Dokumen ini membahas interaksi obat dengan senyawa biomolekul, mencakup farmakokinetik, farmakodinamik, mekanisme kerja obat, interaksi obat-reseptor, dan indeks terapeutik. Secara ringkas, dokumen ini menjelaskan bagaimana obat diserap, didistribusikan, dimetabolisme, dan dikeluarkan dari tubuh, serta bagaimana obat berinteraksi dengan reseptor untuk menghasilkan efek.
1. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 1
C21
Interaksi Obat dengan Senyawa
Biomolekul
Lecture Notes : SGBM
Theme : Interaksi Obat dengan Senyawa Biomolekul
Oleh : Dr. dra. Melva Louisa ,Apt M.Biomed
A. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
1. Farmakokinetik
Merupakan cabang farmakologi yang mempelajari bagaimana
nasib obat di dalam tubuh1
. Nasib-nasib tersebut ada empat,
antara lain :
a) Absorbsi
Merupakan proses penyerapan obat di dalam tubuh.
Karena cara memasukkan obat juga berbeda-beda, maka
perlu ditinjau berdasarkan cara pemasukkan obat ke dalam
tubuh, antara lain :
- Oral
Yaitu mekanisme minum obat pada umumnya. Hal ini
akan membawa obat ke saluran cerna di mana tingkat
absorbsi paling tinggi pada usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi luas. Mekanismenya :
Obat diminum
Obat sampai di usus halus
Absorpsi di usus halus
Masuk ke pembuluh darah kapiler
Masuk ke pembuluh darah mesenterik
Masuk ke vena porta
Masuk ke hati dan dilarutkan
Masuk ke darah sistemik
- Di Bawah Lidah
Biasanya menggunakan obat yang sangat mudah larut
lipid karena luas permukaan bawah lidah untuk
mengabsorpsi sangat kecil jadi obat harus larut dan
diabsorpsi sangat cepat. Saat telah diabsorpsi, obat
akan dibawa ke vena kava supeior (tanpa melalui vena
porta) sehingga obat tidak mengalami metabolisme di
hati.
- Rektal
Memasukkan obat melalui anus karena pasien muntah-
muntah atau tidak sadar. Karena hanya 50% darah dari
rektum yang melalui vena porta, maka hanya 50% pula
yang dimetabolisme di hati. Penggunaan metode rektal
agak kurang baik karena tidak teratur dan tidak lengkap
2. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2
C21
Interaksi Obat dengan Senyawa
Biomolekul
absorpsinya ditambah lagi bisa menyebabkan iritasi
pada mukosa rektum.
- Intramuskular atau Subkutan
Di mana obat akan langsung masuk ke interstisium
jaringan otot atau kulit dan menuju ke darah kapiler.
Setelah itu akan menyebar melalui sirkulasi sistemik.
b) Distribusi
Dilakukandengan menggunakan protein-protein carrier di
dalam plasma darah, antara lain :
- Albumin untuk mengikat obat asam dan netral serta
bilirubin dan asam lemak
- α-glikoprotein mengikat obat-obat basa
- CBG (Corticosteroid-Binding Globulin) khusus mengikat
kortikosteroid2
- SSBG (Sex Steroid-Binding Globulin) khusus mengikat
hormon steroid2
c) Metabolisme
Membuat obat menjadi polar (tadinya bersifat non-polar)
agar mudah diekskresi lewat ginjal atau empedu. Biasanya
menggunakan enzim sitkorom P450 (monooksigenase) dan
terjadi di hati tepatnya di organela RE dan sitosol.
d) Ekskresi
Pembuangan melalui urine, feses, dan keringat.
2. Farmakodinamik
Merupakan bagaimana mekanisme obat bekerja di dalam
tubuh dan bagaimana obat memengaruhi tubuh manusia.
Dalam hal ini obat akan berikatan dengan reseptor dan
memengaruhi serta memodulasi fungsi tubuh.
B. Mekanisme Kerja Obat
Terdapat tiga jenis obat berdasarkan efeknya terhadap reseptor
intrinsik tubuh :
1. Agonis, efeknya menyerupai senyawa endogen yang mampu
berikatan ke reseptor fisiologis
2. Antagonis, efeknya meniadakkan efek agonis di mana
antagonis bisa dikatakan inhibitor agonis
3. Invers agonis, efeknya menuju negatif (berlawanan dengan
agonis) dan tidak memiliki efek intrinsik
3. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 3
C21
Interaksi Obat dengan Senyawa
Biomolekul
Untuk mengetahu efek obat dengan konsenterasi obat tertentu
perlu diketahui kurva dosis-intensitas efek :
Gambar 21.1 Potensi dan Efikasi
Dapat dilihat di atas bahwa yang diberikan garis putus-putus
merupakan potensi (dosis obat yang dapat memberikan efek) atau
dapat dikatakan dosis minimum. Kemudian pada Emax menunjukan
efficacy (efektifitas obat). Di mana semakin tinggi konsenterasi
sampai batas tertentu akan menghasilkan efek maksimal. Dan dapat
dikatakan efficacy lah yang penting agar dokter dapat memilih obat
mana yang sebenarnya cocok untuk mengobati penyakit seseorang
karena tiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga
lebih baik dengan mencari obat yang ber-efficacy tinggi.
C. Mekanisme Agonis dan Antagonis
Karena adanya antagonis, pekerjaan dari agonis terhambat karena
antagonis ini dapat menghalangi agonis dalam melekat ke reseptor.
Berikut macam-macam antagonis berdasarkan cara kerjanya
menghambat antagonis :
1. Antagonisme Kompetitif
Antagonis berkompetisi dengan agonis untuk melekat ke
reseptor agonis. Jika melekat maka agonis tidak dapat
menempel ke reseptor, kecuali dengan syarat konsenterasi
agonis ditambahkan.
2. Antagonisme Non-Kompetitif
Antagonisme ini dapat berikatan ke receptor site dengan sifat
reversible, berikatan ke tempat lain, dan second messenger. Tapi
agonis masih tetap bisa berikatan ke receptor site dengan
berkurangn efeknya terhadap tubuh.
4. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 4
C21
Interaksi Obat dengan Senyawa
Biomolekul
Berikut grafiknya :
Kemudian, ada juga agonis parsial yang memiliki efek yang lebih
rendah dibanding agonis penuh. Agonis parsial dapat
digunakan untuk menggantikan agonis penuh yang
menyebabkan alergi.
D. Indeks Terapeutik
Indeks terapeutik dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐈𝐧𝐝𝐞𝐤𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐩𝐢 =
𝐓𝐃𝟓𝟎
𝐄𝐃𝟓𝟎
Di mana TD50 (dosis toksik 50%) sementara ED50 (dosis efektif
median). Jadi semakin jauh jarak antara dosis efektif dan dosis toksik
pada indeks terapi, semakin bagus obat tersebut. Tapi untuk obat
yang ideal, persamaan yang digunakan adalah :
𝐈𝐧𝐝𝐞𝐤𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐩𝐢 =
𝐓𝐃𝟏
𝐄𝐃𝟗𝟗
Di mana dosis toksik itu hanya berlaku pada 1% populasi sementara
99%-nya adalah efek baik bagi orang yang meminumnya.
Gambar 21.2 Kurva Interaksi Agonis dan Antagonis
Gambar 21. 3 Standard Margin of Safety
5. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 5
C21
Interaksi Obat dengan Senyawa
Biomolekul
E. Interaksi Obat-Reseptor
Obat dan reseptor dapat membentuk beberapa macam ikatan
antara lain ikatan ion, kovalen, hidrogen, hidrofobik, dan van der
waals. Agar lebih mudah, diusahakan obat dan reseptor memiliki
ikatan van der Waals agar lebih mudah lepas.
Reseptor juga memiliki dua domain yaitu berikatan dengan
ligan (yang memiliki ujung –NH2) sementar asatu lagi tempat
melekat ke efektor (yang memiliki ujung –COOH). Cara kerja dari
reseptor pun bermacam-macam, antara lain :
1. Langsung memberikan sinyal ke sel target
2. Melalui 2nd messenger
3. Melalui protein transduser
Berikut adalah daftar macam-macam reseptor yang digunakan
oleh obat untuk melekat dan macam-macam ligannya :
No. Reseptor Ligan
1. Enzim :
Tirosin kinase
Tirosin fosfatase
Serin threonin
kinase
Guanilil kinase
Insulin
EGF (Epidermal Growth
Factor)
PDGF (Platelet-Derived
Growth Factor)
Atrial Natriuretic Factor
(ANF)
Transforming Growth
Factor-Beta (TGF-β)
2. JAK/STAT Sitokin
Interferon
Eritropoietin
3. Reseptor yang
merangsang
pembukaan kanal ion
Nicotinic receptor
GABA Receptor
Glutamat Receptor
Asetilkolin
GABA
Glutamat
Aspartat
Glisin
4. Protein G Terkopel Hormon peptida
Amin biogenik (epinefrin,
dopamin, histamin dll)
5. Reseptor Intrasel Hormon tiroid
Hormon steroid
Vitamin D
Retinoid