1. MAKALAH
PEMAHAMAN TENTANG FIQH SHOLAT
Di susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: FIQH
Dosen Pembimbing: Abdul Hamid Aly S.Pd M.Pd
Di Susun Oleh Kelompok 2:
Navendra Aninditya Damar A. (21901083002)
Elisa Erica A.R (21901083005)
Alya Anisha Azzahra (21901083006)
Siti Hasanah (21901083007)
Achmad Rizqi (21901083009)
Najlatun Naqiyyah (21901083017)
KELAS P1
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)
Aliyah Shelomita Fatima (21901083023)
Reza Zantoki (21901083026)
Rakhmad Zaskia Ulfah (21901083001)
Suci Fitriani (21901083033)
Fitri Al Hamid M. (21901083035)
M. Agus Andriyan (21901083018)
2. KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “FIQIH PUASA” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Abdul
Hamid Aly, S.pd., M.pd pada mata kuliah FIQH. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang FIQH PUASA di masyarakat luas bagi para pembaca dan para
penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Abdul Hamid Aly, S.pd., M.pd selaku
Dosen di mata kuliah FIQH yang memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, 16 Oktober 2019
i
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..…..……1
1. Pemaparan Profil Penyusunan…………… ...………………………………………..…...1
2. Latar Belakang…………………………………………………………………..……..….1
3. Rumusan Masalah………………………………………………………………..…….….1
4. Tujuan…………………………………………………………………………….…….…2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….…3
1. Pengertian Puasa…………………………………………………………………………..3
2. Macam - Macam Puasa…………………………………………………………….……...3
3. Syarat dan Rukun Serta Yang Membatalkan Puasa………………………………..….…..6
4. Hikmah Puasa Dalam Kehidupan Sehari Hari………………………………………….…7
5. Permasalahan Kontemporer Seputar Puasa……………………………………...………..7
BAB III PENUTUPAN…………………………………………………………………….…….13
KESIMPULAN………………………………………………………………………..……13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………13
ii
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1. Pemaparan Profil Penyusunan
2. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah
satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa
itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada
kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua
karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga
masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan
puasa dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melaksanakan puasa hanya sekedar melaksanakan,
tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,
pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi
bagi kita jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Oleh karena itu dalam
makalah ini saya akan membahas tentang apa itu puasa, tujuan, hikmah puasa dan lain-
lain.
3. Rumusan Masalah
1. Pengertian puasa
2. Macam- macam puasa
3. Syarat dan rukun serta yang membatalkan puasa
4. Hikmah puasa dalam kehidupan sehari-hari
5. Permasalahan kontemporer seputar puasa
1
5. 4. Tujuan
1. Dapat memahami definisi puasa
2. Dapat mengetahui macam-macam puasa
3. Dapat mengetahui syarat dan rukun sholat serta yang membatalkan puasa
4. Dapat mengetahui hikmah puasa
5. Dapat mengetehui permasalahan kontemporer
2
6. BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PUASA
As-shaum (puasa) menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan
menurut istilah agama (syara’) adalah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat
dan syarat-syarat tertentu.
Allah SWT berfirman :
يَا يَيُّاَا ََّاِين َ َمَنَوا َتِبََ َلَيَكَمَْ َصيَك ِام َ يَمََ َتِبََ عَمَْ ََّاِين َ ََِّو َلَيِمَمَْ َلَينمَمَ َمتَُنبََ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang
yang bertaqwa” (Q.S Al-Baqarah:183)
HADIST
َّْ س ان َّ ب ك وي يل ْ:يل ْ سمل ر هللا َف َتَبَضَِ َهللا عَمَْ أِبنوَا َص َمنم َ َََّكِيَنَي َيو َمَا َف َتَبَضََ عَمَْ ِتِِيَس
ِلَوَ َ نقََْا َتَكَََا ََ َكِ ك ََ نتَ َصَ ا ينمَ َقَََا ََِّو ِش َتَرنة َ َأَُِب ِضَأ ِوِض َمَِ ََرَََُِو َََّكِيَنَي َيو َمَا ينمَمَض َياََ َهللا ِوَكَمَْ َم َتَوَا ِيصَك ِمِب
َََّكِيَنَي َيو َمَا نَِّيَكِ يَكَمِب ، َف َتَبَضَ ََ نأْم عَمَْ ََ َأِبنوَا ِيرَينن يِب يَو ََ َقََََلن ِقَكنم يِب َقَضَلَض ََِّو ِهللا نزَْ نقَِ ََ". (ََداٌََِ
ِمَِ ََفك )
Dari Anas bin Malik berkata : Rosulullah SWT bersabda : Allah mewajibkan
puasa atas umatku selama 30 hari dan mewajibkan atas umat-umat yang lain lebih
sedikit atau lebih banyak. Hal tersebut disebabkan karena ketika adam memakan
bagian dari pohon (syajroh) didalam perutnya selama tiga puluh hari. Maka ketika
Allah menerima taubatnya Allah memerintahkannya untuk berpuasa selama 30 hari.
Maka ketika Allah menerima taubatnya Allah memerintahkannya untuk berpuasa,
selama 30 hari termasuk pada malam harinya. Dan diwajibkan atasku dan umatku
untuk berpuasa pada siangnya saja dan kita makan dimalam harinya sebagai
keutamaan dari Allah Azza wa jalla.
2. MACAM- MACAM PUASA
A. PUASA WAJIB
1. Ramadan : Seperti yang kita tahu, puasa Ramadan adalah puasa selama satu bulan
penuh di bulan Ramadan yang mana hukumnya wajib bagi setiap umat Muslim
yang sudah baligh dan memenuhi syarat. Perihal wajibnya umat Muslim untuk
berpuasa di bulan ini sendiri, diterangkan melalui firman Allah SWT dalam Al-
Quran surat Al-Baqarah ayat 183.
يَا يَيُّاَا ََّاِين َ َمَنَوا َتِبََ َلَيَكَمَْ َصيَك ِام َ يَمََ َتِبََ عَمَْ ََّاِين َ ََِّو َلَيِمَمَْ َلَينمَمَ َمتَُنبََ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS.
Al-Baqarah : 183).
3
7. 2. Nadzar : Ini adalah jenis puasa yang harus dilakukan karena adanya sebuah janji,
nadzar secara bahasa adalah janji. Sehingga puasa yang dinadzarkan hukumnya
wajib karena orang yang sudah bernadzar adalah orang yang sudah berjanji, maka
janji wajib untuk ditepati.
3. Kafarat atau kifarat : Ialah ibadah puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam
atau denda atas pelanggaran yang hukumnya wajib. Puasa ini dikerjakan karena
adanya perbuatan dosa, sehingga bertujuan untuk menghapus dosa yang telah
dilakukan tersebut. Puasa kafarat sendiri dibagi, puasa kafarat karena melanggar
sumpah atas nama Allah, puasa kafarat dalam melakukan ibadah haji, puasa
kafarat karena berjima’ atau berhubungan badan suami istri di bulan ramadhan,
membunuh tanpa sengaja, membunuh binatang saat sedang ihram.
B. PUASA SUNNAH
Puasa sunnah (pahala bagi yang menjalani, namun tidak berdosa jika tidak dilakukan)
1. Arafah : Ibadah puasa sunnah yang dikerjakan pada hari kesembilan bulan
Dzulhijjah bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji.
2. Senin-Kamis : Seperti namanya, yakni puasa Senin dan Kamis maka puasa ini
adalah ibadah puasa yang dilakukan khusus pada hari Senin dan Kamis.
Diketahui, Rasulullah SAW telah memerintah umatnya untuk senantiasa
berpuasa di dua hari ini, sebab Senin adalah hari kelahiran Rasulullah
sedangkan hari Kamsis adalah hari pertama kali Al-Quran diturunkan. Dan
pada hari Senin serta Kamis juga, amal perbuatan manusia diperiksa, sehingga
beliau menginginkan ketika sedang diperiksa, beliau dalam keadaan berpuasa.
3. Tasu’a : Puasa sunnah yang dikerjakan setiap pada tanggal 9 Muharam. Puasa
ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya
yaitu di tanggal 10 Muharram, atau biasa disebut puasa Asyura.
4. Asyura : Ialah puasa sunnah yang dilakukan pada keesokan hari setelah
melakukan puasa sunnah Tasu’a, atau dengan kata lain puasa Asyura ini
adalah ibadah puasa yang dijalankan di tanggal 10 Muharam.
5. Syawal : Puasa enam hari pada bulan Syawal atau setelah selesai bulan
Ramadan. Puasa syawal disebutkan bisa dilakukan secara berurutan dimulai
dari hari kedua syawal atau dilakukan secara tidak berurutan. Soal puasa
syawal ini, Rasulullah SAW sendiri bersabda yang artinya: “Keutamaan puasa
ramadhan yang diiringi dengan puasa syawal ialah seperti orang yang
berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
4
8. 6. Daud : Atau biasa dikenal dengan puasa selang-seling, satu hari ini berpuasa
lalu keesokannya harinya tidak berpuasa. Sehari puasa, sehari berbuka ( tidak
puasa). Mengenai puasa Daud ini, dari Abdullah bin Amru radhialahu ‘anhu,
Rasulullah SAW diketahui pernah bersabda; “Maka berpuasalah engkau
sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan) puasa Daud ‘alaihissalam
dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku berkata, sesungguhnya aku
mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi SAW berkata: “Tidak ada puasa
yang lebih afdhal dari itu, ” (HR. Bukhari: 1840)
7. Arafah : Puasa pada hari ke-9 Dzuhijjah, di mana keistimewaan bagi yang
menjalankannya ialah, akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-
dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim). Namun, dengan catata dosa-
dosa yang dimaksud ialah khusus untuk dosa-dosa kecil, bukan dosa besar
karena dosa-dosa besar hanya bisa diampuni dengan jalan bertaubat atau
taubatan nasuha.
8. 3 Hari pada pertengahan bulan : Puasa ini dikenal dengan sebutan puasa
Ayyamul Bidh, dilakukan di tiga hari setiap pertengahan bulan, yaitu tanggal
13, 14, dan 15. Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasai, dan at-Tirmidzi, Rasulullah SAW
bersabda: “Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap
bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan
Hijriyah),".
C. PUASA MAKRUH
Disebutkan sebagai puasa yang dilakukan pada hari Jumat atau Sabtu, dengan niat
yang dikhususkan atau disengaja maka hukumnya makruh kecuali bermaksud atau
berniat mengqodho puasa ramadhan, puasa karena nadzar ataupun kifarat.
D. PUASA HARAM
1. Idul Fitri : Puasa di saat Hari Raya Lebaran, yang jatuh pada tanggal 1 Syawal
yang mana hari ini ditetapkan sebagai Hari Raya Umat Muslim. Di hari ini,
puasa diharamkan karena hari ini merupakan hari perayaan kemenangan
karena telah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan.
2. Idul Adha : Sama halnya dengan puasa Idul Fitri, puasa di Hari Raya Qurban
juga dilarang untuk dilakukan. Pada tanggal 10 Dzulhijjah merupakan Hari
Raya Idul Adha dan hari Raya kedua bagi umat Muslim.
3. Hari Tasyrik : Berpuasa di hari Tasyrik yang jatuh pada tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah juga merupakan waktu yang diharamkan untuk berpuasa.
4. Puasa setiap hari atau sepanjang tahun dan selamanya.
5
9. 3. SYARAT DAN RUKUN SERTA YANG MEMBATLKAN PUASA
A. Syarat-syarat Wajib Puasa :
- Berakal sehat
- Baligh (sudah cukup umur)
- Mampu melaksanakannya
B. Syarat Sah Puasa :
- Islam (tidak murtad)
- Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
- Suci dari haid, nifas dan wiladah
Wanita yang diwajibkan puasa selama mereka tidak haid. Jika mereka sedang haid
tidak diwajibkan puasa, tetapi diwajibkan mengerjakan qadha sebanyak puasa yang
ditinggalkan setelah selesai bulan puasa. Nifas dan wiladah disamakan dengan haid.
Bedanya bila sang ibu itu menyusui anaknya ia boleh membayar fidyah. Disinilah letak
perbedaan antara meninggalkan shalat dan meninggalkan puasa bagi orang yang sedang
haid. Pada shalat, bagi orang haid lepas sama sekali kewajiban shalat, sedangkan pada
puasa tidak lepas, tetapi didenda untuk dibayar (diqadha) pada waktu yang lain
- Dikerjakan pada waktu atau hari yang dibolehkan puasa.
C. Rukun Puasa :
- Niat
Niat itu adalah amalan hati, dan niat puasa dilakukan pada malam hari, dengan niat
itu orang mulai mengarahkan hatinya untuk berpuasa esok hari, karena Allah SWT.
- Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya
matahari.
Dengan niat berpuasa sungguh-sungguh maka orang yang berpuasa tidak saja
menahan untuk tidak makan, tidak minum dan tidak pula bersetubuh dengan suami dan
istri dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Tetapi juga menjauhkan segala perbuatan
kotor dan jahat. Orang yang berpuasa menahan haus dan lapar sepanjang hari tetapi
setelah malam lalu makan dan minum sebanyak-banyak menghilangkan akan maksud
puasa yang dikehendaki Allah SWT. sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. al-
A’raf ayat 31 Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya
Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
6
10. Hal-hal yang dapat membatalkan puasa :
- Makan atau minum dengan sengaja
- Berhubungan suami istri
- Keluar mani dengan sengaja
- Muntah dengan sengaja
- Hilang akal
- Keluar haid atau nifas
HADIST
ََّْ ََ َأِبَا َش ََتاَتََ َأ ِِ َر َهللا َوَنَْ َليَْ : َليَْ َل َمَس َر ِهللا عنمَى َهللا ِوَكَمَْ ََ َلنمَس : " َََّو َتَطَضَا يَو َمَا ََِّو َيتَضَوَر ََِّو
َِتكَِ ُخَمَةَر َل ََ ُف َتَو َل ِيََُا َِ َوَنَْ َص َمَى ِتََنَ َ َونمََ َتِن ََ َوَويَى " (ََداٌََِ ََفكِمَِ )
“Dari Abu hurairah Radliyallahu’Anhu barang siapa yang berbuka (membatalkan
puasanya) satu hari saja dibulan Ramadhan tanpa sebab (syar’i) dan juga bukan
karena sakit maka tidak dapat digantikannya walaupun dengan puasa selama satu
tahun penuh”.
4. HIKMAH PUASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Hikmah-hikmah Puasa :
- Sarana yang disediakan oleh Allah SWT untuk mencapai “Taqwa”.
- Puasa merupakan sarana pendidikan dan latihan
- Menumbuhkan jiwa social atau kesadaran bermasyarakat
- Menyehatkan tubuh
- Puasa membuat awet muda atau menunda proses penunaan.
- Puasa adalah cara terbaik untuk menjaga keselarasan dan keindahan fisik.
5. PERMASALAHAN KONTEMPORER SEPUTAR PUASA
Saat ini beberapa permasalahan penting mengenai puasa akan dikaji secara simpel
dan sebagiannya adalah ulasan fikih kontemporer saat ini. Pembahasan tersebut
berasal dari fatwa dan penjelasan para ulama yang mumpuni ilmunya.
A. Menggunakan Obat Penghalang Haid Ketika Puasa
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya,
“Sebagian wanita ada yang bersengaja menggunakan obat-obatan untuk menghalangi
datangnya haidh yang rutin setiap bulannya.
7
11. Mereka melakukan seperti ini dengan tujuan supaya tidak lagi mengqodho’ puasa
selepas bulan Ramadhan. Apakah perbuatan seperti ini dibolehkan? Apakah ada
syarat yang tidak membolehkan wanita menggunakan obat semacam itu?” Beliau
rahimahullah menjawab, “Dalam masalah ini aku berpandangan bahwa hendaklah
wanita tersebut tidak melakukan semacam itu. Hendaklah ia menjalankan ketetapan
Allah yang telah digariskan pada para wanita. Kebiasaan datang haidh setiap
bulannya di sisi Allah memiliki hikmah yang amat banyak jika kita mengetahuinya.
Hikmah yang dimaksud adalah bahwa kebiasaan datang haidh ini termasuk kebiasaan
yang normal, di mana haidh ini terjadi untuk tujuan menghalangi si wanita dari
berbagai bahaya yang dapat memudhorotkan dirinya. Para pakar kesehatan telah
menjelaskan efek negatif dari penggunaan obat semacam itu. Padahal Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Laa dhororo wa laa dhiroor (Tidak ada
bahaya dalam syari’at ini dan tidak boleh mendatangkan bahaya tanpa alasan yang
benar).” Oleh karena itu, dalam masalah ini aku berpandangan bahwa wanita
hendaklah tidak menggunakan obat-obatan untuk mengahalangi datangnya haidh.
Alhamdulillah berkat karunia Allah, jika datang haidh, wanita muslimah
diperkenankan untuk tidak mengerjakan puasa dan shalat. Ketika ia kembali suci, ia
boleh kembali mengerjakan puasa dan shalat. Jika berakhir Ramadhan, ia hendaklah
mengqodho’ puasanya yang luput tadi.” [Sumber: Fatwa Al Islam Sual wa Jawab no.
7416]
B. Waktu Buka Puasa di Pesawat
Para ulama di Al Lajnah Ad Daimah (komisi Fatwa Kerajan Saudi Arabia) pernah
ditanya, “Kapan waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan di tengah-tengah
perjalanan pesawat?”
Jawab: Jika siang hari seseorang yang berpuasa berada di pesawat dan ia tetap
menjalankan puasanya hingga malam hari (tenggelamnya matahari), ia tidaklah boleh
berbuka puasa kecuali jika telah tenggelamnya matahari. Tenggelamnya matahari di
sini dilihat dari posisi orang yang melakukan perjalanan (bukan dari tempat awal ia
berpuasa, pen). [Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 5468, 10/138. Yang
menandatangani fatwa ini, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua,
Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan dan
Syaikh ‘Abdullah bin Qo’ud selaku anggota]
C. Berpuasa di Daerah yang Waktu Siangnya Sangat Lama
Di musim panas di bagian bumi utara akan terasa waktu siang teramat lama.
Waktu untuk berpuasa pun akan terasa lama, begitu pula waktu antara shalat lima
waktu. Nah, sekarang bagaimana jika kita tinggal di negeri yang waktu siangnya
sangat panjang atau di negeri yang bahkan tidak pernah mendapati waktu siang atau
sepanjang hari adalah malam?
8
12. Berikut ringkasan fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’,
komisi fatwa di Kerajaan Saudi Arabia.
Pertama: Bagi yang bermukim di negeri yang malam dan siangnya bisa dibedakan
dengan terbitnya fajar dan tenggelamnya matahari, walau waktu siang lebih lama di
musim panas dan singkat di musim dingin, maka wajib baginya mengerjakan shalat
lima waktu di waktunya masing-masing. Hal ini berdasarkan keumuman firman Allah
Ta’ala (yang artinya), “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isra’: 78). Begitu pula dengan firman Allah
Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa’: 103).
Ini berkenaan dengan waktu shalat. Adapun berkenaan dengan waktu puasa di
bulan Ramadhan, maka tetap seorang muslim yang dikenai kewajiban puasa untuk
menahan diri dari makan dan minum serta dari segala pembatal setiap harinya dimulai
dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari di negerinya. Hal ini berlaku
selama waktu siang dan waktu malam bisa dibedakan di negerinya, dan total malam
dan siang tetap 24 jam. Dan halal bagi mereka untuk makan, minum, berhubungan
intim di malam harinya walau waktu malamnya begitu singkat. Karena seperti
dipahami bahwa syari’at Islam itu umum untuk seluruh manusia di berbagai negeri.
Dan Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa
itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).
Siapa yang tidak kuat berpuasa karena waktu siang begitu panjang atau
berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah atau info dari dokter yang amanat, atau
jika ia puasa biasa binasa atau mendapati sakit yang parah, atau sakitnya bertambah
riskan, atau kesembuhannya jadi bertampah lama, maka ia boleh tidak berpuasa,
namun tetap mengqodho’ (mengganti) puasanya di hari lainnya di saat ia mampu di
bulan mana saja. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena itu, barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185). “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqarah: 286).
9
13. Kedua: Adapun bagi yang bermukim di daerah yang matahari tetap terus ada di
musim panas atau tidak terbit di musim dingin, atau waktu siang berlangsung terus
hingga enam bulan, begitu pula waktu malamnya terus berlangsung selama enam
bulan misalnya, maka wajib baginya melaksanakan shalat lima waktu setiap 24 jam.
Nantinya diperkirakan batasan waktu masing-masing dengan berpatokan pada negeri
yang dekat dengan negerinya di mana negeri yang dekat tersebut telah terbedakan
waktu shalat lima waktu satu dan lainnya.
Di antara dalilnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan pada
para sahabatnya mengenai Dajjal. Lalu mereka bertanya pada beliau, berapa lama
Dajjal berada di muka bumi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Empatpuluh hari. Satu harinya terasa setahun, satu harinya lagi terasa sebulan, satu
harinya lagi terasa satu Jum’at dan hari-hari lainnya seperti hari-hari kalian.” Mereka
bertanya, “Apakah untuk satu hari yang terasa setahun cukup bagi kami shalat
sehari?” Beliau menjawab, “Tidak, kalian harus memperkirakan waktu-waktu shalat
tersebut.” (HR. Muslim no. 2937). Hadits ini menunjukkan bahwa satu hari yang
terasa setahan tidaklah dianggap cukup shalat satu hari, namun tetap diwajibkan
shalat lima waktu setiap 24 jam dan diperintahkan bagi mereka untuk memperkirakan
waktu shalat seperti waktu biasa yang mereka jalani di negeri mereka.
Jadi, wajib bagi kaum muslimin yang berada di negeri yang waktu siangnya
seperti disebutkan di atas untuk menetapkan waktu shalat dengan berpatokan pada
negeri yang lebih dekat dengan negeri mereka yang memiliki waktu malam dan
waktu siang bisa terbedakan dalam waktu 24 jam.
Begitu pula dalam hal puasa, wajib bagi mereka berpuasa Ramadhan dengan
memperkirakan waktu mulainya puasa dan berakhirnya puasa, juga waktu menahan
diri untuk berpuasa dan berbuka setiap harinya dengan memperhatikan terbit fajar
dan tenggelamnya matahari pada negeri yang dekat dengan negeri mereka yang
waktu malam dan siangnya bisa terbedakan dan total waktu siang dan malamnya
adalah 24 jam. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits tentang Dajjal tadi, tidak
ada beda antara puasa dan shalat dalam hal ini. [Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 6:
130-136. Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz selaku ketua,
Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan
selaku anggota].
10
14. D. Penggunaan Ventolin bagi Penderita Asma Saat Puasa
Asma merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan penyempitan saluran
nafas (bronkhus) yang tingkatnya bervariasi dari waktu ke waktu. Penyakit ini timbul
didasarkan atas reaksi peradangan saluran nafas terhadap zat-zat perangsang yang
berhubungan dengan penderita. Penderita asma biasa menggunakan ventolin berupa
sprayer yang disemprotkan ke dalam mulut ketika asma kambuh. Ventolin ini terdiri
dari tiga unsur yaitu: (1) bahan kimia, (2) H20 dan (3) O2. Penggunaan ventolin
adalah dengan cara menekan sprayer kemudian gas ventolin masuk melalui mulut ke
faring, lalu ke dalam trakea, hingga bronkhus, tetapi ada sebagian kecil yang tetap di
faring dan ada pula yang masuk kerongkongan sehingga bisa masuk terus ke dalam
perut.
Mengenai penggunaan ventolin, para ulama berselisih pendapat.
Pendapat pertama: Tidak membatalkan puasa. Inilah pendapat Syaikh ‘Abdul ‘Aziz
bin Baz, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin
dan Al Lajnah Ad Daimah.
Alasan mereka:
1. Obat sprayer asma ini masuk ke dalam kerongkongan. Dan sangat sedikit sekali
yang masuk ke perut (lambung). Seperti itu tidaklah membatalkan seperti halnya
berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air
dalam hidung) kecuali jika engkau berpuasa.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i,
Ibnu Majah, hasan shahih)
2. Mengenai masuknya obat sprayer ini ke perut bukanlah suatu yang pasti
(yakin), cuma keraguan saja (syak), yaitu bisa jadi masuk, bisa jadi tidak. Sehingga
asalnya puasa orang yang menggunakan sprayer ini sah atau tidak batal. Karena
berlaku kaedah, “Keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan sekedar keraguan.”
3. Menggunakan obat sprayer asma semacam ini tidaklah semisal dengan makan
dan minum.
4. Para pakar kesehatan menyebutkan bahwa siwak itu mengandung 8 unsur kimia
yang bisa merawat gigi dan gusi dari penyakit. Zat siwak tersebut nantinya larut
dengan air liur dan masuk ke faring. Padahal menggunakan siwak ini dianjurkan pula
ketika sebagaimana ada riwayat secara mu’allaq (tanpa sanad) dari ‘Amir bin
Robi’ah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersiwak saat puasa
dan jumlahnya tak terhitung.” Jika unsur-unsur dalam siwak saja dimaafkan masuk ke
dalam perut karena jumlahnya sedikit dan bukan maksud untuk makan/minum, maka
demikian halnya dengan obat semprot asma dimaafkan pula.
11
15. Pendapat kedua: Penggunaan obat spray asma atau ventolin membatalkan puasa
dan tidak boleh digunakan saat Ramadhan kecuali dalam keadaan hajat saat sakit dan
jika digunakan puasanya harus diqodho’. Inilah pendapat Dr. Fadl Hasan ‘Abbas, Dr.
Muhammad Alfi, Syaikh Muhammad Taqiyuddin Al ‘Utsmani dan Dr. Wahbah Az
Zuhailiy.
Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini adalah tidak batalnya puasa bagi orang
yang menggunakan obat sprayer asma. Alasannya adalah qiyas pada kumur-kumur
dan siwak. Dan qiyas tersebut adalah qiyas yang shahih. Wallahu a’lam. [Penjelasan
Syaikhuna Dr. Ahmad bin Muhammad Al Kholil, Asisten Profesor di jurusan Fikih
Jami’ah Al Qoshim dalam tulisan “Mufthirootu Ash Shiyam Al Mu’ashiroh”].
12
16. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam , maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharapkan imbalan dari orang
lain. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh umat islam sebagaimana telah di wajibkan
kepada orang – orang sebelum kita.
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang di buat oleh Allah. Allah
telah memberikan kita banyak kemudahan ( keringanan ) untuk mengerjakan ibadah
puasa ini , kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak
faedah serta manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa. Maka, dari itu janganlah sesekali
meninggalkan puasa karena puasa mempunyai banyak nilai ibadah.
B. DAFTAR PUSTAKA
library.walisongo.ac.id › disk1PDF BAB II PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP IBADAH PUASA Puasa merupakan ibadah ...
repository.uin-suska.ac.id › ...PDF BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG
PUASA A. Pengertian Puasa ... - Repository UIN SUSKA
https://marhamahsaleh.files.wordpress.com › ...DOC Puasa
https://rumaysho.com/2701-4-permasalahan-kontemporer-seputar-puasa.html
https://lifestyle.okezone.com/amp/2018/05/11/196/1897264/mengenal-macam-
macam-puasa-dari-yang-wajib-hingga-yang-haram?page=2
13