivasi,
pelatihan sdm,
manajemen sumber daya manusia,
materi motivasi,
pelatihan,
materi training motivasi,
pelatihan karyawan,
pelatihan manajemen,
pelatihan wirausaha,
training karyawan,
corporate training,
pengembangan sdm,
pelatihan kewirausahaan,
manajemen pelatihan,
training untuk karyawan,
pelatihan softskill,
pelatihan human capital,
pelatihan periapan purna,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana kepemimpinan versi manajemen?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kerja sama tim dalam manajemen konflik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Versi Manajemen
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
4. Untuk mengetahui kerjasama tim dalam manajemen konflik
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
3.2 Saran
Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
Saat terbaik untuk melakukan perubahaan sesungguhnya bukanlah pada saat memasuki masa krisis. Perubahaan justru sebaiknya dilakukan pada saat masa kejayaan, karena pada saat itu sebuah perusahaan atau organisasi mempunyai kepercayaan diri, SDM tangguh dan uang yang cukup.
OLEH: NUR FAZLIN BINTI MOHD NAIM
Ini merupakan sebahagian daripada sub topik untuk subjek GPP1063 Pengantar Pengajian Profesional yang dipelajari oleh para guru pelatih di semua Institut Pendidikan Guru pada semester kedua PPISMP.
Harapan saya semoga perkongsian ini dapat membantu anda terutamanya para guru pelatih IPG bagi topik ini.
EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN
Leader / Pemimpin adalah orang yg bertindak di dalam suatu kepemimpinan.
Leadership / Kepemimpinan adalah suatu aktivitas yg dilakukan oleh seseorang di suatu organinsasi dlm memengaruhi anggotanya utk bekerja bersama – sama mencapai keberhasilan organisasi.
Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Newstrom adalah proses mempengaruhi & mendorong orang lain di organisasi untuk bekerja secara bersama – sama dalam mencapai kesuksesan organisasi dengan melibatkan elemen – elemen penting sebagai berikut : dorongan, usaha, dan pencapain tujuan.
Pemimpin yg Efektif
Notar berpendapat pemimpin memilki kemampuan utk menjadi center of attetion yg menispirasi bahawahan untuk mencapai potensi mereka dan memiliki penilaian yg baik sesuai dengan kebutuhan organisasi. Keefektifan seorang pemimpin di nilai ketika ia mampu memberikan benefit dengan segala keputusan yg ada .
Karekteristik Pemimpin yang Efektif
Memberikan reward
PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Mampu berkolaborasi dan Teamwork
Menjadi inspirasi
Ikut terlibat & memberikan dukungan di kegiatan
Menjaga komunikasi yg baik
Mampu memotivasi
Membina dengan baik
Efektivitas Kepemimpinan
Efektivitas kepemimpinan adalah pemimpin yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik dengan memberikan manfaat bagi organisasi seperti mejaga reputas organisasi yang baik, selalu memotivasi bawahannya, meningkatkan keuntungan (profit) untuk organisasi
Tingkat efektivitas Kepemimpinan
Tingkat efektivitas kepemimpinan ditrntukan dari hasil bersama antara pemimpin dan orang – orang yang di pimpinnya dan sangat di pengaruhi oleh kepribadian pemimpin tersebut
EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN.pptx
Materi presentasi kedisiplinan ini adalah materi presentasi yang pernah saya bawakan pada saat menjadi pembicara pada Latihan Dasar Kepemimpinan di salah satu institusi pendidikan.
training motivasi,
pelatihan sdm,
manajemen sumber daya manusia,
materi motivasi,
pelatihan,
materi training motivasi,
pelatihan karyawan,
pelatihan manajemen,
pelatihan wirausaha,
training karyawan,
corporate training,
pengembangan sdm,
pelatihan kewirausahaan,
manajemen pelatihan,
training untuk karyawan,
pelatihan softskill,
pelatihan human capital,
pelatihan periapan purna,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana kepemimpinan versi manajemen?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kerja sama tim dalam manajemen konflik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Versi Manajemen
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
4. Untuk mengetahui kerjasama tim dalam manajemen konflik
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
3.2 Saran
Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
Saat terbaik untuk melakukan perubahaan sesungguhnya bukanlah pada saat memasuki masa krisis. Perubahaan justru sebaiknya dilakukan pada saat masa kejayaan, karena pada saat itu sebuah perusahaan atau organisasi mempunyai kepercayaan diri, SDM tangguh dan uang yang cukup.
OLEH: NUR FAZLIN BINTI MOHD NAIM
Ini merupakan sebahagian daripada sub topik untuk subjek GPP1063 Pengantar Pengajian Profesional yang dipelajari oleh para guru pelatih di semua Institut Pendidikan Guru pada semester kedua PPISMP.
Harapan saya semoga perkongsian ini dapat membantu anda terutamanya para guru pelatih IPG bagi topik ini.
Analisis sekolah swasta sebagai organisasi pembelajaran di kelurahan pulau br...Dwi Budiwiwaramulja
Analisis Sekolah Swasta Sebagai Organisasi Pembelajaran Di Kelurahan Pulau Brayan Darat dipublish atas izin penulisnya (Hudson Sidabutar). Artikel membahas tentang profil sekolah. Sekolah disebutnya sebagai suatu organisasi belajar yang dirancang secara khusus untuk pengajaran yang memiliki visi, misi dan tujuan. Organisasi belajar suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Kegagalan sekolah sebagai organisasi belajar karena sekolah tidak melakukan pembelajaran mandiri, orangdidalam organisasi tidak mengembangkankapasitasnya secara terus-menerus tidak mampu beradaptasi dengan tantangan kemajuan zaman. Tujuan dari tulisan ini untuk mengukur apakah sekolah yang sebagai objek sampel dari tulisan ini sudah menjadi organisasi pembelajaran. Metode penelitian dilakukan dengan survey pada satu sekolah pada bulan April 2014. Instrument yang digunakan berupa angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002:237-241), ada lima komponen yaitu (1) dinamika pembelajaran yang dilakukan, (2) transformasi organisasi (3)pemberdayaan warga sekolah (4)Manajemen (5)Pengetahuan aplikasi teknologi.
BY: NUR FAZLIN BINTI MOHD NAIM
This is one of the sub topics for EDUP3013 Philosophy in Education. This subject is included and compulsory for the teachers' in training of Institut Pendidikan Guru Malaysia in PISMP Semester 1 Year 1 to learn. I hope by uploading this slide, I can help the viewers especially the students from IPG with this sub topic.
OLEH: NUR FAZLIN BINTI MOHD NAIM
Ini merupakan sebahagian daripada sub topik untuk subjek GPI1083 Pendidikan Islam yang dipelajari oleh para guru pelatih beragama Islam di semua Institut Pendidikan Guru pada semester kedua PPISMP.
Harapan saya semoga perkongsian ini dapat membantu anda terutamanya para guru pelatih IPG bagi topik ini.
Artikel ini yang "Bertahannya Sebuah Organisasi Belajar" dipublish atas permintaan penulisnya yaitu Parulian Sibuea.
Bertahannya sebuah organisasi belajar adalah satu ilustrasi real yang cukup ideal dari sebuah sekolah. Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul.
Jurnal ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi belajar. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.
Kampusku Sayang merupakan sebuah organisasi belajar tempat dimana orang menimba ilmu untuk masa depan. Untuk mengetahui pelaksanaan Organesasi Belajar di Kampusku Sayang maka digunakan instrument pengukuran berupa Angket dari Michael J. Marquardt dengan 5 subsistem yang hasilnya adalah sebagai berikut : Pada bagian Dinamika Pembelajaran, jumlah skor yang diperoleh adalah 33, dari skor total 40. Artinya 82,5 % dinamika pembelajaran dilakukan oleh individu, group maupun organesasi, dan hasilnya Baik. Pada bagian Transformasi Organesasi, jumlah skor yang diperoleh adalah 33, dari skor total 40, artinya 82,5 % Transformasi Organesasi, Visi, Budaya, Strategi dan Struktur, dengan hasil yang Baik. Pada bagian Pemberdayaan Masyarakat, jumah skor yang diperoleh 34 dari skor total 40, artinya 85% pemberdayaan masyarakat, baik guru, mahasiswa, rekanan, pelanggan, dan supplier sudah menuju sempurna, dan disimpulkan Baik Sekali, atau Sangat Baik. Pada bagian Management Pengetahuan, jumlah skor yang diperoleh 30 dari skor total 40, artinya 75% management pengetahuan berjalan Baik, Pada bagian Aplikasi Teknologi, jumlah skor yang diperoleh sudah Sangat Baik yaitu, mencapai skor 36 dari skor total 40. Artinya indicator-indikator angket yang ditawarkan Michael J. Marquardt terpenuhi dengan Sangat Baik Secara total Skor yang diperoleh dari kelima sub system yang ditawarkan Michael J. Marquardt mencapai angka 166 dari skor total 200. Ini artinya Kampusku Sayang khususnya prodi tempatku berjuang adalah merupakan organesasi belajar yang Sangat Baik dan dapat Diandalkan. (Artikel ini diupload atas permintaan penulisnya)
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko PrasetiyoJoko Prasetiyo
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI SISTEM HIDROLIK DENGAN MENGUNAKAN SOFTWARE FLUID SIM-H DAN ALAT PERAGA SEDERHANA
Diajukan untuk Mengikuti Seleksi Guru SMK Berprestasi
Tingkat Nasional
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...Joko Prasetiyo
Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaliguas mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesidikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Fokus utama Six Sigma sebagai sebuah sistem manajemen adalah pada tiga hal, yaitu fokus pda konsumen, manajemen proses serta dan data. Dalam Six Sigma, kepuasan konsumen menjadi fokus utama.
Tujuan: Metodologi six sigma telah berhasil diterapkan di banyak organisasi yang mengarah ke peningkatan kualitas luar biasa dalam produk yang diproduksi dan jasa yang diberikan. Namun, institusi akademik telah tertinggal organisasi lain dalam melaksanakan six sigma.
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif Joko Prasetiyo
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif di SMK Negeri 1 Bintan.
Makalah Seminar, Diklat Talent Scouting (Diklat Calon Kepala Sekolah) di P4TK/VEDC Malang Tahun 2010.
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Joko Prasetiyo
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. Makalah Seminar Nasional "Peningkatan Profesionalisme Pengawas Sekolah" yang diselenggarakan di MM UGM Tanggal 11 Januari 2012.
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in...Joko Prasetiyo
Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture, By: M.Y. Lam, Garry K.K. Poon and K.S. Chin.
Review by: Joko Prasetiyo, Master of Management, Gadjah Mada University
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan.
1. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 1
Disusun Sebagai Tugas Individu
Mata Kuliah Organizational Development and Learning
yang diasuh Oleh: Prof. Djamaludin Ancok, MA., Ph.D.
Oleh :
JOKO PRASETIYO
NIM. 11/327329/PEK/16768
MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI
ORGANISASI PEMBELAJARAN
(Learning Organization)
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1 Bintan,
Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
MAGISTER MANAJEMEN
MANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
`
2. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………. ii
Daftar Gambar …………………………………………………………………………. iii
Abstrak …………………………………………………………………………………. iv
A. Pendahuluan ……………………………………………………………………….. 1
B. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan …………………………. 3
C. Analisis dan Pembahasan ………………………………………………………… 8
D. Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran …………………………... 16
E. Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………….. 21
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 22
3. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 System Learning Organization Model ………………………………. 1
Gambar 2 Subsistem Pembelajaran ……………………………………………. 9
Gambar 3 Subsistem Organisasi ………………………………………………… 10
Gambar 4 Subsistem Orang ……………………………………………………... 12
Gambar 5 Subsistem Pengetahuan …………………………………………….... 13
Gambar 6 Empat Mode Konversi Pengetahuan …………………………………. 14
Gambar 7 Subsistem Teknologi ………………………………………………… 15
4. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 4
MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1 Bintan,
Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
ABSTRAK
Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi pembelajaran) adalah
gambaran ideal sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran merupakan inti
dari pembelajaran itu sendiri, dalam organisasi pembelajaran sekolah adalah lingkungan
pembelajaran yang terus belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi
dengan tantangan kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai
organisasi pembelajaran adalah belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang
berkesinambungan (continuous improvement).
Makalah ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh
Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi
organisasi pembelajaran. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang
diambil pada sebuah organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan
Riau. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup
atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur,
(3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan,
suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan,
pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi,
pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.
Hasil pengukuran dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) Pada bagian dinamika
pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 36 dari 40 skor total, artinya 90% dinamika
pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun organisasi. kalau dihitung skor
rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem Learning (pembelajaran) di
SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, (2) Pada bagian transformasi
organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 34 dari skor total 40, artinya
transformasi organisasi yang ada di SMKN 1 Bintan adalah 85%, kalau dihitung skor rata-
ratanya adalah 3.4, berarti pelaksanaan subsistem Organization di SMKN 1 Bintan
berada pada tingkatan yang cukup besar, baik itu transformasi visi, budaya, strategi
maupun struktur yang ada, (3) Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah
skor yang diperoleh adalah 38 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di
SMKN 1 Bintan adalah 95%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.8, berarti
pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan
yang cukup besar dan mendekati pelaksanaan secara total pada subsistem pemberdayaan
warga sekolah, (4) Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah
adalah 33 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah
tersebut adalah 82.5%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.3, berarti pelaksanaan
subsistem knowledge (pengetahuan) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang
cukup besar, (5) Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 34
dari skor total 40, atau sekitar 85% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan sekolah
tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung skor rata-ratanya
adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMKN 1 Bintan berada pada
tingkatan yang cukup besar.
Kata kunci: sekolah, organisasi pembelajaran.
5. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 5
MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKNegeri 1 Bintan,
Kab. Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
A. PENDAHULUAN
Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi pembelajaran) adalah
gambaran ideal sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran merupakan inti
dari pembelajaran itu sendiri, dalam organisasi pembelajaran sekolah adalah lingkungan
pembelajaran yang terus belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi
dengan tantangan kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai
organisasi pembelajaran adalah belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang
berkesinambungan (continuous improvement).
Organisasi belajar atau organisasi pembelajaran adalah suatu konsep dimana
organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri
(self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki „kecepatan berpikir dan bertindak‟
dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Senge (1990) mengatakan sebuah
organisasi pembelajar adalah organisasi “yang terus menerus memperbesar
kemampuannya untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat mereka dibedakan
oleh lima disiplin, yaitu: (1) personal mastery (penguasaan pribadi), (2) mental model
(model mental), (3) shared vision (visi bersama), (4) team learning (belajar antar tim), dan
(5) system thinking (berfikir menurut sebuah sistem).
Agar sekolah mampu menjadi Learning Organization (LO) ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan agar sekolah mampu menjadi organisasi pembelajaran antara lain:
1. Individu
Individu yang dimaksud agar sekolah dapat menjadi organisasi pembelajaran
adalah semua warga sekolah, bukan hanya siswa yang belajar tetapi guru, tenaga
kependidikan, wakil kepala sekolah, kepala sekolah bahkan wali murid yang merupakan
bagian dari sekolah juga harus terus belajar dan belajar yang tiada henti.
2. Community of Learners (COL)
Adalah komunitas pembelajar yang bertemu secara insidental yang belajar bersama
dan sharing pengetahuan. Dalam COL ini dicontohkan adalah guru yang bertemu dengan
guru yang lain dan melakukan diskusi untuk membahas strategi pembelajaran yang paling
baik untuk siswa agar mampu menguasai materi.
3. Learning Community (LC)
6. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 6
Learning Community (LC) dalam organisasi sekolah adalah komunitas-komunitas
pakar yang membentuk organisasi yang akan membahas kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh guru, misalnya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
4. Learning Organization (LO)
Merupakan bagian yang paling tinggi kedudukannya, organisasi pembelajaran ini
hanya dapat tercapai jika unsur-unsur pembentuk di atas sudah tercapai. Jadi membangun
organisasi sekolah untuk menjadi organisasi pembelajaran adalah melalui tahap-tahap di
atas.
Menurut Marquardt (2002:24) ada lima sub sistem yang harus dipahami dan harus
dikembangkan dalam organisasi pembelajaran yaitu : (1) Learning (pembelajaran), (2)
Organization (keorganisasian), (3) People (manusia), (4) Knowledge (pengetahuan), (5)
Technology (teknologi).
Gambar 1. System Learning Organization Model
(Sumber: Marquardt, 2002: 24)
Kelima hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberadaan organisasi
pembelajaran yang tengah berlangsung dan meyakinkan kesuksesan sekolah. Kelima
subsistem ini akan saling berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lainnya. Jika ada
salah satu saja yang melemah atau tidak ada maka yang lainnya akan melemah pula.
Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi pembelajaran.
Bagaimanakah cara kita mengukur sekolah sebagai organisasi pembelajaran ?
Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh
Marquardt (2002:237-241) di bawah ini akan mencoba menjawab apakah sekolah anda
sudah menjadi organisasi pembelajaran. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah
data yang diambil pada sebuah organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau, sebagai berikut:
7. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 7
B. PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI 1 BINTAN
PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Di bawah ini merupakan daftar berbagai pernyataan tentang organisasi sekolah Bapak/Ibu.
Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati dan putuskan pada tingkatan apa yang
merepresentasikan terhadap organisasi sekolah Bapak/Ibu. Gunakan skala berikut ini :
I. Dinamika Pembelajaran
Individu, Kelompok atau Tim, dan Organisasi
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Kami melihat pembelajaran berkelanjutan oleh semua guru dan karyawan
sebagaimana tingginya prioritas Satuan pendidikan.
3
2. Kami terdorong dan diharap untuk mengelola pembelajaran dan
pengembangan kami sendiri.
4
3. Warga sekolah menghindari membelokkan informasi dan menghalangi
saluran komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan
mempersilakan mereka memberikan timbal balik yang efektif.
4
4. Tiap individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang
baik.
4
5. Kami menggunakan berbagai metodologi percepatan pembelajaran (peta
fikiran, mnemonics, gambar, musik).
4
6. Warga sekolah (guru, karyawan, siswa) memperluas pengetahuan melalui
pendekatan pembelajaran adaptif, anticipatory, dan kreatif.
4
7. Semua rumpun mata pelajaran dan individu menggunakan proses
pembelajaran aksi – yaitu, mereka belajar dari refleksi yang sangat baik
pada permasalahan atau situasi dan menerapkan pengetahuan baru untuk
aksi mendatang.
4
8. Semua rumpun mata pelajaran didorong untuk belajar dari satu sama lain
dan berbagi tentang apa yang mereka pelajari dalam berbagai cara (melalui
buletin elektronik, newsletter cetak, atau pertemuan antar grup).
3
9. Warga sekolah mampu berfikir dan bertindak dengan pendekatan
komprehensif dan sistem.
3
10. Semua rumpun mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana
bekerja dan belajar dalam kelompok.
3
SKOR TOTAL 36
Dinamika Pembelajaran (Skor Maksimal = 40)
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
8. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 8
II. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Pentingnya untuk menjadi organisasi pembelajaran difahami oleh semua
warga di sekolah tersebut.
4
2. Manajemen level atas mendukung visi organisasi pembelajaran 4
3. Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran. 4
4. Kami berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam pengejaran
peningkatan
4
5. Kami belajar dari kesalahan sebagaimana juga belajar dari kesuksesan,
dalam hal itu bahwa kesalahan masih ditoleransi.
3
6.K Kami memberikan penghargaan kepada orang dan rumpun mata pelajaran
untuk pembelajaran dan bantuan kepada orang lain untuk belajar
3
7. Kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program dan pelaksanaan 3
8. Kami merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan
pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas
urusan sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur).
3
9. Organisasi itu efisien dengan sedikit level fungsi organisasi, untuk
memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran lintas urusan sekolah.
3
10. Kami mengkoordinasikan usaha kami melalui lintas urusan dalam basis
tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan
yang sudah tetap.
3
SKOR TOTAL 34
Transformasi Organisasi (Skor Maksimal = 40)
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
9. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 9
III. PEMBERDAYAAN ORANG/WARGA SEKOLAH :
Manajer, Guru dan Karyawan, Pelanggan, Rekan, Supplier, dan Komunitas
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Kami berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja yang
terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja.
4
2.2. Kewenangan didesentralisasikan dan didelegasikan dalam proporsi untuk
tanggung jawab dan kemampuan pembelajaran.
4
3.3. Kepala Sekolah dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar
dan memecahkan masalah bersama-sama.
4
4. Kepala Sekolah mengambil peran sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator
pembelajaran.
4
5. Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran
sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru
sehingga hal itu dapat digunakan.
4
6. Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan pada
waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar
dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
3
7. Kami memberikan kesempatan kepada siswa dan orang tua untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran dan pelatihan.
3
8. Belajar dari rekan (rumpun/non rumpun mata pelajaran) dimaksimalkan
melalui perencanaan terdepan sumberdaya dan strategi yang dikhususkan
untuk pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.
4
9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua
siswa, kelompok komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.
4
10. Kami secara aktif terus mencari rekan pembelajaran diantara warga sekolah,
pemerhati pendidikan, dan orang tua siswa.
4
SKOR TOTAL 38
PEMBERDAYAAN ORANG (Skor Maksimal = 40)
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
10. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 10
IV. MANAJEMEN PENGETAHUAN :
Pemerolehan, Kreasi, Penyimpanan, Pemulihan, Transfer, dan Penggunaan
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Secara aktif kami mencari informasi yang meningkatkan kerja organisasi
sekolah dengan penggabungan hasil lulusan dan/atau proses yang ada di luar
fungsi organisasi sekolah.
4
2. Kami mempunyai sistem yang dapat diakses untuk pengumpulan informasi
internal dan eksternal.
3
3. Kami memonitor trend yang terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat
pada apa yang dilakukan orang lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh
sekolah lain, menghadiri konferensi, dan pengujian penelitian yang
dipublikasikan.
3
4. Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan
eksperimentasi.
4
5. Kami sering menciptakan media pembelajaran sebagai alat tes sebagai cara
baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan pendidikan di sekolah
3
6. Kami telah mengembangkan sistem dan struktur untuk meyakinkan bahwa
pengetahuan penting diberikan kode, disimpan, dan dibuat tersedia bagi mereka
yang memerlukan dan dapat menggunakannya.
3
7. Warga sekolah sadar akan perlunya mempertahankan pembelajaran organisasi
yang penting dan berbagi pengetahuan dengan yang lain.
3
8. Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk mentransfer pembelajaran penting
pada lintas mata pelajaran dan fungsi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.
3
9. Kami melanjutkan untuk mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk
berbagi pembelajaran melalui organisasi sekolah.
3
10. Kami mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan program tertentu yang
menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang dengan kesempatan
belajar.
4
SKOR TOTAL 33
MANAJEMEN PENGETAHUAN (Skor Maksimal = 40)
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
11. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 11
V. APLIKASI TEKNOLOGI:
Sistem Informasi Pengetahuan, Pembelajaran Berbasis Teknologi,
Sistem Elektronik Pendukung Kinerja
dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah
bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Pembelajaran difasilitasi oleh sistem informasi berbasis komputer yang
efektif dan efisien.
4
2. Warga sekolah telah siap mengakses jalur informasi melalui, misalnya LAN
(Local Area Network), internet, dan intranet.
4
3. Fasilitas pembelajaran menggabungkan dukungan multimedia elektronik
dan suatu lingkungan berbasis pada integrasi seni, warna, musik, dan visual
yang kuat.
3
4. Program pembelajaran yang dibantu komputer dan bantuan pekerjaan
dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart) sudah tersedia.
3
5. Kami menggunakan teknologi groupware untuk mengelola proses kelompok
seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi sekolah.
2
6. Kami mendukung pembelajaran tepat waktu, suatu sistem yang
mengintegrasikan sistem pembelajaran teknologi tinggi, pelatihan, dan kerja
aktual pada pekerjaan ke dalam proses tunggal.
3
7. Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga sekolah untuk
belajar dan berkinerja lebih baik.
4
8. Kami merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar
sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.
4
9. Warga sekolah mempunyai akses penuh terhadap data yang diperlukan
dalam rangka melakukan pekerjaan secara efektif.
3
10. Kami dapat mengadaptasikan sistem software untuk mengumpulkan,
memberi kode, menyimpan, membuat, dan mentransfer informasi agar
benar-benar sesuai dengan kebutuhan di sekolah.
4
SKOR TOTAL 34
APLIKASI TEKNOLOGI (Skor Maksimal = 40)
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% )
(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%)
(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%)
(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
12. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 12
Skor Total Semuanya dari lima sub sistem adalah:
5 Subsistem (skor maksimum 200)
Tingkat pencapaian profil sekolah sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %,
kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.5, berarti pelaksanaan Learning Organization
(Organisasi Pembelajaran) dari kelima subsistem di SMKN 1 Bintan berada pada
tingkatan yang cukup besar.
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengisian angket yang telah dilakukan di SMKN 1 Bintan, dengan
metode evaluasi diri (pihak sekolah menilai diri sendiri) tingkat pencapaian dan
implementasi profil organisasi pembelajaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Dinamika Pembelajaran, Individu, grup atau tim, dan organisasi
Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 36 dari 40 skor
total, artinya 90% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun
organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem
Learning (pembelajaran) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.
Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi
pembelajaran. Jika kita lihat dari pengertiannya, bahwa belajar adalah suatu proses dimana
individu memperoleh pengetahuan dan insight yang menghasilkan perubahan tingkah laku
dan tindakan, baik itu pembelajaran afektif, kognitif maupun psikomotorik. Menurut
Redding (1994), individuall learning adalah hal yang sangat mendasar untuk melanjutkan
transformasi organisasi, memperluas kemampuan inti organisasi dan mempersiapkan
semua orang untuk menghadapi masa depan yang belum menentu.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)
Sudah mengelola dan mengembangkan pembelajaran secara mandiri, (2) pelatihan dan
pembinaan individu dalam pembelajaran sudah dilaksanakan secara total, (3) berbagai
metodologi pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, (4) pendekatan pembelajaran
adaptif, anticipatory, pembelajaran kreatif, dan proses pembelajaran aksi sudah
dilaksanakan secara total.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)
perlu peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) oleh semua guru,
175
13. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 13
karyawan dan siswa, (2) pembelajaran antar team di sekolah melalui berbagai media
(buletin elektronik, surat kabar, atau pertemuan antar grup) perlu ditingkatkan, (3)
pendekatan komprehensif dan pendekatan sistem dalam pembelajaran perlu ditingkatkan.
Subsistem Learning (pembelajaran) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Subsistem Pembelajaran
(Sumber: Marquardt, 2002: 36)
2. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi dan Struktur
Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh
adalah 34 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMKN 1
Bintan adalah 85%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.4, berarti
pelaksanaan subsistem Organization di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan
yang cukup besar, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur
yang ada.
Dari hasil pengisian angket tersebut terdapat nilai yang cukup tinggi yaitu
bagaimana para guru belajar dari kegagalan masa lalu, dan berkomitmen terhadap
pembelajaran yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan
oleh Marquardt (2002) menyatakan bahwa bahwa untuk berkembang sebagai
suatu entitas yang baru, organisasi harus mengkonfigurasi ulang dirinya dengan
berfokus pada empat dimensi dari subsistem organisasi yaitu : visi, budaya,
strategi, dan struktur. Masing-masing dimensi tersebut harus berubah dalam tujuan
dan bentuk, dari fokus pada kerja dan produktivitas menjadi fokus pada
pembelajaran dan pengembangan. Di sekolah tersebut dapat disimpulkan hanya
sebagian guru dan karyawan saja yang menyadari pentingnya pembaharuan visi,
kultur, strategi dan struktur organisasi sekolah tersebut, artinya sangat
diperlukannya tambahan dukungan dari top level yang dalam hal ini adalah Kepala
14. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 14
Sekolah, penghargaan bagi individu yang melaksanakan pembelajaran, tugas
belajar/ijin belajar, serta merekayasa ulang kebijakan dan struktur pembelajaran.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi
adalah: (1) Semua warga sekolah memahami pentingnya untuk menjadi organisasi
pembelajaran, (2) Kepala sekolah mendukung visi organisasi pembelajaran, (3)
Iklim sekolah yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran, dan
komitmen terhadap peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning)
yang tinggi.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi
adalah: (1) perlu peningkatan pemberian penghargaan kepada guru, karyawan dan
warga sekolah yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, (2)
perlu peningkatan koordinasi antar stakeholder sekolah dalam peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah, (3) perlu peningkatan sistem on the job learning bagi
semua warga sekolah.
Sub sistem Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Subsistem Organisasi
(Sumber: Marquardt, 2002: 74)
3. Pemberdayaan Warga Sekolah: Manager, Karyawan/Guru, Pelanggan/ Siswa,
Rekanan, Suplier dan Komunitas
Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang
diperoleh adalah 38 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di
SMKN 1 Bintan adalah 95%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.8, berarti
pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMKN 1 Bintan berada pada
15. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 15
tingkatan yang cukup besar dan mendekati pelaksanaan secara total pada subsistem
pemberdayaan warga sekolah.
Pemberdayaan tersebut meliputi Kepala Sekolah, guru dan karyawan,
siswa, mitra sekolah, dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha, supplier atau
sekolah asal siswa atau pemasok bahan-bahan sarana dan prasarana bagi sekolah
dan komunitas atau Komite sekolah, forum alumni dan lain-lainnya.
Dari hasil pengisian angket tersebut, delapan dari sepuluh komponen
mendapatkan skor 4. Hal ini karena pada kenyataannya Kepala Sekolah mampu
mendorong stafnya, dalam hal ini guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut,
melanjutkan kuliah S 2, atau pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru bidang studi
produktif, normatif dan adaptif yang diselenggarakan oleh P4TK Malang, P4TK
Medan dan P4TK Bandung dan P4TK Matematika Yogyakarta, maupun pelatihan-
pelatihan guru dan karyawan di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi, serta
pelatihan/magang di perusahaan-perusahaan mitra sekolah. Hal ini sangat disadari
benar oleh Kepala Sekolah bahwa warga sekolah adalah aspek penting bagi
organisasi pembelajaran karena hanya orang yang mempunyai kapasitas untuk
balajar untuk mengambil informasi dan memindahkannya menjadi pengetahuan
yang berharga bagi orang lain secara personal dan organisasi.
Menyeimbangkan kebutuhan individu dan organisasi adalah hal penting
agar produktivitas dan kualitas hidup kerja guru dan karyawan bisa baik. Selain itu
hubungan dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan
dan tuntutan pasar akan output kita. Pemberdayaan komite sebagai pemberi
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sangat diperlukan, agar
kebijakan atau hasil keputusan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh rasa
tanggung jawab.
Pemberdayaan (Empowerment) merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah organisasi, salah satu indikator organisasi yang sehat adalah bila di
dalamnya terdapat individu-individu yang bersemangat. Menurut Rahman dan
Savitri (2012) menciptakan empowerment dalam organisasi menyangkut self
concept, self esteem dan self talk individu. Individu perlu merasa berharga,
berguna, mempunyai pandangan positif mengenai karier, tugas dan pekerjaannya,
serta selalu mempunyai ungkapan-ungkapan yang positif dalam self dialog-nya.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau
pemberdayaan warga sekolah adalah sudah mengimplementasikan dengan baik
16. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 16
subsistem pemberdayaan warga sekolah, karena 8 dari 10 komponen subsistem
mendapatkan skor 4. Kepala Sekolah mampu mendorong stafnya, dalam hal ini
guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut, melanjutkan kuliah S 2, atau
pendidikan dan pelatihan.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau
pemberdayaan warga sekolah adalah: Perlu peningkatan kesadaran warga sekolah
untuk secara aktif berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar guru, siswa, dan
warga sekolah, dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka
dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan prestasi sekolah.
Sub sistem People dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Subsistem Orang
(Sumber: Marquardt, 2002: 112)
4. Manajemen Pengetahuan: Akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan
transfer.
Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah
33 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah
tersebut adalah 82.5%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.3, berarti
pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMKN 1 Bintan berada pada
tingkatan yang cukup besar.
Hal ini menunjukkan lebih dari sebagian warga sekolah sudah menerapkan
manajemen pengetahuan, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi.
Dalam hal ini perlu disadari bersama bahwa manajemen pengetahuan telah
menjadi unsur penting bagi organisasi dibanding sumber daya lain seperti posisi
pasar, teknologi serta aset organisasi lainnya (Steward, 1997). Dalam kasus
manajemen pengetahuan yang ada di SMKN 1 Bintan tersebut masih berada pada
17. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 17
level storage (penyimpanan), dimana penyimpanan pengetahuan menggunakan
sistem teknis seperti rekaman, data base, dan proses manusiawi, sehingga sangat
riskan terhadap ancaman kehilangan pengetahuan karena penyimpanan tersebut
menjadi terpisah secara fisik dan terdesentralisi. Pada level inilah perlu sekali
pembenahan, agar pengetahuan yang sudah tersimpan di organisasi bisa dianalisis
dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap ada dan bisa diakses oleh siapa saja
walaupun organisasi tersebut senantiasa berganti sumber daya.
Warga sekolah juga perlu dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif,
inovatif dan eksperimentasi. Sikap proaktif, merujuk pada tujuan akhir, berpikir
menang-menang, dan sebagainya juga perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Covey (1993) tentang 7 kebiasaan
manusia yang sangat efektif antara lai: (1) jadilah proaktif, (2) bmerujuk pada
tujuan akhir, (3) mendahulukan yang utama, (4) berpikir menang-menang, (5)
berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, (6) mewujudkan sinergi, (7)
mengasah gergaji/ selalu memperbaharui kehidupan.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge atau
manajemen pengetahuan adalah: (1) Warga sekolah secara aktif mencari informasi
yang meningkatkan kerja organisasi sekolah, (2) adanya kesempatan warga sekolah
untuk dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge
atau manajemen pengetahuan adalah: kurangnya kesadaran para warga sekolah
untuk melakukan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) kepada warga sekolah
yang lain.
Sub sistem Knowledge (pengetahuan) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Subsistem Pengetahuan
(Sumber: Marquardt, 2002:143)
18. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 18
Knowledge sharing (berbagi pengetahuan) dan transfer pengetahuan sangat
penting dalam manajemen pengetahuan di sekolah, dengan berbagi pengetahuan
dan transfer pengetahuan antar warga sekolah, maka pengetahuan yang ada di
sekolah bisa berkembang. Nonaka & Takeuchi (1995:62) menyatakan bahwa
pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara tacit dan explicit knowledge
melalui empat mode konversi pengetahuan: (1) dari tacit knowledge ke tacit
knowledge dinamakan sosialisasi, (2) dari tacit knowledge ke explicit knowledge
melalui eksternalisasi, (3) dari explicit knowledge ke explicit knowledge melalui
kombinasi, (4) dari explicit knowledge ke tacit knowledge atau disebut internalisasi.
Empat mode konversi pengetahuan dapat digambarkan sbb:
Gambar 6. Empat Mode Konversi Pengetahuan
Sumber: Nonaka & Takeuchi (1995: 62)
5. Aplikasi Teknologi: Sistem Pengetahuan Informasi, Pembelajaran Berbasis
Teknologi dan Sistem Pendukung Kinerja Elektronik.
Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 34
dari skor total 40, atau sekitar 85% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan
sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung
skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMKN 1
Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.
Teknologi Informasi (TI) dapat meningkatkan komunikasi, melebur batas-
batas dalam organisasi dan meningkatkan berbagai kemungkinan hubungan diluar
hirarki, bahkan menciptakan lingkungan belajar elektronis dimana semua warga
19. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 19
sekolah memiliki akses data yang sama, hal ini masih kurang disadari warga
SMKN 1 Bintan, terlihat dari media pembelajaran yang belum semuanya berbasis
TI, masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran berbasis TI,
kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk kegiatan
pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi pembelajaran.
Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi
pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.
Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi adalah:
(1) Pembelajaran sudah difasilitasi oleh sistem teknologi informasi berbasis
komputer, (2) sebagian besar warga sekolah telah mengakses jalur informasi
melalui, misalnya LAN (Local Area Network), internet, dan intranet, (3) pihak
sekolah sudah merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar
sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.
Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi
adalah: (1) masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran
berbasis TI, kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk
kegiatan pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi
pembelajaran, (2) Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai
sarana berbagi pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas
sekolah.
Sub sistem Teknologi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 7. Subsistem Teknologi
(Sumber: Marquardt, 2002:178)
20. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 20
D. MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN
Alasan mengapa Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) perlu
diterapkan dalam organisasi sekolah adalah: (1) Organisasi tangguh adalah organisasi yang
tak lapuk dimakan usia dan bersifat “survival of the fittest”, (2) Konsep “survival of the
fittest” menuju “the survival of the fittest to learn”, (3) Organisasi pembelajaran sebagai
alternatifnya, yang diharapkan mampu beradaptasi dan merespons tuntutan kebutuhan, (4)
Organisasi pembelajaran memiliki tuntutan setiap warga belajar terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat (Schlechty, 2009).
Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif
diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan
berinovasi yakni :
1. Personal Mastery. Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki
wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal
yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki
kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis
kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.
2. Mental Model. Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,
dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia
bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental
model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang
dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati,
dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.
3. Shared Vision. Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara
murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda
latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat
sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.
Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit
yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit
yang ada dalam organisasi.
4. Team Learning. Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif,
dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan
21. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 21
organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan
organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama
dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun
demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi
dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan
berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi
wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim
menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah
modal intelektualnya.
5. Sistem Thinking. Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut
divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan
oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan
untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua
anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari
kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Kelima dimensi dari Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan
dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah
organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada
perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.
Adapun kondisi sekolah dalam learning organization dan peran masing-masing
komponen dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kegiatan inti sekolah
Sekolah dalam organisasi pembelajaran adalah mendesain kegiatan yang
menantang siswa untuk belajar. Artinya tujuan sekolah adalah memberikan fasilitas agar
desain-desain kegiatan pembelajaran siswa yang dapat menantang daya kreatifitas siswa,
sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tujuan utama
sekolah bukan lagi semata-mata bisa meluluskan siswanya 100% dan Nilai Ujian
Nasionalnya tinggi, tetapi lebih menekankan pada prosesnya, dan sekolah juga harus
lebih menekankan pada outcome yaitu seberapa banyak lulusan sekolah yang mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan kompetensinya atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,
bukan semata-mata hanya mengejar output saja.
22. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 22
2. Siswa
Dalam lingkungan sekolah sebagai organisasi pembelajaran kegiatan siswa adalah
sebagai knowledge worker atau pencari pengetahuan dengan menggunakan sudut pandang
siswa maka siswa dalam mencari pengetahuan dengan bekerja dalam tim, memecahkan
masalah bersama, dan yang paling penting siswa tahu bagaimana cara belajar yang baik.
3. Guru
Dalam organisasi pembelajaran guru berperan sabagai pemimpin dan desainer serta
pemandu pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa, merancang tugas-
tugas yang menantang bagi siswa, memberikan alternatif berbagai sumber belajar yang
relevan, serta bersama siswa dan orang tua membuat jaringan belajar.
4. Peran Kepala Sekolah
Dalam organisasi pembelajaran adalah manjadi pemimpinnya pemimpin artinya
kepala sekolah yang dapat memberdayakan guru untuk menjadi bertanggung jawab atas
apa yang di lakukannya di kelas, sehingga guru menjadi pemimpin yang dapat langsung
dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas permasalahan di kelas tanpa
harus menunggu kepala sekolah, sehingga peran kepala sekolah dalam Learning
Organization adalah menjadi pemimpinnya pemimpin (leader of leaders).
5. Orang tua
Dalam organisasi pembelajaran orang tua adalah school partner, artinya orang tua
berpartisipasi penuh, aktif, pembelajar, dan membentuk jaringan belajar untuk optimalisasi
pembelajaran siswa.
6. Pengawas Sekolah
Berperan sebagai pemimpin moral dan intelektual yang berperan sebagai orang
yang memecahkan masalah dengan pemberdayaan guru dan kepala sekolah, jadi inti dari
peran pengawas adalah pemberdayaan bukan datang ke sekolah untuk mengatasi masalah
sendiri, tanpa melibatkan guru dan kepala sekolah.
7. Dinas Pendidikan
Berperan sebagai capacity builder artinya dinas adalah lembaga yang mensuport
sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan agar mampu dan menguasai bagaimana belajar cara belajar yang baik dan
yang paling penting adalah guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan terus belajar dan
belajar lagi.
8. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
23. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 23
Dunia Usaha dan Dunia Industri berperan sebagai partner and customer dari
sekolah. DUDI perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas
sekolah dan menuju organisasi pembelajaran, karena pihak DUDI juga berkepentingan
untuk mendapatkan input tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh DUDI.
Kompetensi manajerial kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun
2007 salah satunya antara lain: “Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/
madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif”. Hal ini berarti peran kepala
sekolah sangat penting dan sentral dalam menjadikan sekolah menjadi organisasi
pembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang
handal akan mampu memimpin dan membawa organisasi sekolah menjadi organisasi
pembelajaran.
Di samping kepala sekolah harus menguasai kompetensi manajerial yang baik, para
guru juga harus mampu menjadi guru yang kompeten, efektif, dan guru inspiratif. Guru
yang inspiratif menurut Ramdhani (2012) harus memenuhi 13 kriteria antara lain: (1)
Menguasai materi pelajaran, (2) Menggunakan dengan tepat kemampuannya dalam
mengajar dan belajar, (3) Kemampuan memecahkan masalah berkaitan dengan
instruksional pembelajaran, (4) Kemampuan melakukan improvisasi, (5) Manajemen
kelas, (6) Kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung, (7)
Sensitivitas terhadap konteks, (8) Memonitor pembelajaran, (9) Bertindak berdasarkan
data, (10) Mendemonstrasikan respek terhadap orang lain, (11) Mempunyai jiwa mendidik,
(12) Membantu murid agar mencapai prestasi tertinggi, (13) Membantu murid agar lebih
memahami kompleksitas.
Untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif dan bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman maka kepala sekolah, guru dan semua
warga sekolah harus mampu melakukan inovasi dan perbaikan terus menerus dalam
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ancok (2012) yang
menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis organisasi yang sangat cepat akan
membuat organisasi menghadapi masalah besar yang akan menurunkan kinerja organisasi
apabila organisasi tidak memiliki kemampuan inovatif, adalah sebuah keharusan bagi
suatu organisasi untuk membangun kemampuan organisasi agar memiliki kekuatan untuk
terus berinovasi. Lebih lanjut Ancok (2012) menyampaikan bahwa secara garis besar ada
tiga komponen modal organisasi yang mendukung inovasi yaitu: (1) modal manusia
(human capital), (2) modal kepemimpinan (leadership capital), (3) modal structural
24. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 24
(structural capital). Modal manusia ada tujuh komponen, yang perlu dikembangkan agar
insane dalam organisasi bisa memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi,
modal tersebut antara lain: (1) modal kreativitas, (2) modal intelektual, (3) modal
emosional, (4) modal social, (5) modal ketabahan, (6) modal moral, (7) modal kesehatan.
Kepala sekolah dituntut kemampuannya untuk mengelola modal-modal tersebut dengan
baik dan benar untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang memang tidaklah mudah,
karena sifat dari perubahan yang tidak pernah berhenti, sehingga adaptasi yang tepat agar
sekolah mampu bertahan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk perubahan yang
akan di hadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menjadikan sekolah kita menjadi
sekolah yang bersifat learning organization. Adapun langkah yang dapat menjadikan
sekolah menjadi organisasi pembelajaran menurut Marquardt (2002:211) antara lain:
1. Semua pihak berkomitmen menjadikan sekolah mejadi model organisasi
pembelajaran.
2. Membentuk koalisi yang kokoh untuk berubah ke arah yang lebih baik.
3. Menghubungkan pembelajaran dengan semua steakholder yang ada di sekolah.
4. Mengukur semua sub sistem sekolah dengan penilaian kinerja.
5. Mengkomunikasikan visi sekolah yang menjadi model organisasi pembelajaran.
6. Mengenali pentingnya berfikir dan bertindak secara sistem artinya tindakan semua.
stakeholder akan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.
7. Pemimpin pendidikan mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas dan kepala dinas
menunjukkan komitmen dan keteladanan pembelajaran.
8. Mentransformasi kultur sekolah menjadi kultur belajar.
9. Membangun strategi dan jaringan yang pembelajaran yang luas dengan semua
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.
10. Mereduksi model birokratif dengan cara mengefisiensikan struktur organisasi
menjadi lebih ramping dan ringkas.
11. Memperoleh pengetahuan dan budaya berbagi pengetahuan yang menjadi budaya
dalam organisasi sekolah.
12. Memperluas budaya belajar ke seluruh rantai organisasi sekolah.
13. Menerapkan teknologi yang terbaik untuk mendukung proses pembelajaran.
14. Menciptakan kultur prestasi sekolah yang dapat dicapai.
15. Mengukur keberhasilan pembelajaran dengan alat ukur kesuksesan.
16. Selalu beradaptasi, memperbaiki, dan belajar tiada henti.
25. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 25
Terakhir mau dibawa ke mana organisasi sekolah kita apakah di masa yang akan
datang akan menjadi organisasi pembelajaran ataukah menjadi sekolah yang biasa?. Bisa
dan tidaknya organisasi pendidikan menjadi organisasi pembelajaran bukan semata-mata
tergantung pada pemerintah, masyarakat, atau kepala sekolah, tetapi hal tersebut
bergantung pada kemauan dan itikat baik dari semua stakeholder sekolah agar mau belajar
dan belajar lagi dan menciptakan budaya organisasi pembelajaran secara berkelanjutan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil analisis pengisian angket mengenai
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan tingkat pencapaian profil sekolah
sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah
3.5, ini berarti pelaksanaan Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) di SMKN 1
Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, dan menuju ke implementasi secara total.
Saran-saran yang bisa diberikan kepada SMKN 1 Bintan untuk menuju Organisasi
Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah :
1. SMKN 1 Bintan perlu melakukan peningkatan perubahan paradigma pembelajaran
dari teacher centre ke student centre, perubahan dari organisasi birokrat ke
organisasi pembelajaran, serta perubahan dari wajib belajar ke hak belajar.
2. Meningkatkan komitmen untuk perbaikan output dan outcame serta pelayanan
yang berkelanjutan, agar tidak mengalami demarketing dalam dunia pendidikan,
sehingga bisa tetap bersaing di dunia global.
3. Meningkatkan level manajemen pengetahuan dari storage menjadi analisis dan
transfer pengetahuan.
4. Mengembangkan sistem pendukung kinerja secara terintegrasi dan aplikatif untuk
penemuan pengetahuan dan data mining, sehingga sekolah dapat membentuk
organisasi pembelajaran yang menjadi pusat keahlian yang bertanggung jawab
untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan
pengetahuan.
5. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran dan untuk mengelola
proses kelompok seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi
sekolah perlu ditingkatkan.
6. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder sekolah untuk bersinergi dalam
mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
26. Tugas Mata Kuliah | Organizational Development and Learning 26
Daftar Pustaka
Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta: Erlangga
Covey, S.R. (1993). The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Simon &
Schuster.
Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering 5 Element for
Corporate Learning. California: Davies-Black Publishing.
Nonaka, I., and Takeuchi, H. (1995). The Knowledge-Creating Company. New York:
Oxford University Press.
Rahman, E. dan Savitri, S. (2012, Desember 29). Empowerment. Harian Kompas,
halaman 32.
Ramdhani, N. (2012). Menjadi Guru Inspiratif: Aplikasi Ilmu Psikologi Positif dalam
Dunia Pendidikan. Jakarta: Titian Foundation.
Redding, J. (1994). Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization. San
Fransisco: Jossey-Bass.
Schlechty, P.C. (2009). Leading for Learning How to Transform Schools into Learning
Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.
Senge, P.M. (1990). The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization. New York: Doubleday.
Stewart, T. (1997). Intelectual Capital: The New Wealth of Organization. New York:
Doubleday.