3. Definisi BPH
Hiperplasia prostat jinak BPH (Benigna prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan tak-ganas stroma dan
kelenjar epitel prostat yang menyebabkan pembesaran kelenjar prostat. Benign prostatic hyperplasia dapat
didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar prostat yang memanjang ke atas, ke dalan kandung kemih, yang
menghambat aliran urin serta menutupi orifisium uretra. Secara patologis, BPH dikarakteristikkan dengan
meningkatnya jumlah sel stroma dan epithelia pada bagian periuretra prostat. Peningkatan jumlah sel stroma
dan epithelia ini disebabkan adanya proliferasi atau gangguan pemrograman kematian sel yang menyebabkan
terjadinya akumulasi sel.
4. Anatomi Fisiologi BPH
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior buli-buli di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20
gram. Kelenjar prostat yang terbagi atas beberapa zona, antara lain zona perifer,
zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler, dan zona periuretra.
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional (Reynard J.,
2006).
Kelenjar postat merupaka organ berkapsul yang terletak dibawah kandung kemih
dan ditembus oleh uretra. Uretra yang menembus kandung kemih ini disebut
uretra pars prostatika. Lumen uretra pars prostatika dilapisi oleh epitel
transisional (Eroschenko., 2008).
5. Patofisiologi BPH
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah
kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal
(1976) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat
dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional,
zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Pumomo, 2000), Sjamsuhidajat
(2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer.
Pumomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung
pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar
prostat.
6. Penyebab BPH
Penyebab BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan hormon
androgen (Mansjoer, 2000, hal 329). Ada beberapa hipotesis yang menyebutkan
bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
Dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan estrogen
pada usia lanjut
2. Peranan dari growth faktor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat
3. Meningkatnya waktu hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
7. Tanda dan Gejala BPH
1. Gejala prostatimus
(nokturia,urgency,penurunan daya aliran urin).
2. Retensi urin
biasanya pancaran urin lemah, terjadi hesistansi, intermitensi,urin
menetes, dorongan mengejan yang kuat saat miksi dan retensi urin.
3. Pembesaran prostat
Hal ini diketahui melalui pemeriksaan rektal toucher (RT) anterior.
Biasanya didapatkan gambaran pembesaran prostat dengan konsistensi
jinak.
8. Kasus
Tn. D berumur 50 tahun, datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
dengan keluhan tidak bisa buang air kecil (BAK) sejak 2 hari lalu,
meskipun rasa kencing ada, sebelumnya riwayat LUTS nockturia,
frekuensi berkemih meningkat, urgensi sering dirasakan. Pasien
mengatakan tidak nafsu makan, merasa mual dan muntah. Pasien tampak
menahan nyeri (meringis), gelisah, cemas, lemas, dan mengeluh nyeri
saat ingin berkemih, nyeri seperti tertekan, nyeri pada perut bagian bawah
, nyeri terus menerus, dan skala nyeri 8. TD : 140/90 mmHg, RR : 20
x/menit, S : 37C, N : 120 x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio
suprapubik bulging, dan pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya
pembesaran prostate. Oleh dokter yang memeriksanya dianjurkan
dipasang dower cateter dan selanjutnya direncanakan tindakan TURP.
9. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Gombong ,Kebumen
Diagnosa Medis : BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
10. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Pasien mengeluh tidak bisa kencing 2 hari yang lalu
Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang RS PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan
tidak bisa kencing sejak 2 hari lalu, meskipun rasa kencing ada, sebelumnya riwayat LUTS
nockturia, frekuensi berkemih meningkat, urgensi sering dirasakan. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan, merasa mual dan muntah. Pasien tampak menahan nyeri (meringis), gelisah,
cemas, lemas, dan mengeluh nyeri saat ingin berkemih, nyeri seperti tertekan, nyeri pada perut
bagian bawah , nyeri terus menerus, dan skala nyeri 8. TD = 140/90 mmHg, RR= 20 x/menit, S=
37C, N= 120 x/menit. IPSS (International Prostate. Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio
suprapubik bulging, dan pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya pembesaran prostate. Oleh
dokter yang memeriksanya dianjurkan dipasang dower cateter dan selanjutnya direncanakan
tindakan TURP.
Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan belum pernah dirawat di RS, dan tidak
mempunyai riwayat penyakit dalam.
Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dari keluarga
11. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmetis
Tanda – tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
N : 120 x/menit
S : 37oC
RR : 20 x/menit
12. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, rambut terlihat hitam beruban,
rambut lurus, rambut tidak bersih, tidak ada bekas luka.
Palpasi : Tidak ada ketombe, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan dan tidak ada lesi.
Muka
Inspeksi : Tidak ada luka, muka bulat, berkulit sawo matang,
tampak pucat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mata
Bentuk simetris, ada rangsangan cahaya, konjungtiva anemis, pupil isokor dengan ukuran
kanan 3 mm dan kiri 3 mm.
Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada lendir.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut
Mukosa bibir kering, pucat, tidak ada pendarahan pada gusi, dan tonsil merah muda.
13. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat sedikit serumen, dan tidak ada gangguan
pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, getah bening, dan JVP tidak meningkat.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Dada
A. Paru
Inspeksi :Bentuk dada dan thorax simetris.
Palpasi : Pengembangan dada seimbang, vokal premitus seimbang, tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi : Suara sonor.
Auskultasi : Vesikuler kanan-kiri.
B. Jantung
Inspeksi : Ictuscordis tidak terlihat / tidak ada.
Palpasi : Ictuscordis tidak teraba.
Perkusi : Suara redup
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler
14. Abdomen
Inspeksi : Simetris, kulit berwarna sawo matang dan tidak ada bekas luka.
Auskultasi : Bising usus 18 x/menit.
Perkusi : Suara tympani
Palpasi : Ada nyeri tekan dan teraba adanya pembesaran pada bagian suprapubik, hepar
dan lien tidak teraba membesar.
Ekstremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus, jumlah jari lengkap, tidak ada kelemahan
anggota gerak.
Bawah : Tidak ada pembengkakan pada kedua kaki, jumlah jari-jari lengkap, tidak
ada kelemahan anggota gerak, tidak ada edema, jari-jari kaki hangat.
Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada benjolan.
Palpasi : Tidak ada luka tekan, tugor kulit baik.
Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, terpasang Dower Kateter.
15. Pengkajian Pola Virginia
Henderson
Pola Bernapas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa bantuan
dan tidak ada keluhan.
Saat dikaji : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa bantuan dan
tidak ada keluhan RR : 20 x/menit
Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan lebih dari 3 kali sehari (3-4 kali) habis satu porsi
dengan sayur, lauk, minum 5 gelas sehari.
Saat dikaji : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan habis 1 porsi kecil dengan sayur, lauk, dan
minum 5 gelas sehari
Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK 4 kali sehari dengan warna kuning jernih, BAB 1 kali
sehari konsisten berwarna kuning.
Saat dikaji : Pasien mengatakan sering 7-8 kali BAK dengan miksi sedikit dan susah BAB
Saat Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur teratur selama 5-7 jam sehari
Saat dikaji : Pasien mengatakan susah tidur
16. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktivitas sendiri
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya dan aktivitas
dibantu oleh keluarga.
Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu mengganti/ menggunakan pakaian sendiri
tanpa bantuan
Saat dikaji : Pasien mengatakan mengganti pakaian dibantu oleh keluarga
Pola Menjaga Suhu
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika cuaca panas menggunakan pakaian tipis dan jika
cuaca dingin menggunakan pakaian tebal.
Saat dikaji : Pasien mengatakan jika cuaca panas menggunakan pakaian tipis dan jika
cuaca dingin menggunakan pakaian tebal dan selimut.
Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi dan sikat gigi 2 kali sehari pagi dan sore.
Saat diakji : Pasien mengatakan sikat gigi 1 kali sehari dan mandi/diseka 1 kali sehari.
17. Pola Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman saat BAK dan BAB.
Saat dikaji : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena susah BAK
Pola beribadah
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat sholat 5 waktu tanpa ada gangguan.
Saat dikaji :Pasein mengatakan tidak melaksanakan sholat 5 waktu seprti biasanya
yaitu sholat dengan tiduran
Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik tanpa ada
gangguan.
Saat dikaji : Pasien pada saat diajak komunikasi kurang merespon karena nyeri
Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan setiap minggu pergi kepantai bersama keluarga.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat seperti biasanya. Dan pada saat ini
pasien mengatakan sering mendengarkan murotal.
18. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan setiap harinya bekerja sebagai petani.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat bekerja seperti biasanya.
Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya belum mengetahui tentang penyakitnya.
Saat dikaji : Pasien mengatakan mendapatkan informasi tentang penyakit dari dokter
dan perawat.
19. Analisa Data
Hari, Tgl, Jm Data Fokus Etiologi Problem
1 Sabtu, 20 juli
2020
12.00 WIB
DS= Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah (suprapibik)
P : pasien mengatakan nyeri bertambah saat ingin berkemih
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut bagian bawah (suprapubik)
S : Skala nyeri 8
T : nyeri berkelanjutan
DO = Pasien tampak menahan nyeri, meringis, gelisah, lemas
Palpasi Abdomen : Ada nyeri tekan dan teraba adanya pembesaran pada bagian
suprapubik.
TD : 140/90 mmHg
N : 120 x/menit
S : 37oC
RR: 20 x/menit
Agen Cedera Fisik Nyeri Akut
2 Sabtu, 20 juli
2020
12.00 WIB
DS = Pasien mengatakan susah kencing, sering kencing, urgensi (desakan berkemih)
DO = Pasien Tampak menahan berkemih, gelisah, lemas
TD : 140/90 mmHg
N : 120 x/menit
S : 37oC
RR : 20 x/menit
Peningkatan tekanan uretra Retensi Urin
21. Intervensi Keperawatan
no Kriteria hasil intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan masalah nyeri akut dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
Tingkat Nyeri (L.08066)
- Keluhan nyeri : menurun
- Meringis : menurun
- Kesullitan tidur : menurun
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi :
- Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan
Terapeutik :
- Memberikan terapi non farmakologis seperti
distraksi relaksasi
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
22. 2. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam diharapkan gangguan
retensi urine membaik
dengan kriteria hasil :
Eliminasi Urin (L.04034)
- Desakan berkemih :
menurun
- Anuria : menurun
Katetrisasi Urine (I.04148)
Observasi :
- Periksa kondisi pasien
Terapeutik :
- Siapkan peralatan
- Siapkan pasien
- Pasang sarung tangan
- Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan
NaCl atau aquades
- Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip
aseptic
- Sambungkan kateter urine dengan urine bag
- Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran pabrik
- Fiksasi selang kateter
- Pastika kantung urine lebih rendah dari kandung kemih
- Berikan label waktu pemasangan
23. Edukasi :
- Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter
- Jelaskan tujuan dan manfaat prosedur yang dilakukan
Manajemen Eliminasi Urin (I04152)
Observasi :
- Identifikasi tanda inkonensia urine
- Monitor eleminasi urine
- Ambil sample urine
Terapeutik :
- Catat waktu berkemih
- Batasi asupan cairan
Edukasi :
- Anjurkan minum yang cukup
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
24. Implementasi Keperawatan
Hari, Tanggal No. dx Intervensi Respon pasien TTD
13 September
2022
16.00 WIB
I,II Mengkaji keluhan pasien Pasien mengatakan masih sedikit sakit saat
mau berkemih, dan sering berkemih
O
16.10 WIB I,II Pemeriksaan TTV Hasil TTV pasien menunjukkan :
TD : 120/90 mmHg
S : 37,1oC
N : 98x/menit
RR : 22x/menit
O
16.20 WIB I Terapi distraksi relaksasi Pasien bersedia di distraksi relaksasi dan
merasa lebih tenang
O
13 September
2022
08.00 WIB
II Pengambilan sample urine Pasien kooperatif diminta sample urine O
09.00 WIB II Manajemen waktu berkemih Pasien mengatakan buang air kecil hanya 2
kali perhari
O
09.10 WIB I Terapi distraksi realksasi Pasien bersedia di distraksi relaksasi dan
merasa lebih tenang
O
25. 16.00 WIB I,II Mmemonitor TTV Hasil TTV pasien menunjukkan :
TD : 120/100 mmHg
S : 36,5oC
N : 94x/menit
RR : 20x/menit
O
14
September
2022
09.00 WIB
I Memonitor nyeri pasien Pasien mengatakan sudah tidak
terlalu nyeri dan nyerinya jarang
terasa
O
09.10 WIB II Memonitor asupan cairan pasien Pasien minum 4 gelas perhari O
09.30 WIB II Menganjurkan pasien membatasi jumlah cairan Pasien bersedia membatasi
jumlah cairan
O
21.00 WIB I,II Memonitor TTV Hasil TTV pasien menunjukkan :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,1oC
N : 110x/menit
RR : 20x/menit
O
26. Evaluasi Keperawatan
Hari, Tanggal No. dx Evaluasi TTD
15 September 2022 I S : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang dan sudah tidak sering. Pengkajian nyeri :
P : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
Q : nyeri seperti tertekan, tapi kadang
R : nyeri pada perut bagian bawah (suprapubik)
S : Skala nyeri 4
T : nyeri kadang timbul kadang tidak
O :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,1oC
N : 110x/menit
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan pasien melakukan distraksi relaksasi
O
15 September 2022 II S : Pasien mengatakan sudah sedikit lancer buang air kecil, dan sudah agak sering buang air kecil
O :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,1oC
N : 110x/menit
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Batasi asupan cairan pasien
Monitor waktu berkemih pasien
O