3. Farmako dinamik
Subdisiplin ilmu farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi, fisiologi obat, dan mekanisme
kerjanya dengan tujuan meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan
mengetahui respon yang terjadi
4. Farmakodinamik ilmu yang mempelajari cara kerja ob
at, efek obat terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh
obat terhadap reaksi biokimia dan reaksi organ.
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi
dan biokimia berbagai organ tubuh serta meka-nisme kerjany
a.
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untu
k meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat deng
an sel, dan menge- tahui urutan peristiwa serta spektrum e
fek dan respon yang terjadi.
5. Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (orga
n)/proses/tingkah laku organisme hidup akibat kerja oba
t. Efek obat pada umumnya terlihat sebagai perubaha
n intensitas faal organ terten-tu atau reaksi biokimian
ya. Efek obat umumnya timbul karena in- teraksi obat de
ngan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi oba
t dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia
wi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk oba
t tersebut.
Efek Obat
6. Mekanisme Kerja Obat
Secara keseluruhan ada 7 cara kerja utama dari obat :
02
03
04
Menekan respon tubuh secara langsung
melalui reseptor agonis
Mem-block/melawan respon tubuh dengan b
erikatan dengan reseptor namun tidak meng-a
ktifkannya
Menstabilkan respon tubuh
01 Menstimulasi respon tubuh secara langsung
melalui reseptor agonis
7. Mekanisme Kerja Obat
Secara keseluruhan ada 7 cara kerja utama dari obat :
05
06
07
Sebagai pengganti fungsi substansi tubuh
Reaksi kimia langsung yang menguntungkan
seperti pada antioksidan
Reaksi kimia langsung yang merugikan seperti
pada keracunan
8. Definisi Resep Obat
Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter gigi, dokter hewan, dan dokter
secara umum yang berisi izin menurut perundang - undangan yang berlaku bagi para apotek
er pengelola apotek untuk me-nyiapkan atau membuat, meracik, dan menyerahkan obat kep
ada pasi- en yang membutuhkan.
Untuk bentuknya, biasanya jenis resep obat berbentuk persegi panjang dengan
ukuran ideal lebar 10 – 12 cm dengan panjang ideal se-besar 15 – 20 cm.
9.
10. Macam-macam Resep
Insert the title of your subtitle Here
Resep Standar
resep yang komposisi di dalamnya telah paten dan tertulis
dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Untuk p
enulisannya wajib mengikuti ketentuan dari buku standar. R
esep ini bernama R/. Officinalis.
01
Resep Magistralis
Jenis resep yang memiliki format khusus dari dokter, ia berisi c
ampuran atau obat tunggal yang diencerkan sehingga saat m
enyajikan obat ini apoteker perlu membuat racikan terlebih da
hulu. Nama lain dari resep ini adalah R/. Polifarmasi.
02
Resep Standar
resep yang komposisi di dalamnya telah paten dan tertulis
dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Untuk p
enulisannya wajib mengikuti ketentuan dari buku standar. R
esep ini bernama R/. Officinalis.
01
04
Resep Medicinal
Resep ini berisi obat jadi, obat paten, ataupun obat merek g
enerik dan merek dagang. Namun, apoteker tidak perlu mer
acik obat dalam resep ini sebab obat yang pasien perlukan s
udah jelas.
03
Resep Obat Generik
Jenis resep obat yang terakhir berisi penulisan resep obat men
ggunakan nama generik dalam bentuk sediaan atau jumlah yan
g khusus. Untuk menyediakan apoteker ini, tidak ada keharusa
n untuk meracik. Namun apabila dokter menyarankan untuk me
racik, maka akan ada peracikan.
13. Farmako kinetik
Menjelaskan tentang apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam organisme, misalny
a bagaimana perjalanan obat dalam tubuh. Farmakokinetik mengamati jenis-jenis pro
ses seperti absorbsi, distribusi, biotranspormation (metabolisme) dan exr
esion. Perubahan konsentrasi obat yang terjadi dalam organisme khususnya dalam pl
asma di buat grafik terhadap waktu.
14. Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yan
g mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME
). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara
pemberian umunya mengalami absorpsi, distr
ibusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotrans-
formasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh pros
es ini dise-but dengan proses farmakokinetika dan berja
lan serentak seperti yang terlihat pada gambar dibawah
ini.
15. Absorpsi
Proses masuknya obat dari tempat obat kedalam sirkulasi sistemik
(pembuluh darah). Kecepatan absorbsi obat tergantung pada :
Resep Standar
resep yang komposisi di dalamnya telah paten dan tertulis
dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Untuk p
enulisannya wajib mengikuti ketentuan dari buku standar. R
esep ini bernama R/. Officinalis.
01
pH
Obat yang bersifat asam lemah akan mu
dah menembus membran sel pada suasana
asam. Jika pH obat berubah (ditambah
buffer) maka absorbsi akan melambat.
02
Kelarutan
Obat harus dapat melarut atau obat
sudah dalam bentuk terlarut. Sehin
gga dari kece-patan melarut mempeng
aruhi kecepatan absori.
01
04
Sirkulasi Darah
Pemberian obat melalui sublingual ak
an lebih cepat diabsorbsi dibanding
subkutan, karena umumnya sirkulasi d
arah di subkutan lebih sedikit (jele
k) dibandingkan di sublingual.
03
Tempat Absorbsi
Obat dapat diabsorbsi misalnya dikulit
, mem- bran mukosa, dan usus halus. Ob
at yang oral, absorbsi terjadi di usu
s halus karena luas per-mukaannya. Jik
a obat inhalasi, diabsorbsi sa- ngat c
epat karena epitelium paru-paru juga
sangat luas.
16. Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui si
rkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat
juga ditentukan oleh sifat fisiko- kimianya. Distribusi obat dibedakan
atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh.
Fase Kedua
Distribusi fase kedua jauh lebih luas
yaitu mencakup jaringan yang per
fusinya tidak sebaik organ di
atas misalnya otot, visera, kul
it, dan jaringan lemak.
02
Fase Pertama
Distribusi fase pertama terjadi sege
ra setelah penyerapan, yaitu ke orga
n yang perfusinya sangat baik misaln
ya jantung, hati, ginjal, dan ota
k.
01
17. Biotransformasi
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur ki
mia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim khususnya CYT 45.
Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mud
ah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah d
iekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif, s
ehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada
obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang
merupakan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini
. Metabolit aktif akan mengalami bio- transformasi lebih lanjut dan/atau dieksk
resi sehingga kerjanya berakhir. Enzim yang berperan dalam biotransformasi ob
at dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikro-som yang ter
dapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mi-k
rosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdap
at da- lam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, p
aru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
18. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam
bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk a
salnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada
obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal
merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini merupak
an resultante dari 3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekre
si aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli pr
oksimal dan distal.
19. Parameter Farmakokinetik
02
Clearance
Prinsip bersihan obat adalah sama dengan konsep bers
ihan pada faal ginjal. Di definisikan kecepatan
eliminasi dalam urin. Pada tingkatan yang paling sed
erhana bersihan suatu obat adalah ratio dari
kecepatan eliminasi obat keseluruhan terha-dap konse
ntrasi obat di dalam cairan biologi. Clearance obat
bergantung dari kemampuan beberapa organ seperti liv
er dan ginjal untuk metabolisme dan ekskresi.
01
Bioavailabilitas
Ketersediaan hayati didefinisikian sebagai fraksi ob
at cara pemberian apapun tidak berubah Yang m
encapai sirkulasi sis- temik setelah diberikan melal
ui cara pemberian apapun.
20. Parameter Farmakokinetik
04
Waktu paruh
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah o
bat dalam tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi
. Sementara organ eliminsi hanya dapat membersihkan
obat dari darah bila ada kontak langsung dengan orga
n eliminasi tersebut.
03
Volume distribusi
menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan konsent
rasi obat dalam darah atau plasma. Volume ditribusi
dapat ditetap-kan berkenaan dengan darah, plasma ata
u air (obat yang tidak terikat). Obat – obat yang me
mpunyai volume distribusi yang sangat tinggi memilik
i konsentrasi obat lebih tinggi di dalam jaringan
ekstravaskular. Tetapi ada beberapa bagian seperti
Central Nervous System atau otak yang memiliki akses
lemah.
21.
22. Dosis Obat
Jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit.
23. Tujuan perhitungan dosis obat adalah, agar pasien mendapat-
kan obat sesuai dengan yang diperlukan oleh pasien tersebut, baik berda-
sarkan kemauan sendiri atau berdarkan dosis yang ditentukan oleh dokter
penulis resep kalau obat tersebut harus dengan resep dokter.
Efek obat adalah hal yang dapat diobservasi maka obat digolongkan sesuai dengan efeknya. Misalnya, analgesik-antipiretik, hipnotik-sedatif, spasmolitik, hipoglikemik, obat hipertensi dan sebagainya.
Pemberian dosis obat haruslah tepat karena jika dosis terlalu rendah, maka efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih, bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan kematian.
Dosis terapi atau dosis lazim adalah takaran yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan.
Dosis maksimal (DM) adalah takaran terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan. Dosis maksimal bukan merupakan batas yang harus mutlak ditaati.
Lethal dose 50 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
Lethal dose 100 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 100% ewan percobaan.
Dosis toksis adalah takaran pemberian obat yang dapat menyebabkan keracunan, tetapi tidak menyebabkan kematian.
Dosis sinergis, bila dalam suatu resep terdapat dua atau lebih bahan obat yang berDM dan menpunyai efek yang sama maka dihitung DM gabungann yang tidak boleh lebih dari satu.