tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
1. BLOK 8: PENYAKIT KELAINAN
GIGI, PERIODONTAL, & JARINGAN
LUNAK ORAL
Ferdiana Agustin (171610101071)
Deri Abdul Azis (171610101072)
Shyntia Gabriel P. (171610101073)
Safira Annisa Yasmin (171610101074)
Marita Dian Pitaloka (171610101075)
Ma’isyatul Ihsaniyah (171610101076)
Ahmad Alan Suhaimi (171610101077)
Afifah Firda Amalia (171610101078)
Yuriza Adelita Yolanda(171610101079)
2. LO
1. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI DEFINISI INFEKSI
DENTOMAKSILOFASIAL DAN MACAM PORT D’ENTRY NYA
2. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENJELASKAN PERJALANAN /
PERLUASAN INFEKSI PERIAPIKAL GIGI POSTERIOR KE JARINGAN LUNAK
INTRA ORAL DAN EKSTRA ORAL DIHUBUBUNGKAN DENGAN ANATOMI DAN
LETAK GIGI DALAM RAHANG
3. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENJELASKAN RESPON IMUN
(DAMPAK PADA LOKAL DAN SISTEMIK TUBUH)
4. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI KLASIFIKASI INFEKSI
DENTOMAKSILOFASIAL MELALUI GAMBARAN KLINIS DAN RADIOGRAFIS
5. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENDEFINISIKAN DAN
MENGKLASIFIKAN TRISMUS DAN CARA PEMERIKSAANNYA
6. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI MACAM-MACAM TEKNIK
RONSEN FOTO INTRA ORAL DAN EKSTRA ORAL UNTUK MENDETEKSI
INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL
3. Jenis dan Port d’entry
Perluasa Infeksi
odontogen (IO & EO)
Patogenesis
Macam infeksi
Pemeriksaan
Gambaran Klinis Gambaran Radiografis
Respon host (Lokal &
Sistemik)
8. Abses
Lebih besar dan dalam dibanding bisul disertai bengkak kemerahan dan
sakit pada area yang berisi nanah
Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk dimana didalamnya terdapat
nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri
berbahaya yang menyebabkan infeksi. Sistim imun mengirimkan sel darah
putih untuk melawan bakteri. Sehingga nanah atau pus mengandung sel
darah putih yang masih aktif atau sudah mati serta enzim. Abses terbentuk
jika tidak ada jalan keluar nanah atau pus. Sehingga nanah atau pus tadi
terperangkap dalam jaringan dan terus membesar.
9. Selulitis
Infeksi pada kulit dan area di bawahnya, kulit menjadi merah dan lunak.
Daerah yang terkena selulitis biasanya dapat meluas dengan cepat
Istilah selulitis digunakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut
pada permukaan jaringan lunak dan bersifat difus. Selulitis dapat terjadi pada
semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar,
terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi
pada daerah tersebut kurang sempurna. Selulitis mengenai jaringan subkutan
bersifat difus, konsistensinya bisa sangat lunak maupun keras seperti papan,
ukurannya besar, spongius dan tanpa disertai adanya pus, serta didahului
adanya infeksi bakteri. Tidak terdapat fluktuasi yang nyata seperti pada abses,
walaupun infeksi membentuk suatu lokalisasi cairan (Peterson, 2003).
14. Setelah pus menembus permukaan tulang dan masuk ke
dalam jaringan lunak arah penyebaran selanjutnya
ditentukan oleh tempat perlekatan otot-otot pada tulang
rahang, utamanya yaitu m. Buccinator pada maksila dan
mandibula, dan m.Mylohyoid pada mandibula. (Michael
TB et al, 2006).
15. Perluasan abses gigi rahang atas
Perluasan abses pada gigi rahang atas dapat meluas ke labial pada abses gigi
anterior dan bukal pada abses gigi posterior. Perluasan ke bukal dapat meluas lagi
ke palatal khususnya abses pada gigi premolar dan molar. Sedangkan abses pada
gigi caninus dapat meluas ke fossa canina
Penjalaran infeksi ke labial atau ke bukal dapat menjadi vestibular abscess atau
fascial space infection, ditentukan oleh hubungan antara tempat perforasi tulang
perlekatan oto-otot pada tulang maksila yaitu m. buccinator dan m. levator angli
oris (Lymus Peng, MD, 2006)
16. Perluasan abses gigi rahang bawah
Perluasan abses gigi rahang bawah
dapat meluas ke lingual pada gigi anterior
dan ke bukal pada gigi posterior.
Penyebaran infeksi molar bawah yang ke
arah bukal ditentukan oleh perlekatan m.
buccinator menyebabkan vestibular
abscess. Sedangkan pada gigi posterior
yang apeksnya terletak di sekitar m.
mylohyoid, absesnya akan meluas ke
ruang submandibula
18. Respon Host dan dampaknya pada
daerah Lokal
Jaringan pulpa sudah menunjukkan reaksi sejak lapisan email terbuka
oleh cedera, mekanik, termal, kimia atau bakteri
Inflamasi pada Pulpa merupakan respon positif yang diperlukan untuk
kembali pada keadaan sebelum dan sesudah trauma untuk
memperbaiki diri.
19. Jika tubuh dapat mempertahankan kondisi homeostasis dan pengaruh
yang merugikan perbaikan jaringan yang rusak pulpitis reversibel.
Jika iritan atau bakteri berjalan terus dan intensitasnya meningkat
pulpitis ireversibel kematian jaringan pulpa (nekrosis) berlanjut
pada inflamasi di daerah periapikal.
20. Saluran akar yang mengalami nekrosis berisi bakteri gram negatif (ex
: Porphyromonas) Lipopolisakarida yang dilepaskan dari saluran akar
terinfeksi menstimulasi makrofag untuk mensekresikan sitokin
proinflamasi (IL-1 dan TNF-α) menstimulasi ekspresi dan aktivasi
MMPs menghancurkan matriks jaringan ikat.
21. Resorpsi tulangdipengaruhi osteoclast activating factor (mis : TNF-a)
stimulasi RANKL (Receptor Activator of Nuclear factor Kappa-B Ligand)
mengarah pada stimulasi osteoklast resorbsi tulang alveolar
22.
23. Proses fafositosis Iritan-iritan bakteri & PMN yang mati pus mencari
jalan keluar abses
Inflamasi kronis yang distimulasi oleh bakteri dan produknya pada area
periapikal gigi akan mengarah pada resorpsi tulang yang terlokalisir tidak
terjadi pembentukan tulang reparatif akhirnya terjadi pembentukan dan
perluasan abses dalam jaringan periapikal
27. Demam disebabkan karena adanya “pirogen”
Pirogen sendiri adalah suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri
gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini.
29. Mekanisme demam
stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit dan neutrofil) oleh pirogen
eksogen
Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, IFN).
Pirogen eksogen dan endogen akan merangsang endotelium hipotalamus
untuk membentuk prostaglandin. Khususnya PGE2
30. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termogulasi hipotalamus
Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu
patokan yang baru sehingga memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas.
31. antigen yang menginfeksi jaringan akan dikenali oleh APC
APC akan menyebabkan sel limfosit dari kelenjar limfe bermigrasi
ke jaringan untuk membawa antigen ke dalam kelenjar di dalam
kelenjar, antigen akan direspon. Proses ini menyebabkan terjadinya
akumulasi cairan dalam kelenjar dan jumlah sel inflamatori
meningkat jika respon host tidak bisa mengalahkan antigen,
cairan jaringan ini akan membentuk eksudat yang menyebabkan
kelenjar membengkak. Dan apabila kelenjar ini tersentuh akan
terasa nyeri.
Proses pembengkakan dan
nyeri pada kelenjar limfe
32.
33. Abscess of the submandibular neck
space are common in children
35. ABSES
Abses rongga mulut merupakan suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang,
atau tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh
infeksi bakteri campuran.
37. ABSES PERIAPIKAL
(ABSES DENTOALVEOLAR)
Merupakan infeksi akut purulen yang berkembang pada bagian apikal gigi
pada tulang cancellous.
Biasanya disebabkan oleh bakteri yang berasal dari gigi yang terinfeksi
baik pada maksila maupun pada mandibula.
Gejala yang khas adalah rasa sakit yang berat, gigi goyang, serta gigi
penyebab serasa memanjang
39. ABSES SUBPERIOSTEAL
Abses subperiosteal adalah abses yang terletak diantara tulang dan
periosteum baik pada bukal, palatal, maupun lingual gigi penyebab infeksi.
Gejala yang ditimbulkan adalah edema ringan, rasa sakit karena tekanan
pada periosteum serta sensitif pada palpasi.
41. ABSES SUBMUKOSA
Abses ini tepat terletak di bawah mukosa vestibular bukal maupun
palatal/lingual gigi yang menjadi sumber infeksi.
Secara klinis :
pembesaran mukosa dengan fluktuasi yang jelas
sensitif terhadap palpasi
hilangnya lipatan mucobukal pada area infeksi.
43. ABSES FOSA KANINA
Abses ini biasanya berasal dari gigi anterior, dan jarang dari gigi premolar.
Terjadinya tanda klinis :
pembengkakan substansial pada daerah atas pipi
rasa sakit yang terletak di wilayah fossa kaninus
Kulit di atasnya tampak streched (tertarik), eritem, dan pada umumnya
mengkilap
Edema sering terjadi pada bibir atas dan kelopak mata.
45. ABSES SPASIUM BUKAL
Gejala klinis : terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke arah
rongga mulut
Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas pada
perabaan
46.
47. ABSES SPASIUM INFRATEMPORAL
Gejala klinis :
oedem kelopak mata
Trismus rahang
sakit yang hebat terutama bila membuka mulut
sakit bila menelan (pharynx bengkak)
48.
49. ABSES SPASIUM SUBMASSETER
Gejala klinis :
sakit berdenyut diregio ramus mandibula bagian dalam
pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus
bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada
penekanan
50.
51. ABSES SPASIUM SUBMANDIBULA
• Spasia ini mengandung glandula submandibula dan
linfonodi submandibula.
• Disebabkan oleh infeksi yang berasal dari molar pertama
dan kedua mandibula. Dapat pula berasal dari
penyebaran infeksi dari spasia sublingual dan
submental.
• Submandibular absess terlihat sebagai :
pembesaran ringan pada daerah submandibular yang
menyebar
kulit mengeras dan berwarna merah.
Sudut mandibula menghilang
nyeri saat palpasi
53. ABSES SUBKUTAN
Gambaran klinis yaitu pembengkakan ekstra oral disertai terbentuknya inti
abses berwarna kekuningan dan konsistensinya sedikit mengeras.
55. ABSES SUBLINGUAL
• Terbentuk pada spasia sublingual di atas musculus
mylohyoid kanan atau kiri.
• Disebabkan oleh infeksi pada gigi anterior, premolar,
atau gigi molar pertama mandibula.
• klinis terlihat pembesaran mukosa pada dasar mulut
menyebabkan lidah terangkat. Pasien kesulitan
berbicara disebabkan oleh edema, dan nyeri saat
menggerakkan lidah.
57. ABSES SPASIUM SUBMENTAL
Gejala klinis
selulitis pada regio submental
perabaan fluktuatif positif.
Pada pemeriksaan intra oral tidak tampak adanya pembengkakan. Gusi
disekitar gigi penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya
58.
59. SELULITIS
Merupakan kondisi inflamasi difus akut yang menginfiltrasi jaringan ikat
longgar di bawah kulit.
Selulitis memiliki batas yang tidak jelas dikarenakan menglami perluasan
lebih dari 2 spasium.
60. LUDWIG’S ANGINA
selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina
Ludwig’s
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenai spasia pharingeal
selulitis dimulai dari dasar mulut.
Sering kali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/unilateral disebut
Pseudophlegmon
61. Gejala klinis:
edema pada kedua sisi dasar mulut
lidah terangkat dengan konsistensi keras seperti papan yang terangkat
sakit dan sulit menelan
65. Definisi Trismus
Trismus didefinisikan dalam Taber's Medical Dictionary sebagai
tonik kontraksi dari otot pengunyahan
Istilah trismus digunakan untuk menjelaskan pembatasan apapun
untuk membuka mulut, termasuk pembatasan-pembatasan yang
disebabkan oleh trauma, dan pembedahan. Keterbatasan ini dapat
menimbulkan implikasi yang cukup serius diantaranya
kekurangan gizi dikarenakan keburukan mengunyah, kesulitan
komunikasi serta kebersihan rongga mulut (oral hygiene)
(Dhanrajani & Jonidel, 2002)
66. Apapun penyebabnya, hipomobilitas mandibular pada akhirnya
akan menyebabkan degenerasi otot dan sendi di daerah tersebut.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa otot yang tidak
dipakai sebagaimana seharusnya, dalam waktu tiga hari mulai
menunjukkan tanda-tanda atrophia. Demikian pula pada rahang
sendi yang tidak dipakai akan menunjukkan perubahan seperti
gangguan cairan synovial dan penjarangan dari tulang rawan
(Dijkstra et al, 2007).
67. Patofisiologi
Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses
mengunyah, dan saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan
menimbulkan rasa nyeri, keadaan ini disebut dengan muscle guarding
yaitu penegangan pada otot yang timbul sebagai kompensasi terhadap
nyeri yang timbul pada otot tersebut (Okeson, 1998).
Nyeri ini akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan menyebabkan
berkurangnya lebar pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh
gerakan otot mastikasi. Kontraksi ini merupakan suatu gerakan reflek.
Setiap tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan
menimbulkan kontraksi yang makin kuat.
68. Sebagaimana sendi-sendi lainnya di dalam tubuh, temporomandibular
joint merupakan tempat yang sering mengalami artritis maupun penyakit
degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering terjadi trauma yang
menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris.
Dengan kata lain gangguan pada tempat tersebut akan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau rahang
disamping rasa nyeri yang timbul saat melakukan gerakan
69. Klasifikasi Trismus
Pengukuran trismus menggunakan metode Maximum Interincisal
Opening Distance(MID) (Gambar 1) yaitu mngukur jarak antara insisal
gigi insisif RA dan gigi insisif RB. Menurut Osmani (2001), parameter
derajat trismus adalah sebagai berikut
70. Cara Pemeriksaan
Bila penderita dengan bukaan mulut kurang dari 20mm
sudah dapat dikategorikan sebagai trismus
Cara sederhana untuk mengetahui bahwa penderita
dengan bukaan mulut normal adalah apabila penderita
dapat memasukkan 3 jari secara vertikal ke dalam mulut
diantara gigi-gigi incicivusnya
71.
72. Terapi Trismus
1. Infra red
Dasarnya Infra Red mempunyai efek fisiologis meningkatkan proses
metabolism, vasodilatasi pembuluh darah, mempengaruhi urat saraf
sensoris, juga mempunyai efek terapeutik seperti mengurangi rasa
sakit, dan relaksasi otot.
2. Massage
Teknik yang diaplikasikan dengan menggunakan tangan, untuk
menghasilkan efek fisiologis, mekanik dan psikologis untuk jenis
pengobatan (Rahim, 1988). Mempunyai efek fisiologis menurunkan
spasme, otot melancarkan aliran darah dan mengatasi kelelahan.
74. Teknik- Teknik Radiografi
Jenis-jenis Teknik Radiografi gigi secara garis besar
dikelompokkan berdasarkan teknik pemotretan dan
penempatan film, dibagi menjadi dua yaitu
1. Teknik Radiografi Intra Oral
2. Teknik Radiografi Extra Oral.
75. Teknik Radiografi Intra oral
Teknik Radiografi Intra Oral Adalah radiografi yang
memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya.
Untukmendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri
dari 32 gigi diperlukankurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga
pemeriksaan Radiografi Intra Oral yaitu:
1. Pemeriksaan Periapikal,
2. Pemeriksaan Interproksimal
3. Pemeriksaan Oklusal
76. Periapikal radiografi
Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan
disekitarnya. Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting.
Pada teknik ini penempatan film adalah sedekat mungkin dengan gigi,
sumbu panjang gigi membentuk sudut terhadap film. Arah sinar adalah
tegak lurus pada bidang bagian yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi
dan sumbu film.
77. Gambar hasil teknik periapikal
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
78. Interproksimal radiografi
Bertujuan untuk memeriksa crown, crest tulang alveolar di
maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu
film yang sama. Film yang dipakai adalah film khusus.
79. Gambar hasil teknik Interproksimal
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
80. Oklusal radiografi
Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau
mandibula dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk
melihat lokasi akar, lokasi supernumerary, tidak erupsi (gigi
impaksi), salivary tone di saluran kelenjar submandibular, evaluasi
dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibula
dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, evaluasi fraktur di
maksila dan mandibula, pemeriksaan daerah cleft palate serta
mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan
mandibula. Film yang digunakan adalah film khusus.
81. Gambar hasil teknik Oklusal
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
82. Teknik Radiografi Ekstra Oral
Teknik Radiografi Ekstra Oral digunakan untuk melihat area yang
luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di
luar mulut.
Teknik Radiografi Ekstra Oral yang paling umum dan paling sering
digunakan adalah Radiografi Panoramik, sedangkan contoh teknik
Radiografi Ekstra Oral lainnya adalah Radiografi Lateral, Radiografi
Postero Anterior, Radiografi Cephalometri, Proyeksi-Waters, Proyeksi
Reverse-Towne, Proyeksi Submentovertex
83. Panoramik
Tujuannya adalah untuk melihat perluasan suatu lesi atau
tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Panoramik
akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang
lebih luas dalam satu film.
84. Gambar hasil teknik Panoramik
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
85. Lateral
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar
lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologi
tulang tengkorak dan muka.
86. Gambar hasil teknik Lateral
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
87. Postero-anterior
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma
atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto
Ronsen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara
lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis dan orbita.
88. GAMBAR HASIL TEKNIK Postero-anterior
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
89. Teknik Cephalometri
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah
akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan.
Teknik radiografi ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan
lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.
90. Gambar hasil teknik Cephalometri
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
91. Proyeksi Water’s
Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris,
sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura
zigomatikus frontalis dan rongga nasal
92. Gambar hasil teknik Proyeksi Water’s
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
93. Proyeksi Reverse-Towne
Foto Ronsen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya
mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan
untuk melihat dinding postero lateral pada maksila
94. Gambar hasil teknik Reverse-Towne
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
95. Proyeksi Submentovertex
Teknik Radiografi ini bisa digunakan untuk melihat dasar
tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung
mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.
96. Gambar hasil teknik Proyeksi
Submentovertex
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
97. Daftar Pustaka
Alhamid A, Savitri E. Modifikasi Teknik Radiografi Kedokteran Gigi Untuk Tujuan Pemeriksaan Khusus.
Jurnal PDGI 2006; 55 (edisi khusus): 43-7
Boel Terial. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia. 2009:
1-4
Dhanrajani P.J. and Jonaidel O. 2002. Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment.
Specialist, Oral & Maxillofacial Surgery, Riyadh Dental Centre, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia.
Dijkstra P.U at al. 2007. Exercise therapy for trismus in head and neck cancer. Corresponding author.
Address: Center for Rehabilitation, University Medical Center Groningen, University of Groningen, P.O.
Box 30.001, 9700 RB Groningen, The Netherlands
Taylor EJ, ed. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, 27th ed. Philadelphia: W.B. Saunders, 1998;
p.1759
Tulaar, Angela B.M., 2008; Nyeri Leher dan Punggung, Universitas Indonesia, Jakarta.
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004: 281-
3
Saleh, edwin. 2017. Abses Rongga Mulut. Yogyakarta: UMY.
Nevilee, Damm, Allen, Bouquot. Oral and Maxillofacial Pathology Third edition.