SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
INFEKSI SALURAN KEMIH
Muhammad Sjaifullah Noer, Ninik Soemyarso
BATASAN
Infeksi saluran air kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran air kemih, mulai dari uretra,
buli-buli, ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal.
Infeksi ini dapat berupa :
- Pielonefritis akut
- Pielonefritis kronik
- Infeksi saluran air kemih berulang
- Bakteriuria bermakna
- Bakteriuria asimtomatis
ETIOLOGI
Kuman penyebab infeksi saluran air kemih :
- Kuman gram negatif : E.Coli (85%), Klebsiela, Entero-bakter, Proteus, dan
Pseudomonas.
- Stafilokokus Aureus, Streptokokus fecalis, kuman anaerob, TBC, jamur, virus dan
bentuk L bakteri protoplas.
PATOFISIOLOGI
Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau secara asending (anak-anak).
Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-balik vesikoureter (refluks vesikoureter), uropati
obstruktif, kelainan kongenital buli-buli atau ginjal, dan diaper rash. Patogenesis infeksi saluran
kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan
faktor organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria
atau dari uretra.
Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda
asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri berasal dari
tinjanya sendiri yang menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel
uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan
gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi
bakteri tersebut.
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti
bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada
permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari
kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of
fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya buli buli yang
terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa
ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu miksi
(dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan (hematuria).
Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik
akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis
akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi
lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu.
Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator toksik yang
dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal scarring).
GEJALA KLINIS
Gejala klinis infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri bila buang air kecil
(dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah biasanya panas tinggi, gejala gejala sistemik, nyeri di daerah pinggang belakang. Namun
demikian sulit membedakan infeksi saluran kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan
gejala klinis saja.
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :
0-1Bulan : Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan,
anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih
berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
2-6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kencing,
polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare,
muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.
6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.
DIAGNOSIS
Biakan air kemih :
Dikatakan infeksi positif apabila :
- Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman ≥105
/ml, 2
kali berturut-turut.
- Air kemih tampung dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman patogen yang
tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui pungsi suprapubik digunakan sebagai gold
standar.
Dugaan infeksi :
- Pemeriksaan air kemih : ada kuman, piuria, torak leukosit
- Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit esterase test, nitrit test.
Mencari faktor resiko infeksi saluran kemih :
- Pemeriksaan ultrasonografi ginjal untuk mengetahui kelainan struktur ginjal dan kandung
kemih.
- Pemeriksaan Miksio Sisto Uretrografi/MSU untuk mengetahui adanya refluks.
- Pemeriksaan pielografi intra vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi saluran kemih
dan mengetahui struktur ginjal serta saluran kemih.
DIAGNOSA BANDING
Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis
apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor
predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.
PENATALAKSANAAN
Ada 3 prinsip penatalaksanaan infeksi saluran air kemih :
- Memberantas infeksi
- Menghilangkan faktor predisposisi
- Memberantas penyulit
Medikamentosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan,
untuk eradikasi infeksi akut diberikan antibiotik secara empirik selama 7-10 hari. Jenis antibiotik
dan dosis dapat dilihat pada lampiran.
Bedah
Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan untuk menghilangkan
faktor predisposisi..
Suportif
Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan cukup, perawatan
higiene daerah perineum dan periuretra, pencegahan konstipasi.
Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Rujukan ke Bedah Urologi sesuai dengan kelainan yang ditemukan. Rujukan ke Unit
Rehabilitasi Medik untuk buli-buli neurogenik. Rujukan kepada SpA(K) bila ada faktor risiko.
PEMANTAUAN
Dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai gejala ISK umumnya
menghilang. Bila gejala belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain
sesuai dengan uji kepekaan antibiotik. Dilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang
3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan dan
setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotik sesuai hasil uji kepekaan.
Bila ditemukan ada kelainan anatomik maupun fungsional yang menyebabkan obstruksi,
maka setelah pengobatan fase akut selesai dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis (lihat
lampiran). Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang, ISK pada neonatus, dan
pielonefritis akut.
KOMPLIKASI
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik
(Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi).
Jenis dan dosis antibiotik untuk terapi ISK
Tabel : Dosis antibiotika pareneteral (A), Oral (B), Profilaksis (C)
Obat Dosis mg/kgBB/hari Frekuensi/ (umur bayi)
(A) Parenteral
Ampisilin 100
tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu)
Sefotaksim 150 dibagi setiap 6jam.
Gentamisin 5 tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
tiap 8 jam (bayi > 1 minggu)
Seftriakson 75 sekali sehari
Seftazidim 150 dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 dibagi setiap 8 jam
Tobramisin 5 dibagi setiap 8 jam
Ticarsilin 100 dibagi setiap 6 jam
(B) Oral
Rawat jalan antibiotik oral (pengobatan standar)
Amoksisilin 20-40 mg/Kg/hari q8h
Ampisilin 50-100 mg/Kg/hari q6h
Amoksisilin-asam klafulanat 50 mg/Kg/hari q8h
Sefaleksin 50 mg/Kg/hari q6-8h
Sefiksim 4 mg/kg q12h
Nitrofurantoin* 6-7 mg/kg q6h
Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h
Trimetoprim* 6-12 mg/kg q6h
Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h
*
Tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginja
(C) Terapi profilaksis
Nitrofurantoin* 1 -2 mg/kg
(1x malam hari)
Sulfisoksazole* 50 mg/Kg
Trimetoprim* 2mg/Kg
Sulfametoksazole 30-60 mg/kg
DAFTAR PUSTAKA
1. Brauhard BH, Travis BL, 1983. Infection of the urinary tract. In : Kelley VC, ed. Practice of
Pediatrics. Volume VIII. New York : Harper and Row Publ., 1-15.
2. Davis, Gothefors, 1984. Bacterial Infections in the Fetus and Newborn Infant. Philadelphia :
WB Saunders Co., 168.
3. Hanson S, Jodal U, 1999. Urinary Tract Infection. In Barratt TM, Avner ED, Harmon WE.
4th
ED. Baltimor, Maryland USA: Lippincott William & Wilkins., 835-871.
4. Hoberman A, Charron M, Hickey RW et al, 2003. Imaging studies after febrile urinary tract
infection in young children. N Engl J Med ; 348 :195-202.
5. Kempe CH, Silver HK, O,Brien D, 1980. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 6th
ed.
Singapore : Maruzen Co./Lange Medical Publ., 514.
6. Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb NJ.A,
Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3rd
ED. Great Britain: Oxford
Universsity Press., 197-225.
7. Rusdidjas, Ramayati R, 2002. Infeksi saluran kemih. In Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO. Buku ajar Nefrologi Anak. 2nd
.Ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 142-163.
empat berbagai asuhan keperawatan dan materi keperawatan
Type your s
ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH
Posted by Sanco Irianto A, S.Kep.Ns | Posted in Askep | Posted on 2/10/2010
ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH
By. SANCO IRIANTO A, S.Kep.Ns
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
jilid 2, Hal 369).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada usia lanjut. Akan tetapi,
wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi kurang lebih 5-15%.
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari urethra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara urethra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam
cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria
jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi akan menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
B. Etiologi
1. Bakteri (Eschericia coli)
2. Jamur dan virus
3. Infeksi ginjal
4. Prostat hipertropi (urine sisa)
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu:
1. Bendungan aliran urine:
a. Anatomi konginetal
b. Batu saluran kemih
c. Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesiko ureter
3. Urine sisa dalam buli-buli dapat terjadi karena:
a. Neurogenik bladder
b. Striktur urethra
c. Hipertropi prostat
4. Gangguan metabolic:
a. Hiperkalsemia (kalsium)
b. Hipokalemia (Kalium)
c. Agammaglobulinemia
5. Instrumentasi
a. Dilatasi urethra sistoskopi
6. Kehamilan
a. Faktor statis dan bendungan
b. pH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
C. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah
yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi
dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara
mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat
adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi
akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di
tempat lain.
Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan
menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi
oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik
ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik
dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa.
Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui
berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
D. Macam-macam ISK
1. Infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu:
a. Peradangan pada urethra atau urethritis.
b. Peradangan pada kandung kemih atau cystitis.
c. Peradangan pada prostat atau prostatitis.
2. Infeksi saluran bagian kemih atas yaitu:
a. Pielonefritis akut
b. Pielonefritis kronik
E. Gambaran Klinis
1. Uretritis biasanya memperlihatkan gejala:
a. Mukosa memerah dan edema
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada urethra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Adanya nanah awal miksi
f. Dysuria (nyeri waktu berkemih)
g. Kesulitan memulai kencing, kurang deras dan berhenti sementara miksi
(prostatismus)
h. Nyeri pada abdomen bagian bawah (supra pubic)
2. Cystitis biasanya memperlihatkan gejala:
a. Dysuria (nyeri waktu berkemih)
b. Peningkatan frekuensi berkemih
c. Sering kencing pada malam (nocturia)
d. Keinginan kuat untuk berkemih (urgency)
e. Kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang (stranguria)
f. Nyeri pinggang bawah atau suprapubic
g. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
3. Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala:
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri pinggang
d. Mual sampai muntah
e. “Irritative voiding symptoms” (sering miksi, mendesak dan dysuria)
f. Tanda penting: nyeri ketok pada pinggang (ginjal) yang terkena
4. Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis
akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal.
F. Komplikasi
1. Pembentukan abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal
G. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisis, Bakteriologis, USG dan IVP
H. Pengobatan
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif
2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke urethra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Perubahan pola eliminasi
3. Hipertermia
4. Resiko defisit volume cairan
5. Resiko infeksi sekunder
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
7. Kecemasan
8. Kurang pengetahuan
Reaksi:
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
11MAY200877 Comments
by GungWie in Info Kesehatan Tags: Ginjal, Infeksi Saluran Kemih, ISK, obat isk
Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih.(1)
Diteruskan dengan
ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril.(1)
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
- Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
(ascending)
- Hematogen
- Limfogen
-
Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter.(1)
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara ini
ascendinglah yang paling sering terjadi.(1)
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih
melalui uretra – prostate – vas deferens – testis (pada pria) buli-buli – ureter, dan sampai ke
ginjal (Gambar 1).(2)
Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di
sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada
dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.(2)
Meskipun begitu,faktor-faktor yang berpengaruh pada ISK akut yang terjadi pada wanita tidak
dapat ditemukan. Mikroorganisme yang paling sering ditemukan adalah jenis bakteri aerob.
Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.(3)
Terjadinya infeksi saluran
kemih karena adanya gangguan keseimbangan antar mikroorganisme penyebab infeksi
sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan
oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena
virulensi agentmeningkat. (2)
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. pertahanan lokal dari host
2. peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral maupun
imunitas seluler. (2)
Gambar 2. Faktor predisposisi terjadinya ISK (1)
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab terbanyak adalah Gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran
kemih. Dari gram-negatif Escherichia coli menduduki tempat teratas.(1)
Sedangkan jenis
gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK
sedangkan enterococcus dan staphylococcus aureussering ditemukan pada pasien
dengan batu saluran kemih.(1)
Gambar 3. Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK (1)
Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di dalam urine,
disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan
spesies Escherichia coli. Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik
adalah mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan kuman-
kuman yang ada di dalam urine bila jumlah cukup. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum
menghasilkan urine yang tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi saluran
kemih. (2)
ISK juga banyak terjadi melalui kateterisasi yang terjadi di rumah sakit. Berikut data
dari infeksi nosokomial terbanyak yang terjadi di rumah sakit
Gambar 3. infeksi nosokomial yang paling sering terjadi (4)
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
-
pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di
uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di
daerah suprapubik (1)
- Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,
demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.(1)
Obat Tepat Indikasi untuk Infeksi Saluran Kemih
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila sudah
terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.(5)
Antibiotika yang diberikan
berdasarkan atas kultur kuman dan test kepekaan antibiotika.(1)
Tujuan pengobatan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati
bakteriemia, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul
dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang
minimal. (6)
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin.
Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek sistemik
dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.(7)
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri di dalam urin. Indikasi yang
paling penting dalam pengobatan dan pemilihan antibiotik yang tepat adalah mengetahui jenis
bakteri apa yang menyebabkan ISK.(8)
Biasanya yang paling sering menyebabkan ISK adalah
bakteri gram negatif Escherichia coli. Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang pada
ISK untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
ISK sehingga mampu menganalisa penggunaan obat serta memilih obat yang tepat.(1)
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain :
- pengobatan dosis tunggal
- pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
- pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
- pengobatan profilaksis dosis rendah
- pengobatan supresif (1)
Berikut obat yang tepat untuk ISK :
Sulfonamide :
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur
analog dengan asam p-amino benzoat (PABA).(7)
Biasanya diberikan per oral, dapat dikombinasi
dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal. Sulfonamide
digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi
yang menyebabkan produksi PABA berlebihan. (9)
Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas), gangguan
pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity(granulositopenia,
(thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. (9,10)
Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu
paruhnya :
- Short acting
- Intermediate acting
- Long acting (9)
Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat
enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif
dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus
dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp.
Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal
(100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut (7,11)
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia. (9)
Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah resistensi,
dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran kemih,
pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus
influenza dan Moraxella catarrhalis. (7,9,10)
Karena Trimethoprim lebih bersifat larut
dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi yang
lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80
mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi
berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah. (7)
Dua tablet per hari mungkin cukup
untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa
diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang
berulang-ulang pada beberapa wanita. (7)
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam,
kemerahan, leukopenia dan diare.(9)
Fluoroquinolones :
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat topoisomerase
II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah relaksasi supercoiled
DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi normal. (9)
Fluoroquinolon menghambat
bakteri batang gram negatif termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria.
Setelah pemberian per oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara
luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-
beda. (7)
Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan
filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.(7)
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.Fluoroquinolon dapat
merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah
umur 18 tahun. (7)
- Norfloxacin :
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk
infeksi saluran kemih. (9)
- Ciprofloxacin :
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam melawan
bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus,
mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumoniae. (9)
- Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi kedua
tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif. (9)
Nitrofurantoin :
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif.
Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan
diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik.(12)
Obat ini
diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang
dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan. (7)
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama.Neuropati dan anemia
hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.(7)
Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat sehingga gangguan
yang terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan eliminasi dan mempermudah
terjadinya akumulasi dan intoksikasi obat. (1)
Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah menentukan dosis
obat agar dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek toksik. (13)
Pada gagal ginjal,
farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan terganggu sehingga diperlukan penyesuaian dosis
obat yang efektif dan aman bagi tubuh. Bagi pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis,
beberapa obat dapat mudah terdialisis, sehingga diperlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk
mencapai dosis terapeutik.(1)
Gagal ginjal akan menurunkan absorpsi dan menganggu kerja obat
yang diberikan secara oral oleh karena waktu pengosongan lambung yang memanjang,
perubahan PH lambung, berkurangnya absorpsi usus dan gangguan metabolisme di hati.(1)
Untuk
mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya antara lain dengan mengganti cara pemberian,
memberikan obat yang merangsang motilitas lambung dan menghindari pemberian bersama
dengan obat yang menggangu absorpsi dan motilitas.(1)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan fungsi ginjal adalah :
- penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat
-
pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, Amphotericine B,
Siklosporin. (1)
Bentuk dan dosis obat yang tepat untuk diberikan kepada pasien ISK dengan kelainan
fungsi ginjal
Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan kelainan
fungsi ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di ginjal. Beberapa
jurnal dan text book dikatakan penggunaanTrimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-
SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal gangguan fungsi ginjal. Hanya saja
penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil dan waktu yang lebih lama. (9)
Pada ekskresi obat perlu diperhatikan fungsi ginjal, yang diikuti dengan penurunan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG), terutama obat yang diberi dengan jangka panjang harus selalu
memperhitungkan fungsi ginjal pasien. Secara praktis dapat diukur dengan creatine
clearance test.(1)
LFG sangat berguna untuk menilai fungsi ginjal karena kreatinin merupakan
zat yang secara prima difiltrasi dengan jumlah yang cuma sedikit akan tetap bervariasi terhadap
bahan yang disekresi. (1)
Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX) :
Dosis yang diberikan pada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal haruslah lebih rendah. Pada
pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30 ml/menit, dosis yang diberikan adalah
setengah dari dosis Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12
jam. (9)
Cara pemberiannya dapat dilakukan secara oral maupun intravena. (7,9)
Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 – umur) x berat badan
72 x kreatinin serum
Daftar Pustaka
1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 3rd edition. Jakarta, FKUI. 2001.
2. Purnomo BB: Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition . Jakarta, Sagung Seto. 2003
3. Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis
A, Stamm WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract
Infection in Young Women. N Engl J Med 1996; 335: 468-474.
4. Burke JP. Infection Control- A Problem for Patient Safety. N Engl J Med2008; 348:
651-656.
5. Kennedy ES. Pregnancy,Urinary Tract infections. http://www.eMedicine.com. last
updated 8 August 2007. accesed 22 February 2008.
6. Stamm WE. An Epidemic of Urinary Tract Infections? N Engl J Med 2001; 345: 1055-
1057.
7. Jawetz E. Sulfonamid dan trimetoprim. In: Katzung BG (Ed): Farmakologi dasar dan
klinik. Jakarta, EGC.2002.
8. Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New york, Mcgraw-hill.2001.
9. Trevor AJ, Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s Pharmacology Examination
and Board Review 7th Edition. Newyork, Mcgrtaw-hill.2005.
10. Katzung BG (Ed). Lange Medical Book. Basic and Clinical Pharmacology 9thEdition,
Newyork, Mcgraw-hill.2001.
11. Carruthers SG et al. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology 4th edition, Newyork,
Mcgraw-hill.2000.
12. Urinary Tract Infection. http://www.wikipedia.com. last updated on February 19 2008.
accesed on February 22 2008.
13. Fihn SD. Acute Uncomplicated Urinary Tract Infection in Women. N Engl J
Med 2003; 349: 259-265.
14. Winotopradjoko M et al. Antifektikum kombinasi in: ISO Indonesia Informasi Spesialite
Obat Indonesia Vol.40 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2005 ;01.06
Infeksi saluran kemih
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus
yang sering terjadi dalam duniakedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan,
biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak
dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut
sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa:anyang-
anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK
asimtomatis.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Penyebab
2 Pencegahan dan saran
3 Macam
o 3.1 ISK primer
o 3.2 ISK sekunder
o 3.3 Lihat Juga
[sunting]Penyebab
ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan
penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga kalau
pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sitem ketahanan tubuh sudah berkurang,
apa saja jenis bakteri akan sangat gampang sekali masuk ke dalam tubuh.
[sunting]Pencegahan dan saran
ISK dapat dicegah dengan banyak minum dan tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk membersihkan
saluran kemih dari kuman. Bagi penderita ISK, kedua hal tersebut lebih ditekankan lagi karena ISK dapat
menimbulkan lingkaran setan. Penderita ISK dengan disuria cenderung untuk menahan kemih, padahal
menahan kemih itu sendiri dapat memperberat ISK.
Untuk mengurangi risiko ISK pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan lama kateterisasi.
[sunting]Macam
Macam ISK antara lain:
[sunting]ISK primer
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua:
1. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.
2. ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang sering digunakan
yaitu amoksisilin.
[sunting]ISK sekunder
ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang merupakan pertanda dari ISK
sekunder, karena penanganan ISK yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab
ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder biasanya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih,
pembesaran prostat, dan striktur uretra).
NFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram,
Barbara, 1998)
Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman
penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan
shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
1. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung
kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
2. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
3. Gangguan daya tahan tubuh
4. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
2. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang
efektif
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.
1. Asending
Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki
uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan
urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
2. Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap atau kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. System imunnitas yng menurun
5. Adanya hambatan pada saluran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
7. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan
sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi
bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh
traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
5. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
6. Demam
7. Menggigil
8. Nyeri panggul dan pinggang
9. Nyeri ketika berkemih
10. Malaise
11. Pusing
12. Mual dan muntah
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
2. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila
terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
3. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
4. Bakteriologis
5. Mikroskopis
6. Biakan bakteri
7. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
8. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah
atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
9. Metode tes
10. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan
nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
11. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
12. Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
13. Tes- tes tambahan :
14. Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
Penatalaksanaan
1. Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
2. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
3. Terapi antibiotika dosis tunggal
4. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
5. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
6. Terapi dosis rendah untuk supresi
7. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan
disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah
satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
8. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug
adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
2. Interansi obat
3. Efek samping obat
4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
5. Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
6. Efek nefrotosik obat
7. Efek toksisitas obat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 INFEKSI SALURAN KEMIH
2.1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter,
buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).
Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 10
5
colony forming
unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria).
Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria),
bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang. (Sukandar, E., 2004)
2.1.2 Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran
kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
(European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America) terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefrit is non
komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis
dan urosepsis (Naber KG et al). Pielonefrit is akut (PNA) adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK)
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
Universitas Sumatera Utarabakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal
yang
ditandai pielonifritis kronik yang spesifik. (Sukandar, E., 2004)
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan
ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan
tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh
sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah
infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke
bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun
bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK
complicated lebih sukar diobati.
2.1.3 Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun
perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis
papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit
sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi. (Sukandar, E., 2004)
Universitas Sumatera UtaraTable2.1: Epidemiologi ISK menurut usia dan jenis kelamin (Nguyen,
H.T.,2004):
Umur
(tahun)
Insidens (%)
Faktor risiko
Perempuan Lelaki
<1 0,7 2,7 Foreskin, kelainan anatomi gastrourinary
1-5 4,5 0,5 Kelainan amatomi gastrourinary
6-15 4,5 0.5 Kelainan fungsional gastrourinary
16-35 20 0,5 Hubungan seksual, penggunaan
diaphragm
36-65 35 20 Pembedahan, obstruksi prostate,
pemasangan kateter
>65 40 35 Inkontinensia, pemasangan kateter,
obstruksi prostat
Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di
2,7% lelaki dan 0,7% di perempuan (Wettergren, Jodal, and Jonasson, 1985).
Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah lebih banyak berbanding
dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan
pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens
bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara berkurang di lelaki
menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi
dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau
obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada anak usia 6-15
tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan
kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang
remaja, insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai
20%, sementara konstan pada lelaki muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis
akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama
yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia
lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas
Universitas Sumatera Utaradan mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1 tahun dan >65
tahun. (Nguyen, H.T., 2004).
2.1.4 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti
Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa dapat juga sebagai penyebab.
Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme (MO) yang Paling
Sering Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E., 2004)
Organisme gram positif seperti
Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan
Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan
struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada
ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan
Pseudomonas (Lumbanbatu, S.M., 2003).
Gram negative Gram positive
Famili Genus Spesies Famili Genus Spesies
Enterobacteri
acai
Escherichia coli Micrococc
aceae
Staphyloc
occus
aureus
Klebsiella pneumonia
oxytosa
Streptococ
ceae
Streptococ
cus
fecalis
enterococcu
Proteus mirabilis s
vulgaris
Enterobacter cloacae
aerogenes
Providencia rettgeri
stuartii
Morganella morganii
Citrobacter freundii
diversus
Serratia morcescens
Pseudomonad
aceae
Pseudomonas aeruginosa
2.1.5. Pathogenesis
Universitas Sumatera UtaraPathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK
tergantung dari
patogenitas dan status pasien sendiri (host).
A. Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk
Escherichia coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli
terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS).
Hanya IG serotype dari 170 serotipe O/ E.coli yang berhasil diisolasi rutin
dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas
khusus (Sukandar, E., 2004).
B. Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membukt ikan bahwa
fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan
untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P
fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang terdpat pada sel epitel
saluran kemih atas dan bawah (Sukandar, E., 2004).
C. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli
berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti α-hemolisin,
cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin
dan enterobactin). Hampir 95% α-hemolisin terikat pada kromosom dan
Universitas Sumatera Utaraberhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat pada
gen plasmio. (Sukandar, E., 2004)
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami
perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini
menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di
antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri
berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. (Sukandar, E., 2004)
D. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
i. Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik
mendukung hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor
risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih
pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran
kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh (eksasebasi) bila
sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran
kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap
infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter.
Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila
mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim
ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada
usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal
(GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.
(Sukandar, E., 2004)
ii. Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan
bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk
kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di bawah dapat dilihat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK
rekuren) dan status secretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air
dan beberapa kelas immunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi
ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI
Universitas Sumatera Utara(antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan
darah Lewis. (Sukandar, E., 2004)
Table 2.3 Faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap infeksi saluran
kemih (UTI) (Sukandar, E., 2004).
Genetic Biologis Perilaku Lainnya
Status
nonsekretorik
Kelainan congenital Senggama Operasi
urogenital
Antigen golongan
darah ABO
Urinary tract
obstruction
Riwayat infeksi
saluran kemih
sebelumnya
Diabetes inkontinensi
Penggunaan
diafragma,
kondom,
spermisida,
penggunaan,
penggunaan
ant ibiot ic terkini.
Terapi estrogen
Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih
normal (ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah nonsekretorik dibandingkan
kelompok sekretorik. Penelitian lain melaporkan sekresi
IgA urin meningkat dan diduga mempunyai peranan penting untuk kepekaan
terhadap ISK rekuren. (Sukandar, E., 2004)
2.1.6. Patofisiologi ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan
gram negative. (Sukandar, E., 2004)
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari
uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks
vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan
di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi
Universitas Sumatera Utarainfeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus
aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus)
dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut
(PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen. (Sukandar, E., 2004)
2.1.7 Presentasi klinis ISK
Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan harus
dilakuakan investigasi faktor predisposisi atau pencetus.
a. Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi
(39,5-40,5 °C), disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis
PNA ini sering didahului gejala ISK bawah (sistitis).
b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik,
polakiuria, nokturia, disuria, dan stanguria.
c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan
dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50
thun. Presentasi klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan sering
kencing) disertai cfu/ml urin <10
5
i. Kelompok pertama pasien dengan piuria, biakan uria dapat
diisolasi E-coli dengan cfu/ml urin 10
; sering disebut sistitis abakterialis.
Sindrom uretra akut (SUA) dibagi 3 kelompok pasien, yaitu:
3
-10
5
ii. Kelompok kedua pasien leukosituri 10-50/lapangan pangdang
tinggi dan kultur urin steril. Kultur khusus ditemukan clamydia
trachomalis atau bakteri anaerobic.
Sumber infeksi berasal .
dari kelenjar peri-uretral atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini
memberikan respon baik terhadap antibiotik standar seperti
ampsilin.
iii. Kelompok ketiga pasien tanpa piuri dan biakan urin steril.
d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu: a). Re-infeksi (reinfections). Pada umumnya
episode infeksi dengan interval >6 minggu
mikroorganisme (MO) yang berlainan. b). Relapsing infection. Setiap kali
Universitas Sumatera Utarainfeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak
mendapat terapi yang adekuat. (Sukandar, E., 2004)
Table 2.4 : klasifikasi ISK Rekuren dan Mikroorganisme (MO) (Sukandar, E.,
2004).
Klasifikasi ISK Pathogenesis Mikroorganisme Gender
Sekali-sekali ISK Reinfeksi Berlainan Laki-laki atau
wanita
Sering ISK Sering episode
ISK
Berlainan Wanita
ISK persisten Sama Wanita atau lakilaki
ISK setelah terapi Terapi tidak sesuai Sama Wanita atau lakilaki
Tidak adekuat
(relapsing)
Terapi inefektif
setelah reinfeksi
Sama Wanita atau lakilaki
Infeksi persisten Sama Wanita atau lakilaki
Reinfeksi cepat Sama/berlainan Wanita atau lakilaki
Fistula
enterovesikal
Berlainan Wanita atau lakilaki
Universitas Sumatera Utara2.1.8 Pemeriksaan penunjang diagnosis ISK
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin,
serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan. (Sukandar, E., 2004)
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK.Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi
ISK termasuklah ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV,
micturating cystogram), dan isotop scanning. (Sukandar, E., 2004)
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosuria
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap
dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada
sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula
dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
Gambar 2.1. Leukosuria
b. Hematur ia
Universitas Sumatera UtaraDipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila
dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh
berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
a. Mikroskopis
2. Bakteriologis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram.
Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak
emersi.
b. Biakan bakteri
Gambar 2.2. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, 1996:
• Wanita, simtomatik
>10
2
10
organisme koliform/ml urin plus piuria, atau
5
Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang
diambil dengan cara aspirasi suprapubik
organisme pathogen apapun/ml urin, atau
• Laki-laki, simtomat ik
>10
3
• Pasien asimtomat ik
organisme patogen/ml urin
10
5
organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah
sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai
3. Tes kimiawi
Universitas Sumatera Utaralebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan
perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1%
untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya
diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)
Gambar 2.3. Plat celup
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan
padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin.
Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat
penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37° C.
Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman
antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak
dapat diketahui.
2.1.9 Manajemen ISK
2.1.9.1 Infeksi saluran kemih bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliput i intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:
Universitas Sumatera Utara• Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan
ant ibiot ika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg
• Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan
terapi konvensional selama 5-10 hari
• Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekositoria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
• Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikut i
koreksi faktor resiko.
• Tanpa faktor predisposisi
- Asupan cairan banyak
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (misal trimetroprim 200mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Sindroma uretra akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman 10
3
-10
5
2.1.9.2 Infeksi saluran kemih atas
memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasi l yang
baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba
yang serasi, misal golongan kuinolon. (Sukandar, E., 2004)
Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling
sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut:
- Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap
ant ibiot ika oral.
- Pasien sakit berat atau debilitasi.
- Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.
- Diperlukan invesstigasi lanjutan.
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.
Universitas Sumatera Utara- Komorbiditas sepert i kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut .
The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes
sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas
terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin
disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status
klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi
oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki
spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan
antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga
memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien (Coyle and Prince,
2005).
2.1.10. Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik
bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai
presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria harus rutin dengan jadual tertentu
untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan
pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterasi laki-laki dan
perempuan. (Sukandar, E., 2004)
2.2. Uji Sensitiviatas Antibiotika (Antibiotic Sensitivity Test)
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh
suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat/membasmi mikroba lain
(jasad renik / bakteri), khususnya mikroba yang merugikan manusia yaitu mikroba
Universitas Sumatera Utarapenyebab infeksi pada manusia (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S.,
2007).
Tes uji kepekaan antibiotika merupakan suatu metode untuk menentukan
kerentanan suatu orgamisme terhadap terapi antibiotika yang diberikan. Apabila
organism infeksius telah dikenali, ia dikultur dan diuji terhadap beberapa jenis
obat antibiotic (tergantung jenis mikroba sama ada gram positif atau gram
negative). Sekiranya pertumbuhan mikroba dihambat oleh aksi obat tersebut, ia
dilaporkan sebagai sensitive/peka terhadap antibiotic tersebut. Jika pertumbuhan
mikroba tidak dihambat oleh antibiotik, dikatakan sebagai resisten terhadap obat
tersebut. (The Free Dictionary by Farlex)
Identifikasi suatu mikroba selalu dikerjakan bersamaan dengan tes AST.
Ini dapat memberi gambaran jenis mikroba yang telah dikultur sekaligus
mengenali jenis antibiotika yang harus dipertimbangkan. Kepekaan suatu isolasi
terhadap antibiotic tertentu diukur dengan mencapai Minimim Inhibitory
Concentration (MIC) atau breakpoint. Ini merupakan konsentrasi
minimal/terendah (diuji di double dilutions) antibiotika dimana isolate tidak dapat
memberikan pertumbahan yang tampak setelah inkubasi (Rapidmicrobiology).
Penetapan kerentanan patogen terhadap antimikroba penting untuk
menyelidik antibiotik yang sesuai untuk mengobati penyakit. Tidak ada gunanya
menggunakan antibiotik yang tidak efektif untuk menlawan mikroorganisme
penyebab penyakit. Ada beberapa prosedur berbeda yang digunakan oleh ahli
mikrobiologi klinis untuk menentukan sensitivitas mikroorganisme terhadap
ant ibiotik, antara lain metode Cakran KIRBY-BAUER dan Metode Konsentrasi
Hambatan Minimum (KHM) atau Minimum inhibitory concentration (MIC)
(Harmita dan Radji, M., 2008).
Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap
mikroorganisme terhadap antibiotik adalah degan mengokulasi pelat agar dengan
biakan dan membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah
mengandungi antibiotik diletakakkan di permukaan pelat agar yang mengandung
Universitas Sumatera Utaramikroorganisme yang ingin diuji. Konsentrasi sebanding dengan luas bidang
difusi. Pada jarak tertentu pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi
sampai pada titik antibiotik tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan
mikroba. Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan
tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram tempat zat
dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan
penggaris dan hasil dari eksperimen ini merupakan satu antibiogram (Harmita dan
Radji, M., 2008).
2.2.1. Metode Cakram KIRBY-BAUER
Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan
cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menujukkan
konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif antibiotik yang
berbeda menjadi dasar bagi spektrum sensitivitas suatu organisme. Informasi ini,
bersama dengan berbagai pertimbangan farmakologi, digunakan dalam memilih
antibiotik untuk pengobatan (Harmita dan Radji, M., 2008).
Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas
media biakan, kecepatan difusi antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media.
Selain itu, zat yang ditemukan mempunyai efek samping signifikan tidak bolah
digunakan untuk terapi karena zat ini mungkin juga mempunyai efek samping
signifikan pada sistem yang diobati (Harmita dan Radji, M., 2008).
Metode cakram mewakili prosedur sederhana untuk menyelidik zat dalam
menentukan apakah zat tersebut signifikan dan mempunyai aktivitas antibiotik
yang berguna (Harmita dan Radji, M., 2008).
Universitas Sumatera Utara(sumber: Rapidmikrobiology)
Gambar 2.4. menunjukkan suatu hasil daripada metode cakram. Bakteri tersebut
adalah sensitif terhadap antibiotika C dan D, sementara resisten terhadap A, B,
,dan E.
Tabel 2.5. Interpretasi sensitivitas antibiotic (diameter zona hambat dalam
mm)
Universitas Sumatera Utara2.2.2. Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)
Konsentrasi hambatan minimum (KHM) adalah konsentrasi antibiotik
terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu.
Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang masih
efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis
antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien. Inokulum
mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang
mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme
akan termonitor dengan perubahan kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme in vitro dapat ditentukan
(Harmita dan Radji, M., 2008).
2.2.3. Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik
Rumah sakit merupakan tempat penggunaan antibiotik paling banyak
ditemukan. Di negara yang sudah maju 13 – 37 % dari seluruh penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal ataupun
kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30 – 80 % penderita yang dirawat di
rumah sakit mendapatkan antibiotik. (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah,
S., 2007).
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap
ant ibiot ika. Faktor yang penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan
pengendalian infeksi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika secara bijaksana
merupakan hal yang sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi
secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut ke
masyarakat (Hadi, 2006). Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas
penggunaan antibiotika sangat diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai
jika dikumpulkan, dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem atau metode
yang terstandar (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007). Resisitensi
antibiotik dapat berlaku secara natural terhadap sesuatu mikroba/ kombinasi obat,
atau resisten yang didapat (acquired resistance), dimana penyalahgunaan
Universitas Sumatera Utaraantimikroba disebabkan populasi yang terexpose kepada lingkungan dengan
mikroba yang resisten secara genetik (mutasi spontaneous atau DNA transfer dari
sel lain yang resisten). Mikroba tersebut dapat tumbuh dan menyebar
(Rapidmicrobiology).
Setiap wilayah perlu mengembangkan suatu kebijakan penggunaan
antibiotika sesuai prevalensi resistensi setempat. Situasi penggunaan antibiotika
memang harus dievaluasi dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan hasil
monitoring kepekaan kuman yang mutakhir serta masukan yang dapat diberikan
oleh klinikus (Nelwan, 2006). Diketahuinya pola kepekaan kuman juga sangat
bermanfaat untuk menetapkan kebijakan perputaran penggunaan antibiotika
(antibiotics cycling) sebagai salah satu upaya meminimalkan kejadian resistensi.
Perubahan penggunaan antibiotika untuk pengobatan suatu infeksi sangat
mungkin dan bahkan harus dilakukan dengan catatan dilakukan atas dasar
pertimbangan pola kepekaan setempat. Dengan demikian terapi antibiotika
diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal (Saepudin, Sulistiawan, R.Y.,
dan Hanifah, S., 2007).
Universitas Sumatera Utara
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang dapat terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung
kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra).
Gejala infeksi saluran kemih
Penderita infeksi saluran kemih mungkin mengeluhkan hal-hal berikut:
Sakit pada saat atau setelah kencing
Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)
Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
Nyeri pada pinggang
Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi
bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
Penyebab Infeksi saluran kemih
Bakteri utama penyebab Infeksi saluran kemih adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak
terdapat pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra
wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga
dapat dipicu oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat
menimbulkan batu.
Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK pada laki-
laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi. Berbeda dengan E coli,
kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus bersamaan pada
suami dan istri.
Pencegahan infeksi saluran kemih
Perbanyak minum air
Berceboklah dengan cara dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina
atau uretra.
Bersihkan alat vital Anda sebelum berhubungan
Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran kencing
Jangan menahan kencing bila Anda ingin buang air kecil
Mandi dengan gayung/shower, tidak dengan bath tub
Pengobatan infeksi saluran kemih
Pengobatan infeksi saluran kemih biasanya dilakukan dokter dengan pemberian antibiotik. Bila Anda
merasakan gejala di atas, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Obat herbal untuk infeksi saluran kencing
Bagi penderita infeksi saluran kemih bisa mencoba pengobatan secara herbal dengan mengkonsumsi jus
kulit manggis Xamthone Plus. Sesuai hasil penelitian bahwa didalam kulit manggis itu mempunyai
kandungan Xanthone yang efektif membasmi berbagai bentuk bakteri penyebab penyakit.
Saya pribadi punya pengalaman berharga dalam penyembuhan infeksi saluran kemih. Seorang pasien
bernama Ibu Diah yang tinggal di Pomogan, Denpasar saat ini sudah sembuh dari infeksi saluran
kencing. Ibu Diah ini mengkonsumsi 6 botol XAMthone Plus selama 2 bulan. Sebelumnya ibu ini sudah
berobat lebih dari setahun ke dokter spesialis tapi belum ada perkembangan karena masih merasa sakit
kalau saat kencing dan pinggang bagian bawah juga terasa sakit. Akhirnya dia memutuskan mencoba
membeli XAMthone Plus dari saya dan syukurlah ibu Diah sekarang sudah tidak merasakan sakitnya
lagi. Kalau anda mau menanyakan pengalaman ibu ini langsung boleh ke rumahnya di Perumahan
Gunung Sari no 1A, Pomogan – Denpasar.

More Related Content

What's hot (11)

Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
Askep isk fitri fix
Askep isk fitri fixAskep isk fitri fix
Askep isk fitri fix
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran KemihJurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
Makalah pyelonephritis
Makalah pyelonephritisMakalah pyelonephritis
Makalah pyelonephritis
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 

Similar to Etiologi isk (20)

Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Patofisiologi isk
Patofisiologi iskPatofisiologi isk
Patofisiologi isk
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
Askep isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Askep isk kelompok 4 b11 a
Askep isk kelompok 4 b11 aAskep isk kelompok 4 b11 a
Askep isk kelompok 4 b11 a
 
kelompok199
kelompok199kelompok199
kelompok199
 
POPON 2.pptx
POPON 2.pptxPOPON 2.pptx
POPON 2.pptx
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep kolitis
Askep kolitisAskep kolitis
Askep kolitis
 
Presentasi cysdtitis
Presentasi cysdtitisPresentasi cysdtitis
Presentasi cysdtitis
 
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
 
Pylonephritis
PylonephritisPylonephritis
Pylonephritis
 
Laporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitisLaporan pendahuluan-peritonitis
Laporan pendahuluan-peritonitis
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Etiologi isk

  • 1. INFEKSI SALURAN KEMIH Muhammad Sjaifullah Noer, Ninik Soemyarso BATASAN Infeksi saluran air kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran air kemih, mulai dari uretra, buli-buli, ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal. Infeksi ini dapat berupa : - Pielonefritis akut - Pielonefritis kronik - Infeksi saluran air kemih berulang - Bakteriuria bermakna - Bakteriuria asimtomatis ETIOLOGI Kuman penyebab infeksi saluran air kemih : - Kuman gram negatif : E.Coli (85%), Klebsiela, Entero-bakter, Proteus, dan Pseudomonas. - Stafilokokus Aureus, Streptokokus fecalis, kuman anaerob, TBC, jamur, virus dan bentuk L bakteri protoplas. PATOFISIOLOGI Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau secara asending (anak-anak). Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-balik vesikoureter (refluks vesikoureter), uropati obstruktif, kelainan kongenital buli-buli atau ginjal, dan diaper rash. Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut. Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya buli buli yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan (hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu.
  • 2. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal scarring). GEJALA KLINIS Gejala klinis infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri bila buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala infeksi saluran kemih bagian bawah biasanya panas tinggi, gejala gejala sistemik, nyeri di daerah pinggang belakang. Namun demikian sulit membedakan infeksi saluran kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan gejala klinis saja. Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut : 0-1Bulan : Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma, panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis). 1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang. 2-6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia. 6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna. DIAGNOSIS Biakan air kemih : Dikatakan infeksi positif apabila : - Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman ≥105 /ml, 2 kali berturut-turut. - Air kemih tampung dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman patogen yang tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui pungsi suprapubik digunakan sebagai gold standar. Dugaan infeksi : - Pemeriksaan air kemih : ada kuman, piuria, torak leukosit - Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit esterase test, nitrit test. Mencari faktor resiko infeksi saluran kemih : - Pemeriksaan ultrasonografi ginjal untuk mengetahui kelainan struktur ginjal dan kandung kemih. - Pemeriksaan Miksio Sisto Uretrografi/MSU untuk mengetahui adanya refluks. - Pemeriksaan pielografi intra vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi saluran kemih dan mengetahui struktur ginjal serta saluran kemih. DIAGNOSA BANDING Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.
  • 3. PENATALAKSANAAN Ada 3 prinsip penatalaksanaan infeksi saluran air kemih : - Memberantas infeksi - Menghilangkan faktor predisposisi - Memberantas penyulit Medikamentosa Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, untuk eradikasi infeksi akut diberikan antibiotik secara empirik selama 7-10 hari. Jenis antibiotik dan dosis dapat dilihat pada lampiran. Bedah Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan untuk menghilangkan faktor predisposisi.. Suportif Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan cukup, perawatan higiene daerah perineum dan periuretra, pencegahan konstipasi. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll) Rujukan ke Bedah Urologi sesuai dengan kelainan yang ditemukan. Rujukan ke Unit Rehabilitasi Medik untuk buli-buli neurogenik. Rujukan kepada SpA(K) bila ada faktor risiko. PEMANTAUAN Dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai gejala ISK umumnya menghilang. Bila gejala belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain sesuai dengan uji kepekaan antibiotik. Dilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang 3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan dan setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotik sesuai hasil uji kepekaan. Bila ditemukan ada kelainan anatomik maupun fungsional yang menyebabkan obstruksi, maka setelah pengobatan fase akut selesai dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis (lihat lampiran). Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang, ISK pada neonatus, dan pielonefritis akut. KOMPLIKASI Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi). Jenis dan dosis antibiotik untuk terapi ISK Tabel : Dosis antibiotika pareneteral (A), Oral (B), Profilaksis (C) Obat Dosis mg/kgBB/hari Frekuensi/ (umur bayi) (A) Parenteral Ampisilin 100 tiap 12 jam (bayi < 1 minggu) tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu) Sefotaksim 150 dibagi setiap 6jam. Gentamisin 5 tiap 12 jam (bayi < 1 minggu) tiap 8 jam (bayi > 1 minggu)
  • 4. Seftriakson 75 sekali sehari Seftazidim 150 dibagi setiap 6 jam Sefazolin 50 dibagi setiap 8 jam Tobramisin 5 dibagi setiap 8 jam Ticarsilin 100 dibagi setiap 6 jam (B) Oral Rawat jalan antibiotik oral (pengobatan standar) Amoksisilin 20-40 mg/Kg/hari q8h Ampisilin 50-100 mg/Kg/hari q6h Amoksisilin-asam klafulanat 50 mg/Kg/hari q8h Sefaleksin 50 mg/Kg/hari q6-8h Sefiksim 4 mg/kg q12h Nitrofurantoin* 6-7 mg/kg q6h Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h Trimetoprim* 6-12 mg/kg q6h Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h * Tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginja (C) Terapi profilaksis Nitrofurantoin* 1 -2 mg/kg (1x malam hari) Sulfisoksazole* 50 mg/Kg Trimetoprim* 2mg/Kg Sulfametoksazole 30-60 mg/kg
  • 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Brauhard BH, Travis BL, 1983. Infection of the urinary tract. In : Kelley VC, ed. Practice of Pediatrics. Volume VIII. New York : Harper and Row Publ., 1-15. 2. Davis, Gothefors, 1984. Bacterial Infections in the Fetus and Newborn Infant. Philadelphia : WB Saunders Co., 168. 3. Hanson S, Jodal U, 1999. Urinary Tract Infection. In Barratt TM, Avner ED, Harmon WE. 4th ED. Baltimor, Maryland USA: Lippincott William & Wilkins., 835-871. 4. Hoberman A, Charron M, Hickey RW et al, 2003. Imaging studies after febrile urinary tract infection in young children. N Engl J Med ; 348 :195-202. 5. Kempe CH, Silver HK, O,Brien D, 1980. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 6th ed. Singapore : Maruzen Co./Lange Medical Publ., 514. 6. Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb NJ.A, Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3rd ED. Great Britain: Oxford Universsity Press., 197-225. 7. Rusdidjas, Ramayati R, 2002. Infeksi saluran kemih. In Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku ajar Nefrologi Anak. 2nd .Ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 142-163. empat berbagai asuhan keperawatan dan materi keperawatan Type your s ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH Posted by Sanco Irianto A, S.Kep.Ns | Posted in Askep | Posted on 2/10/2010 ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH By. SANCO IRIANTO A, S.Kep.Ns A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Hal 369). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada usia lanjut. Akan tetapi, wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi kurang lebih 5-15%. Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari urethra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
  • 6. jauhnya jarak antara urethra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi akan menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius. B. Etiologi 1. Bakteri (Eschericia coli) 2. Jamur dan virus 3. Infeksi ginjal 4. Prostat hipertropi (urine sisa) Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu: 1. Bendungan aliran urine: a. Anatomi konginetal b. Batu saluran kemih c. Oklusi ureter (sebagian atau total) 2. Refluks vesiko ureter 3. Urine sisa dalam buli-buli dapat terjadi karena: a. Neurogenik bladder b. Striktur urethra c. Hipertropi prostat 4. Gangguan metabolic: a. Hiperkalsemia (kalsium) b. Hipokalemia (Kalium) c. Agammaglobulinemia 5. Instrumentasi a. Dilatasi urethra sistoskopi 6. Kehamilan a. Faktor statis dan bendungan b. pH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman C. Patofisiologi Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui: 1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi. 2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal. 3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi. Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara
  • 7. mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain. Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi. Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi. D. Macam-macam ISK 1. Infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu: a. Peradangan pada urethra atau urethritis. b. Peradangan pada kandung kemih atau cystitis. c. Peradangan pada prostat atau prostatitis. 2. Infeksi saluran bagian kemih atas yaitu: a. Pielonefritis akut b. Pielonefritis kronik E. Gambaran Klinis 1. Uretritis biasanya memperlihatkan gejala: a. Mukosa memerah dan edema b. Terdapat cairan eksudat yang purulent c. Ada ulserasi pada urethra d. Adanya rasa gatal yang menggelitik e. Adanya nanah awal miksi f. Dysuria (nyeri waktu berkemih) g. Kesulitan memulai kencing, kurang deras dan berhenti sementara miksi (prostatismus) h. Nyeri pada abdomen bagian bawah (supra pubic) 2. Cystitis biasanya memperlihatkan gejala: a. Dysuria (nyeri waktu berkemih) b. Peningkatan frekuensi berkemih c. Sering kencing pada malam (nocturia) d. Keinginan kuat untuk berkemih (urgency) e. Kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang (stranguria) f. Nyeri pinggang bawah atau suprapubic g. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah 3. Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala: a. Demam b. Menggigil
  • 8. c. Nyeri pinggang d. Mual sampai muntah e. “Irritative voiding symptoms” (sering miksi, mendesak dan dysuria) f. Tanda penting: nyeri ketok pada pinggang (ginjal) yang terkena 4. Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. F. Komplikasi 1. Pembentukan abses ginjal atau perirenal 2. Gagal ginjal G. Pemeriksaan diagnostic Urinalisis, Bakteriologis, USG dan IVP H. Pengobatan 1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif 2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut 3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke urethra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces. I. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri 2. Perubahan pola eliminasi 3. Hipertermia 4. Resiko defisit volume cairan 5. Resiko infeksi sekunder 6. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur 7. Kecemasan 8. Kurang pengetahuan Reaksi:
  • 9. Infeksi Saluran Kemih (ISK) 11MAY200877 Comments by GungWie in Info Kesehatan Tags: Ginjal, Infeksi Saluran Kemih, ISK, obat isk Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih.(1) Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril.(1) Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui : - Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending) - Hematogen - Limfogen - Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter.(1) Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara ini ascendinglah yang paling sering terjadi.(1) Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostate – vas deferens – testis (pada pria) buli-buli – ureter, dan sampai ke ginjal (Gambar 1).(2) Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.(2) Meskipun begitu,faktor-faktor yang berpengaruh pada ISK akut yang terjadi pada wanita tidak dapat ditemukan. Mikroorganisme yang paling sering ditemukan adalah jenis bakteri aerob. Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.(3) Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antar mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan
  • 10. oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agentmeningkat. (2) Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah : 1. pertahanan lokal dari host 2. peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral maupun imunitas seluler. (2) Gambar 2. Faktor predisposisi terjadinya ISK (1) Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab terbanyak adalah Gram- negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram-negatif Escherichia coli menduduki tempat teratas.(1) Sedangkan jenis gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan enterococcus dan staphylococcus aureussering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih.(1) Gambar 3. Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK (1) Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di dalam urine, disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan
  • 11. spesies Escherichia coli. Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan kuman- kuman yang ada di dalam urine bila jumlah cukup. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum menghasilkan urine yang tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi saluran kemih. (2) ISK juga banyak terjadi melalui kateterisasi yang terjadi di rumah sakit. Berikut data dari infeksi nosokomial terbanyak yang terjadi di rumah sakit Gambar 3. infeksi nosokomial yang paling sering terjadi (4) Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut : - pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik (1) - Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.(1) Obat Tepat Indikasi untuk Infeksi Saluran Kemih Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.(5) Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan test kepekaan antibiotika.(1) Tujuan pengobatan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. (6) Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.(7)
  • 12. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri di dalam urin. Indikasi yang paling penting dalam pengobatan dan pemilihan antibiotik yang tepat adalah mengetahui jenis bakteri apa yang menyebabkan ISK.(8) Biasanya yang paling sering menyebabkan ISK adalah bakteri gram negatif Escherichia coli. Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang pada ISK untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK sehingga mampu menganalisa penggunaan obat serta memilih obat yang tepat.(1) Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain : - pengobatan dosis tunggal - pengobatan jangka pendek (10-14 hari) - pengobatan jangka panjang (4-6 minggu) - pengobatan profilaksis dosis rendah - pengobatan supresif (1) Berikut obat yang tepat untuk ISK : Sulfonamide : Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA).(7) Biasanya diberikan per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan. (9) Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity(granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. (9,10) Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu paruhnya : - Short acting - Intermediate acting - Long acting (9) Trimethoprim : Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut (7,11) Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia. (9) Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX): Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus
  • 13. influenza dan Moraxella catarrhalis. (7,9,10) Karena Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah. (7) Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang pada beberapa wanita. (7) Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam, kemerahan, leukopenia dan diare.(9) Fluoroquinolones : Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi normal. (9) Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda- beda. (7) Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.(7) Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun. (7) - Norfloxacin : Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk infeksi saluran kemih. (9) - Ciprofloxacin : Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumoniae. (9) - Levofloxacin Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif. (9) Nitrofurantoin : Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik.(12) Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan. (7)
  • 14. Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama.Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.(7) Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat sehingga gangguan yang terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan eliminasi dan mempermudah terjadinya akumulasi dan intoksikasi obat. (1) Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah menentukan dosis obat agar dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek toksik. (13) Pada gagal ginjal, farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan terganggu sehingga diperlukan penyesuaian dosis obat yang efektif dan aman bagi tubuh. Bagi pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis, beberapa obat dapat mudah terdialisis, sehingga diperlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai dosis terapeutik.(1) Gagal ginjal akan menurunkan absorpsi dan menganggu kerja obat yang diberikan secara oral oleh karena waktu pengosongan lambung yang memanjang, perubahan PH lambung, berkurangnya absorpsi usus dan gangguan metabolisme di hati.(1) Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya antara lain dengan mengganti cara pemberian, memberikan obat yang merangsang motilitas lambung dan menghindari pemberian bersama dengan obat yang menggangu absorpsi dan motilitas.(1) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan fungsi ginjal adalah : - penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat - pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, Amphotericine B, Siklosporin. (1) Bentuk dan dosis obat yang tepat untuk diberikan kepada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan kelainan fungsi ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di ginjal. Beberapa jurnal dan text book dikatakan penggunaanTrimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP- SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil dan waktu yang lebih lama. (9) Pada ekskresi obat perlu diperhatikan fungsi ginjal, yang diikuti dengan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), terutama obat yang diberi dengan jangka panjang harus selalu memperhitungkan fungsi ginjal pasien. Secara praktis dapat diukur dengan creatine clearance test.(1) LFG sangat berguna untuk menilai fungsi ginjal karena kreatinin merupakan zat yang secara prima difiltrasi dengan jumlah yang cuma sedikit akan tetap bervariasi terhadap bahan yang disekresi. (1) Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX) : Dosis yang diberikan pada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal haruslah lebih rendah. Pada pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30 ml/menit, dosis yang diberikan adalah
  • 15. setengah dari dosis Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12 jam. (9) Cara pemberiannya dapat dilakukan secara oral maupun intravena. (7,9) Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 – umur) x berat badan 72 x kreatinin serum Daftar Pustaka 1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3rd edition. Jakarta, FKUI. 2001. 2. Purnomo BB: Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition . Jakarta, Sagung Seto. 2003 3. Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A, Stamm WE. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract Infection in Young Women. N Engl J Med 1996; 335: 468-474. 4. Burke JP. Infection Control- A Problem for Patient Safety. N Engl J Med2008; 348: 651-656. 5. Kennedy ES. Pregnancy,Urinary Tract infections. http://www.eMedicine.com. last updated 8 August 2007. accesed 22 February 2008. 6. Stamm WE. An Epidemic of Urinary Tract Infections? N Engl J Med 2001; 345: 1055- 1057. 7. Jawetz E. Sulfonamid dan trimetoprim. In: Katzung BG (Ed): Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta, EGC.2002. 8. Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New york, Mcgraw-hill.2001. 9. Trevor AJ, Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s Pharmacology Examination and Board Review 7th Edition. Newyork, Mcgrtaw-hill.2005. 10. Katzung BG (Ed). Lange Medical Book. Basic and Clinical Pharmacology 9thEdition, Newyork, Mcgraw-hill.2001. 11. Carruthers SG et al. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology 4th edition, Newyork, Mcgraw-hill.2000. 12. Urinary Tract Infection. http://www.wikipedia.com. last updated on February 19 2008. accesed on February 22 2008. 13. Fihn SD. Acute Uncomplicated Urinary Tract Infection in Women. N Engl J Med 2003; 349: 259-265. 14. Winotopradjoko M et al. Antifektikum kombinasi in: ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol.40 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2005 ;01.06
  • 16. Infeksi saluran kemih Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam duniakedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa:anyang- anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. Daftar isi [sembunyikan] 1 Penyebab 2 Pencegahan dan saran 3 Macam o 3.1 ISK primer o 3.2 ISK sekunder o 3.3 Lihat Juga [sunting]Penyebab ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sitem ketahanan tubuh sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat gampang sekali masuk ke dalam tubuh. [sunting]Pencegahan dan saran ISK dapat dicegah dengan banyak minum dan tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk membersihkan saluran kemih dari kuman. Bagi penderita ISK, kedua hal tersebut lebih ditekankan lagi karena ISK dapat menimbulkan lingkaran setan. Penderita ISK dengan disuria cenderung untuk menahan kemih, padahal menahan kemih itu sendiri dapat memperberat ISK. Untuk mengurangi risiko ISK pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan lama kateterisasi.
  • 17. [sunting]Macam Macam ISK antara lain: [sunting]ISK primer Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua: 1. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal. 2. ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang sering digunakan yaitu amoksisilin. [sunting]ISK sekunder ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan ISK yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder biasanya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran prostat, dan striktur uretra).
  • 18. NFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998) Klasifikasi Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut : 1. Kandung kemih (sistitis) 2. Uretra (uretritis) 3. Prostat (prostatitis) 4. Ginjal (pielonefritis) Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi: 1. ISK uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih. 2. ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut: 1. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis. 2. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK. 3. Gangguan daya tahan tubuh 4. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease. Etiologi Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: 1. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated 2. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) 3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: 1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif 2. Mobilitas menurun 3. Nutrisi yang sering kurang baik 4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral 5. Adanya hambatan pada aliran urin
  • 19. 6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen. 1. Asending Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. 2. Hematogen Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya: 1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif. 2. Mobilitas menurun 3. Nutrisi yang sering kurang baik 4. System imunnitas yng menurun 5. Adanya hambatan pada saluran urin 6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. 7. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah : 1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih 2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis 3. Hematuria 4. Nyeri punggung dapat terjadi 5. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah : 6. Demam
  • 20. 7. Menggigil 8. Nyeri panggul dan pinggang 9. Nyeri ketika berkemih 10. Malaise 11. Pusing 12. Mual dan muntah Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis 2. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih 3. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. 4. Bakteriologis 5. Mikroskopis 6. Biakan bakteri 7. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 8. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 9. Metode tes 10. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. 11. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : 12. Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). 13. Tes- tes tambahan : 14. Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. Penatalaksanaan 1. Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. 2. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas: 3. Terapi antibiotika dosis tunggal 4. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari 5. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu 6. Terapi dosis rendah untuk supresi 7. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
  • 21. 8. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya: 1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan 2. Interansi obat 3. Efek samping obat 4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal 5. Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal: 6. Efek nefrotosik obat 7. Efek toksisitas obat
  • 22. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INFEKSI SALURAN KEMIH 2.1.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004). Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 10 5 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang. (Sukandar, E., 2004) 2.1.2 Klasifikasi Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU (European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of America) terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefrit is non
  • 23. komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis dan urosepsis (Naber KG et al). Pielonefrit is akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa Universitas Sumatera Utarabakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonifritis kronik yang spesifik. (Sukandar, E., 2004) Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK complicated lebih sukar diobati. 2.1.3 Epidemiologi ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
  • 24. seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta kateterisasi. (Sukandar, E., 2004) Universitas Sumatera UtaraTable2.1: Epidemiologi ISK menurut usia dan jenis kelamin (Nguyen, H.T.,2004): Umur (tahun) Insidens (%) Faktor risiko Perempuan Lelaki <1 0,7 2,7 Foreskin, kelainan anatomi gastrourinary 1-5 4,5 0,5 Kelainan amatomi gastrourinary 6-15 4,5 0.5 Kelainan fungsional gastrourinary 16-35 20 0,5 Hubungan seksual, penggunaan diaphragm 36-65 35 20 Pembedahan, obstruksi prostate, pemasangan kateter >65 40 35 Inkontinensia, pemasangan kateter, obstruksi prostat Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7% lelaki dan 0,7% di perempuan (Wettergren, Jodal, and Jonasson, 1985). Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens
  • 25. bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara berkurang di lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada lelaki muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas Universitas Sumatera Utaradan mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun. (Nguyen, H.T., 2004). 2.1.4 Etiologi Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme (MO) yang Paling Sering Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E., 2004) Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan
  • 26. struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas (Lumbanbatu, S.M., 2003). Gram negative Gram positive Famili Genus Spesies Famili Genus Spesies Enterobacteri acai Escherichia coli Micrococc aceae Staphyloc occus aureus Klebsiella pneumonia oxytosa Streptococ ceae Streptococ cus fecalis enterococcu Proteus mirabilis s vulgaris Enterobacter cloacae aerogenes Providencia rettgeri
  • 27. stuartii Morganella morganii Citrobacter freundii diversus Serratia morcescens Pseudomonad aceae Pseudomonas aeruginosa 2.1.5. Pathogenesis Universitas Sumatera UtaraPathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas dan status pasien sendiri (host). A. Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170 serotipe O/ E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus (Sukandar, E., 2004). B. Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membukt ikan bahwa fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah (Sukandar, E., 2004). C. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti α-hemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin
  • 28. dan enterobactin). Hampir 95% α-hemolisin terikat pada kromosom dan Universitas Sumatera Utaraberhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen plasmio. (Sukandar, E., 2004) Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. (Sukandar, E., 2004) D. Peranan Faktor Tuan Rumah (host) i. Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa hipertensi. (Sukandar, E., 2004) ii. Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan
  • 29. bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di bawah dapat dilihat beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK rekuren) dan status secretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air dan beberapa kelas immunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI Universitas Sumatera Utara(antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis. (Sukandar, E., 2004) Table 2.3 Faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap infeksi saluran kemih (UTI) (Sukandar, E., 2004). Genetic Biologis Perilaku Lainnya Status nonsekretorik Kelainan congenital Senggama Operasi urogenital Antigen golongan darah ABO Urinary tract obstruction Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya Diabetes inkontinensi Penggunaan diafragma,
  • 30. kondom, spermisida, penggunaan, penggunaan ant ibiot ic terkini. Terapi estrogen Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah nonsekretorik dibandingkan kelompok sekretorik. Penelitian lain melaporkan sekresi IgA urin meningkat dan diduga mempunyai peranan penting untuk kepekaan terhadap ISK rekuren. (Sukandar, E., 2004) 2.1.6. Patofisiologi ISK Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative. (Sukandar, E., 2004) Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi Universitas Sumatera Utarainfeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen. (Sukandar, E., 2004) 2.1.7 Presentasi klinis ISK
  • 31. Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan harus dilakuakan investigasi faktor predisposisi atau pencetus. a. Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5 °C), disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah (sistitis). b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakiuria, nokturia, disuria, dan stanguria. c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 thun. Presentasi klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan sering kencing) disertai cfu/ml urin <10 5 i. Kelompok pertama pasien dengan piuria, biakan uria dapat diisolasi E-coli dengan cfu/ml urin 10 ; sering disebut sistitis abakterialis. Sindrom uretra akut (SUA) dibagi 3 kelompok pasien, yaitu: 3 -10 5 ii. Kelompok kedua pasien leukosituri 10-50/lapangan pangdang tinggi dan kultur urin steril. Kultur khusus ditemukan clamydia trachomalis atau bakteri anaerobic. Sumber infeksi berasal . dari kelenjar peri-uretral atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini memberikan respon baik terhadap antibiotik standar seperti
  • 32. ampsilin. iii. Kelompok ketiga pasien tanpa piuri dan biakan urin steril. d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu: a). Re-infeksi (reinfections). Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu mikroorganisme (MO) yang berlainan. b). Relapsing infection. Setiap kali Universitas Sumatera Utarainfeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat. (Sukandar, E., 2004) Table 2.4 : klasifikasi ISK Rekuren dan Mikroorganisme (MO) (Sukandar, E., 2004). Klasifikasi ISK Pathogenesis Mikroorganisme Gender Sekali-sekali ISK Reinfeksi Berlainan Laki-laki atau wanita Sering ISK Sering episode ISK Berlainan Wanita ISK persisten Sama Wanita atau lakilaki ISK setelah terapi Terapi tidak sesuai Sama Wanita atau lakilaki Tidak adekuat (relapsing) Terapi inefektif setelah reinfeksi Sama Wanita atau lakilaki Infeksi persisten Sama Wanita atau lakilaki Reinfeksi cepat Sama/berlainan Wanita atau lakilaki Fistula enterovesikal
  • 33. Berlainan Wanita atau lakilaki Universitas Sumatera Utara2.1.8 Pemeriksaan penunjang diagnosis ISK Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan. (Sukandar, E., 2004) Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning. (Sukandar, E., 2004) Pemeriksaan laboratorium a. Leukosuria 1. Urinalisis Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Gambar 2.1. Leukosuria b. Hematur ia Universitas Sumatera UtaraDipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila
  • 34. dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris. a. Mikroskopis 2. Bakteriologis Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi. b. Biakan bakteri Gambar 2.2. Biakan bakteri Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, 1996: • Wanita, simtomatik >10 2 10 organisme koliform/ml urin plus piuria, atau 5 Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik organisme pathogen apapun/ml urin, atau • Laki-laki, simtomat ik >10 3 • Pasien asimtomat ik
  • 35. organisme patogen/ml urin 10 5 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan. Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai 3. Tes kimiawi Universitas Sumatera Utaralebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter. 4. Tes Plat-Celup (Dip-slide) Gambar 2.3. Plat celup Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37° C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui. 2.1.9 Manajemen ISK 2.1.9.1 Infeksi saluran kemih bawah
  • 36. Prinsip manajemen ISK bawah meliput i intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin: Universitas Sumatera Utara• Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan ant ibiot ika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg • Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari • Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa lekositoria. Reinfeksi berulang (frequent re-infection) • Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikut i koreksi faktor resiko. • Tanpa faktor predisposisi - Asupan cairan banyak - Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal trimetroprim 200mg) - Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. Sindroma uretra akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman 10 3 -10 5 2.1.9.2 Infeksi saluran kemih atas memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasi l yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon. (Sukandar, E., 2004) Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
  • 37. rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut: - Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap ant ibiot ika oral. - Pasien sakit berat atau debilitasi. - Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan. - Diperlukan invesstigasi lanjutan. - Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi. Universitas Sumatera Utara- Komorbiditas sepert i kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut . The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien (Coyle and Prince, 2005). 2.1.10. Pencegahan
  • 38. Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria harus rutin dengan jadual tertentu untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterasi laki-laki dan perempuan. (Sukandar, E., 2004) 2.2. Uji Sensitiviatas Antibiotika (Antibiotic Sensitivity Test) Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat/membasmi mikroba lain (jasad renik / bakteri), khususnya mikroba yang merugikan manusia yaitu mikroba Universitas Sumatera Utarapenyebab infeksi pada manusia (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007). Tes uji kepekaan antibiotika merupakan suatu metode untuk menentukan kerentanan suatu orgamisme terhadap terapi antibiotika yang diberikan. Apabila organism infeksius telah dikenali, ia dikultur dan diuji terhadap beberapa jenis obat antibiotic (tergantung jenis mikroba sama ada gram positif atau gram negative). Sekiranya pertumbuhan mikroba dihambat oleh aksi obat tersebut, ia dilaporkan sebagai sensitive/peka terhadap antibiotic tersebut. Jika pertumbuhan mikroba tidak dihambat oleh antibiotik, dikatakan sebagai resisten terhadap obat tersebut. (The Free Dictionary by Farlex) Identifikasi suatu mikroba selalu dikerjakan bersamaan dengan tes AST. Ini dapat memberi gambaran jenis mikroba yang telah dikultur sekaligus mengenali jenis antibiotika yang harus dipertimbangkan. Kepekaan suatu isolasi terhadap antibiotic tertentu diukur dengan mencapai Minimim Inhibitory Concentration (MIC) atau breakpoint. Ini merupakan konsentrasi
  • 39. minimal/terendah (diuji di double dilutions) antibiotika dimana isolate tidak dapat memberikan pertumbahan yang tampak setelah inkubasi (Rapidmicrobiology). Penetapan kerentanan patogen terhadap antimikroba penting untuk menyelidik antibiotik yang sesuai untuk mengobati penyakit. Tidak ada gunanya menggunakan antibiotik yang tidak efektif untuk menlawan mikroorganisme penyebab penyakit. Ada beberapa prosedur berbeda yang digunakan oleh ahli mikrobiologi klinis untuk menentukan sensitivitas mikroorganisme terhadap ant ibiotik, antara lain metode Cakran KIRBY-BAUER dan Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) atau Minimum inhibitory concentration (MIC) (Harmita dan Radji, M., 2008). Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap mikroorganisme terhadap antibiotik adalah degan mengokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandungi antibiotik diletakakkan di permukaan pelat agar yang mengandung Universitas Sumatera Utaramikroorganisme yang ingin diuji. Konsentrasi sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak tertentu pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi sampai pada titik antibiotik tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan hasil dari eksperimen ini merupakan satu antibiogram (Harmita dan Radji, M., 2008). 2.2.1. Metode Cakram KIRBY-BAUER Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menujukkan
  • 40. konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi dasar bagi spektrum sensitivitas suatu organisme. Informasi ini, bersama dengan berbagai pertimbangan farmakologi, digunakan dalam memilih antibiotik untuk pengobatan (Harmita dan Radji, M., 2008). Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media. Selain itu, zat yang ditemukan mempunyai efek samping signifikan tidak bolah digunakan untuk terapi karena zat ini mungkin juga mempunyai efek samping signifikan pada sistem yang diobati (Harmita dan Radji, M., 2008). Metode cakram mewakili prosedur sederhana untuk menyelidik zat dalam menentukan apakah zat tersebut signifikan dan mempunyai aktivitas antibiotik yang berguna (Harmita dan Radji, M., 2008). Universitas Sumatera Utara(sumber: Rapidmikrobiology) Gambar 2.4. menunjukkan suatu hasil daripada metode cakram. Bakteri tersebut adalah sensitif terhadap antibiotika C dan D, sementara resisten terhadap A, B, ,dan E. Tabel 2.5. Interpretasi sensitivitas antibiotic (diameter zona hambat dalam mm) Universitas Sumatera Utara2.2.2. Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) Konsentrasi hambatan minimum (KHM) adalah konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu. Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien. Inokulum mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang
  • 41. mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme akan termonitor dengan perubahan kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme in vitro dapat ditentukan (Harmita dan Radji, M., 2008). 2.2.3. Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik Rumah sakit merupakan tempat penggunaan antibiotik paling banyak ditemukan. Di negara yang sudah maju 13 – 37 % dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal ataupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30 – 80 % penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik. (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007). Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap ant ibiot ika. Faktor yang penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika secara bijaksana merupakan hal yang sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut ke masyarakat (Hadi, 2006). Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas penggunaan antibiotika sangat diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem atau metode yang terstandar (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007). Resisitensi antibiotik dapat berlaku secara natural terhadap sesuatu mikroba/ kombinasi obat, atau resisten yang didapat (acquired resistance), dimana penyalahgunaan Universitas Sumatera Utaraantimikroba disebabkan populasi yang terexpose kepada lingkungan dengan mikroba yang resisten secara genetik (mutasi spontaneous atau DNA transfer dari sel lain yang resisten). Mikroba tersebut dapat tumbuh dan menyebar
  • 42. (Rapidmicrobiology). Setiap wilayah perlu mengembangkan suatu kebijakan penggunaan antibiotika sesuai prevalensi resistensi setempat. Situasi penggunaan antibiotika memang harus dievaluasi dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan hasil monitoring kepekaan kuman yang mutakhir serta masukan yang dapat diberikan oleh klinikus (Nelwan, 2006). Diketahuinya pola kepekaan kuman juga sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan perputaran penggunaan antibiotika (antibiotics cycling) sebagai salah satu upaya meminimalkan kejadian resistensi. Perubahan penggunaan antibiotika untuk pengobatan suatu infeksi sangat mungkin dan bahkan harus dilakukan dengan catatan dilakukan atas dasar pertimbangan pola kepekaan setempat. Dengan demikian terapi antibiotika diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal (Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007). Universitas Sumatera Utara
  • 43. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang dapat terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra). Gejala infeksi saluran kemih Penderita infeksi saluran kemih mungkin mengeluhkan hal-hal berikut: Sakit pada saat atau setelah kencing Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah Nyeri pada pinggang Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah) Penyebab Infeksi saluran kemih Bakteri utama penyebab Infeksi saluran kemih adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat menimbulkan batu. Mikroorganisme lain yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK pada laki- laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi. Berbeda dengan E coli, kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus bersamaan pada suami dan istri. Pencegahan infeksi saluran kemih Perbanyak minum air Berceboklah dengan cara dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina atau uretra. Bersihkan alat vital Anda sebelum berhubungan Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran kencing Jangan menahan kencing bila Anda ingin buang air kecil Mandi dengan gayung/shower, tidak dengan bath tub Pengobatan infeksi saluran kemih Pengobatan infeksi saluran kemih biasanya dilakukan dokter dengan pemberian antibiotik. Bila Anda merasakan gejala di atas, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Obat herbal untuk infeksi saluran kencing Bagi penderita infeksi saluran kemih bisa mencoba pengobatan secara herbal dengan mengkonsumsi jus kulit manggis Xamthone Plus. Sesuai hasil penelitian bahwa didalam kulit manggis itu mempunyai kandungan Xanthone yang efektif membasmi berbagai bentuk bakteri penyebab penyakit. Saya pribadi punya pengalaman berharga dalam penyembuhan infeksi saluran kemih. Seorang pasien bernama Ibu Diah yang tinggal di Pomogan, Denpasar saat ini sudah sembuh dari infeksi saluran kencing. Ibu Diah ini mengkonsumsi 6 botol XAMthone Plus selama 2 bulan. Sebelumnya ibu ini sudah berobat lebih dari setahun ke dokter spesialis tapi belum ada perkembangan karena masih merasa sakit kalau saat kencing dan pinggang bagian bawah juga terasa sakit. Akhirnya dia memutuskan mencoba
  • 44. membeli XAMthone Plus dari saya dan syukurlah ibu Diah sekarang sudah tidak merasakan sakitnya lagi. Kalau anda mau menanyakan pengalaman ibu ini langsung boleh ke rumahnya di Perumahan Gunung Sari no 1A, Pomogan – Denpasar.