Asuhan kebidanan pada remaja NN. L, usia 19 tahun, dengan flour albus di Klinik Utama Rawat Inap Rahayu Lampung Tengah memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi untuk mencegah keputihan serta memberikan saran pengobatan herbal berupa rebusan daun sirih hijau.
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN. L, USIA 19 TAHUN,
DENGAN FLOUR ALBUS DI KLINIK UTAMA RAWAT INAP
RAHAYU LAMPUNG TENGAH
Oleh:
NAMA: ANITA RUSNITA
NPM. 07210400248
Dosen Pembimbing : Fanni Hanifa, SST.M.Keb
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JAKARTA 2022
2. BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 sekitar 75% perempuan di dunia pasti mengalami
keputihan paling tidak sekali dalam seumur hidupnya, dan 45% akan mengalami dua kali bahkan lebih. Sedangkan
wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Penelitian di India menunjukkan prevalensi tinggi
keputihan (95%) diantara siswa remaja perempuan. 4
Sekitar 90% wanita Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena Negara Indonesia yang
beriklim tropis. Negara dengan iklim teropis berpotensi menyebabkan mudahnya jamur
berkembang biak dan mengakibatkan banyaknya kasus keputihan pada wanita. Angka kejadian
keputihan di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya hingga mencapai 70%. 5
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung terdapat 53 kasus Flour albus pada
tahun 2020. Kasus yang tertinggi terdapat pada . Puskesmas Panjang Bandar Lampung sebanyak 31 kasus
wanita yang mengalami flour albus. Data ini lebih besar jika dibandingkan dengan Puskesmas Bandar Jaya
Lampung Tengah yang hanya terdapat 11 kasus Flour albus sedangkan di Klinik Utama Rawat Inap Rahayu
tercatat 8 kasus Flour albus. 6
3. Menurut Kemenkes RI (2017) kurangnya pengetahuan mengakibatkan masalah keputihan
sering dianggap diabaikan oleh remaja putri, bahkan sebagian kecil malu mengakui
keputihan yang sedang dideritanya.. 7
Masalah kesehatan reproduksi yang sering diabaikan ini dapat mengakibatkan dampak yang
fatal jika tidak ditangani sejak dini atau dengan baik. Dampak lain berupa kehamilan diluar
rahim serta kemandulan..
Banyak wanita di Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka
menganggap keputihan sebagai hal yang sudah biasa dan sepele, di samping itu rasa malu
ketika para wanita/remaja mengalami keputihan kerap membuat wanita/remaja tersebut
enggan berkonsultasi ke dokter ataupun ke tenaga medis lainnya. Padahal keputihan tidak
bisa dianggap sepele, karena juga bisa merupakah gejala awal dari kanker leher rahim
(kanker serviks) yang bisa berujung pada kematian kalau tidak dikonsultasikan kepada
petugas kesehatan sejak dini. 9 Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
mengambil studi kasus tentang Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Nn.L
dengan Flour Albus di Klinik Utama Rawat Inap Rahayu Lampung Tengah.
4. Tujuan
Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan kebidanan Remaja pada Nn. L, usia 19 tahun,
dengan flour albus di Klinik Utama Rawat Inap Rahayu.
Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji data subjektif asuhan kebidanan remaja pada Nn.L, 19 tahun
dengan flour albus secara komprehensif.
b. Mampu mengkaji data objektif asuhan kebidanan remaja pada Nn.L, 19 tahun
dengan flour albus secara komprehensif.
c. Mampu menentukan analisa data asuhan kebidanan remaja pada Nn.L, 19 tahun
dengan flour albus secara komprehensif.
d. Mampu memberikan penatalaksanaan asuhan kebidanan remaja pada Nn.L, 19
tahun dengan flour albus secara komprehensif.
5. Manfaat
Untuk Remaja
Diharapkan responden dapat menjaga kebersihan genetalianya menjaga menambah wawasan dalam hal
kewanitaan. Remaja dapat megetahui flour albus, dan cara penanganannya.
Untuk Tenaga Kesehatan
Studi kasus ini di harapkan dapat di jadikan Sebagian alternative Asuhan Kebidanan bagi Bidan dalam
upaya Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien tentang penyuluhan dan informasi
mengenai pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi terutama organ genetalia eksterna agar
terhindar dari keputihan, karena hasil dari pengkajian menunjukkan bahwa pengetahuan yang pasien
miliki masih kurang sehingga perlu mendapatkan ilmu atau suatu informasi yang baru jangan hanya
sebatas tahu saja, tapi juga harus dipraktikkan hal yang baiknya, dalam hal ini kebersihan organ genetalia
untuk mencegah terjadinya keputihan.
Untuk Instansi kesehatan
Studi kasus ini dapat di jadikan sumber referensi yang relevan dalam implementasi Asuhan kebidanan
sesuai Evidence Based dalam praktik kebidanan, dan di harapkan dapat menjadi upaya dalam
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terutama tentang masalah keputihan pada
remaja putri.
6. Flour albus
Definisi
Fluor albus (leukorea/keputihan/vaginal discharge) adalah semua pengeluaran
cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Fluor albus (keputihan) bukanlah
penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari semua penyakit
kandungan. Penyebab utama Fluor albus (keputihan) harus dicari dengan
anamnesa, pemeriksaan kandungan, dan pemeriksaan laboratorium. 10
Fluor albus (keputihan) diklasifikasikan menjadi Fluor albus fisiologis dan Fluor albus
patologis. Fluor albus fisiologis berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal,
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Dan Fluor albus patologis
berupa cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit, jumlahnya
berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas, sehingga seringkali
menyebabkan luka akibat garukan di daerah mulut vagina. ). 10
7. Etiologi
Pada keadaan normal, terdapat pertumbuhan flora normal di vagina seperti Lactobacillus sp dan flora
normal lain. Kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar bercampur dengan
bakteri, sel epitel vagina serta serviks. Normalnya pada perempuan Fluor albus memiliki manfaat sebagai
pelumas, dan sebagai mekanisme pertahanan dari berbagai macam infeksi. Pada keadaan normal inilah
Fluor albus berwarna jernih atau keruh berawan dengan tanpa bau maupun darah. pH fisiologisnya
berada pada kisaran antara 3.5-4.5 yang berfungsi untuk menghambat bakteri patogen tumbuh
berlebihan. 11
Penyebab keputihan fisiologis dari perubahan siklus hormon antara lain saat menjelang menstruasi atau
setelah menstruasi, saat masa subur, rangsangan seksual, saat wanita hamil dan stres baik fisik maupun
fisiologis
Perilaku Vginal Hygiene
Perilaku vaginal hygiene adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang dilakukan oleh seseorang
untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan
mencegah timbulnya penyakit. Vagianl hygiene merupakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi
dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan derajat kesehatan 14
8. No. Registrasi : 01
Tanggal Pengkajian : 13 Januari 2022
Waktu Pengkajian : 09.00 wib
Tempat Pengkajian : Klinik Utama Rawat Inap Rahayu
Pengkaji : Anita Rusnita
Data Subjektif
Klien mengatakan keputihan dan merasa tidak nyaman, Sedikit gatal atal pada kemaluan
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik/ Normal
Kesadaran : Compos mentis
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C
Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 155 cm
LILA : 23,5 cm
IMT : 18,7 kg/m2
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 4-5 Hari
Sebelum sakit : 6-7 hari
Banyak : 2-3x sehari ganti pembalut
Sifat darah : Merah encer tidak bergumpal
Sebelum sakit : Merah encer tidak bergumpal
Nyeri haid : kadang-kadang
Flour albus : sejak 5 hari yang lalu kira-kira 2cc
warnanya putih berbau khas amis dan sediki gatal
HPHT : 5 Januari 2023
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA REMAJA
TINJAUAN KASUS
9. Analisis Data
Nn. L, Remaja 19 Tahun dengan flour albus
Penatalaksanaan
Mengisi Inform Consent (IC). Evaluasi : pasien mengerti dan mau menandatangani surat inform consent
Menjelaskan tentang protokol Kesehatan masa pandemic dan harus menerapkan 6 M nya. Evaluasi : pasien
mengerti dan mau menerapkan 6M nya
Melakukan pemeriksaan fisik pada Nn. L. Evaluasi: pasien mau untuk dilakukan pemeriksaan
Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi dengan cara konseling pada pasien tentang : menggunakan celana
dalam yang dapat menyerap keringat, selalu mengganti celana dalam sehari minimal 2 kali dan tidak menggunakan
celana dalam yang ketat, begitupula dengan cara cebok yang benar dari arah depan (vagina) ke arah belakang (anus)
dan mengguanakan air bersih dengan menggunakan air mengalir lalu dikeringkan sebelum menggunakan pakaian
dalam. sering mengganti pembalut pada saat datang bulan, tidak menggunakan panthyliner, rajin berolahraga,
banyak minum. Evaluasi Pasien mengerti dan memahami serta akan mempraktikannya.
Memberikan informasi mengenai khasiat penggunaan rebusan daun sirih hijau . Evaluasi Pasien mengerti dan
memahami serta akan melakukannya.
Memberitahu pasien untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada keluhan. Evaluasi pasien
mengerti dan akan melakukan kunjungann ulang pada bulan Februari 2023.
Melakukan pendokumentasian. Evaluasi telah dilakukan pendokumentasian
10. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang diberikan kepada Nn. L , 19 tahun dengan keluhan keputihan pda tanggal 13
Januari 2023 maka penulis membuat pembahasan. Berdasarkan anamnesis pengkajian awal Nn. L, usia 19 tahun
termasuk kategori remaja. Hal ini sudah sesuai berdasarkan WHO (2022) remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah.
Berdasarkan pengkajian awal data Subjektif Nn. L , usia 19 tahun, secara anamesa pada tanggal 13 januari 2023
.didapatkan bahwa keluhan Nn. L yaitu merasakan tidak nyaman dengan keputihan sehingga mengganggu aktifitas.
Pada studi kasus fisiologi reproduksi, banyak wanita yang mengeluhkan keputihan (Fluor Albus) dan dirasakan tidak
nyaman, gatal dan berbau, bahkan terkadang perih. Setelah banyak penelitian yang berkembang berkaitan dengan
organ reproduksi wanita, ternyata berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari (Maharani, 2012). Meskipun keputihan (Fluor
Albus) termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya keputihan (Fluor Albus) tidak mudah disembuhkan. Sesuai
data WHO Keputihan (Fluor Albus) menyerang sekitar 50% populasi wanita didunia dan beresiko tinggi terhadap wanita
yang berusia reproduksi atau wanita usia subur. (Mansyur, 2012). Lebih dari 75% wanita di Indonesia mengalami
keputihan (Fluor Albus), paling tidak satu kali dalam hidupnya. Hal ini berkaitan dengan cuaca, yang mempermudah
berkembangnya infeksi jamur dan bakteri patogen.
11. PEMBAHASAN
Subjektif
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang diberikan kepada Nn. L , 19 tahun dengan keluhan keputihan pda tanggal 13
Januari 2023 maka penulis membuat pembahasan. Berdasarkan anamnesis pengkajian awal Nn. L, usia 19 tahun
termasuk kategori remaja. Hal ini sudah sesuai berdasarkan WHO (2022) remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah.
Berdasarkan pengkajian awal data Subjektif Nn. L , usia 19 tahun, secara anamesa pada tanggal 13 januari 2023
.didapatkan bahwa keluhan Nn. L yaitu merasakan tidak nyaman dengan keputihan sehingga mengganggu aktifitas.
Pada studi kasus fisiologi reproduksi, banyak wanita yang mengeluhkan keputihan (Fluor Albus) dan dirasakan tidak
nyaman, gatal dan berbau, bahkan terkadang perih. Setelah banyak penelitian yang berkembang berkaitan dengan
organ reproduksi wanita, ternyata berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari (Maharani, 2012). Meskipun keputihan (Fluor
Albus) termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya keputihan (Fluor Albus) tidak mudah disembuhkan. Sesuai
data WHO Keputihan (Fluor Albus) menyerang sekitar 50% populasi wanita didunia dan beresiko tinggi terhadap wanita
yang berusia reproduksi atau wanita usia subur. (Mansyur, 2012). Lebih dari 75% wanita di Indonesia mengalami
keputihan (Fluor Albus), paling tidak satu kali dalam hidupnya. Hal ini berkaitan dengan cuaca, yang mempermudah
berkembangnya infeksi jamur dan bakteri patogen.
12. PEMBAHASAN
Objektif
Tahap pengkajian data objektif yaitu dengan dilakukannya pemeriksaan fisik
terhadap Nn. L berupa pemeriksaan antropometri (BB, TB, dan Lila),
pemeriksaan tanda-tanda vital (TD, pernapasan, nadi, dan suhu), serta
pemeriksaan sistematis head to toe. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik/ Normal, Kesadaran : Compos mentis
Pemeriksan an Umum: Tekanan Darah : 110/70 mmHg , Nadi: 80x/mnt nafas :
20kali/menit: suhu:36.5 derajat celsius.
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 155 cm
LILA : 23,5 cm
IMT : 18,7 kg/m2
Dimana hal ini sesuai dengan teori Hidayat pemeriksaan isik adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis,biasanya pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak.
13. PEMBAHASAN
Analisa Data
Dalam langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah klien
atau kebutuhan berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada penentuan diagnosa
kebidanan pada Nn. L usia 19 tahun didapat dari hasil wawancara klien
mengatakan mengalami keputihan dan merasa tidak nyaman sehingga
mengganggu aktivitas klien. Dari hasil tersebut klien dapat di diagnosa
mengalami flour albus . Dimana hal ini sesuai dengan teori Maharani ( 2012)
Flour Albus (keputihan) adalah suatu gejala penyakit yang ditandai oleh
keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan
(Fluor Albus) merupakan salah satu alasan pada wanita yang paling sering untuk
memeriksakan diri ke dokter, khususnya dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan. Keputihan (Fluor Albus) dibagi menjadi dua jenis, yaitu keputihan
fisiologis dan patologis (Boyke, 2013).
14. PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan (Fluor Albus) adalah
dengan membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu
kestabilan pH di sekitar vagina, sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora
normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak bersahabat. Menghindari
pemakaian bedak pada organ kewanitaan karena bedak memiliki partikel halus
yang mudah terselip, akhirnya mengundang jamur dan bakteri. Selain hal
tersebut di atas, yaitu selalu mengeringkan bagian vagina sebelum berpakaian,
menggunakan celana dalam yang kering, apabila basah atau lembab, segera
mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai, menggunakan celana dalam
yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Pakaian luar juga perlu
diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat.
Pilihlah rok atau celana dengan bahan bukan jeans, agar sirkulasi udara di sekitar
organ intim bergerak leluasa, sering mengganti pembalut ketika menstruasi
(Decha, 2013).
15. PEMBAHASAN
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
Memberikan informasi mengenai khasiat penggunaan rebusan daun sirih hijau .
Evaluasi Pasien mengerti dan memahami serta akan melakukannya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Amir Syarif dari Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia, penggunaan daun sirih pada pengobatan
keputihan 90,0% pasien dinyatakan sembuh12
16. BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada kasus ini Nn. L usia 19 tahun diketahui berdasarkan pengkajian data
subjektif bahwa Nn. L merupakan remaja 19 tahun.
2. Hasil pemeriksaan dan pengkajian data objektif terhadap Nn L didapatkan
hasil bahwa pemeriksaan Nn. L usia 19 tahun baik dalam batas normal dan
mengalami ketidaknyaman karena flour albous
3. Dari hasil pemeriksaan fisik pada Nn. L usia 19 tahun,dapat di diagnosa
bahwa Nn. L usai 19 tahun dengan flour albus
4. Setelah dilakukan intervensi dengan memberikan konseling mengenai cara
penanganan flour albus , Nn. L lebih mengetahui penanganan saat terjadi
flour albus dan tidak mengganggu aktivitasnya .
17. Saran
Bagi Remaja
Disarankan kepada remaja untuk bekonsultasi kepada tenaga kesehatan apabila terdapat
keluhan flour albus, sehingga tenaga kesehatan dapat membuat perencanaan untuk
mengatasi flour albus yang patologis.
Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk lebih giat lagi dalam memberikan penyuluhan
kepada remaja tentang flour albus dan cara penanganannya .
Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan dapat lebih mengajarkan kepada mahasiswa untuk menganalis kasus-kasus
yang terjadi sehingga pada saat mahasiswa meraih gelar kebidanan dapat menerapkan
dalam profesinya sebagai bidan.
18. DAFTAR PUSTAKA
1. Maysaroh S, Mariza A. Pengetahuan tentang Keputihan pada Remaja Putri. Jurnal
Kebidanan Malahayati. 2021:7(1):104–108
2. Marwati. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Keputihan dan Personal Hygiene
dengan Kejadian Keputihan (Flour Albus) di SMAN 2 Kendari Tahun 2017. Skripsi. 2017
3. Febryary DR, Astuti S. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam
Penanganan Keputihan di Desa Cilayung. Jurnal Sistem Kesehatan. 2017;2:40–46.
4. WHO. The World Health Report-Reducing Risks, Promoting Healthy Life. Geneva: World
Health Organization; 2018.
5. Balitbangkes Kemenkes RI. Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Balitbangkes Kemenkes RI; 2019.
6. Dinkes Provinsi Lampung. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2018.
7. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI; 2018.
8. Hanifah, L., Setyorini, C. Dan Lieskusumastuti, A. (2021). “Perilaku Perawatan Genetalia
Eksterna Terhadap Kejadian Fluor Albus,” Jurnal Kebidanan Indonesia, 12(2), Hal. 111–
118. Tersedia Pada: Https://Stikesmus.Ac.Id/Jurnal/Index.Php/Jkebin/Index.
9. Sutarno. 2013. Deteksi Dini dan Pencegahan Keputihan pada Wanita. FKM Undip:
Semarang