SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
DIABETIK RETINOPATI




                                           OLEH:



                   Dr. RODIAH RAHMAWATY LUBIS,SpM




                       DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

        FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

                                 RSUP.H.ADAM MALIK

                                          MEDAN

                                               2007


Rodiah Rahmawaty : Diabetik Retinopati, 2007
USU Repository © 2008
PENDAHULUAN



      Diabetik retiopati merupakan penyulit penyakit Diabetes Melitus yang paling

ditakuti.10 Karena insidennya yang cukup tinggi dan prognosanya yang kurang baik

bagi penglihatan.2Meskipun dapat dihindari dengan mengontrol kadar gula darah yang

baik dan deteksi dini jika ada kelainan pada mata. Diabetes telah menjadi penyebab

kebutaan utama di Amerika Serikat.1,4,5, Biasanya mengenai penderita berusia 20-64

tahun sedangkan di negara berkembang setidaknya 12% kasus kebutaan disebabkan

diabetes.4 Resiko ini jarang ditemukan pada anak dibawah umur 10 tahun, dan

meningkat setelah pubertas .4 Hal ini terjadi 20 tahun setelah menderita diabetes.4



DEFENISI

      Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh

kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus,1 meliputi arteriol prekapiler

retina, kapiler-kapiler dan vena-vena.2




                                          Gambar 1



                                                                                      2
EPIDEMIOLOGI



       Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan        yang paling sering di

jumpai, terutama di negara barat.1 Kira-kira 1 dari 900 orang berusia 25 tahun

mengidap diabetes dan kira-kira 1 dari 25 orang berusia 60 tahun adalah penyandang

diabetes. Prevalensi retinopati diabetik proliferatif pada diabetes tipe 1 dengan lama

penyakit 15 tahun adalah 50%.1 Retinopati diabetik jarang ditemukan pada anak-anak

dibawah umur 10 tahun tanpa memperhatikan lamanya diabetes. Resiko

berkembangnya retinopati meningkat setelah pubertas.4



ETIOLOGI



       Penyebab pasti retinopati diabetik belum diketahui. Tetapi diyakini bahwa

lamanya terpapar pada hiperglikemia ( kronis ) menyebabkan perubahan fisiologi dan

biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah.4 Hal ini

didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang muda

dengan diabetes tipe 1 paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit ini. Hasil

serupa telah diperoleh pada diabetes tipe 2, tetapi pada pasien ini onset dan lama

penyakit lebih sulit ditentukan secara tepat.1

       Perubahan abnormalitas sebagian besar hematologi dan biokimia telah

dihubungkan dengan prevalensi dan beratnya retinopati antara lain :4



   •    Adhesif platelet yang meningkat.

   •    Agregasi eritrosit yang meningkat.

   •    Abnormalitas lipid serum.



                                                                                    3
•    Fibrinolisis yang tidak sempurna.

    •    Abnormalitas dari sekresi growth hormon

    •    Abnormalitas serum dan viskositas darah.



KLASIFIKASI



        Berkaitan dengan prognosis dan pengobatan, maka retinopati diabetik dibagi

menjadi :1,2,4

    1. Retinopati Diabetik Non Proliferatif, atau dikenal juga dengan retinopati

         diabetik dasar ( Background Diabetic Retinopathy ).

    2. Retinopati Diabetik Proliferatif.



PATOFISIOLOGI



    1. Retinopati Diabetik Non Proliferatif



        Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai.2 Merupakan cerminan klinis

dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang terkena.1 Disebabkan oleh

penyumbatan dan kebocoran kapiler , mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi

telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis dan

hilangnya pericyte ) dan gangguan hemodinamik ( pada sel darah merah dan agregasi

platelet ).3 Disini perubahan mikrovaskular pada retina terbatas pada lapisan retina

( intraretinal ), terikat ke kutub posterior dan tidak melebihi membran internal.4

        Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multiple yang

dibentuk oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung kecil menonjol



                                                                                     4
seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak

perdarahan intraretinal.1,4 Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan retina dan

berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi

horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan

retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.1



    Retinopati Diabetik Preproliferatif dan Edema Makula

      Merupakan stadium yang paling berat dari Retinopati Diabetik Non

Proliferatif.1,5 Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan

kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada dinding retina ( cotton wool

spot, infark pada lapisan serabut saraf ). Hal ini menimbulkan area non perfusi yang

luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari

stadium ini adalah cotton wool spot, blot haemorrage, intraretinal Microvasculer

Abnormal ( IRMA ), dan rangkaian vena yang seperti manik-manik.1,3 Bila satu dari

keempatnya dijumpai ada kecendrungan untuk menjadi progresif ( Retinopati

Diabetik Proliferatif ), dan bila keempatnya dijumpai maka beresiko untuk menjadi

Proliferatif dalam satu tahun.3

      Edema makula pada retinopati diabetik non proliferatif merupakan penyebab

tersering timbulnya gangguan penglihatan.2 Edema ini terutama disebabkan oleh

rusaknya sawar retina-darah bagian dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi

kebocoran cairan dan konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya. Edema ini

dapat bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai retina yang menebal dan

keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga terbentuk zona

eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar disekitar mikroaneurisma dan paling sering

berpusat dibagian temporal makula.1



                                                                                   5
Retinopati Diabetik Non Proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan

melalui 2 mekanisme yaitu :4



       •   Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal

           yang menyebabkan iskemik makular.

       •   Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema

           makular.



   2. Retinopati Diabetik Proliferatif



       Merupakan penyulit mata yang paling parah pada Diabetes Melitus. Pada jenis

 ini iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluh-

 pembuluh halus ( neovaskularisasi ) yang sering terletak pada permukaan diskus dan

 di tepi posterior zona perifer disamping itu neovaskularisasi iris atau rubeosis iridis

 juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi dan menjadi

 meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi menjauhi retina dan darah

 keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan massif dan dapat timbul

 penurunan penglihatan mendadak.1

        Disamping itu jaringan neovaskularisasi yang meninggi ini dapat mengalami

 fibrosis dan membentuk pita-pita fibrovaskular rapat yang menarik retina dan

 menimbulkan kontaksi terus-menerus pada korpus vitreum. Ini dapat menyebabkan

 pelepasan retina akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan retina, terjadi

 ablasio retina regmatogenosa. Pelepasan retina dapat didahului atau ditutupi oleh

 perdarahan korpus vitreum. Apabila kontraksi korpus vitreum telah sempurna




                                                                                      6
dimata tersebut, maka retinopati proliferatif cenderung masuk ke stadium

involusional atau burnet-out.1



GEJALA KLINIS



Gejala subjektif yang dapat ditemui dapat berupa :8,9



   •   Kesulitan membaca

   •   Penglihatan kabur

   •   Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata

   •   Melihat lingkaran-lingkaran cahaya

   •   Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip



Gejala Objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa :7

   •   Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah

       vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh

       darah terutama polus posterior.

   •   Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya

       terletak dekat mikroaneurisma dipolus posterior.

   •   Dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok.

   •   Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya

       khusus yaitu iregular, kekuning-kuningan Pada permulaan eksudat pungtata

       membesar dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam

       beberapa minggu.




                                                                              7
•   Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia

    retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning

    bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah

    nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.

•   Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina biasanya terletak

    dipermukaan jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok ,

    dalam, berkelompok, dan ireguler. Mula–mula terletak dalam jaringan

    retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal, ke badan kaca. Pecahnya

    neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan

    retina, perdarahan subhialoid ( preretinal ) maupun perdarahan badan kaca.

•   Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah

    makula sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan.




                                Gambar 2




                                                                                 8
Gambar 3




PEMERIKSAAN PENUNJANG



    Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema makular pada

retinopati diabetik non proliferatif dapat digunakan stereoscopic biomicroscopic

menggunakan lensa +90 dioptri.2 Disamping itu Angiografi Fluoresens juga sangat

bermanfaat dalam mendeteksi kelainan mikrovaskularisasi pada retinopati diabetik.

Dijumpainya kelainan pada elektroretinografik juga memiliki hubungan dengan

keparahan retinopati dan dapat membantu memperkirakan perkembangan retinopati.1



PENATALAKSANAAN

      Sejauh ini belum ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mencegah

perkembangan retinopati diabetik.



      A. Pencegahan

      Suatu fakta dikemukakan bahwa insiden retinopati diabetik ini tergantung pada

durasi menderita diabetes mellitus dan pengendaliannya. Hal sederhana yang


                                                                                  9
terpenting yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk dapat mencegah

terjadinya retinopati adalah dengan mengontrol gula darah, selain itu tekanan darah,

masalah jantung, obesitas dan lainnya harus juga dikendalikan dan diperhatikan.1,3,5



      B. Pengobatan

      Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema

makula adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemuk lainnya.

Terapi Laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara

klinis menunjukkan edema bermakna dapat memperkecil resiko penurunan

penglihatan dan meningkatka fungsi penglihatan . Sedangkan mata dengan edema

makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka biasanya hanya dipantau

secara ketat tanpa terapi laser.1

       Untuk retinopati diabetik proliferatif biasanya diindikasikan pengobatan

dengan fotokoagulasi panretina laser argon, yang secara bermakna menurunkan

kemungkinan perdarahan massif korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara

menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat menghilangkan pembuluh-

pembuluh baru tersebut, Kemungkinan fotokoagulasi panretina laser argon ini bekerja

dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina yang mengalami iskemik.

Tekniknya berupa pembentukan luka-luka bakar laser dalam jumlah sampai ribuan

yang tersebar berjarak teratur diseluruh retina, tidak mengenai bagian sentral yang

dibatasi oleh diskus dan pembuluh vascular temporal utama.1,6

       Untuk penatalaksanaan konservatif penglihatan monokular yang disebabkan

oleh perdarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binokular adalah dengan

membiarkan terjadinya resolusi spontan dalam beberapa bulan.1




                                                                                       10
Disamping itu peran bedah vitreoretina untuk retinopati diabetik proliferatif

masih tetap berkembang, sebagai cara untuk mempertahankan atau memulihkan

penglihatan yang baik.1



PROGNOSIS



      Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan

memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada mata

dengan edema dan perfusi yang relatif baik.1




                                                                                11
DAFTAR PUSTAKA




1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika,

   Jakarta, 2000, hal. 211-214.

2. Nema HV, Text book of Opthalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi,

   2002, page 249-251.

3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy, Edition 2,

   Lippincott-Raven, Hongkong, 1998, page 199-213.

4. Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous, Section 12, American -

   Academy of Ophtalmologi, United State, 1997, page 71-86.

5. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and therapy, Edition 4, Deborah Pavan-

   Langston, United State, 1996, page 162-165.

6. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC

   Jakarta, 1995, hal. 162-165.

7. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, FK UI, Jakarta, 2003, hal. 224-227.

8. Diabetic Retinopathy, http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/

   diabetic.retinopathy.html.

9. Diabetic Retinopathy, http://www.apagrafix.com/patiented/DiabeticRetinopathy

10.Diabetic Retinopathy, http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID.




                                                                                    12

More Related Content

What's hot (20)

ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Atresia duodenum
Atresia duodenumAtresia duodenum
Atresia duodenum
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitisDefinisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
 
Ppt jurnal reading mata
Ppt jurnal reading mataPpt jurnal reading mata
Ppt jurnal reading mata
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Spina bifida ppt
Spina bifida pptSpina bifida ppt
Spina bifida ppt
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
Blefaritis
BlefaritisBlefaritis
Blefaritis
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
 
Impetigo bullosa
Impetigo bullosaImpetigo bullosa
Impetigo bullosa
 
Miopi
Miopi Miopi
Miopi
 

Viewers also liked

Retinopati hipertensi
Retinopati hipertensiRetinopati hipertensi
Retinopati hipertensiagus setyawan
 
Sistem endokrin (kelenjar suprarenalis
Sistem endokrin (kelenjar suprarenalisSistem endokrin (kelenjar suprarenalis
Sistem endokrin (kelenjar suprarenalisTheresia Susanti
 
Portfolio presentation
Portfolio presentationPortfolio presentation
Portfolio presentationakhernandez12
 
20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵
20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵
20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵mooknmi
 
Simplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not Done
Simplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not DoneSimplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not Done
Simplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not DoneMatthias Kraaz
 
Jenna Willis Visual Resume
Jenna Willis Visual ResumeJenna Willis Visual Resume
Jenna Willis Visual Resumejmwillf
 
Visual Resume
Visual ResumeVisual Resume
Visual Resumeaottney73
 
Kamal prensentation
Kamal prensentationKamal prensentation
Kamal prensentationkdhoga01
 
PROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movement
PROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movementPROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movement
PROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movementAxis Bank
 
Why your business plan cant RIP
Why your business plan cant RIPWhy your business plan cant RIP
Why your business plan cant RIPARBDS
 
Joombah Presentation
Joombah PresentationJoombah Presentation
Joombah Presentationisds_chris
 

Viewers also liked (20)

Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Retinopati hipertensi
Retinopati hipertensiRetinopati hipertensi
Retinopati hipertensi
 
Sistem endokrin (kelenjar suprarenalis
Sistem endokrin (kelenjar suprarenalisSistem endokrin (kelenjar suprarenalis
Sistem endokrin (kelenjar suprarenalis
 
Intalacion del joomla, grado 11 01 jm
Intalacion del joomla, grado 11 01 jmIntalacion del joomla, grado 11 01 jm
Intalacion del joomla, grado 11 01 jm
 
Portfolio presentation
Portfolio presentationPortfolio presentation
Portfolio presentation
 
20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵
20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵
20120503 경북도청 sns와소통특강_강장묵
 
Simplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not Done
Simplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not DoneSimplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not Done
Simplicity - The Art Of Maximizing The Amount Of Work Not Done
 
Jenna Willis Visual Resume
Jenna Willis Visual ResumeJenna Willis Visual Resume
Jenna Willis Visual Resume
 
Museo d´arte sacra di San Paolo Brasile
Museo d´arte sacra di San Paolo BrasileMuseo d´arte sacra di San Paolo Brasile
Museo d´arte sacra di San Paolo Brasile
 
Visual Resume
Visual ResumeVisual Resume
Visual Resume
 
Visual Resume
Visual ResumeVisual Resume
Visual Resume
 
Kamal prensentation
Kamal prensentationKamal prensentation
Kamal prensentation
 
PROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movement
PROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movementPROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movement
PROJECT REPORT ON Engineers india limited's share movement
 
Media Evaluation
Media EvaluationMedia Evaluation
Media Evaluation
 
Why your business plan cant RIP
Why your business plan cant RIPWhy your business plan cant RIP
Why your business plan cant RIP
 
St. lucia
St. luciaSt. lucia
St. lucia
 
Joombah Presentation
Joombah PresentationJoombah Presentation
Joombah Presentation
 
O percurso da arte cristã - História dos anjos
O percurso da arte cristã - História dos anjosO percurso da arte cristã - História dos anjos
O percurso da arte cristã - História dos anjos
 
Outcomes inventory
Outcomes inventoryOutcomes inventory
Outcomes inventory
 

Similar to Diabetik retinopati (20)

Komplikasi diabetes melitus
Komplikasi diabetes melitusKomplikasi diabetes melitus
Komplikasi diabetes melitus
 
Warta diabet september 2013
Warta diabet september 2013Warta diabet september 2013
Warta diabet september 2013
 
DIABETIK RETINOPATI.pptx
DIABETIK RETINOPATI.pptxDIABETIK RETINOPATI.pptx
DIABETIK RETINOPATI.pptx
 
fdokumen.com_retinopati-diabetik-dan-hipertensi-sukoi.pptx
fdokumen.com_retinopati-diabetik-dan-hipertensi-sukoi.pptxfdokumen.com_retinopati-diabetik-dan-hipertensi-sukoi.pptx
fdokumen.com_retinopati-diabetik-dan-hipertensi-sukoi.pptx
 
Sucitri Edy B1E120012 Retinopati Diabetik.pptx
Sucitri Edy B1E120012 Retinopati Diabetik.pptxSucitri Edy B1E120012 Retinopati Diabetik.pptx
Sucitri Edy B1E120012 Retinopati Diabetik.pptx
 
tentiran retinopati diabetikum.pptx
tentiran retinopati diabetikum.pptxtentiran retinopati diabetikum.pptx
tentiran retinopati diabetikum.pptx
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes (3)
Makalah diabetes (3)Makalah diabetes (3)
Makalah diabetes (3)
 
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes (2)
Makalah diabetes (2)Makalah diabetes (2)
Makalah diabetes (2)
 
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Ablasio retina
Ablasio retinaAblasio retina
Ablasio retina
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep rentina blostama
Askep rentina blostamaAskep rentina blostama
Askep rentina blostama
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Recently uploaded (20)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

Diabetik retinopati

  • 1. DIABETIK RETINOPATI OLEH: Dr. RODIAH RAHMAWATY LUBIS,SpM DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN 2007 Rodiah Rahmawaty : Diabetik Retinopati, 2007 USU Repository © 2008
  • 2. PENDAHULUAN Diabetik retiopati merupakan penyulit penyakit Diabetes Melitus yang paling ditakuti.10 Karena insidennya yang cukup tinggi dan prognosanya yang kurang baik bagi penglihatan.2Meskipun dapat dihindari dengan mengontrol kadar gula darah yang baik dan deteksi dini jika ada kelainan pada mata. Diabetes telah menjadi penyebab kebutaan utama di Amerika Serikat.1,4,5, Biasanya mengenai penderita berusia 20-64 tahun sedangkan di negara berkembang setidaknya 12% kasus kebutaan disebabkan diabetes.4 Resiko ini jarang ditemukan pada anak dibawah umur 10 tahun, dan meningkat setelah pubertas .4 Hal ini terjadi 20 tahun setelah menderita diabetes.4 DEFENISI Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus,1 meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler dan vena-vena.2 Gambar 1 2
  • 3. EPIDEMIOLOGI Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling sering di jumpai, terutama di negara barat.1 Kira-kira 1 dari 900 orang berusia 25 tahun mengidap diabetes dan kira-kira 1 dari 25 orang berusia 60 tahun adalah penyandang diabetes. Prevalensi retinopati diabetik proliferatif pada diabetes tipe 1 dengan lama penyakit 15 tahun adalah 50%.1 Retinopati diabetik jarang ditemukan pada anak-anak dibawah umur 10 tahun tanpa memperhatikan lamanya diabetes. Resiko berkembangnya retinopati meningkat setelah pubertas.4 ETIOLOGI Penyebab pasti retinopati diabetik belum diketahui. Tetapi diyakini bahwa lamanya terpapar pada hiperglikemia ( kronis ) menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah.4 Hal ini didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang muda dengan diabetes tipe 1 paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit ini. Hasil serupa telah diperoleh pada diabetes tipe 2, tetapi pada pasien ini onset dan lama penyakit lebih sulit ditentukan secara tepat.1 Perubahan abnormalitas sebagian besar hematologi dan biokimia telah dihubungkan dengan prevalensi dan beratnya retinopati antara lain :4 • Adhesif platelet yang meningkat. • Agregasi eritrosit yang meningkat. • Abnormalitas lipid serum. 3
  • 4. Fibrinolisis yang tidak sempurna. • Abnormalitas dari sekresi growth hormon • Abnormalitas serum dan viskositas darah. KLASIFIKASI Berkaitan dengan prognosis dan pengobatan, maka retinopati diabetik dibagi menjadi :1,2,4 1. Retinopati Diabetik Non Proliferatif, atau dikenal juga dengan retinopati diabetik dasar ( Background Diabetic Retinopathy ). 2. Retinopati Diabetik Proliferatif. PATOFISIOLOGI 1. Retinopati Diabetik Non Proliferatif Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai.2 Merupakan cerminan klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang terkena.1 Disebabkan oleh penyumbatan dan kebocoran kapiler , mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis dan hilangnya pericyte ) dan gangguan hemodinamik ( pada sel darah merah dan agregasi platelet ).3 Disini perubahan mikrovaskular pada retina terbatas pada lapisan retina ( intraretinal ), terikat ke kutub posterior dan tidak melebihi membran internal.4 Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multiple yang dibentuk oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung kecil menonjol 4
  • 5. seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak perdarahan intraretinal.1,4 Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.1 Retinopati Diabetik Preproliferatif dan Edema Makula Merupakan stadium yang paling berat dari Retinopati Diabetik Non Proliferatif.1,5 Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada dinding retina ( cotton wool spot, infark pada lapisan serabut saraf ). Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari stadium ini adalah cotton wool spot, blot haemorrage, intraretinal Microvasculer Abnormal ( IRMA ), dan rangkaian vena yang seperti manik-manik.1,3 Bila satu dari keempatnya dijumpai ada kecendrungan untuk menjadi progresif ( Retinopati Diabetik Proliferatif ), dan bila keempatnya dijumpai maka beresiko untuk menjadi Proliferatif dalam satu tahun.3 Edema makula pada retinopati diabetik non proliferatif merupakan penyebab tersering timbulnya gangguan penglihatan.2 Edema ini terutama disebabkan oleh rusaknya sawar retina-darah bagian dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran cairan dan konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya. Edema ini dapat bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai retina yang menebal dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga terbentuk zona eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar disekitar mikroaneurisma dan paling sering berpusat dibagian temporal makula.1 5
  • 6. Retinopati Diabetik Non Proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan melalui 2 mekanisme yaitu :4 • Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal yang menyebabkan iskemik makular. • Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema makular. 2. Retinopati Diabetik Proliferatif Merupakan penyulit mata yang paling parah pada Diabetes Melitus. Pada jenis ini iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluh- pembuluh halus ( neovaskularisasi ) yang sering terletak pada permukaan diskus dan di tepi posterior zona perifer disamping itu neovaskularisasi iris atau rubeosis iridis juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi dan menjadi meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi menjauhi retina dan darah keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan massif dan dapat timbul penurunan penglihatan mendadak.1 Disamping itu jaringan neovaskularisasi yang meninggi ini dapat mengalami fibrosis dan membentuk pita-pita fibrovaskular rapat yang menarik retina dan menimbulkan kontaksi terus-menerus pada korpus vitreum. Ini dapat menyebabkan pelepasan retina akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan retina, terjadi ablasio retina regmatogenosa. Pelepasan retina dapat didahului atau ditutupi oleh perdarahan korpus vitreum. Apabila kontraksi korpus vitreum telah sempurna 6
  • 7. dimata tersebut, maka retinopati proliferatif cenderung masuk ke stadium involusional atau burnet-out.1 GEJALA KLINIS Gejala subjektif yang dapat ditemui dapat berupa :8,9 • Kesulitan membaca • Penglihatan kabur • Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata • Melihat lingkaran-lingkaran cahaya • Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip Gejala Objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa :7 • Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior. • Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat mikroaneurisma dipolus posterior. • Dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok. • Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus yaitu iregular, kekuning-kuningan Pada permulaan eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. 7
  • 8. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina. • Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok , dalam, berkelompok, dan ireguler. Mula–mula terletak dalam jaringan retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal, ke badan kaca. Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina, perdarahan subhialoid ( preretinal ) maupun perdarahan badan kaca. • Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan. Gambar 2 8
  • 9. Gambar 3 PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema makular pada retinopati diabetik non proliferatif dapat digunakan stereoscopic biomicroscopic menggunakan lensa +90 dioptri.2 Disamping itu Angiografi Fluoresens juga sangat bermanfaat dalam mendeteksi kelainan mikrovaskularisasi pada retinopati diabetik. Dijumpainya kelainan pada elektroretinografik juga memiliki hubungan dengan keparahan retinopati dan dapat membantu memperkirakan perkembangan retinopati.1 PENATALAKSANAAN Sejauh ini belum ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mencegah perkembangan retinopati diabetik. A. Pencegahan Suatu fakta dikemukakan bahwa insiden retinopati diabetik ini tergantung pada durasi menderita diabetes mellitus dan pengendaliannya. Hal sederhana yang 9
  • 10. terpenting yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk dapat mencegah terjadinya retinopati adalah dengan mengontrol gula darah, selain itu tekanan darah, masalah jantung, obesitas dan lainnya harus juga dikendalikan dan diperhatikan.1,3,5 B. Pengobatan Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema makula adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemuk lainnya. Terapi Laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara klinis menunjukkan edema bermakna dapat memperkecil resiko penurunan penglihatan dan meningkatka fungsi penglihatan . Sedangkan mata dengan edema makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka biasanya hanya dipantau secara ketat tanpa terapi laser.1 Untuk retinopati diabetik proliferatif biasanya diindikasikan pengobatan dengan fotokoagulasi panretina laser argon, yang secara bermakna menurunkan kemungkinan perdarahan massif korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat menghilangkan pembuluh- pembuluh baru tersebut, Kemungkinan fotokoagulasi panretina laser argon ini bekerja dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina yang mengalami iskemik. Tekniknya berupa pembentukan luka-luka bakar laser dalam jumlah sampai ribuan yang tersebar berjarak teratur diseluruh retina, tidak mengenai bagian sentral yang dibatasi oleh diskus dan pembuluh vascular temporal utama.1,6 Untuk penatalaksanaan konservatif penglihatan monokular yang disebabkan oleh perdarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binokular adalah dengan membiarkan terjadinya resolusi spontan dalam beberapa bulan.1 10
  • 11. Disamping itu peran bedah vitreoretina untuk retinopati diabetik proliferatif masih tetap berkembang, sebagai cara untuk mempertahankan atau memulihkan penglihatan yang baik.1 PROGNOSIS Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada mata dengan edema dan perfusi yang relatif baik.1 11
  • 12. DAFTAR PUSTAKA 1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000, hal. 211-214. 2. Nema HV, Text book of Opthalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi, 2002, page 249-251. 3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy, Edition 2, Lippincott-Raven, Hongkong, 1998, page 199-213. 4. Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous, Section 12, American - Academy of Ophtalmologi, United State, 1997, page 71-86. 5. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and therapy, Edition 4, Deborah Pavan- Langston, United State, 1996, page 162-165. 6. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC Jakarta, 1995, hal. 162-165. 7. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, FK UI, Jakarta, 2003, hal. 224-227. 8. Diabetic Retinopathy, http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/ diabetic.retinopathy.html. 9. Diabetic Retinopathy, http://www.apagrafix.com/patiented/DiabeticRetinopathy 10.Diabetic Retinopathy, http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID. 12