SlideShare a Scribd company logo
! !"   #    $%!




       %&'&'! '!(')     * *!'$% ('+ &       ( )',% $


   &*! -    . #,   *(              "                   $
    / 0 )$%" #,    *( %1( !                        $




       MAGISTER MANAJEMEN
MANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN
  FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
     UNIVERSITAS GADJAH MADA
               2012
DAFTAR ISI



Halaman Judul ………………………………………………………..…… i

Daftar Isi …………………………………………………………….…… ii

Daftar Gambar ……………………………………………………………. iii

Executive Summary ……………………………………………………….. 1

Major and Minor Issuess ……………………………………………….… 2

Theoritical Findings ……………………………………………………… 7

Final Opinion   …………………………………………………………. 14

Kesimpulan ………………………………………………………….……. 23

Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 24
Critical Review
         An Organizational Learning Model for Vocational Education
                      In The Context of TQM Culture

1. EXECUTIVE SUMMARY

Abstrak
        Total Quality Management (TQM) memerlukan perubahan budaya (Sallis,
Edward, 1993). Perubahan budaya ini sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan
waktu yang cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode.
        Tujuan dari makalah hasil penelitian oleh Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and
Chin, K.S ini adalah mencoba untuk membangun hubungan antara Organizational
Learning Capability (OLC) dan TQM Culture (TC) didasarkan pada studi kasus
kejuruan terkemuka institusi pendidikan dari Hong Kong, dan untuk
mengembangkan model pembelajaran transformasi organisasi untuk pendidikan
kejuruan dalam konteks budaya Total Quality Management (TQM).
        Desain/metodologi/pendekatan - Keterkaitan antara OLC dan konstruksi
TC didirikan dan dikonfirmasi secara statistik dengan survei kuesioner terstruktur.
Kunci TC konstruksi tersebut kemudian diidentifikasi dan diprioritaskan
menggunakan Analytic Hierarchy Process (PHA) berbasis wawancara, kelompok
fokus, dan studi etnografi buntuk merumuskan budaya TQM transformasi model
empiris berbasis OL untuk pendidikan kejuruan. Akhirnya, validitas dan
efektivitas model yang diverifikasi melalui kasus implementasi aktual.
        Temuan - Korelasi positif yang kuat ditemukan antara OLC dan
konstruksi TC, sementara berbagi visi, fokus jangka panjang, dan keterlibatan
guru diidentifikasi sebagai konstruksi TC kunci yang dapat memiliki dampak
yang signifikan terhadap OLC dalam pendidikan kejuruan. Hal ini juga
menegaskan bahwa orientasi aturan melarang penciptaan budaya TQM, sementara
kepemimpinan inovatif tidak memelihara pembentukannya. Sebuah TQM budaya
empiris berbasis OL model transformasi untuk pendidikan kejuruan dirumuskan
dan kemudian diuji melalui kasus implementasi. Hasilnya menunjukkan bahwa
model tersebut dapat efektif memfasilitasi transisi dari sebuah lembaga
pendidikan tradisional kejuruan terhadap pembelajaran yang organisasi untuk
keunggulan organisasi.
        Orisinalitas/ nilai - Meskipun perkembangan evolusi dan teori untuk
mendukung TQM dan Organizational Learning (OL) adalah berbeda, mereka
tampaknya memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka miliki dalam
kekhasan. Namun, ada sinergi sedikit dikembangkan antara kedua bidang sejauh
ini baik dalam akademisi dan industri. Makalah ini menetapkan secara teori
informasi dan statistik dikonfirmasi organisasi belajar model transformasi untuk
pendidikan kejuruan dalam konteks budaya TQM.
        Dari hasil penelitian tentang implementasi TQM culture di
pendidikan/sekolah kejuruan di Hong Kong di atas penulis mencoba mengkaji
secara teoritis bagaimana model TQM tersebut di atas jika diterapkan di sekolah
kejuruan di Indonesia dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada pada
sekolah di Indonesia. Bagaimana peranan guru, kepala sekolah, pengawas sekolah
serta semua stakeholder sekolah dalam mengimplementasikan TQM.
Kata kunci: Total Quality Manajemen, Organizational Learning Capability,
                TQM Culture, Pendidikan.
2. MAJOR AND MINOR ISSUESS

2.1 Pendahuluan

       Mutu sebuah produk termasuk juga produk yang dihasilkan oleh institusi

pendidikan tentunya tidak lepas dari quality control atau penjaminan mutu

terhadap lulusan yang dihasilkan, quality control memiliki peranan yang penting

dan strategis dalam penjaminan mutu pendidikan.

       Salah satu masalah utama di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan

pendidikan, terutama pada pendidikan dasar dan menengah (Wijaya, David,

2008:85). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

yaitu pengembangan muatan kurikulum nasional dan lokal, Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peningkatan

kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan perbaikan sarana

prasarana sekolah, serta peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah, namun

demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan

peningkatan yang berarti, sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu

pendidikan yang menggembirakan, namun sebagian sekolah lainnya masih

memprihatinkan.

       Mutu pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini juga sering disoroti, dikritik

dan dijadikan sebagai kambing hitam. Seperti yang dimuat dalam harian Suara

Merdeka tanggal 31 Desember 2011 pada kolom pendidikan hal 8, disebutkan

bahwa: “Dunia pendidikan Indonesia mendapat sorotan tajam, sebagian pun

menyudutkan sebagai kambing hitam, karena gagal memainkan peran penting

sebagai pembentuk sumber daya manusia bermartabat dan berkualitas. Pendidikan
dinilai salah arah melahirkan mental korup, tidak jujur, tidak mau bekerja keras,

dan suka menerabas untuk memenuhi hasrat dan materialism”.

       Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia di suatu negara,

tentunya sudah seharusnya juga perlu ditingkatkan mutu pendidikan di negara

tersebut    dengan      menerapkan       standar     dalam      menyelenggarakan

pendidikannya. Setiap penyelenggara pendidikan berkewajiban menetapkan

kriteria minimal pada berbagai komponen strategis agar memenuhi standar mutu

minimal sebagai modal dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan itu tidaklah mudah, dalam meningkatkan

mutu pendidikan dibutuhkan rancangan tentang apa yang hendak ditingkatkan,

memilih bagian yang perlu ditingkatkan, dan menghasilkan output yang paling

unggul di antara sekolah-sekolah yang ada. Oleh karena itu, peningkatan mutu

pendidikan memerlukan komitmen yang tinggi dari segenap komponen yang

menjadi penggerak sekolah tersebut. Dalam mewujudkan mutu pendidikan yang

baik, tentunya memerlukan waktu, proses dan kerja keras untuk mewujudkannya.

Tiap   langkah    dalam    mewujudkan      mutu    pendidikan    yang    baik    di

sekolah memerlukan disiplin bersama, tanggung jawab bersama, dan komitmen

bersama.

       Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yang telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, merupakan standar minimal yang perlunya disusun

dan dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan, yang meliputi : (1) standar isi;

(2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga

kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7)

standar pembiayaan dan (8) standar penilaian. Dalam konteks manajemen mutu,
Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 ini merupakan bagian dari

penerapan manajemen mutu yang mengimplementasikannya melalui perangkat-

perangkat seperti perencanaan mutu (quality planning), pengendalian mutu

(quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan peningkatan mutu

(quality improvement). Tanggung jawab manajemen mutu terdapat pada semua

tingkatan manajemen dan implementasinya melibatkan semua orang pada semua

unit dalam organisasi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah

kota/kabupaten dan pada organisasi satuan tingkat pendidikan/sekolah.

       Perencanaan mutu (quality planning) dalam konteks sekolah tentunya

adalah pemenuhan akan kebijakan mutu tentang 8 standar yang telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, sasaran dari program sekolah adalah

pencapaian dari 8 standar minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah

pusat. Sementara itu dalam melaksanankan pengendalian mutu (quality control)

dalam PP No.19 tahun 2005 dijelaskan bahwa dalam rangka pengendalian mutu

akan dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat provinsi,

pemerintah daerah tingkat kota/kabupaten, tingkat satuan pendidikan, Badan

Standar Nasional Pendidikan (BNSP), dan Badan Akreditasi Nasional (BAN).

Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 juga menjelaskan tentang penjaminan

mutu   pendidikan. Proses penjaminan    mutu    (quality   assurance) dilakukan

untuk mengidentifikasi      hal-hal      yang akan         dan telah    dicapai

dan menentukan prioritas-prioritas peningkatan mutu, memberikan data untuk

pengambilan keputusan berbasis data, dan membantu membangun budaya

peningkatan mutu berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib melakukan

penjaminan mutu pendidikan melalui pemenuhan 8 standar pendidikan secara

konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang
berkepentingan memperoleh kepuasan. Penjaminan mutu pendidikan bertujuan

untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Penjaminan mutu

pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu

program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.



2.3 Isu-isu Utama Total Quality Management di Pendidikan.

       Salah satu masalah utama pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan, namun

demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan

peningkatan yang berarti.

       Berdasarkan masalah di atas, berbagai pihak mempertanyakan apa yang

salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Dari berbagai pengamatan

dan analisis, menurut Wijaya, David (2008:85) ada tiga faktor penyebab mutu

pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara merata, faktor

tersebut antara lain:

   (1) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan menggunakan pola

       birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai pengelola

       pendidikan yang sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang

       mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang

       dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah setempat.

   (2) Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini menggunakan

       pendekatan education production function atau analisis input-output yang

       tidak dilakukan secara konsekuen sehingga menempatkan sekolah sebagai

       pusat produksi yang jika dipenuhi semua input yang diperlukan dalam
proses produksi tersebut, maka sekolah akan menghasilkan output yang

   dikehendaki.

(3) Peran serta guru dan masyarakat, terutama orang tua siswa dalam

   penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.

    Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka tentunya dibutuhkan upaya

perbaikan, salah satunya adalah melakukan otonomi sekolah melalui

penerapan Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) di

lingkungan sekolah.

    Masalah-masalah lain terkait dengan implementasi TQM di pendidikan

menurut Sallis (1993:89-92) antara lain:

(1) TQM adalah sebuah kerja keras. Untuk mengembangkan sebuah budaya

   mutu, diperlukan waktu. Kerja keras dan waktu adalah dua hal penting

   yang harus diperhatikan, karena jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan

   baik, maka mekanisme kerja mutu akan terhambat.

(2) TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap

   institusi, karena tidak menutup kemungkinan manajemen senior sendiri

   bisa menjadi problem. Mereka bisa mengharapkan hasil positif yang

   dihasilkan TQM, namun tidak mau memberikan dukungan sepenuh hati

   yang diperlukan.

(3) Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah organisasi

   dalam menerapkan TQM. Walaupun program-program mutu disampaikan

   dengan publikasi besar-besaran, seringkali program-program tersebut

   tergilas oleh inisiatif lain.

(4) Masalah utama dalam penerapan TQMyang sering dialami oleh banyak

   institusi adalah peran yang dimainkan oleh manajemen menengah. Para
staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekuensi pemberdayaan juga

       bisa menghalangi mutu. Mereka kadangkala cenderung suka terhadap hal-

       hal yang bersifat statis.


3. TEORETICAL FINDING

3.1 Pengertian, Tujuan dan Unsur Utama TQM

       Menurut Salis (1993) TQM adalah sebagai suatu filosofi dan suatu

metodologi untuk membantu mengelola perubahan, dan inti dari TQM adala

perubahan budaya dari pelakunya. Lebih lanjut ditegaskan bahwa TQM adalah

suatu prosedur dimana setiap orang berusaha keras secara terus menerus

memperbaiki jalan menuju sukses. TQM bukanlah seperangkat peraturan dan

ketentuan yang kaku, tetapi merupakan prosesproses dan prosedur-prosedur untuk

memperbaiki kinerja.

       Crosby (1978) berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap

persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, dan dokter yang ahli. Ia juga

mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang dalam proses organisasi.

Pendekatan Crosby merupakan proses top-down.

       Deming (1986) berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan masalah

untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan Kaizen pada

perusahaan Toyota. Pendekatan Deming merupakan proses bottom-up.

       Tujuan utama TQM adalah meningkatkan mutu pekerjaan, memperbaiki

produktivitas dan efisiensi. TQM sebagai suatu prosedur untuk mencapai

kesuksesan, dinilai berhasil manakala mutu dari suatu pekerjaan meningkat lebih

baik kualitasnya dari sebelumnya, produktivitasnya tinggi yang ditunjukkan

dengan hasil kerja berupa produk/jasa lebih bayak jumlahnya dari sebelumnya,
dan lebih efisien yang bisa diartikan lebih murah biaya produksinya atau input

lebih kecil daripada outputnya.

       Ada lima unsur utama dalam penerapan TQM, yaitu: (1) berfokus pada

pelanggan, (2) perbaikan pada proses secara sistematik, (3) pemikiran jangka

panjang, (4) pengembangan sumberdaya manusia, dan (5) komitmen pada mutu

(Slamet,1999).

       Manajemen mutu terpadu (TQM) berfokus pada pelanggan. Pelanggan

adalah sosok yang dilayani. Perhatian dipusatkan pada kebutuhan dan harapan

para pelanggan. Untuk ini setiap yang akan melaksanakan TQM harus mengetahui

ciri-ciri pelanggan-pelanggannya, dan karena itu maka harus mengidentifikasi dan

menganalisis kebutuhan dan harapan pelanggan tersebut agar bisa memuaskannya.

Produk/jasa yang dibuat atau diberikan haruslah bertumpu pada pelanggan.


3.2 Sistem Manajemen dan Penjaminan Mutu Pendidikan

       Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan

 pendekatan manajemen untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui

 peningkatan mutu semua komponen terkait (terpadu), diantara peserta didik,

 pendidik, kurikulum, PBM, dana, dan masyarakat. Manajemen mutu terpadu

 perlu diterapkan secara konsisten dalam pendidikan untuk menampilkan layanan

 pendidikan yang unggul dalam hal mutu, kompetitif terhadap sektor lain, dan

 iklim kompetitif yang perlu dihidupkan diantara institusi pendidikan

 (Syafaruddin, 2002).

       Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management

 (TQM)     ialah continous improvement (perbaikan berkelanjutan) dan quality

 improvement (perbaikan mutu). Oleh karena itu manajemen mutu terpadu
merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan eksternal

suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.

     Pendapat Joseph C. Field yang dikutip Syafaruddin (2002) menyatakan

bahwa untuk menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan ada

sepuluh langkah yang harus dilalui, yaitu : (1) mempelajari dan memahami

manajemen mutu terpadu secara menyeluruh; (2) memahami dan mengadopsi

jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus; (3) menilai jaminan mutu saat

ini dan program pengendalian mutu; (4) membangun sistem mutu terpadu; (5)

mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai

tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada

suatu kelompok kerja; (6) mempelajari teknik untuk mengatasi akar persoalan

(penyebab) dan mengaplikasikannya tindakan koreksi dengan menggunakan

teknik dan alat manajemen mutu terpadu; (7) memilih dan menetapkan pilot

project untuk aplikasikan; (8) menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan

menyadari akan keberhasilannya; (9) menciptakan komitmen dan strategi yang

benar mutu terpadu oleh pimpinan yang akan menggunakannya; dan (10)

memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan

yang amat luas.

     Arcaro (1995:72) mengembangkan konsep roda implementasi TQM dalam

dunia pendidikan yang berisi 8 (delapan) unsur yakni: (1) Strategic Planning;

(2) Communication; (3) Program measurements; (4) Conflict management; (5)

Program Selection; (6) Program implementation; (7) Program validation; dan

(8) Standards.

     Dengan menerapkan delapan unsur itu dalam dunia pendidikan dapat

diperoleh dua manfaat yaitu (1) pendidikan selalu dapat menyesuaikan dengan
tuntutan pengguna sehingga dukungan untuk perbaikan mutu tidak akan

 menemui kesulitan yng berarti; (2) Ukuran keberhasilan dapat ditentukan

 sehingga memudahkan pengukuran dan evaluasi tingkat keberhasilan dalam

 upaya peningkatan mutu pendidikan.

      Paradigma baru sistem manajemen pendidikan yang berorientasi mutu

 mengenal empat buah prinsip, yaitu (1) prinsip otonomi; (2) prinsip evaluasi; (3)

 prinsip akuntabilitas, dan (4) prinsip akreditasi. Paradigma baru sistem

 pendidikan tersebut dapat digunakan untuk semua lapis otoritas satuan

 pendidikan, seperti wewenang untuk self regulation pada prinsip otonomi dapat

 diterapkan pada lapis organisasi institusi satuan sekolah dan kelas. Namun harus

 selalu diingat bahwa dibalik otonomi ada akuntabilitas, dan penilaian kualitas

 dalam bentuk akreditasi. Akuntabilitas dalam self regulation ini mengisyaratkan

 tugas untuk melakukan perencanaan terhadap peningkatan kualitas secara

 berkelanjutan.



3.3 Organizational Learning Capability (OLC) dan TQM Culture (TC)
      Pendidikan kejuruan telah dilindungi dari ancaman eksternal dan terisolasi

dari diktat konsumen di masa lalu. Sayangnya situasi ini telah berubah,

Pendidikan Kejuruan saat ini menghadapi kompetisi yang meningkat, dana

berkurang, berbagai reformasi pendidikan, dan ditambah dengan tuntutan yang

lebih besar untuk akuntabilitas dari para stakeholder pemerintah dan lainnya

(Lam, M.Y, et al, 2008). Mengikuti tren universal, banyak lembaga pendidikan

kejuruan lokal sudah mulai menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam satu atau

lebih bentuk sehingga untuk meningkatkan efektivitas organisasi mereka dan

untuk memberikan kualitas pendidikan. Pada menghadapi perubahan yang cepat
baru dan berbagai pendidikan reformasi, pendidikan kejuruan telah menyadari

pentingnya fleksibilitas, kewirausahaan, dan inovasi.

       Karena Organizational Learning (OL) berfokus pada organisasi untuk

beradaptasi dengan perubahan lingkungan, belajar dari masa lalu, mengantisipasi

dan merespon ancaman, dan terus meningkatkan dan berinovasi untuk

membangun sebuah masa depan yang diinginkan, ia mulai meresap ke dalam

pendidikan kejuruan lokal.




Gambar 1. Budaya Empiris TQM Berbasis Organizational Learning Transformasi
          Model untuk Organisasi Pendidikan Kejuruan Tradisional.
          Sumber: Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S (2007:249)



       Hubungan kausal atau pemetaan antara budaya TQM empiris berdasarkan

Organizational Learning Transformation Model dan agenda perubahan Leithwood

yang dijelaskan pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Pemetaan antara Budaya TQM Empiris Berbasis OL Model
          Transformasi dan Leithwood Change Agenda.
          Sumber: Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S (2007:249)


       Perkembangan     evolusi   dan   teori   untuk   mendukung    TQM     dan

Organizational Learning adalah berbeda tetapi mereka tampaknya memiliki

lebih banyak kesamaan daripada yang mereka miliki dalam kekhasan. Namun, ada

sinergi sedikit berkembang begitu jauh antara kedua bidang baik dalam penelitian

akademik dan aplikasi industri. Hal ini mungkin karena fakta bahwa kedua

akademisi dan industri yang mengambil pandangan yang terpolarisasi membatasi

TQM dan OL, dan karenanya tidak mendapatkan manfaat yang menghubungkan

keduanya (McAdam et al., 1998).

       Goetsch dan Davis (2000) mendefinisikan budaya TQM sebagai suatu

sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk

pembentukan dan terus-menerus peningkatan kualitas. Ini terdiri dari nilai-nilai,

tradisi, prosedur, dan harapan yang mempromosikan kualitas. Banyak literatur

mengkonfirmasi bahwa budaya kualitas untuk TQM atau budaya TQM

menentukan efektivitas implementasi TQM dan organisasi kinerja.
Gambar 3. Change Agenda for TQM Culture Change Programme.
Sumber: Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S (2007:250)


       Detert dkk. (2003) melakukan studi rinci dan telah mengidentifikasi

sembilan konstruksi budaya TQM untuk sektor pendidikan, yaitu:

(1) Visi bersama: sebuah tujuan visi bersama dan dibagi di antara anggota staff

    yang penting untuk keberhasilan sekolah.

(2) Fokus pada pelanggan: kebutuhan pendidikan harus ditentukan terutama oleh

    stakeholder yang relevan daripada oleh para ahli pendidikan saja.

(3) Fokus Jangka Panjang : meningkatkan pendidikan membutuhkan komitmen

    jangka panjang dan pemenuhan tujuan jangka panjang.

(4) Perbaikan berkelanjutan: sekolah harus berusaha untuk melakukan perubahan

    terus menerus untuk meningkatkan pendidikan.
(5) Keterlibatan guru : guru harus aktif dalam meningkatkan operasional sekolah

    secara keseluruhan.

(6) Kolaborasi: kolaborasi antara berbagai departemen / unit diperlukan untuk

    sebuah sekolah yang efektif.

(7) Pengambilan keputusan berdasarkan data : pembuatan keputusan harus

    bergantung pada informasi faktual.

(8) Kepemilikan Sistem / fokus : masalah kualitas terutama disebabkan oleh

    kurangnya sistem dan proses, bukan oleh guru, penekanan pada proses

    kepemilikan.

(9) Kualitas dengan biaya yang sama: kualitas dapat ditingkatkan dengan sumber

    daya yang ada.



4. FINAL OPINION

4.1 Penerapan Prinsip-Prinsip TQM Dalam Pendidikan Kejuruan

       Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha

pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan

kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan

tersebut. Mereka yang belajar tersebut bisa merupakan pelajar/murid/peserta

belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers).

Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga

tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga

pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan

mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers).

Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah
maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers).

Selain itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu

yang berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/guru/tutor dan

tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan

(internal customers). Walaupun para para guru/guru/tutor dan tenaga administrasi,

serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa,

tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen.

Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin

maju dan berkualitas mereka diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun

finansial.

        Seperti disebut di atas bahwa program peningkatan mutu harus

berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan

suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas.

Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan

pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan

pendidikan.

        Menurut Mufidah, L.N. (2009:94) Aktualisasi TQM dalam lembaga

pendidikan didasarkan pada lima kunci, yaitu: (1) visi (vision), (2) strategi dan

tujuan (strategy and goals), (3) tim (team), (4) alat (tools), (5) three Cs of TQM

yang meliputi: a). budaya (culture), b). komitmen (commitment), c). komunikasi

(communication). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Aktualisasi TQM dalam Lembaga Pendidikan
          Sumber: Mufidah, L.N (2009: 95)


       Mayer, D.P., et al. (2000) mengatakan bahwa: “ mutu sekolah

mempengaruhi pengetahuan siswa melalui pelatihan dan talenta dari tenaga guru,

apakah berlangsung di dalam ruang kelas, serta seluruh budaya dan atmosfir

sekolah”. Pada ketiga bidang ini ada 13 indikator mutu sekolah yang berkaitan

dengan pengetahuan siswa yang digambarkan di bawah ini:




Gambar 5. Indikator-indikator untuk Sekolah dan Hubungannya dengan
          Pengetahuan Siswa.
          Sumber: Wijaya, David (2008:87)


       Sebagai contoh dari penerapan 14 prinsip-prinsip pencapaian mutu

Edward Deming, kita bisa mengaplikasikan sekolah kejuruan. Uraian tentang

penerapan prinsip-prinsip tersebut di lembaga pendidikan/sekolah (Slamet, 1999),

dapat meliputi hal-hal berikut:
(1) Untuk menjadi sekolah yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang

    sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain

    (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa sekolah kita adalah bermutu harus

    diraih.

(2) Sekolah yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan

    kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan

    terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh sekolah tersebut.

(3) Perhatian sekolah selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para

    pelanggan: siswa, masyarakat, industri, pemerintahan dan lainnya, sehingga

    mereka puas karenanya.

(4) Dalam sekolah yang bermutu tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik

    antar sesama unsur didalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan.

(5) Diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan

    mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu.

(6) Semua karya sekolah (pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi dll.)

    selalu diorientasikan pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya

    telah berkomitmen kuat pada mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua

    karya yang tidak bermutu ditolak atau dihindari.

(7) Ada upaya perbaikan mutu sekolah secara berkelanjutan. Untuk ini standar

    mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan diperbaiki sedikit

    demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(8) Segala keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan pendidikan/pengajaran

    selalau didasarkan data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan

    keraguan dalam pelaksananannya.
(9) Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik

    untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan, sehingga tidak

    menyesatkan.

(10) Hendaknya pekerjaan di sekolah jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang

    sama saja dari waktu ke waktu, karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di

    sekolah harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya

    dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

(11) Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di sekolah perlu ditinjau

    apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak maka prosedur

    tersebut perlu diubah dengan yang lebih baik.

(12) Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki

    mutu kerja dan hasilnya. Guru-guru dan karyawan administrasi mencoba

    cara-cara kerja baru dan jika mereka berhasil diberikan pengakuan dan

    penghargaan.

(13) Perbaikan prosedur antar fungsi di sekolah sebagai bentuk kerjasama harus

    dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain.

(14) Tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa untuk mereview proses

    belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki pendidikan/pengajaran yang

    bemutu. Pertemuan dengan orang tua siswa, pertemuan dengan tokoh

    masyarakat, dengan alumni, pemerintah daerah, pengusaha dan donatur

    sekolah dapat dilakukan oleh penyelenggara sekolah. Pendek kata, hendaknya

    semua unsur yang berkepentingan dengan sekolah dapat berpartisipasi ikut

    mengembangkan sekolah mencapai mutu yang baik.

       Berdasarkan hal-hal diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa pada intinya

mutu pendidikan merupakan akumulasi dari semua mutu jasa pelayan yang ada di
lembaga pendidikan yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan

adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh

kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil

akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu

terpadu”.

       Dasar-dasar penerapan TQM di Sekolah Kejuruan adalah sebagai upaya

peningkatan kualitas dalam pelayanan, peningkatan kualitas lulusan, dan

penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), target dalam penerapan TQM

meliputi: (a) tersertifikasi ISO, (b) pembelajaran dengan menggunakan konsep

Internet, Technology and Computer (ITC), (c) perpustakaan sekolah dengan

menggunakan konsep digital, (d) setiap siswa mampu bersaing di tingkat

internasional dengan menggunakan acuan tes curriculum Cambridge. Penerapan

TQM terhadap empowering (pemberdayaan) Sumber Daya Manusia (SDM)

menuju SBI merupakan sebuah usaha untuk menjaga dan meningkatkan mutu,

serta untuk pemenuhan penerapan program SBI.

       Keuntungan-keuntungan yang diperoleh sekolah dalam penerapan Total

Quality Management (TQM) terhadap empowering SDM menuju Sekolah

Bertaraf Internasional, antara lain: (a) lulusan yang berkualitas, (b) pelayanan

yang cepat, tepat, dan akuntabel, (c) kemudahan akses informasi, (d) transparansi

pendanaan, (e) efektif dalam pembiayaan. Model peningkatan TQM terhadap

empowering     SDM menuju SBI, yaitu: (a) manual mutu, (b) pengendalian

dokumen, (c) penataan ruang lingkup manajemen mutu.
4.2 Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu
    Pendidikan.
       Adapun bentuk dari revitalisasi peran pengawas sekolah dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan menuju Total Quality Management di sekolah

menurut Prasetiyo (2012:13-15) adalah sebagai berikut:

       Rekrutmen pengawas harus sesuai dengan Permendiknas No.12 Tahun

       2007 dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005.

       Perlunya    adanya      pembenahan    ulang    dalam    wilayah    kerja

       binaan pengawas sekolah karena yang ada saat ini terlalu banyak.

       Pemerintah pusat harus mendahulukan peningkatan kompetensi pengawas

       sekolah dibandingkan para kepala sekolah dan guru.

       Pemerintah daerah/dinas pendidikan kabupaten/kota harus merumuskan

       dan membuat kebijakan yang seragam tentang proses pengawasan yang

       dilakukan di sekolah.

       Pengawas diberikan kewenangan dalam menyeleksi calon kepala sekolah

       dan melakukan proyek pelatihan dan pengembangan bagi guru-guru, serta

       menilai kinerja guru dan kepala sekolah selanjutnya direkomendasikan

       dalam peningkatan karirnya.

       Disediakan dana operasional dan tunjangan yang memadai bagi pengawas

       sekolah dalam menjalankan tugas-tugasnya.

       Perlu adanya kebijakan tentang penghargaan dan hukuman yang tegas dari
       pemerintah daerah terhadap kinerja para pengawas. Hal ini dilakukan agar
       proses kegiatan pengawasan berjalan dengan baik dalam rangka
       meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
4.3 Hambatan-Hambatan dan Solusi Implementasi TQM di Sekolah
    Kejuruan di Indonesia.

       Implementasi budaya TQM hasil penelitian oleh Lam, M.Y., Poon, G.K.K,

and Chin, K.S untuk membangun hubungan antara Organizational Learning

Capability (OLC) dan TQM Culture (TC) didasarkan pada studi kasus kejuruan

terkemuka institusi pendidikan dari Hong Kong, belum tentu bisa diterapkan di

Indonesia, karena adanya perbedaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan

masyarakat Hong Kong, di samping itu dukungan stake holder pendidikan juga

berbeda. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi

budaya dan tingkat kemajuan pendidikan serta kesiapan sarana dan prasarana

pendukung yang ada di Indonesia.

       TQM merupakan pendekatan yang sudah lama diimplementasikan di dunia

bisnis, namun relatif baru diadopsi di dunia pendidikan. TQM memerlukan

perubahan atas paradigma manajemen konvensional, komitmen jangka panjang,

kesatuan tujuan dan pelatihan-pelatihan. Adapun hambatan-hambatan yang

kemungkinan dijumpai dalam implementasi TQM di sekolah adalah :

   Lambannya kontribusi supplier (pemasok), baik guru maupun staf tata usaha

   dan siswa, misalnya dalam penyerahkan nilai siswa oleh guru mata pelajaran,

   dan rekap nilai oleh bagian administrasi/ tata usaha.

   Lambannya penyerahan daftar nilai dan daftar kehadiran siswa dari guru mata

   diklat dari guru dan dari jurusan/program keahlian.

   Adanya kesenjangan bila program keahlian lain tidak menerapkan TQM.

   Suasana kantor yang kurang nyaman, misalnya siswa bebas keluar masuk di

   ruang kantor dan ruang administrasi sekolah.
Aturan yang diterapkan oleh guru terkadang bertentangan dengan aturan

   sekolah.

   Adanya keragu-raguan staf tata usaha dan karyawan dalam menerima konsep

   dan implementasi TQM.

       Sebab-sebab umum kegagalan penerapan TQM di dunia pendidikan

menurut Sallis (1993) antara lain mencakup: desain kurikulum yang lemah,

bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan

prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang

kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Sementara sebab-sebab

khusus kegagalan sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti,

meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan

komunikasi dan kesalahpahaman.

       Kendala-kendala yang dihadapi Kepala Sekolah pada Sekolah Kejuruan

dalam penerapan TQM terhadap empowering SDM menuju SBI adalah: (a)

rendahnya kemauan studi S2, (b) penguasaan Bahasa Inggris yang lemah, (c)

biaya pengelolaan SBI yang tinggi, Strategi pemecahannya adalah: (a) subsidi

untuk melanjutkan studi S2 sebesar 50% dari total biaya, (b) kursus dan pelatihan

Bahasa Inggris, (c) pengajuan program hibah/block grand.

       Sallis (1993) mengemukakan langkah-langkah penting dan sederhana

dalam mengimplementasikan TQM di pendidikan antara lain: (1) kepemimpinan

dan komitmen terhadap mutu harus dari pimpinan, (2) kepuasan pelanggan adalah

tujuan TQM, (3) menunjuk fasilitator mutu, (4) membentuk kelompok pengendali

mutu, (5) menunjuk coordinator mutu, (6) mengadakan seminar manajemen senior

untuk mengevaluasi program, (7) menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada,

(8) menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain, (9)
mempekerjakan konsultan eksternal, (9) memprakarsai pelatihan mutu dari para

staf, (10) mengkomunikasikan pesan mutu, (11) mengukur biaya mutu, (12)

mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok kerja

yang efektif, (13) mengevaluasi program dalam interval yang teratur.

           Langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh Sallis di atas dapat

dijadikan sebagai panduan dalam mengimplementasikan TQM di dunia

pendidikan/ sekolah, serta mengatasi kemungkinan masalah-masalah yang akan

terjadi.

5. KESIMPULAN

           Mutu sebuah produk termasuk juga produk yang dihasilkan oleh institusi

pendidikan tentunya tidak lepas dari quality control atau penjaminan mutu

terhadap lulusan yang dihasilkan, quality control memiliki peranan yang penting

dan strategis dalam penjaminan mutu pendidikan.

           Hasil yang diharapkan dari implementasi TQM di pendidikan kejuruan

tidaklah semudah membalik tangan, melainkan perlu waktu yang panjang.

Implementasi TQM menuntut perubahan dan perombakan fundamental atas

budaya yang selama ini berjalan, karena menyangkut salah satu unsur pokok,

yaitu manusia yang sering/sudah terkondisi dengan kerja individual dan sering

menunda-nunda pekerjaan. TQM akan berhasil dengan baik apabila didukung

oleh seluruh stakeholder pendidikan.

           Total Quality Management (TQM) memerlukan perubahan budaya.

Perubahan budaya ini sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu yang

cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Bagaimanapun

juga perubahan budaya tidak hanya bicara tentang mengubah perilaku orang,

tetapi juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan sebuah institusi.
Daftar Pustaka


Alma, Buchari, at.al. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Arcaro, J.S. 1995. Quality in Education: An Implementation Handbook. Florida:
     St Lucie Press.

Crosby, Philip B. 1978. Quality is free: the art of making quality certain. New
     York: Mc. Graw Hill Book Company.

Deming, W. Edwards. 1986. Out of the Crisis. Cambridge: Cambridge University
    Press.

Goetsch, D. and Davis, S. 2000. Quality Management: Introduction to Total
     Quality Management for Production, Processing, and Services. Prentice
     Hall, Englewood Clifffs, NJ.

Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S. 2008. An Organizational Learning
     Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture.
     International Journal of Quality and Reliability Management, Vol. 25 No. 3,
     2008, p 238-255.

Mayer, D.P., et al. 2000. Monitoring School Quality: An Indicators Report. US:
    US Department of Education.

Mc Adam, R., Leitch, C. and Harisson, R. 1998. The Link between
   Organizational Learning and Total Quality: A Critical Review. Journal of
   European Industrial Training, Vol. 22 No.2 pp. 8-11.

Mufidah, L.N .2009. Aktualisasi TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme
     Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Tadris, Volume 4 Nomor 1
     Tahun 2009, halaman 91-105.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Permendiknas Nomor 12           tahun   2007    tentang   Standar    Pengawas
     Sekolah/Madrasah.

Prasetiyo, Joko. 2012. Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality
      Control Mutu Pendidikan. Makalah Seminar Nasional “Peningkatan
      Profesionalisme Pengawas Sekolah” yang diselenggarakan di MM UGM
      Yogyakarta, 11 Januari 2012.

Purwanto, M. Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
     PT. Remaja Rosdakarya
Rifai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber daya manusia untuk Perusahaan,
      Jakarta, Murai Kencana.

Rochman, Arif dan Wiyono, Giri (2008). Laporan Hasil Penelitian dan
    Pengabdian Masyarakat. Yogyakarta: Pusat Studi Kebijakan Lembaga
    Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Salis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Kogan Page
      London

Slamet, Margono.1994. Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tinggi
     Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Slamet, Margono.1999. Filosofi Mutu dan          Penerapan    Prinsip-prinsip
     Manajemen Mutu Terpadu. IPB Bogor.

Suara Merdeka, 31 Desember 2011. Kolom pendidikan, hal 8.

Suhardan, H .Dadang ,(2006). Supervisi Bantuan Profesional,. Bandung. Mutiara
     Ilmu.

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,
     Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wijaya, David. 2008. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam
     Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur,
     No.10/Tahun ke-7, Juni 2008, hal. 84-94.

More Related Content

What's hot

IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...
IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...
IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 
Manajemen Pengembangan Kurikulum
Manajemen Pengembangan KurikulumManajemen Pengembangan Kurikulum
Manajemen Pengembangan Kurikulum
Igor Wijaya
 
Inisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolahInisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolah
Azman Adnan
 
Adm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikan
Adm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikanAdm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikan
Adm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikanujangjm
 
Kepemimpinan dan komponen mbs
Kepemimpinan dan komponen mbsKepemimpinan dan komponen mbs
Kepemimpinan dan komponen mbs
bagibagiilmu
 
Ejournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria ungin
Ejournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria unginEjournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria ungin
Ejournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria ungin
AGUS SETIYONO
 
Pp administrasi pendidikan siska pratiwi
Pp administrasi pendidikan siska pratiwiPp administrasi pendidikan siska pratiwi
Pp administrasi pendidikan siska pratiwiFirka Akha
 
Jurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIANJurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIAN
harjunode
 
Tugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikanTugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikanmhd_riski
 
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Hariyatunnisa Ahmad
 
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi KurikulumPermendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Abdul Hafifudin
 
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulumLampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulumAmrizal Ahmad
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5Irma Muthiara Sari
 

What's hot (15)

Kepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
Kepimpinan Kurikulum Bilik DarjahKepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
Kepimpinan Kurikulum Bilik Darjah
 
IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...
IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...
IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN KOLABORATIF DALAM SUPERVIS...
 
Manajemen Pengembangan Kurikulum
Manajemen Pengembangan KurikulumManajemen Pengembangan Kurikulum
Manajemen Pengembangan Kurikulum
 
Inisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolahInisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolah
 
Adm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikan
Adm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikanAdm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikan
Adm pendidikan ke 12 peran dan fungsi kepsek sbg administratur pendidikan
 
Kepemimpinan dan komponen mbs
Kepemimpinan dan komponen mbsKepemimpinan dan komponen mbs
Kepemimpinan dan komponen mbs
 
Ejournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria ungin
Ejournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria unginEjournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria ungin
Ejournal 1 studi tentang kualitas tenaga pengajar_maria ungin
 
Pp administrasi pendidikan siska pratiwi
Pp administrasi pendidikan siska pratiwiPp administrasi pendidikan siska pratiwi
Pp administrasi pendidikan siska pratiwi
 
Jurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIANJurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIAN
 
Tugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikanTugas supervisi pendidikan
Tugas supervisi pendidikan
 
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
 
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi KurikulumPermendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
 
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulumLampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran5
 
Resensi buku
Resensi bukuResensi buku
Resensi buku
 

Viewers also liked

GERAK DAN TUBUH
GERAK DAN TUBUHGERAK DAN TUBUH
GERAK DAN TUBUH
meldut
 
Lembaga dan Organisasi Petani
Lembaga dan Organisasi PetaniLembaga dan Organisasi Petani
Lembaga dan Organisasi Petani
Syahyuti Si-Buyuang
 
Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)
Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)
Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)Tawon Selalue
 
critical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahcritical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiah
Hasunah
 
Critical Review Jurnal Variance Analysis and Performance Evaluation
Critical Review Jurnal Variance Analysis and Performance EvaluationCritical Review Jurnal Variance Analysis and Performance Evaluation
Critical Review Jurnal Variance Analysis and Performance Evaluation
Citra Dewi
 
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas
Berbagai pendekatan pengelolaan kelasBerbagai pendekatan pengelolaan kelas
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas
Tarie Loebis
 
critical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahcritical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiah
Hasunah
 
Populasi dan sampel irma
Populasi dan sampel irmaPopulasi dan sampel irma
Populasi dan sampel irma
Tarie Loebis
 
Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada hubungan antara Total Quality ...
Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada  hubungan antara Total Quality ...Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada  hubungan antara Total Quality ...
Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada hubungan antara Total Quality ...
Filino filino
 

Viewers also liked (10)

GERAK DAN TUBUH
GERAK DAN TUBUHGERAK DAN TUBUH
GERAK DAN TUBUH
 
Lembaga dan Organisasi Petani
Lembaga dan Organisasi PetaniLembaga dan Organisasi Petani
Lembaga dan Organisasi Petani
 
Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)
Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)
Rpp 7 geo mitigasi bencana (1)
 
critical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahcritical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiah
 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
 
Critical Review Jurnal Variance Analysis and Performance Evaluation
Critical Review Jurnal Variance Analysis and Performance EvaluationCritical Review Jurnal Variance Analysis and Performance Evaluation
Critical Review Jurnal Variance Analysis and Performance Evaluation
 
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas
Berbagai pendekatan pengelolaan kelasBerbagai pendekatan pengelolaan kelas
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas
 
critical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiahcritical review jurnal ilmiah
critical review jurnal ilmiah
 
Populasi dan sampel irma
Populasi dan sampel irmaPopulasi dan sampel irma
Populasi dan sampel irma
 
Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada hubungan antara Total Quality ...
Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada  hubungan antara Total Quality ...Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada  hubungan antara Total Quality ...
Efek intervensi kemampuan inovasi bisnis pada hubungan antara Total Quality ...
 

Similar to Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture

Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Joko Prasetiyo
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
ManajemenPendidikanI3
 
Sumber daya manusia
Sumber daya manusiaSumber daya manusia
Sumber daya manusia
SMKN 36 JAKARTA UTARA
 
KTSP 2008
KTSP 2008KTSP 2008
KTSP 2008
isa said
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
mahmudi moedy
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
Septian Muna Barakati
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyahManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
mahmudi moedy
 
TQM
TQMTQM
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istuti
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istutiManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istuti
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istuti
mahmudi moedy
 
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Joko Prasetiyo
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri noviana
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri novianaManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri noviana
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri noviana
mahmudi moedy
 
677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf
677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf
677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf
reifhahsan
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
Warnet Raha
 
Manajemen sekolah
Manajemen sekolahManajemen sekolah
Manajemen sekolah
Nawang Wulan
 
Manajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumroh
Manajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumrohManajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumroh
Manajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumroh
mahmudi moedy
 

Similar to Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture (20)

Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
 
Mutu3
Mutu3Mutu3
Mutu3
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
 
Sumber daya manusia
Sumber daya manusiaSumber daya manusia
Sumber daya manusia
 
KTSP 2008
KTSP 2008KTSP 2008
KTSP 2008
 
Rochmanu, e jrnal
Rochmanu, e  jrnalRochmanu, e  jrnal
Rochmanu, e jrnal
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
6. Penilaian
6. Penilaian6. Penilaian
6. Penilaian
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyahManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
 
TQM
TQMTQM
TQM
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istuti
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istutiManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istuti
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-istuti
 
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen) di SMK Negeri 1 Bin...
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri noviana
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri novianaManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri noviana
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- tri noviana
 
677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf
677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf
677-Article Text-2780-1-10-20181029.pdf
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
K13new
K13newK13new
K13new
 
Manajemen sekolah
Manajemen sekolahManajemen sekolah
Manajemen sekolah
 
Manajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumroh
Manajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumrohManajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumroh
Manajemen pendidikan-islam deden makbuloh-jumroh
 

More from Joko Prasetiyo

MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
Joko Prasetiyo
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
Joko Prasetiyo
 
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi KepriPendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Joko Prasetiyo
 
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau JawaTuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Joko Prasetiyo
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
Joko Prasetiyo
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
Joko Prasetiyo
 
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap KerjaPendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Joko Prasetiyo
 
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko PrasetiyoPresentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Joko Prasetiyo
 
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko PrasetiyoBest Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
Joko Prasetiyo
 
Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko PrasetiyoSummary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Joko Prasetiyo
 
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Joko Prasetiyo
 
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...
Joko Prasetiyo
 
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Joko Prasetiyo
 
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Joko Prasetiyo
 
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian KinerjaMembayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Joko Prasetiyo
 
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Joko Prasetiyo
 
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarTransparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Joko Prasetiyo
 
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Joko Prasetiyo
 
The 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective PeopleThe 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective People
Joko Prasetiyo
 
ISO 9000
ISO 9000ISO 9000
ISO 9000
Joko Prasetiyo
 

More from Joko Prasetiyo (20)

MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi KepriPendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
Pendidikan Berkualitas, Kunci Sukses Pembangunan di Provinsi Kepri
 
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau JawaTuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
Tuntutlah Ilmu Sampai ke Pulau Jawa
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap KerjaPendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
Pendidikan Berbasis Life Skills, Mencetak Lulusan Siap Kerja
 
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko PrasetiyoPresentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
Presentasi Best Practice Guru tahun 2014- Joko Prasetiyo
 
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko PrasetiyoBest Practice Guru Berprestasi  SMK  tahun 2014  Joko Prasetiyo
Best Practice Guru Berprestasi SMK tahun 2014 Joko Prasetiyo
 
Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko PrasetiyoSummary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
Summary Tesis Six Sigma by Joko Prasetiyo
 
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran. Profil Organisasi Pembela...
 
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...
Critical review: A FRAMEWORK FOR APPLIYING SIX SIGMA IMPROVEMENT METHODOLOGY ...
 
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
 
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
Implementasi Project Work Dalam Pembelajaran Praktek Produktif
 
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian KinerjaMembayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
Membayar Gaji Guru Sesuai Pencapaian Kinerja
 
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
Ketidakjujuran dalam Pelaksanaan Ujian Nasional: Tinjauan dari Sudut Pandang ...
 
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarTransparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
 
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
 
The 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective PeopleThe 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective People
 
ISO 9000
ISO 9000ISO 9000
ISO 9000
 

Recently uploaded

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 

Recently uploaded (20)

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 

Critical Review: An Organizational Learning Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture

  • 1. ! !" # $%! %&'&'! '!(') * *!'$% ('+ & ( )',% $ &*! - . #, *( " $ / 0 )$%" #, *( %1( ! $ MAGISTER MANAJEMEN MANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012
  • 2. DAFTAR ISI Halaman Judul ………………………………………………………..…… i Daftar Isi …………………………………………………………….…… ii Daftar Gambar ……………………………………………………………. iii Executive Summary ……………………………………………………….. 1 Major and Minor Issuess ……………………………………………….… 2 Theoritical Findings ……………………………………………………… 7 Final Opinion …………………………………………………………. 14 Kesimpulan ………………………………………………………….……. 23 Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 24
  • 3. Critical Review An Organizational Learning Model for Vocational Education In The Context of TQM Culture 1. EXECUTIVE SUMMARY Abstrak Total Quality Management (TQM) memerlukan perubahan budaya (Sallis, Edward, 1993). Perubahan budaya ini sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Tujuan dari makalah hasil penelitian oleh Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S ini adalah mencoba untuk membangun hubungan antara Organizational Learning Capability (OLC) dan TQM Culture (TC) didasarkan pada studi kasus kejuruan terkemuka institusi pendidikan dari Hong Kong, dan untuk mengembangkan model pembelajaran transformasi organisasi untuk pendidikan kejuruan dalam konteks budaya Total Quality Management (TQM). Desain/metodologi/pendekatan - Keterkaitan antara OLC dan konstruksi TC didirikan dan dikonfirmasi secara statistik dengan survei kuesioner terstruktur. Kunci TC konstruksi tersebut kemudian diidentifikasi dan diprioritaskan menggunakan Analytic Hierarchy Process (PHA) berbasis wawancara, kelompok fokus, dan studi etnografi buntuk merumuskan budaya TQM transformasi model empiris berbasis OL untuk pendidikan kejuruan. Akhirnya, validitas dan efektivitas model yang diverifikasi melalui kasus implementasi aktual. Temuan - Korelasi positif yang kuat ditemukan antara OLC dan konstruksi TC, sementara berbagi visi, fokus jangka panjang, dan keterlibatan guru diidentifikasi sebagai konstruksi TC kunci yang dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap OLC dalam pendidikan kejuruan. Hal ini juga menegaskan bahwa orientasi aturan melarang penciptaan budaya TQM, sementara kepemimpinan inovatif tidak memelihara pembentukannya. Sebuah TQM budaya empiris berbasis OL model transformasi untuk pendidikan kejuruan dirumuskan dan kemudian diuji melalui kasus implementasi. Hasilnya menunjukkan bahwa model tersebut dapat efektif memfasilitasi transisi dari sebuah lembaga pendidikan tradisional kejuruan terhadap pembelajaran yang organisasi untuk keunggulan organisasi. Orisinalitas/ nilai - Meskipun perkembangan evolusi dan teori untuk mendukung TQM dan Organizational Learning (OL) adalah berbeda, mereka tampaknya memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka miliki dalam kekhasan. Namun, ada sinergi sedikit dikembangkan antara kedua bidang sejauh ini baik dalam akademisi dan industri. Makalah ini menetapkan secara teori informasi dan statistik dikonfirmasi organisasi belajar model transformasi untuk pendidikan kejuruan dalam konteks budaya TQM. Dari hasil penelitian tentang implementasi TQM culture di pendidikan/sekolah kejuruan di Hong Kong di atas penulis mencoba mengkaji secara teoritis bagaimana model TQM tersebut di atas jika diterapkan di sekolah kejuruan di Indonesia dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada pada sekolah di Indonesia. Bagaimana peranan guru, kepala sekolah, pengawas sekolah serta semua stakeholder sekolah dalam mengimplementasikan TQM. Kata kunci: Total Quality Manajemen, Organizational Learning Capability, TQM Culture, Pendidikan.
  • 4. 2. MAJOR AND MINOR ISSUESS 2.1 Pendahuluan Mutu sebuah produk termasuk juga produk yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tentunya tidak lepas dari quality control atau penjaminan mutu terhadap lulusan yang dihasilkan, quality control memiliki peranan yang penting dan strategis dalam penjaminan mutu pendidikan. Salah satu masalah utama di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada pendidikan dasar dan menengah (Wijaya, David, 2008:85). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu pengembangan muatan kurikulum nasional dan lokal, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan perbaikan sarana prasarana sekolah, serta peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah, namun demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti, sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang menggembirakan, namun sebagian sekolah lainnya masih memprihatinkan. Mutu pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini juga sering disoroti, dikritik dan dijadikan sebagai kambing hitam. Seperti yang dimuat dalam harian Suara Merdeka tanggal 31 Desember 2011 pada kolom pendidikan hal 8, disebutkan bahwa: “Dunia pendidikan Indonesia mendapat sorotan tajam, sebagian pun menyudutkan sebagai kambing hitam, karena gagal memainkan peran penting sebagai pembentuk sumber daya manusia bermartabat dan berkualitas. Pendidikan
  • 5. dinilai salah arah melahirkan mental korup, tidak jujur, tidak mau bekerja keras, dan suka menerabas untuk memenuhi hasrat dan materialism”. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia di suatu negara, tentunya sudah seharusnya juga perlu ditingkatkan mutu pendidikan di negara tersebut dengan menerapkan standar dalam menyelenggarakan pendidikannya. Setiap penyelenggara pendidikan berkewajiban menetapkan kriteria minimal pada berbagai komponen strategis agar memenuhi standar mutu minimal sebagai modal dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Upaya meningkatkan mutu pendidikan itu tidaklah mudah, dalam meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan rancangan tentang apa yang hendak ditingkatkan, memilih bagian yang perlu ditingkatkan, dan menghasilkan output yang paling unggul di antara sekolah-sekolah yang ada. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan memerlukan komitmen yang tinggi dari segenap komponen yang menjadi penggerak sekolah tersebut. Dalam mewujudkan mutu pendidikan yang baik, tentunya memerlukan waktu, proses dan kerja keras untuk mewujudkannya. Tiap langkah dalam mewujudkan mutu pendidikan yang baik di sekolah memerlukan disiplin bersama, tanggung jawab bersama, dan komitmen bersama. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, merupakan standar minimal yang perlunya disusun dan dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan, yang meliputi : (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian. Dalam konteks manajemen mutu,
  • 6. Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 ini merupakan bagian dari penerapan manajemen mutu yang mengimplementasikannya melalui perangkat- perangkat seperti perencanaan mutu (quality planning), pengendalian mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan peningkatan mutu (quality improvement). Tanggung jawab manajemen mutu terdapat pada semua tingkatan manajemen dan implementasinya melibatkan semua orang pada semua unit dalam organisasi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota/kabupaten dan pada organisasi satuan tingkat pendidikan/sekolah. Perencanaan mutu (quality planning) dalam konteks sekolah tentunya adalah pemenuhan akan kebijakan mutu tentang 8 standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, sasaran dari program sekolah adalah pencapaian dari 8 standar minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sementara itu dalam melaksanankan pengendalian mutu (quality control) dalam PP No.19 tahun 2005 dijelaskan bahwa dalam rangka pengendalian mutu akan dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat provinsi, pemerintah daerah tingkat kota/kabupaten, tingkat satuan pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), dan Badan Akreditasi Nasional (BAN). Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 juga menjelaskan tentang penjaminan mutu pendidikan. Proses penjaminan mutu (quality assurance) dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang akan dan telah dicapai dan menentukan prioritas-prioritas peningkatan mutu, memberikan data untuk pengambilan keputusan berbasis data, dan membantu membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan melalui pemenuhan 8 standar pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang
  • 7. berkepentingan memperoleh kepuasan. Penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. 2.3 Isu-isu Utama Total Quality Management di Pendidikan. Salah satu masalah utama pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan, namun demikian dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan masalah di atas, berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Dari berbagai pengamatan dan analisis, menurut Wijaya, David (2008:85) ada tiga faktor penyebab mutu pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara merata, faktor tersebut antara lain: (1) Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan menggunakan pola birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai pengelola pendidikan yang sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah setempat. (2) Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini menggunakan pendekatan education production function atau analisis input-output yang tidak dilakukan secara konsekuen sehingga menempatkan sekolah sebagai pusat produksi yang jika dipenuhi semua input yang diperlukan dalam
  • 8. proses produksi tersebut, maka sekolah akan menghasilkan output yang dikehendaki. (3) Peran serta guru dan masyarakat, terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka tentunya dibutuhkan upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan otonomi sekolah melalui penerapan Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) di lingkungan sekolah. Masalah-masalah lain terkait dengan implementasi TQM di pendidikan menurut Sallis (1993:89-92) antara lain: (1) TQM adalah sebuah kerja keras. Untuk mengembangkan sebuah budaya mutu, diperlukan waktu. Kerja keras dan waktu adalah dua hal penting yang harus diperhatikan, karena jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka mekanisme kerja mutu akan terhambat. (2) TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap institusi, karena tidak menutup kemungkinan manajemen senior sendiri bisa menjadi problem. Mereka bisa mengharapkan hasil positif yang dihasilkan TQM, namun tidak mau memberikan dukungan sepenuh hati yang diperlukan. (3) Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah organisasi dalam menerapkan TQM. Walaupun program-program mutu disampaikan dengan publikasi besar-besaran, seringkali program-program tersebut tergilas oleh inisiatif lain. (4) Masalah utama dalam penerapan TQMyang sering dialami oleh banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh manajemen menengah. Para
  • 9. staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekuensi pemberdayaan juga bisa menghalangi mutu. Mereka kadangkala cenderung suka terhadap hal- hal yang bersifat statis. 3. TEORETICAL FINDING 3.1 Pengertian, Tujuan dan Unsur Utama TQM Menurut Salis (1993) TQM adalah sebagai suatu filosofi dan suatu metodologi untuk membantu mengelola perubahan, dan inti dari TQM adala perubahan budaya dari pelakunya. Lebih lanjut ditegaskan bahwa TQM adalah suatu prosedur dimana setiap orang berusaha keras secara terus menerus memperbaiki jalan menuju sukses. TQM bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku, tetapi merupakan prosesproses dan prosedur-prosedur untuk memperbaiki kinerja. Crosby (1978) berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, dan dokter yang ahli. Ia juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang dalam proses organisasi. Pendekatan Crosby merupakan proses top-down. Deming (1986) berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan Kaizen pada perusahaan Toyota. Pendekatan Deming merupakan proses bottom-up. Tujuan utama TQM adalah meningkatkan mutu pekerjaan, memperbaiki produktivitas dan efisiensi. TQM sebagai suatu prosedur untuk mencapai kesuksesan, dinilai berhasil manakala mutu dari suatu pekerjaan meningkat lebih baik kualitasnya dari sebelumnya, produktivitasnya tinggi yang ditunjukkan dengan hasil kerja berupa produk/jasa lebih bayak jumlahnya dari sebelumnya,
  • 10. dan lebih efisien yang bisa diartikan lebih murah biaya produksinya atau input lebih kecil daripada outputnya. Ada lima unsur utama dalam penerapan TQM, yaitu: (1) berfokus pada pelanggan, (2) perbaikan pada proses secara sistematik, (3) pemikiran jangka panjang, (4) pengembangan sumberdaya manusia, dan (5) komitmen pada mutu (Slamet,1999). Manajemen mutu terpadu (TQM) berfokus pada pelanggan. Pelanggan adalah sosok yang dilayani. Perhatian dipusatkan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan. Untuk ini setiap yang akan melaksanakan TQM harus mengetahui ciri-ciri pelanggan-pelanggannya, dan karena itu maka harus mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan harapan pelanggan tersebut agar bisa memuaskannya. Produk/jasa yang dibuat atau diberikan haruslah bertumpu pada pelanggan. 3.2 Sistem Manajemen dan Penjaminan Mutu Pendidikan Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan pendekatan manajemen untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu semua komponen terkait (terpadu), diantara peserta didik, pendidik, kurikulum, PBM, dana, dan masyarakat. Manajemen mutu terpadu perlu diterapkan secara konsisten dalam pendidikan untuk menampilkan layanan pendidikan yang unggul dalam hal mutu, kompetitif terhadap sektor lain, dan iklim kompetitif yang perlu dihidupkan diantara institusi pendidikan (Syafaruddin, 2002). Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan berkelanjutan) dan quality improvement (perbaikan mutu). Oleh karena itu manajemen mutu terpadu
  • 11. merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan eksternal suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan. Pendapat Joseph C. Field yang dikutip Syafaruddin (2002) menyatakan bahwa untuk menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan ada sepuluh langkah yang harus dilalui, yaitu : (1) mempelajari dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh; (2) memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus; (3) menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu; (4) membangun sistem mutu terpadu; (5) mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja; (6) mempelajari teknik untuk mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikannya tindakan koreksi dengan menggunakan teknik dan alat manajemen mutu terpadu; (7) memilih dan menetapkan pilot project untuk aplikasikan; (8) menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan keberhasilannya; (9) menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pimpinan yang akan menggunakannya; dan (10) memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas. Arcaro (1995:72) mengembangkan konsep roda implementasi TQM dalam dunia pendidikan yang berisi 8 (delapan) unsur yakni: (1) Strategic Planning; (2) Communication; (3) Program measurements; (4) Conflict management; (5) Program Selection; (6) Program implementation; (7) Program validation; dan (8) Standards. Dengan menerapkan delapan unsur itu dalam dunia pendidikan dapat diperoleh dua manfaat yaitu (1) pendidikan selalu dapat menyesuaikan dengan
  • 12. tuntutan pengguna sehingga dukungan untuk perbaikan mutu tidak akan menemui kesulitan yng berarti; (2) Ukuran keberhasilan dapat ditentukan sehingga memudahkan pengukuran dan evaluasi tingkat keberhasilan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Paradigma baru sistem manajemen pendidikan yang berorientasi mutu mengenal empat buah prinsip, yaitu (1) prinsip otonomi; (2) prinsip evaluasi; (3) prinsip akuntabilitas, dan (4) prinsip akreditasi. Paradigma baru sistem pendidikan tersebut dapat digunakan untuk semua lapis otoritas satuan pendidikan, seperti wewenang untuk self regulation pada prinsip otonomi dapat diterapkan pada lapis organisasi institusi satuan sekolah dan kelas. Namun harus selalu diingat bahwa dibalik otonomi ada akuntabilitas, dan penilaian kualitas dalam bentuk akreditasi. Akuntabilitas dalam self regulation ini mengisyaratkan tugas untuk melakukan perencanaan terhadap peningkatan kualitas secara berkelanjutan. 3.3 Organizational Learning Capability (OLC) dan TQM Culture (TC) Pendidikan kejuruan telah dilindungi dari ancaman eksternal dan terisolasi dari diktat konsumen di masa lalu. Sayangnya situasi ini telah berubah, Pendidikan Kejuruan saat ini menghadapi kompetisi yang meningkat, dana berkurang, berbagai reformasi pendidikan, dan ditambah dengan tuntutan yang lebih besar untuk akuntabilitas dari para stakeholder pemerintah dan lainnya (Lam, M.Y, et al, 2008). Mengikuti tren universal, banyak lembaga pendidikan kejuruan lokal sudah mulai menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam satu atau lebih bentuk sehingga untuk meningkatkan efektivitas organisasi mereka dan untuk memberikan kualitas pendidikan. Pada menghadapi perubahan yang cepat
  • 13. baru dan berbagai pendidikan reformasi, pendidikan kejuruan telah menyadari pentingnya fleksibilitas, kewirausahaan, dan inovasi. Karena Organizational Learning (OL) berfokus pada organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, belajar dari masa lalu, mengantisipasi dan merespon ancaman, dan terus meningkatkan dan berinovasi untuk membangun sebuah masa depan yang diinginkan, ia mulai meresap ke dalam pendidikan kejuruan lokal. Gambar 1. Budaya Empiris TQM Berbasis Organizational Learning Transformasi Model untuk Organisasi Pendidikan Kejuruan Tradisional. Sumber: Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S (2007:249) Hubungan kausal atau pemetaan antara budaya TQM empiris berdasarkan Organizational Learning Transformation Model dan agenda perubahan Leithwood yang dijelaskan pada Gambar 2 di bawah ini.
  • 14. Gambar 2. Pemetaan antara Budaya TQM Empiris Berbasis OL Model Transformasi dan Leithwood Change Agenda. Sumber: Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S (2007:249) Perkembangan evolusi dan teori untuk mendukung TQM dan Organizational Learning adalah berbeda tetapi mereka tampaknya memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka miliki dalam kekhasan. Namun, ada sinergi sedikit berkembang begitu jauh antara kedua bidang baik dalam penelitian akademik dan aplikasi industri. Hal ini mungkin karena fakta bahwa kedua akademisi dan industri yang mengambil pandangan yang terpolarisasi membatasi TQM dan OL, dan karenanya tidak mendapatkan manfaat yang menghubungkan keduanya (McAdam et al., 1998). Goetsch dan Davis (2000) mendefinisikan budaya TQM sebagai suatu sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk pembentukan dan terus-menerus peningkatan kualitas. Ini terdiri dari nilai-nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang mempromosikan kualitas. Banyak literatur mengkonfirmasi bahwa budaya kualitas untuk TQM atau budaya TQM menentukan efektivitas implementasi TQM dan organisasi kinerja.
  • 15. Gambar 3. Change Agenda for TQM Culture Change Programme. Sumber: Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S (2007:250) Detert dkk. (2003) melakukan studi rinci dan telah mengidentifikasi sembilan konstruksi budaya TQM untuk sektor pendidikan, yaitu: (1) Visi bersama: sebuah tujuan visi bersama dan dibagi di antara anggota staff yang penting untuk keberhasilan sekolah. (2) Fokus pada pelanggan: kebutuhan pendidikan harus ditentukan terutama oleh stakeholder yang relevan daripada oleh para ahli pendidikan saja. (3) Fokus Jangka Panjang : meningkatkan pendidikan membutuhkan komitmen jangka panjang dan pemenuhan tujuan jangka panjang. (4) Perbaikan berkelanjutan: sekolah harus berusaha untuk melakukan perubahan terus menerus untuk meningkatkan pendidikan.
  • 16. (5) Keterlibatan guru : guru harus aktif dalam meningkatkan operasional sekolah secara keseluruhan. (6) Kolaborasi: kolaborasi antara berbagai departemen / unit diperlukan untuk sebuah sekolah yang efektif. (7) Pengambilan keputusan berdasarkan data : pembuatan keputusan harus bergantung pada informasi faktual. (8) Kepemilikan Sistem / fokus : masalah kualitas terutama disebabkan oleh kurangnya sistem dan proses, bukan oleh guru, penekanan pada proses kepemilikan. (9) Kualitas dengan biaya yang sama: kualitas dapat ditingkatkan dengan sumber daya yang ada. 4. FINAL OPINION 4.1 Penerapan Prinsip-Prinsip TQM Dalam Pendidikan Kejuruan Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Mereka yang belajar tersebut bisa merupakan pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah
  • 17. maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers). Selain itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/guru/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para para guru/guru/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas mereka diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut di atas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan. Menurut Mufidah, L.N. (2009:94) Aktualisasi TQM dalam lembaga pendidikan didasarkan pada lima kunci, yaitu: (1) visi (vision), (2) strategi dan tujuan (strategy and goals), (3) tim (team), (4) alat (tools), (5) three Cs of TQM yang meliputi: a). budaya (culture), b). komitmen (commitment), c). komunikasi (communication). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
  • 18. Gambar 4. Aktualisasi TQM dalam Lembaga Pendidikan Sumber: Mufidah, L.N (2009: 95) Mayer, D.P., et al. (2000) mengatakan bahwa: “ mutu sekolah mempengaruhi pengetahuan siswa melalui pelatihan dan talenta dari tenaga guru, apakah berlangsung di dalam ruang kelas, serta seluruh budaya dan atmosfir sekolah”. Pada ketiga bidang ini ada 13 indikator mutu sekolah yang berkaitan dengan pengetahuan siswa yang digambarkan di bawah ini: Gambar 5. Indikator-indikator untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Pengetahuan Siswa. Sumber: Wijaya, David (2008:87) Sebagai contoh dari penerapan 14 prinsip-prinsip pencapaian mutu Edward Deming, kita bisa mengaplikasikan sekolah kejuruan. Uraian tentang penerapan prinsip-prinsip tersebut di lembaga pendidikan/sekolah (Slamet, 1999), dapat meliputi hal-hal berikut:
  • 19. (1) Untuk menjadi sekolah yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa sekolah kita adalah bermutu harus diraih. (2) Sekolah yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh sekolah tersebut. (3) Perhatian sekolah selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan: siswa, masyarakat, industri, pemerintahan dan lainnya, sehingga mereka puas karenanya. (4) Dalam sekolah yang bermutu tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur didalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan. (5) Diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu. (6) Semua karya sekolah (pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi dll.) selalu diorientasikan pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua karya yang tidak bermutu ditolak atau dihindari. (7) Ada upaya perbaikan mutu sekolah secara berkelanjutan. Untuk ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (8) Segala keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan pendidikan/pengajaran selalau didasarkan data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksananannya.
  • 20. (9) Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan. (10) Hendaknya pekerjaan di sekolah jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu, karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di sekolah harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. (11) Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di sekolah perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak maka prosedur tersebut perlu diubah dengan yang lebih baik. (12) Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu kerja dan hasilnya. Guru-guru dan karyawan administrasi mencoba cara-cara kerja baru dan jika mereka berhasil diberikan pengakuan dan penghargaan. (13) Perbaikan prosedur antar fungsi di sekolah sebagai bentuk kerjasama harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain. (14) Tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa untuk mereview proses belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki pendidikan/pengajaran yang bemutu. Pertemuan dengan orang tua siswa, pertemuan dengan tokoh masyarakat, dengan alumni, pemerintah daerah, pengusaha dan donatur sekolah dapat dilakukan oleh penyelenggara sekolah. Pendek kata, hendaknya semua unsur yang berkepentingan dengan sekolah dapat berpartisipasi ikut mengembangkan sekolah mencapai mutu yang baik. Berdasarkan hal-hal diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa pada intinya mutu pendidikan merupakan akumulasi dari semua mutu jasa pelayan yang ada di
  • 21. lembaga pendidikan yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu terpadu”. Dasar-dasar penerapan TQM di Sekolah Kejuruan adalah sebagai upaya peningkatan kualitas dalam pelayanan, peningkatan kualitas lulusan, dan penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), target dalam penerapan TQM meliputi: (a) tersertifikasi ISO, (b) pembelajaran dengan menggunakan konsep Internet, Technology and Computer (ITC), (c) perpustakaan sekolah dengan menggunakan konsep digital, (d) setiap siswa mampu bersaing di tingkat internasional dengan menggunakan acuan tes curriculum Cambridge. Penerapan TQM terhadap empowering (pemberdayaan) Sumber Daya Manusia (SDM) menuju SBI merupakan sebuah usaha untuk menjaga dan meningkatkan mutu, serta untuk pemenuhan penerapan program SBI. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh sekolah dalam penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap empowering SDM menuju Sekolah Bertaraf Internasional, antara lain: (a) lulusan yang berkualitas, (b) pelayanan yang cepat, tepat, dan akuntabel, (c) kemudahan akses informasi, (d) transparansi pendanaan, (e) efektif dalam pembiayaan. Model peningkatan TQM terhadap empowering SDM menuju SBI, yaitu: (a) manual mutu, (b) pengendalian dokumen, (c) penataan ruang lingkup manajemen mutu.
  • 22. 4.2 Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. Adapun bentuk dari revitalisasi peran pengawas sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan menuju Total Quality Management di sekolah menurut Prasetiyo (2012:13-15) adalah sebagai berikut: Rekrutmen pengawas harus sesuai dengan Permendiknas No.12 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005. Perlunya adanya pembenahan ulang dalam wilayah kerja binaan pengawas sekolah karena yang ada saat ini terlalu banyak. Pemerintah pusat harus mendahulukan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dibandingkan para kepala sekolah dan guru. Pemerintah daerah/dinas pendidikan kabupaten/kota harus merumuskan dan membuat kebijakan yang seragam tentang proses pengawasan yang dilakukan di sekolah. Pengawas diberikan kewenangan dalam menyeleksi calon kepala sekolah dan melakukan proyek pelatihan dan pengembangan bagi guru-guru, serta menilai kinerja guru dan kepala sekolah selanjutnya direkomendasikan dalam peningkatan karirnya. Disediakan dana operasional dan tunjangan yang memadai bagi pengawas sekolah dalam menjalankan tugas-tugasnya. Perlu adanya kebijakan tentang penghargaan dan hukuman yang tegas dari pemerintah daerah terhadap kinerja para pengawas. Hal ini dilakukan agar proses kegiatan pengawasan berjalan dengan baik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
  • 23. 4.3 Hambatan-Hambatan dan Solusi Implementasi TQM di Sekolah Kejuruan di Indonesia. Implementasi budaya TQM hasil penelitian oleh Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S untuk membangun hubungan antara Organizational Learning Capability (OLC) dan TQM Culture (TC) didasarkan pada studi kasus kejuruan terkemuka institusi pendidikan dari Hong Kong, belum tentu bisa diterapkan di Indonesia, karena adanya perbedaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat Hong Kong, di samping itu dukungan stake holder pendidikan juga berbeda. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi budaya dan tingkat kemajuan pendidikan serta kesiapan sarana dan prasarana pendukung yang ada di Indonesia. TQM merupakan pendekatan yang sudah lama diimplementasikan di dunia bisnis, namun relatif baru diadopsi di dunia pendidikan. TQM memerlukan perubahan atas paradigma manajemen konvensional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan dan pelatihan-pelatihan. Adapun hambatan-hambatan yang kemungkinan dijumpai dalam implementasi TQM di sekolah adalah : Lambannya kontribusi supplier (pemasok), baik guru maupun staf tata usaha dan siswa, misalnya dalam penyerahkan nilai siswa oleh guru mata pelajaran, dan rekap nilai oleh bagian administrasi/ tata usaha. Lambannya penyerahan daftar nilai dan daftar kehadiran siswa dari guru mata diklat dari guru dan dari jurusan/program keahlian. Adanya kesenjangan bila program keahlian lain tidak menerapkan TQM. Suasana kantor yang kurang nyaman, misalnya siswa bebas keluar masuk di ruang kantor dan ruang administrasi sekolah.
  • 24. Aturan yang diterapkan oleh guru terkadang bertentangan dengan aturan sekolah. Adanya keragu-raguan staf tata usaha dan karyawan dalam menerima konsep dan implementasi TQM. Sebab-sebab umum kegagalan penerapan TQM di dunia pendidikan menurut Sallis (1993) antara lain mencakup: desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Sementara sebab-sebab khusus kegagalan sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi dan kesalahpahaman. Kendala-kendala yang dihadapi Kepala Sekolah pada Sekolah Kejuruan dalam penerapan TQM terhadap empowering SDM menuju SBI adalah: (a) rendahnya kemauan studi S2, (b) penguasaan Bahasa Inggris yang lemah, (c) biaya pengelolaan SBI yang tinggi, Strategi pemecahannya adalah: (a) subsidi untuk melanjutkan studi S2 sebesar 50% dari total biaya, (b) kursus dan pelatihan Bahasa Inggris, (c) pengajuan program hibah/block grand. Sallis (1993) mengemukakan langkah-langkah penting dan sederhana dalam mengimplementasikan TQM di pendidikan antara lain: (1) kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus dari pimpinan, (2) kepuasan pelanggan adalah tujuan TQM, (3) menunjuk fasilitator mutu, (4) membentuk kelompok pengendali mutu, (5) menunjuk coordinator mutu, (6) mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program, (7) menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada, (8) menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain, (9)
  • 25. mempekerjakan konsultan eksternal, (9) memprakarsai pelatihan mutu dari para staf, (10) mengkomunikasikan pesan mutu, (11) mengukur biaya mutu, (12) mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif, (13) mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh Sallis di atas dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengimplementasikan TQM di dunia pendidikan/ sekolah, serta mengatasi kemungkinan masalah-masalah yang akan terjadi. 5. KESIMPULAN Mutu sebuah produk termasuk juga produk yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tentunya tidak lepas dari quality control atau penjaminan mutu terhadap lulusan yang dihasilkan, quality control memiliki peranan yang penting dan strategis dalam penjaminan mutu pendidikan. Hasil yang diharapkan dari implementasi TQM di pendidikan kejuruan tidaklah semudah membalik tangan, melainkan perlu waktu yang panjang. Implementasi TQM menuntut perubahan dan perombakan fundamental atas budaya yang selama ini berjalan, karena menyangkut salah satu unsur pokok, yaitu manusia yang sering/sudah terkondisi dengan kerja individual dan sering menunda-nunda pekerjaan. TQM akan berhasil dengan baik apabila didukung oleh seluruh stakeholder pendidikan. Total Quality Management (TQM) memerlukan perubahan budaya. Perubahan budaya ini sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Bagaimanapun juga perubahan budaya tidak hanya bicara tentang mengubah perilaku orang, tetapi juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan sebuah institusi.
  • 26. Daftar Pustaka Alma, Buchari, at.al. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. Arcaro, J.S. 1995. Quality in Education: An Implementation Handbook. Florida: St Lucie Press. Crosby, Philip B. 1978. Quality is free: the art of making quality certain. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Deming, W. Edwards. 1986. Out of the Crisis. Cambridge: Cambridge University Press. Goetsch, D. and Davis, S. 2000. Quality Management: Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Services. Prentice Hall, Englewood Clifffs, NJ. Lam, M.Y., Poon, G.K.K, and Chin, K.S. 2008. An Organizational Learning Model for Vocational Education in The Context of TQM Culture. International Journal of Quality and Reliability Management, Vol. 25 No. 3, 2008, p 238-255. Mayer, D.P., et al. 2000. Monitoring School Quality: An Indicators Report. US: US Department of Education. Mc Adam, R., Leitch, C. and Harisson, R. 1998. The Link between Organizational Learning and Total Quality: A Critical Review. Journal of European Industrial Training, Vol. 22 No.2 pp. 8-11. Mufidah, L.N .2009. Aktualisasi TQM dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Tadris, Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009, halaman 91-105. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Prasetiyo, Joko. 2012. Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. Makalah Seminar Nasional “Peningkatan Profesionalisme Pengawas Sekolah” yang diselenggarakan di MM UGM Yogyakarta, 11 Januari 2012. Purwanto, M. Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
  • 27. Rifai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber daya manusia untuk Perusahaan, Jakarta, Murai Kencana. Rochman, Arif dan Wiyono, Giri (2008). Laporan Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Yogyakarta: Pusat Studi Kebijakan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Salis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Kogan Page London Slamet, Margono.1994. Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tinggi Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Slamet, Margono.1999. Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu. IPB Bogor. Suara Merdeka, 31 Desember 2011. Kolom pendidikan, hal 8. Suhardan, H .Dadang ,(2006). Supervisi Bantuan Profesional,. Bandung. Mutiara Ilmu. Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wijaya, David. 2008. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur, No.10/Tahun ke-7, Juni 2008, hal. 84-94.