2. Identitas Pasien
Nama : Ny.N
Umur : 21 tahun
Alamat : Loano, Kab. Purworejo
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 30 Agustus 2014
3. Keluhan utama :
Keputihan
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien wanita berumur 21 tahun datang ke
poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin dengan
keluhan keputihan berupa keluar cairan putih seperti
susu yang keluar terus menerus sejak 1 bulan yang
lalu yang lalu, dalam 1 minggu ini keluhan tersebut
semakin mengganggu karena cairan putih tersebut
semakin banyak keluar, terasa lebih gatal, namun
tidak berbau dan tidak menimbulkan nyeri. Cairan
putih tersebut semakin banyak keluar jika pasien
dalam kondisi capek atau sedang banyak pikiran.
4.
5. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2014
a. Keadaan umum : baik
b.Kesadaran : Compos mentis
c.Status Lokalis : Vagina
Tampak eritem pada labia mayora et minora
dextra et sinistra dan pada vulva, terdapat
discharge putih kental seperti susu pecah
14. - 85-90 % CANDIDAN ALBICANS
- 10-15% CANDIDA NON ALBICANS (C.
GLABARATA, PARAPSILOSIS, TROPICALIS
DAN KRUSEI)
DIMANA CANDIDA ALBICANS MELEKAT JAUH LEBIH KUAT PADA EPITEL VAGINA
DIBANDINGKAN DENGAN YANG LAINNYA. SEHINGGA MEMBANTU PROSES BERTUNAS
DAN MENINGKATKAN KOLONISASI DAN JUGA MEMFASILITASI INVASI KE JARINGAN.
15. Kehamilan
Kontrasepsi
Antibiotik
Kebersihan diri
Kontak dengan penderita uang punya
aktivitas seksual tinggi
16. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp.
pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik
pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya.
Kemudian, Candida sp.→enzim proteolitik → kerusakan
ikatan-ikatan protein sel pejamu → memudahkan proses
invasi
Candida sp. juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya
gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis
dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi
Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala
18. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan
sediaan basah KOH 10% dapat terlihat adanya
bentuk ragi (yeast form): blastospora dan pseudohifa
(seperti sosis panjang tersambung). Dengan
pewarnaan Gram dapat ditemukan pseudohifa yang
bersifat Gram positif dan blastospora.
Kultur fungal positif
Jarang dilakukan, tetapi berguna dalam
mengidentifikasi penyebab kandidosis vulvovaginitis
kambuhan atau rekuren.
19. Penatalaksanaan
Pengobatan kandidosis vulvovaginitis dengan obat anti
kandida topikal krim maupun tablet vaginal. Preparat
azol lebih efektif daripada nistatin. Pengobatan
menghasilkan penyembuhan 80-90%.
a. Pengobatan topikal :
- mikonazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
- butoconazol 2% krim vulva diberikan selama 1-7 hari
- nistatin 100.000 IU intravaginal/hari selama 7-14 hari
- klotrimazol 1 % atau mikonazol 2 % atau tiokonazol
6,5% krim vulva 7-14 hari
20. b. Pengobatan sistemik :
• Pemberian nistatin secara oral tidak terbukti
efektif untuk pengobatan kandidosis
vulvovaginitis.
•Pemberian ketokonazol dosis 2 x 200 mg
selama 5 hari, atau Flukonazol 150 mg
sebagai dosis tunggal
-C. Menghindari atau menghilangkan faktor
predisposisi