1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk
membantu meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa agar bermanfaat bagi
kepentingan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai warga
masyarakat. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah, diantaranya dengan perbaikan proses pembelajaran.
Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses pembelajaran telah muncul
dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Guru sebagai pengajar menduduki posisi strategis dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. Guru dituntut untuk terus mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru dalam pembelajaran.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkan
dan mengembangkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam bidang
pelajaran tertentu termasuk PKn. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi
dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa
merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang
pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada
tanpa mereka sadari.
Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman penulis sebagai guru di
SD Negeri 18 Katobu, ditemukan kenyataan bahwa proses pembelajaran PKn
yang terjadi di kelas secara umum adalah proses pembelajaran masih berpusat
pada guru, sering kali dilakukan melalui metode ceramah dan siswa hanya
2. 2
duduk, menulis dan mendengarkan penjelasan yang dilakukan guru. Hasil
observasi terhadap pembelajaran PKn pada siswa kelas V SD Negeri 18
Katobu ditemukan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih
bersifat konvensional. Dalam pembelajaran tersebut sebagian besar kegiatan
siswa didasarkan rancangan, perintah dan tugas-tugas yang diberikan guru
sehingga hal ini mengakibatkan siswa belum dapat berpartipasi secara aktif
dalam pembelajaran, siswa bersifat menunggu dan menerima saja apa yang
diberikan guru sehingga kegiatan pembelajaran kurang bermakna dimana
kemampuan yang dimiliki siswa tidak dirangsang untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Pembelajaran PKn seperti yang diuraikan di atas berimplikasi pada
rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu pada mata
pelajaran PKn khususnya materi pokok NKRI. Hal ini ditunjukan dengan nilai
rata-rata ulangan harian pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 sebesar
63%. Nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 65%
(KKM dari sekolah).
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa, banyak cara yang dapat
ditempuh guna mewujudkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar antara lain
dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat, tentu dengan
mempertimbangkan kondisi-kondisi dalam kelas sehingga siswa dapat
menerima dan memahami materi pelajaran dengan baik. Kedudukan model
pembelajaran sangatlah penting, dengan model pembelajaran tertentu maka
siswa akan tertarik dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, tugas
3. 3
guru dalam menyampaikan materi akan lebih mudah dipahami, tujuan
pembelajaran dan indikator kualitas pendidikian dapat tercapai.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran adalah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe talking STICK dalam proses pembelajaran PKn. Melalui
metode ini siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena siswa
dapat mengamati benda atau obyek sesungguhnya dari suatu konsep, selain itu
siswa saling bekerja sama dan berdiskusi dengan temannya.
1. Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan persoalan pembelajaran PKn di kelas V SD Negeri
18 Katobu Kabupaten Muna, hasil observasi awal yang peneliti temukan di
kelas terungkap masalah yang terjadi dalam pembelajaran PKn yaitu: hasil
belajar dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran PKn tergolong
rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata ulangan harian pada
pelajaran PKn khususnya pada materi pokok pengertian NKRI sebesar 56%.
Nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 65%
(KKM dari sekolah).
2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksi dan diskusi dengan Supervisor 2 dapat
teridentifikasi bahwa salah satu faktor yang diduga penyebab masalah
rendahnya hasil belajar siswa di atas, yakni guru hanya menggunakan
metode ceramah dalam proses pembelajaran Pkn, sehingga siswa pasif
dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung
4. 4
monoton dan membosankan sehingga berimplikasi pada rendahnya hasil
belajar siswa.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sunendar (2005: 51) bahwa
pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher centered) hanya
melatih siswa untuk menghafal konsep sebanyak mungkin, tanpa melatih
siswa untuk berpikir kritis tentang bagaimana pengetahuan tersebut
diperoleh.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti
melakukan perbaikan pembelajaran dalam bentuk penelitian tindakan kelas
dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu yang
difokuskan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick.
3. Alternative dan Prioritas Pemecahan Masalah
Guru sebaiknya memahami suatu metode /strategi dan pendekatan,
sehingga motifasi belajar PKn siswa mengalami peningkatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu
Kabupaten Muna yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick pada materi pokok pengertian NKRI?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Pkn siswa kelas V SD Negeri 18
Katobu Kabupaten Muna yang diajar dengan menggunakan model
5. 5
pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada materi pokok pengertian
NKRI?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun tujuan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah:
1. Mendeskripsikan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu
Kabupaten Kolaka yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick pada materi pokok pengertian NKRI.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 18
Katobu Kabupaten Muna yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada materi pokok pengertian
NKRI.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Guru: dengan adanya pelaksanaan penelitian, guru dapat menguasai
berbagai model pembelajaran pada umumnya, sehingga dalam penyajian
materi selalu menarik dan mudah dimengerti.
2. Siswa: dengan metode dan teknik yang diberikan secara baik dan benar oleh
guru, maka siswa dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan tentang materi pembelajaran PKn.
6. 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Belajar-Mengajar
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan
mengajar akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu
penting sekali bagi setiap guru untuk memahami sebaik-baiknya tentang proses
belajar siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan sesuai bagi para siswa.
Menurut Hamalik (2001), belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behaviour through experience). Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses dari suatu kegiatan, dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan.
Sejalan dengan rumusan tersebut ada pula penafsiran lain tentang
belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dibandingkan dengan
pengertian yang pertama, maka jelas bahwa tujuan belajar itu prinsipnya sama,
yakni perubahan tingkah laku hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya.
Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-
pengalaman belajar.
7. 7
Menurut Sadiman (1984), belajar adalah suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih
bayi sampai ke liang lahat nanti. Salah satu tanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai sikap
(afektif).
Pembelajaran merupakan kegiatan yang memiliki perencanaan dan
bertujuan dalam pelaksanaannya pembelajaran harus menciptakan interaksi
antar dua arah yaitu antar siswa dan guru. Guru secara aktif mengajar kepada
siswa dan siswa pun secara aktif melakukan kegiatan belajar. Be1ajar pada
hakekatnya adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan harus dapat
diukur. Guru memiliki tugas untuk melihat bagaimana perubahan yang terjadi
pada diri siswa sebagai hasil mengajar yang ia lakukan (Zaenul dan Mulyana,
2005).
B. Model Pembelajaran
Secara terminologi, model pembelajaran dirtiakan sebagai acuan
konseptual yang digunakan sebagai satu rencana atau pola dengan menyusun
dan mengatur bahan pelajaran di kelas (Dahlan, 1984). Selanjutnya menurut
Syah (1995), model mengajar adalah kerangka mengajar yang dimanipulasi
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, yang lazimnya
dijadikan acuan perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi belajar. Menurut
Indrawati (2002), model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana
8. 8
mengajar yang memperlihatkan pola pengajaran tertentu dimana dalam pola
tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan siswa didalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkunagn yang menyebabkan terjadinya belajar pada
siswa. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud dalam model pembelajaran
terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan kegiatan guru dan siswa dan
dikenal dengan sintaksis dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit dibalik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang membedakan model
pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain. Sedangkan
menurut Soekamto (1993), model pembelajaran diartikan sebagai kerangka
konseptual, melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai
denah guru dalam merencanakan dan melaksanakamn kegiatan belajar
mengajar.
Pembelajaran yang didesain secara sistematis akan semakain bermakna
terhadap perkembangan intelektual peserta didik. Praktisi pendidikan
menganggap bahwa model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar akan menjadi lebih efektif jika didesain dan berorientasi pada
bagaimana memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh kondisi
belajar yang memadai dan berkembang sesuai kemampuan dan kegiatan
sendiri, tanpa ada intervensi dan tekanan apapun. Indrawati (2000) mengatakan
bahwa setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing
sesuai dengan acuan yang ditempatkan pada proses belajar mengajar. Model-
model pembelajaran tersebut memiliki unsur-unsur berikut: (a) sistematika
9. 9
langkah-langkah (sintak) yaitu memuat gambaran suatu model pembelajaran
yang diuraikan kedalam serangkaian kegiatan yang kongkrit didalam
menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik, (b) sistem sosial yang
dikembangkan yakni sesuatu yang menggambarkan fungsi atau peranan dan
hubungan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, (c) prinsip-prinsip
stimulant yaitu bagaimana seorang guru menghargai dan merespon siswa
dalam proses belajar mengajar, dan (d) sistem pendukung yakni segala sarana,
bahan, dan alat yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan suatu model
pembelajaran.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah suatu model
pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang
tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-
menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini,
guru, membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6
orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan
dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas. Secara lengkap
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick disajikan
pada Tabel 2.1 berikut
10. 10
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
No. Kegiatan Siswa dan Guru
1 Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada kelompok siswa untuk membaca
dan mempelajari materi pada buku pegangannya atau buku
paketnya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa
dalam kelompok tertentu, setelah itu guru memberi pertanyaan dan
siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya sampai sebagian besar kelompok siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
6. Guru memberikan kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
(http://learning-with-me.blogspot.com, 2006)
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, yaitu:
(1) menguji kesiapan siswa, (2) melatih membaca dan memahami dengan
cepat, dan (3) agar lebih giat belajar (belajar dahulu), sedangkan kelemahan
dari model pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah mambuat siswa
senam jantung.
D. Elemen-Elemen Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamanya
terdapat elemen-elemen yang saling berkaitan. Menurut Lie (2002: 62)
mengemukakan komponen-komponen dalam pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana dorongan
yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yag dimaksud dengan saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan positif menurut adanya interaksi promotif
11. 11
yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk
melahirkan hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat
dicapai melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling
ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan
bahan atau sumber, (4) saling ketergantungan peran, dan (5) saling
ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut pada siswa dapat saling bertatap muka,
mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga sesama
siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan pada siswa dapat saling
menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi, interaksi
semacam ini sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah
belajar dari sesamanya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok
agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan tiap anggota kelompok yang dapat memberikan
bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua
anggotanya.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
12. 12
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis,
tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi, tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa tidak hanya dapat
menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh tujuan dari guru
tetapi juga dari sesama siswa.
Hasil penelitian melalui metode mata analisis yang dilakukan oleh
Johnson dalam Alim (2004:9) menunjukkan adanya berbagai keunggulan
pembelajaran kooperatif atas pembelajaran komperatif maupun individualistik
sebagai berikut: (1) memudahkan siswa melakukan penyelesaian sosial, (2)
membangkitkan kegembiraan belajar yang sejati, (3) memungkinkan para
siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial,
dan pandangan, (4) menghindarkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian
atau keterasingan, (5) meningkatkan rasa saling percaya sesama manusia, (6)
meningkatkan keyakinan terhadap ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, norma atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan
orientasi tugas, (7) mengembangkan kesadaran bertanggungjawab dan saling
menjaga perasaan, (8) meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajar, (9) meningkatkan keterampilan hidup gotong-royong, (10)
meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru personal sekolah,
(11) meningkatkan siswa terhadap guru yang bukan hanya sebagai penunjang
13. 13
keberhasilan akademik tetapi juga perkembangan kepribadian yang sehat dan
terintegrasi, dan (12) meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang
bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.
E. Hasil Belajar
1. Defenisi hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami
siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil belajar
adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab
tertentu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sudjana
(2005) mengatakan bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan tujuan
instruksional dan pengalaman belajar yang dialami siswa; sebagaimana
dituangkan dalam bagan 2.1.
Bagan.2. 1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar dan Hasil
Belajar
14. 14
(Sudjana, 2005).
Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan
instruksional dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional
merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku yang diinginkan pada
diri siswa (Sudjana, 2005), sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa
yang dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi,
membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah
(Spears, dalam Sardiman, 2000).
Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan
klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni: knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni:
Hasil Belajar
Tujuan Instruksional
Pengalaman Belajar
b
a c
15. 15
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni: gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif (Sudjana, 2005).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman
belajar yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi
tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur
adalah perubahan pada tingkat kognitifnya saja.
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan faktor dari luar individu. Clark (dalam Sabri 2005) mendukung
hal tersebut dengan menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar (Nasution
dalam Djamarah, 2002) adalah:
16. 16
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Dalam
lingkunganlah siswa hidup dan berinteraksi. Lingkungan yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Lingkungan alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada dalam arti
lingkungan fisik. Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan
sekolah, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain.
2) Lingkungan sosial
Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi siswa sebagai
makhluk sosial, makhluk yang hidup bersama atau homo socius.
Sebagai anggota masyarakat, siswa tidak bisa melepaskan diri dari
ikatan sosial. Sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat tempat
siswa tinggal mengikat perilakunya untuk tunduk pada norma-norma
sosial, susila, dan hukum. Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia
menyapa guru dengan sedikit membungkukkan tubuh atau memberi
salam.
b) Faktor instrumental
Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang
hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat
kelengkapan atau instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis. Instrumen
dalam pendidikan dikelompokkan menjadi.
1) Kurikulum
17. 17
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berlangsung. Setiap guru harus mempelajari dan
menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan
jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti
tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
2) Program
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya
program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun
berdasarkan potensi sekolah yang tersedia; baik tenaga, finansial,
sarana, dan prasarana.
3) Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sebagai contoh,
gedung sekolah yang dibangun atas ruang kelas, ruang konseling,
laboratorium, auditorium, ruang OSIS akan memungkinkan untuk
pelaksanan berbagai program di sekolah tersebut. Fasilitas mengajar
merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus disediakan oleh
sekolah. Hal ini merupakan kebutuhan guru yang harus diperhatikan.
Guru harus memiliki buku pegangan, buku penunjang, serta alat
peraga yang sudah harus tersedia dan sewaktu-waktu dapat digunakan
sesuai dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fasilitas
mengajar sangat membantu guru dalam menunaikan tugas mengajar di
sekolah.
18. 18
4) Guru
Guru merupakan penyampai bahan ajar kepada siswa yang
membimbing siswa dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di
sekolah. Perbedaan karakter, kepribadian, cara mengajar yang berbeda
pada masing-masing guru, menghasilkan kontribusi yang berbeda
pada proses pembelajaran.
Sementara faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
adalah:
a. Fisiologis
Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan proses-proses yang
terjadi pada jasmaniah.
1. Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar individu. Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya
dari siswa dalam keadaan tidak lelah.
2. Kondisi panca indera
Merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera.
Kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan
merasa mempengaruhi hasil belajar. Anak yang memilki hambatan
pendengaran akan sulit menerima pelajaran apabila ia tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
b. Psikologis
19. 19
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang
berhubungan dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi
hasil belajar adalah:
1) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat.
2) Kecerdasan
Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa untuk
beradaptasi, menyelesaikan masalah dan belajar dari pengalaman
kehidupan. Kecerdasan dapat diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa
dengan nilai IQ yang tinggi umumnya mudah menerima pelajaran dan
hasil belajarnya cenderung baik.
3) Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang
masih perlu dilatih dan dikembangkan. Bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu.
4) Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu.
20. 20
5) Kemampuan kognitif
Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan
dengan pengetahuan, ingatan, pemahaman dan lain-lain.
Sedangkan Caroll (dalam Sabri, 2005), mengatakan bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar, b) waktu
yang tersedia untuk belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk
menjelaskan pelajaran, d) kualitas pengajaran, dan e) kemampuan individu.
Empat faktor (a, b, c, dan d) berkenaan dengan kemampuan individu dan
faktor d adalah faktor lingkungan.
3. Jenis-jenis hasil belajar
Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar dalam tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni:
1) Pengetahuan (knowledge)
Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe
hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang
berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran.
Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana
mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan
dalam membuat kalimat.
2) Pemahaman
21. 21
Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam
menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Mengulangulang menerapkannya pada situasi lama akan
beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.
4) Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan
kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
5) Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk
menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen
dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas.
6) Evaluasi
22. 22
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan
metode, dll.
b. Ranah afekif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial.
c. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.
4. Tes hasil belajar
Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang
harus dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai
aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subjek dalam
melakukan atau menjawab tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai
untuk merekam kemajuan siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes
ini disusun untuk mengukur sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu
sudah dikuasai oleh siswa, misalnya suatu unit ataupun bab tertentu dalam
buku pelajaran. Tes ini dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes mengenai
unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran
yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki
pengajaran dan tidak sematamata untuk memberi nilai (Gronlund, 1985).
23. 23
Tujuan tes ini adalah untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan
siswa belajar, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam proses belajar
mengajar.
Penelitian ini lebih ditekankan untuk melihat hasil belajar pada ranah
kognitif khususnya pengetahuan (knowledge) yang telah disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran Kurikulum 2006. Hal ini didasarkan pada waktu
pemberian tes hasil belajar yang singkat, yaitu selama 20 menit pada akhir
jam pelajaran biologi.
24. 24
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 18 Katobu Kabupaten
Muna dengan jumlah siswa 21 orang. Waktu perbaikan pembelajaran adalah
pada bulan oktober 2013. Mata pelajaran yang menjadi obyek perbaikan adalah
PKn.
B. Deskripsi Per Siklus
Pada prinsipnya langkah-langkah dalam perbaikan pembelajaran
dilakukan dalam bentuk PTK yang merupakan suatu daur atau siklus yang
terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi.
Setiap tahapan yang dilakukan dapat berulang kembali dan setiap tahapan
dapat terdiri dari atau didahului oleh beberapa langkah, dimana siklusnya dapat
digambarkan seperti gambar berikut:
Gambar 3.1. Siklus Pelaksanaan Penelitian.
Permasalahan
Alternatif Pemecahan
Rencana Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Refleksi
Observasi
Analisis Data
Berlapis Berulang
25. 25
Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan
a. Peneliti bersama dengan guru teman sejawat berdiskusi dan
mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di
sekolah, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick dalam pembelajaran PKn.
b. Peneliti membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
perbaikan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan tes hasil belajar.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam
pembelajaran PKn sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.
3. Observasi dan evaluasi
Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak tindakan terhadap proses dan
dampak terhadap hasil.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk menganalisa data pada setiap akhir
siklus. Kegiatan pada tahap ini mencakup kegiatan analisis dan interpretasi
atas informasi atau hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi
26. 26
dilakukan terhadap seluruh hasil observasi untuk menentukan tindakan pada
tahap berikutnya. Dalam setiap siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran
peneliti diamati oleh teman sejawat bernama Nasir, S.Pd.MM.Pd., dengan
menggunakan lembar observasi
C. Indikator Kinerja
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan dalam penelitian
ini adalah 65. Merujuk pada KKM tersebut, maka indikator keberhasilan
tindakan dalam penelitian/perbaikan pembelajaran ini adalah jika 75% jumlah
siswa yang menjadi subyek penelitian telah memperoleh nilai serendah-
rendahnya 65%.
D. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Observasi yaitu mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
2. Tes hasil belajar yaitu digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan oleh guru pada setiap siklus pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen pengumpulan data
yaitu: tes hasil belajar dan lembar observasi.
27. 27
1. Lembar Observasi
Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan
observasi terhadap aktivitas guru yang difokuskan pada keterlaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam proses
pembelajaran.
2. Tes hasil belajar
Tes ini dibuat dalam bentuk tes essay dengan jumlah yang
berjumlah 5 butir soal. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase, nilai rata-rata, serta disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula
untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan kriteria ketuntasan minimal.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan rumus:
X
N
X i
(Sudjana, 1996: 67)
Ket : X = nilai rata-rata
Xi = skor tiap-tiap siswa
N = jumlah siswa
2. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus:
28. 28
%100% x
n
np
Ket : np = jumlah siswa yang kategori tuntas
n = jumlah semua siswa
3. Mengkategorikan aktivitas belajar siswa dengan pengkategorian sebagai
berikut:
1 ≤ xi < 2 : kategori kurang
2 ≤ xi < 3 : kategori cukup
3 ≤ xi < 4 : kategori baik
xi = 4 : kategori sangat baik (Safari, 2003)
29. 29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang diperoleh pada setiap siklus berupa data hasil belajar siswa,
pencapaian ketuntasan belajar, aktivitas siswa dan guru yang dianalisis secara
deskriptif. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus I dan
siklus II serta hasil analisis deskriptif terhadap data hasil belajar siswa,
diperoleh data seperti disajikan pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Perbaikan Pembelajaran PKn
No Responden
Siklus I Siklus II
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Rian 77 T 81 T
2 Andi L. 80 T 50 BT
3 Fitra A. 79 T 83 T
4 Deril 69 T 61 BT
5 Andri 79 T 88 T
6 Beni 60 BT 76 T
7 Tara 82 T 84 T
8 Patri 45 BT 56 BT
9 Ferbry 81 T 82 T
10 Aprilia 53 BT 67 T
11 Remis 54 BT 60 BT
12 Neno 59 BT 61 BT
13 Uce 70 T 75 T
14 Kaligis 70 T 73 T
15 Pipi 67 T 70 T
16 Tini 61 BT 71 T
17 Maria B. 50 BT 60 BT
18 Eko F. 80 T 87 T
19 Perton 49 BT 60 BT
20 Rubbin 63 BT 87 T
21 Ramhat 71 T 70 T
Ket: T = tuntas dan BT = belum tuntas
30. 30
Ketuntasan belajar pada Tabel 4.1 di atas secara singkat disajikan pada
Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Setiap Siklus
No
Jenis
evaluasi
Ketuntasan Belajar
Tuntas Belum Tuntas
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Siklus I 12 57.14 9 42.86
2 Siklus II 18 85.71 3 14.29
Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa pada siklus I jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan belajar baru sebanyak 12 orang atau 57.14%. Artinya,
indikator keberhasilan siklus I belum tercapai sehingga masih perlu dilanjutkan
dengan siklus II. Pada siklus II jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar
bertambah menjadi 18 orang atau 85.71. Secara lengkap ketuntasan belajar siswa
dalam pembelajaran Pkn disajikan pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1 Profil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pelajaran PKn
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I Siklus II Siklus III
57.14
66.67
85.71
42.86
33.33
14.29
Persentase Ketuntasan
Tuntas
Belum Tuntas
31. 31
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil-hasil temuan di atas terlihat bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking STICK, kemampuan
siswa dalam memahami materi PKn dapat ditingkatkan. Peningkatan
kemampuan siswa ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan
setelah dilaksanakannya pembelajaran dalam tiga siklus tindakan.
Jika pada hasil tes awal ketuntasan belajar PKn siswa hanya sebesar
57.14% dari 21 siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu yang diteliti pada siklus I.
Memang bahwa jumlah siswa sebanyak ini belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan, namun jika dilihat dari aktifitas siswa dan guru,
terlihat banyak kemajuan dalam pross pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Dari hasil observasi terlihat bahwa guru telah melaksanakan
pembelajaran dengan cukup baik walaupun masih ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perbaikan, yaitu bahwa guru kurang mampu mengarahkan siswa
untuk mengemukakan ide atau tanggapan dalam melaksanakan diskusi kelas.
Guru masih banyak melaksanakan pembimbingan selama pembelajaran
berlangsung. Siswa juga masih agak sukar merumuskan langkah-langkah yang
sistematis dalam menyelesaikan soal. Namun setelah dilaksanakan perbaikan-
perbaikan pada siklus II, hal-hal tersebut sudah semakin berkurang yang diikuti
dengan meningkatnya beberapa aktifitas positif. Sebagai akibatnya, pada
evaluasi akhir siklus II, ketuntasan belajar PKn siswa meningkat menjadi
85.71%.
32. 32
Dengan demikian indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian ini
sudah tercapai setelah dilaksanakannya siklus II. Ketercapaian indikator ini
merupakan bukti bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi PKn dapat
ditingkatkan setelah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking
STICK. Keberhasilan dimaksud terlihat juga dari kemampuan siswa dalam
menentukan langkah-langkah sistematis dalam menyelesaikan soal, yaitu
menentukan apa yang diketahui, menentukan apa yang ditanyakan dari
masalah yang dikemukakan, merumuskan model penyelesaian, menentukan
penyelesaian model, dan menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan
yang diberikan. Kesemua hasil ini merupakan hasil pembimbingan yang sangat
terencana sesuai skenario yang dibuat tim peneliti atas hasil observasi dan
evaluasi yang dilakukan. Hasil ini juga mendukung hasil penelitian
sebelumnya tentang penggunaan pembelajaran peta konsep dalam pelajaran
PKn di sekolah dasar khususnya di Kabupaten Muna.
33. 33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada materi
pokok pengertian NKRI, cenderung mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya, pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 57.14% meningkat
menjadi 85.71%.
2. Hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kabupaten Muna
pada materi pokok pengertian NKRI dapat ditingkatkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, serta untuk
meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah:
1. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mengkaji lebih jauh perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian yang digunakan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick masih perlu dikaji untuk
meneliti penggunaannya dalam berbagai materi pokok dalam PKn di SD.
Permasalahannya adalah kurangnya literatur pendukung berupa bahan ajar
yang sesuai untuk itu, apalagi dengan diberlakukannya kurikulum terbaru
sekarang ini.
34. 34
Sebagai tindak lanjut untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran selanjutnya secara keseluruhan, maka kiranya Kelompok Kerja
Guru (KKG) yang sudah terbentuk dalam gugus diaktifkan guna saling
bertukar pengalaman yang menyangkut tugas kita sehari-hari. Kepada para
guru di SD Negeri 3 Lalombaa, penelitian ini dapat dijadikan acuan bagaimana
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa di SD sehingga dapat
lebih kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas khususnya
dan pembelajaran mata pelajaran lain pada umumnya.
35. 35
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hastuti, S. (1996). Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan, Jakarta:
Gramedia.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya:
University Pres.
Jerrol, E. K. (1984). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung : lTB
Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Nash. (1963). The Nature of Science. Jakarta: Karunika.
Syah Muhibudin. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunendar, Nendi. (2005). Motivasi Salah Satu Upaya Meningkatkan Mutu Belajar
Siswa (Artikel). Surat Kabar Patroli edisi Minggu 1 Oktober 2005.
Sutisna. (1997). Pendidikan dan Pembangunan. Bandung: Ganaco.
Tarigan, H. G. (1994). Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa
Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
Cipta.
Warijan. (1987). Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional. Jakarta:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Winkel. (1987). Psikologi Pengajaran dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Zaenul, A. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
37. 37
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SUPERVISOR 2 DALAM
PENYELENGGARAAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)
Kepada
Kepala UPBJJ-UT Kendari
Di Kendari
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:
Nama : Bahrun, S. Pd., M. Pd
NIP : 19701028 199408 1 001
Tempat Mengajar : SDN 18 Katobu
Alamat Sekolah : Jln. Lumba-Lumba
Telepon/Hp : .............................................
Menyatakan bersedia sebagai supervisor 2 untuk membimbing mahasiswa dalam
perencanaan dan pelaksanaan PKP (PDGK4501) atas:
Nama : Nira Mariana
NIM : 817159775
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : .SDN 18 Katobu
Alamat Sekolah : SDN. 18 Katobu
Telepon/HP : .............................................
Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui Raha,
Kepala Sekolah Supervisor 2,
MANSYUR, S.Pd, M.Pd
NIP.
38. 38
Lampiran 2
PERENCANAAN PELAKSANAAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)
1. Fakta/data pembelajaran yang terjadi di kelas
Penerapan pembelajaran PKn yang dilakukan guru pada siswa kelas V
masih sebagian besar menggunakan model pembelajaran konvensional
sehingga hasil belajar pada mata pelajaran PKn mencapai 65% secara
klasikal dari 25% siswa. Hal itu, belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Maksimal.(KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75%.
2. Identifikasi masalah
Dari hasil observasi masalah dapat di identivikasi sebagai berikut.
a) Kurangnya pemahaman guru terhadap metode / strategi dan
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga siswa
kurang memahami terhadap materi yang disajikan oleh guru.
b) Penbelajaran yang disajikan sangat membosankan, guru sangat otorites
dalam menjelaskan materi pembelajaran.
c) Kurang memberikan bimbingan dalam memberikan tugas kelompok.
3. Analisis masalah
Berdasarkan hasil identivikasi dapat dianalsis sebagai berikut:
a) Bagaimanakah metode/strategi dan pendekatan yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru selama ini ,
agar siswa memahami materi yang disajikan guru.
b) Agar pembelajaran tidak membosankan guru tidak bersikap otorites
seyogianya lebih memperdalam pengetahuannya terkait dengan materi
apa yang akan disajikan.
c) Sebaiknya guru memberikan bimbingan agar siswa termotivasi dalam
mengerjakan tugas kelompok.
4. Alternative dan prioritas pemecahan masalah
Guru sebaiknya memahami suatu metode /strategi dan pendekatan,
sehinnga motifasi belajar PKn siswa mengalami peningkatan.
5. Rumusan masalah
Bagaimanakah meningkatkan motiasi belajar siswa kelas V SDN. 18
Katobu pada mata pelajaran PKn dengan materi pengertian NKRI melalui
metode/ strategi pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick.
39. 39
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P ) Pra Siklus
Nama Sekolah : SDN 18 Katobu
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : V (Lima)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi**
1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI).
Kompetensi Dasar
1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami arti penting keutuhan NKRI.
Siswa dapat menjelaskan fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan
bangsa.
Siswa dapat menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi
politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan-keamanan.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa
hormat dan perhatian ( respect ), Tekun
( diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ) Berani ( courage ),
Integritas ( integrity ), Peduli ( caring ),
Jujur ( fairnes ) dan Kewarganegaraan (
citizenship )
B. Materi Ajar
Arti penting keutuhan NKRI
Fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan bangsa
Makna kesatuan wilayah Indonesia
40. 40
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual.
Pendekatan Cooperative Learning.
Diskusi kelas.
Tanya jawab.
Ceramah.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
– Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama presensi, apersepsi dan
kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
– Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
– Guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan apa saja yang siswa
lakukan setelah pulang dari sekolah.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru berceramah kepada siswa tentang kehidupan siswa yang damai
dan tenang dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (sekolah,
bermain, berpergian, dan lain-lain); hubungannya dengan
keragaman dan kekayaan budaya; kedaulatan Indonesia sebagai
negara kesatuan; serta legalitas negara yang lengkap dengan
hukum dan peraturan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
mengatur kelas diskusi dan membagi jumlah siswa dalam beberapa
kelompok.
Siswa mendiskusikan arti penting keutuhan NKRI dengan panduan
guru.
Siswa menceritakan hasil diskusi secara bergiliran di depan teman-
teman.
Siswa lain menanggapi hasil diskusi kelompok teman
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
41. 41
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
dalam pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator
Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah
dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
E. Sumber/Bahan Belajar
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas V, terbitan Narasumber umum.)
Berbagai buku sejarah perjuangan bangsa.
Burung garuda Pancasila, beserta tamengnya.
Lagu ”Garuda Pancasila”.
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen/ Soal
Memahami arti penting
keutuhan NKRI.
Mampu menjelaskan fungsi
Pancasila sebagai perekat
persatuan bangsa.
Mampu menjelaskan makna
Tugas
individu.
Tugas
berkelompok
Tugas
Penilaian
daya nalar.
Penilaian
unjuk kerja
(hasil
diskusi).
Penilaian
lisan.
Penilaian
daya nalar.
Penilaian
unjuk kerja
(keberanian
anak bercerita
dan
keterlibatan
dalam
diskusi).
Apa maksud semboyan
Bhinneka Tunggal Ika?
Apa saja usaha yang
dilakukan pemimpin
bangsa kita dahulu dalam
mewujudkan NKRI?
Mengapa Indonesia
berbentuk negara
kesatuan?
Apa alasan dibentuknya
Pacasila?
Apa fungsi Pancasila bagi
NKRI?
Apa makna kesatuan
42. 42
kesatuan wilayah Indonesia
dari keempat segi kehidupan
bernegara (politik, sosial
budaya, ekonomi,
pertahanan-keamanan).
individu
Penilaian
lisan.
Logika dan
kreativitas
contoh yang
diberikan
siswa.
Penilaian
unjuk kerja
(keberanian
anak
mengungkapk
an isi pikiran)
wilayah Indonesia dari
segi ekonomi?
Apa makna kesatuan
wilayah Indonesia dari
segi sosial-budaya?
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Pengetahuan
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
43. 43
Lembar Penilaian
No Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
dst.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
Raha,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Mahasiswa
NIRA MARIANA
NIP : NIM : 817159775
44. 44
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P ) Siklus 1
Nama Sekolah : SDN 18 Katobu
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : V (Lima)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi**
1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI).
Kompetensi Dasar
1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami arti penting keutuhan NKRI.
Siswa dapat menjelaskan fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan
bangsa.
Siswa dapat menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi
politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan-keamanan.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa
hormat dan perhatian ( respect ), Tekun
( diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ) Berani ( courage ),
Integritas ( integrity ), Peduli ( caring ),
45. 45
Jujur ( fairnes ) dan Kewarganegaraan (
citizenship )
B. Materi Ajar
Arti penting keutuhan NKRI
Fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan bangsa
Makna kesatuan wilayah Indonesia
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual.
Pendekatan Cooperative Learning.
Diskusi kelas.
Tanya jawab.
Ceramah.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
– Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan
kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
– Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
– Guru dan siswa bertanya jawab tentang rutinitas siswa belajar dirumah.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru meminta seorang siswa membaca Pancasila dengan lantang di
depan teman-teman, lalu siswa lain menirukannya.
Siswa memperhatikan gambar lambang kelima sila pada burung
garuda, dan guru menjelaskan makna lambang tersebut.
46. 46
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru menunjuk lambang sila pada gambar burung garuda secara
acak dan siswa menebak menyebutkan isi silanya secara bersama-
sama.
Guru bercerita tentang sebab-seBab dirumuskannya Pancasila.
Guru mengatur kelas untuk berdiskusi dan membagi siswa dalam
beberapa kelompok.
Siswa mendiskusikan fungsi Pancasila bagi NKRI dengan panduan
guru.
Siswa melaporkan hasil diskusi secara berkelompok
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
dalam pertemuan itu, untuk mengetahui pencapaian Indikator
Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah
dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing untuk menutup pertemuan.
E. Sumber/Bahan Belajar
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas V, terbitan Narasumber umum.)
47. 47
Berbagai buku sejarah perjuangan bangsa.
Burung garuda Pancasila, beserta tamengnya.
Lagu ”Garuda Pancasila”.
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen/ Soal
Memahami arti penting
keutuhan NKRI.
Mampu menjelaskan fungsi
Pancasila sebagai perekat
persatuan bangsa.
Mampu menjelaskan makna
kesatuan wilayah Indonesia
Tugas
individu.
Tugas
berkelompok
Tugas
individu
Penilaian daya
nalar.
Penilaian unjuk
kerja (hasil
diskusi).
Penilaian lisan.
Penilaian daya
nalar.
Penilaian unjuk
kerja (keberanian
anak bercerita
dan keterlibatan
dalam diskusi).
Penilaian lisan.
Logika dan
kreativitas
contoh yang
diberikan siswa.
Apa maksud semboyan
Bhinneka Tunggal Ika?
Apa saja usaha yang
dilakukan pemimpin
bangsa kita dahulu
dalam mewujudkan
NKRI?
Mengapa Indonesia
berbentuk negara
kesatuan?
Apa alasan dibentuknya
Pacasila?
Apa fungsi Pancasila
bagi NKRI?
48. 48
dari keempat segi kehidupan
bernegara (politik, sosial
budaya, ekonomi,
pertahanan-keamanan).
Penilaian unjuk
kerja (keberanian
anak
mengungkapkan
isi pikiran)
Apa makna kesatuan
wilayah Indonesia dari
segi ekonomi?
Apa makna kesatuan
wilayah Indonesia dari
segi sosial-budaya?
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Pengetahuan
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
49. 49
Lembar Penilaian
No Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
dst.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
Raha,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Mahasiswa
NIRA MARIANA
NIP : NIM : 817159775
50. 50
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P ) Siklus II
Nama Sekolah : SDN 18 Katobu
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : V (Lima)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi**
1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI).
Kompetensi Dasar
1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami arti penting keutuhan NKRI.
Siswa dapat menjelaskan fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan
bangsa.
Siswa dapat menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi
politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan-keamanan.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa
hormat dan perhatian ( respect ), Tekun
( diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ) Berani ( courage ),
Integritas ( integrity ), Peduli ( caring ),
51. 51
Jujur ( fairnes ) dan Kewarganegaraan (
citizenship )
B. Materi Ajar
Arti penting keutuhan NKRI
Fungsi Pancasila sebagai perekat persatuan bangsa
Makna kesatuan wilayah Indonesia
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual.
Pendekatan Cooperative Learning.
Diskusi kelas.
Tanya jawab.
Ceramah.
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Awal
– Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan
kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran.
– Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
– Guru dan siswa bertanya jawab tentang rutinitas siswa belajar dirumah.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru meminta seorang siswa membaca Pancasila dengan lantang di
depan teman-teman, lalu siswa lain menirukannya.
Siswa memperhatikan gambar lambang kelima sila pada burung
garuda, dan guru menjelaskan makna lambang tersebut.
52. 52
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru menunjuk lambang sila pada gambar burung garuda secara
acak dan siswa menebak menyebutkan isi silanya secara bersama-
sama.
Guru bercerita tentang sebab-seBab dirumuskannya Pancasila.
Guru mengatur kelas untuk berdiskusi dan membagi siswa dalam
beberapa kelompok.
Siswa mendiskusikan fungsi Pancasila bagi NKRI dengan panduan
guru.
Siswa melaporkan hasil diskusi secara berkelompok
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
dalam pertemuan itu, untuk mengetahui pencapaian Indikator
Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah
dipelajari.
Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing untuk menutup pertemuan.
E. Sumber/Bahan Belajar
Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas V, terbitan Narasumber umum.)
53. 53
Berbagai buku sejarah perjuangan bangsa.
Burung garuda Pancasila, beserta tamengnya.
Lagu ”Garuda Pancasila”.
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen/ Soal
Memahami arti penting
keutuhan NKRI.
Mampu menjelaskan fungsi
Pancasila sebagai perekat
persatuan bangsa.
Mampu menjelaskan makna
kesatuan wilayah Indonesia
Tugas
individu.
Tugas
berkelompok
Tugas
individu
Penilaian daya
nalar.
Penilaian unjuk
kerja (hasil
diskusi).
Penilaian lisan.
Penilaian daya
nalar.
Penilaian unjuk
kerja (keberanian
anak bercerita
dan keterlibatan
dalam diskusi).
Penilaian lisan.
Logika dan
kreativitas
contoh yang
diberikan siswa.
Apa maksud semboyan
Bhinneka Tunggal Ika?
Apa saja usaha yang
dilakukan pemimpin
bangsa kita dahulu
dalam mewujudkan
NKRI?
Mengapa Indonesia
berbentuk negara
kesatuan?
Apa alasan dibentuknya
Pacasila?
Apa fungsi Pancasila
bagi NKRI?
54. 54
dari keempat segi kehidupan
bernegara (politik, sosial
budaya, ekonomi,
pertahanan-keamanan).
Penilaian unjuk
kerja (keberanian
anak
mengungkapkan
isi pikiran)
Apa makna kesatuan
wilayah Indonesia dari
segi ekonomi?
Apa makna kesatuan
wilayah Indonesia dari
segi sosial-budaya?
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Pengetahuan
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
55. 55
Lembar Penilaian
No Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
dst.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
Raha,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Mahasiswa
NIRA MARIANA
NIP : NIM : 817159775