Dokumen tersebut membahas tentang tarikh tasyri' (sejarah hukum Islam). Isi ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis-jenis, kriteria kematian menurut pandangan ilmu kedokteran dan hukum Islam, serta hukum eutanasia menurut perspektif agama Islam. Tujuan penulisan dokumen tersebut adalah untuk memahami konsep eutanasia se
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
HUKUM EUTHANASIA
1. TARIKH TASYRI’
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Masailul Fiqhiyah
Dosen Pengampu: Drs. H. Taufiq Ustman, M. Si
Oleh :
Muhammad Amin
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL’ULUM
SURAKARTA
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia yang semakin maju, peradaban manusia tampil
gemilang sebagai refleksi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
persoalan-persoalan norma dan hokum kemasyarakatan dunia bisa bergeser,
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang bersangkutan. Didalam
masyarakat modern seperti dibarat, kebutuhan dan aspirasi masyarakat
menempati kedudukan yang tinggi, sehingga berdasarkan itu, suatu produk
hokum yang baru dibuat.
Dari sini dapat digambarkan bahwa apabila terjadi pergeseran nilai dalam
masyarakat, maka interfretasi terhadap hokum pun bisa berubah. Masalah
euthanasia telah lama dipertimbangkan oleh kalangan kedokteran dan para
praktisi hokum di Negara-negara barat. Di Indonesia ini juga pernah dibahas,
seperti yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam seminar tahun
1985 yang melibatkan para ahli kedokteran ahli hokum positif dan hokum islam.
Mengenai pembahasan euthanasia ini masih terus di perdebatkan, terutama
ketika masalahnya dikaitkan dengan pertanyaan bahwa menentukan mati itu hak
sapa, dan dari sudut mana ia dilihat. Dengan adanya makalah ini, kami berharap
dapat mengungkapkan suatu pandangan konprehensif mengenai euthanasia
menurut hukum islam, hukum positif dari segi ilmu kedokteran.
Di dalam Al qur’an surat Al-Mulk ayat 2, diingatkan bahwa hidup dan
mati adalah di tangan Tuhan yang Ia ciptakan untuk menguji iman, amalan, dan
ketaatan manusia terhadap Tuhan. Karena itu, islam sangat memperhatikan
keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya
sampai sepanjang hidupnya. Dan untuk melindungi keselamatan hidup dan
kehidupan manusia itu, islam menetapkan berbagai norma hukum perdana dan
perdata beserta sangsi – sangsi hukumannya, baik di dunia berupa hukuman had
dan qisas termasuk hukuman mati, diyat (denda), atau ta’zir, ialah hukuman
yang ditetapkan oleh ulul amr atau lembaga peradilan, maupun hukuman di
3. akhirat berupa siksaan Tuhan di neraka kelak. Karena hidup dan mati ditangan
Tuhan, maka islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap
orang lain maupun terhadap dirinya sendiri.
Sampai saat ini kematian merupakan misteri yang paling besar, dan ilmu
pengetahuan belum berhasil menguaknya. Satu satunya jawaban tersedia di
dalam ajaran agama. Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan di dunia
ini, merupakan hak dari Tuhan. Tidak ada seorangpun yang berhak untuk
menunda sedetikpun waktu kematiannya, termasuk mempercepat waktu
kematiannya
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Euthanasia?
2. Apa saja macam Euthanasia?
3. Bagaimana Kriteria Mati Menurut Pandangan Ilmu Kedokteran Dan Para
Fuqaha Menurut ilmu kedokteran?
4. Bagaimana hukum Euthanasia?
5. Apakah motivasi Euthanasia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Euthanasia
2. Untuk mengetahui macam-macam Euthanasia
3. Untuk mengetahui Kriteria Mati Menurut Pandangan Ilmu Kedokteran Dan
Para Fuqaha Menurut ilmu kedokteran
4. Untuk mengetahui hukum Euthanasia
5. Untuk mengetahui motivasi Euthanasia
4. BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Eutanasia
Euthanasia berasal dari kata Yunani eu berarti baik/gampang dan thanatos
artinya mati. Maksudnya adalah mengakhiri hidup dengan cara mudah dan tanpa
rasa sakit. Oleh karna itu, euthanasia sering di sebut juga dengan istilah mercy
killing / a good death (mati dengan tenang). Istilah untuk pertolongan medis
adalah agar kesakitan atau penderitaan yang di alami seseorang yang akan
meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada
dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya. Hal ini dapat
terjadi karna pertolongan dokter atas permintaan pasien atau keluarganya karna
penderitaan yang sangat hebat, dan tiada akhir ataupun tindakan membiarkan saja
oleh dokter kepada pasien yang sedang sakit tanpa menentu tersebut, tanpa
memberikan pengbatan seperlunya. Euthanasia pada hakikatnya adalah
pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit parah atas dasar
permintaan atau kepentingan orang itu sendiri. Euthanasia masih menimbulkan
problem keagamaan, hukum, dan moral di semua budaya dan tradisi keagamaan.
2. Macam-macam Euthanasia
a. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah tindakan sengaja yang dilakukan oleh medis
untuk mengakhiri hidup pasiennya. Tindakan ini dilakukan untuk
mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan ataupun
melepaskan alat- alat pembantu medika, seperti melepaskan saluran zat asam,
melepas alat pemacu jantung dan sebagainya. Yang termasuk tindakan
mempercepat proses kematian disini adalah jika pasien berdasarkan ukuran
dan pengalaman medis masih menunjukkan adanya harapan hidup.
Contoh euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker
ganas dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan.
Dalam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggal dunia.
5. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang
sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan
pernapasannya sekaligus (Utomo, 2003:178).
b. Euthanasia Sukarela
Euthanasia sukarela adalah tindakan seorang pasien yang sakit keras
meminta pada petugas medis yang merawatnya untuk segera mengakhiri
hidupnya sebagai jalan keluar bagi rasa sakit yang dideritanya, maka
permintaan itu disebut euthanasia sukarela atau bunuh diri. Al - qur’an
melarang keras tindakan tersebut dalam Q.S. al- Nisa 4:29 yang artinya:
”janganlah membunuh dirimu sendiri, karena sesungguhnya Allah maha
Penyayang kepadamu.
Bunuh diri, baik dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang
lain. Menurut syariat adalah tindak kejahatan dan karenanya meerupakan dosa
di mata Allah Swt. Bunuh diri adalah dosa besar, karena adanya ancaman
khusus baginya, sebagaimana sabdanya:
“Barangsiapa bunuh diri dengan besi, maka di neraka jahanam nanti besi itu
selalu di tangannya, ia menusuk-nusukkannya ke perutnya selama-lamanya.
Dan barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, maka di neraka jahanam
nanti ia akan terus meminumnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri
dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka di neraka jahanam nanti, ia akan
menjatuhkan (dirinya) selama-lamanya.” (HR. Muslim, 109)
Jika Allah berkehendak, dosa bunuh diri bisa diampuni, sebagaimana firman-
Nya:
شَيَشء ِمشنْ َٰشْكشَ نوشَ َشا يغِفشء شن هِ شششيَِء ِوشْ شءيغِف شا ش ََه َوَّ
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni
dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki.” (QS. An-Nisa: 48)
c. Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah ketiadaan penanganan yang seharusnya
diberikan oleh petugas medis untuknya, atau suatu tindakan membiarkan
6. pasien atau penderita yang dalam keadaan tidak sadar (comma), karena
berdasarkan pengalaman maupun ukuran medis sudah tidak ada harapan
hidup atau tanda-tanda kehidupan tidak terdapat lagi padanya, mungkin karna
salah satu organ pentingnya sudah rusak atau lemah.
Contohnya, bocornya pembuluh darah yang menghubungkan ke
otak (stroke) akibat tekanan darah yang terlaruh tinggi atau tidak memasang
alat bantu pernafasan pada pasien yang sakit parah, sehingga berdampak
kematian pada si pasien. Dalam konteks ini, petugas medis tersebut tidak
dikenai tanggungjawab atas tindakannya yang mengakibatkan kematian si
pasien.
Terjadinya euthanasia aktif tidak terlepas dari pertimbangan berikut :
1. Dari pihak pasien, meminta kepada dokter karena sudah tidak tahan dengan
penyakit yang dideritanya atau karena tidak ingin meninggalkan beban
ekonomi bagi keluarganya, dan pasien merasa bahwa harapan untuk hidup
sangat jauh. Dan apabila ini terjadi, maka hal tersebut merupakan suatu
refleksi iman. Sakit adalah ujian keimanan, jadi tidak tepat kalau di selesaikan
dengan mengakhiri hidup dengan euthanasia (aktif), kalaupun pandangan
medis bahwa pasien tidak dapat di sembukan lagi, atau biaya terlalu mahal,
maka tidaklah salah kalau ia meminta pulang saja dari rumah sakit. Jadi jelas,
bahwa islam tidak membenarkan seorang yang sakit berkeinginan
mempercepat kematiannya.
2. Dari pihak keluarga atau wali, yang merasa kasihan terhadap penderitaan si
pasien dan tidak sanggup memikul biaya pengobatan, sementara pasien masih
terlihat menyimpan tanda- tanda kehidupan(belum mati batang otak ) Maka
apabila dilakukan euthanasia, berarti perbuatan itu tergolong pembunuhan
sengaja. Surah An- nisa : 93 yang artinya: “Dan Barangsiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di
dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan
azab yang besar baginya”.
3. Dari pihak keluarga bekerja sama dengan dokter, karena menginginkan
harta pasien. Maka tindakan ini jelas sekali sebagai pembunuhan sengaja.
7. Dalam KUHP perbuatan ini di kategorikan sebagai pembunuhan berencana .
Jadi apapun alasannya, apabila tindakan itu berupa euthanasia aktif yang
berupa suatu tindakan mengakhiri hidup manusia pada saat yang bersangkutan
islam mengharamkannya.
Sedangkan terhadap euthanasia pasif, para ahli baik dari kalangan
kedokteran, ahli hukum pidana maupun para ulama sepakat membolehkannya.
Kebolehan euthanasia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pasien
sebenarnya memang sudah tidak memiliki fungsi organ- organ yang memberi
kepastian hidup( mati batang otaknya)
3. Kriteria Mati Menurut Pandangan Ilmu Kedokteran Dan Para Fuqaha
Menurut ilmu kedokteran
Masalah euthanasia berkaitan erat dengan definisi mati. Dan definisi
mati itu sendiri mengalami perkembangan dikarenakan semakin majunya ilmu
pengetahuan, terutama dibidang teknologi kedokteran. Adapun perkembangan-
perkembangan definisi mati ialah:
- Dilihat pada nafas,
- berfungsinya jantung
- Gerak nadi
- Batang otak
Jadi, dari perkembangan definisi diatas. Para ahli kedokteran sepakat bahwa
yang menjadi patokan dalam menentukan kematian adalah batang otak. Jika
batang otak betul-betul sudah mati, maka harapan hidup seseorang sudah
terputus.
Menurut Dr. Yusuf Misbach (ahli saraf)terdapat dua macam kematian otak,
yaitu kematian korteks otak yang merupakan pusat kegiatan intelektual, dan
kematian batang otak. Kerusakan pada batang otak lebih fatal, karena dibagian
itulah terdapat pusat saraf penggerak yang merupakan motor semua saraf tubuh.
Menurut para Fuqaha
Menurut Dr. Peunoh Daly, menentukan ukuran hidup seseorang dengan empat
kriteria yaitu:
8. - Masih adanya gerak/nafas, baik gerakan sedikit maupun banyak
- Adanya suara maupun bunyi. Biasa terdapat pada mulut, jeritan tangis, rasa
haus dll
- Mempunyai kemampuan berfikir, terutama bagi orang dewasa
- Mempunyai kemampuan merasakan lewat panca indra dan hati.
Dari keempat kriteria diatas, dapat diterapkan bagi rumah sakit yang
memiliki peralatan medis yang sederhana.
4. Hukum Euthanasi
Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala
persoalan di segala waktu dan tempat. Syariah Islam mengharamkan euthanasia
aktif, karena termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad),
walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya
tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau keluarganya. Dalil-
dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan
pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiri.
ّبالحق ّالإ هللا م ّحر التي النفس تقتلوا وال
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk
membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS Al-An’aam :
151)
خضئا إال مؤمنا يقتل أن لمؤمن كان وما
“Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja)…” (QS An-Nisaa` : 92)
5. Motivasi Euthanasia
Para pendukung euthanasia menjustifikasi pendirian mereka berdasarkan
hal-hal berikut:
a. Factor Ekonemi
b. Pertimbangan ruangan, tempat tidur, petugas, dan peralatan medis di
rumah sakit yang justru dapat dimanfaatkan oleh pasien-pasien yang lain
c. Mati dengan layak
9. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan,
individu secara sadar dan berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk
mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibat kan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
Euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik. Sedangkan secara
harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai pembunuhan atau upaya
menghilangkan nyawa seseorang.
Macam-Macam Euthanasia
1. Euthanasia Aktif
2. Euthanasia Pasif
3. Euthanasia Sukarela
Euthanasia aktif tetap dilarang, baik dilihat dari segi Kode Etik
Kedokteran, Undang-undang Hukum Pidana, lebih-lebih menurut islam, yang
menghukumkannya haram, terhadap keluarga yang menyuruh, maupun dokter
yang melaksanakan, dipandang sebagai pelaku pembunuhan sengaja dengan
ancaman qishash-diyat. Sedangkan dokter yang melaksanakan euthanasia aktif
atas permintaan pasien, dipandang sebagai membantu terlaksananya bunuh diri.
Euthanasia pasif diperbolehkan, yaitu sepanjang kondisi organ organ utama
pasien berupa batang otaknya sudah mengalami kerusakan fatal. Sedangkan
kerusakan organ jantung, paru-paru, cortex otak dalam dunia kedokteran
sekarang masih bisa diatasi, artinya belum dapat dikatakan pasien sudah mati,
karena masih ada harapan untuk disembuhkan, terutama rumah sakit yang
mempunyai peralatan yang lengkap. Maka tindakan euthanasia terhadap pasien
dalam kondisi seperti ini sama dengan pembunuhan.
10. DAFTAR PUSTAKA
Utomo, Setiawan Budi. 2003. Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah
Kontemporer. Jakarta : Gema Insani Press.
Pudji, Septia. 2012. Makalah Eutanasia.
http://septya18.blogspot.com/2012/10/makalah-euthanasia.html . Diakses
tanggal 8 April 2014
Helda. 2013. Makalah Masailul Fiqhiyah.
http://heldamdi.blogspot.com/2013/12/makalah-masailul-fiqhiyah.html
.Diakses tanggal 8 April 2014
Sofwa. 2011. Bunuh Diri Dan Euthanasia.
http://sofiswa.blogspot.com/2011/12/bunuh-diri-dan-euthanasia.html . Diakses
tanggal 8 April 2014
Hidayatullah , Syarif. 2010. Makalah Eutanasia (Suntik Mati).
http://perbandinganmazhab.blogspot.com/2010/01/euthanasia-suntik-mati.html
. Diakses tanggal 8 April 2014
http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-islam/
Diakses tanggal 8 April 2014