SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
BLOK 8: PENYAKIT KELAINAN
GIGI, PERIODONTAL, & JARINGAN
LUNAK ORAL
Ferdiana Agustin (171610101071)
Deri Abdul Azis (171610101072)
Shyntia Gabriel P. (171610101073)
Safira Annisa Yasmin (171610101074)
Marita Dian Pitaloka (171610101075)
Ma’isyatul Ihsaniyah (171610101076)
Ahmad Alan Suhaimi (171610101077)
Afifah Firda Amalia (171610101078)
Yuriza Adelita Yolanda(171610101079)
LO
1. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI DEFINISI INFEKSI
DENTOMAKSILOFASIAL DAN MACAM PORT D’ENTRY NYA
2. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENJELASKAN PERJALANAN /
PERLUASAN INFEKSI PERIAPIKAL GIGI POSTERIOR KE JARINGAN LUNAK
INTRA ORAL DAN EKSTRA ORAL DIHUBUBUNGKAN DENGAN ANATOMI DAN
LETAK GIGI DALAM RAHANG
3. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENJELASKAN RESPON IMUN
(DAMPAK PADA LOKAL DAN SISTEMIK TUBUH)
4. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI KLASIFIKASI INFEKSI
DENTOMAKSILOFASIAL MELALUI GAMBARAN KLINIS DAN RADIOGRAFIS
5. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENDEFINISIKAN DAN
MENGKLASIFIKAN TRISMUS DAN CARA PEMERIKSAANNYA
6. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI MACAM-MACAM TEKNIK
RONSEN FOTO INTRA ORAL DAN EKSTRA ORAL UNTUK MENDETEKSI
INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL
Jenis dan Port d’entry
Perluasa Infeksi
odontogen (IO & EO)
Patogenesis
Macam infeksi
Pemeriksaan
Gambaran Klinis Gambaran Radiografis
Respon host (Lokal &
Sistemik)
Definisi infeksi
dentomaksilofasial dan
macam port d entri nya
Pengertian infeksi
 infeksi adalah Masuknya kuman ke dalam jaringan sehingga
menimbulkan reaksi patologis pada jaringan tersebut
Port d’entry Penyakit Rongga Mulut
PENYAKIT
RONGGA
MULUT
KARIES/
PULPA
PERIAPIKAL
PERIODONTAL
PERIKORONAL
Perbedaan selulitis dan
abses
Abses
 Lebih besar dan dalam dibanding bisul disertai bengkak kemerahan dan
sakit pada area yang berisi nanah
 Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk dimana didalamnya terdapat
nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri
berbahaya yang menyebabkan infeksi. Sistim imun mengirimkan sel darah
putih untuk melawan bakteri. Sehingga nanah atau pus mengandung sel
darah putih yang masih aktif atau sudah mati serta enzim. Abses terbentuk
jika tidak ada jalan keluar nanah atau pus. Sehingga nanah atau pus tadi
terperangkap dalam jaringan dan terus membesar.
Selulitis
 Infeksi pada kulit dan area di bawahnya, kulit menjadi merah dan lunak.
Daerah yang terkena selulitis biasanya dapat meluas dengan cepat
 Istilah selulitis digunakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut
pada permukaan jaringan lunak dan bersifat difus. Selulitis dapat terjadi pada
semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar,
terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi
pada daerah tersebut kurang sempurna. Selulitis mengenai jaringan subkutan
bersifat difus, konsistensinya bisa sangat lunak maupun keras seperti papan,
ukurannya besar, spongius dan tanpa disertai adanya pus, serta didahului
adanya infeksi bakteri. Tidak terdapat fluktuasi yang nyata seperti pada abses,
walaupun infeksi membentuk suatu lokalisasi cairan (Peterson, 2003).
perjalanan/perluasan infeksi
periapikal gigi posterior ke jaringan
lunak Intra oral dan Ekstra Oral
dihubungkan di anatomi gigi dan
letak gigi dalam rahang
Mekanisme Patogenesis
Karies Profunda
Perforasi
Pulpitis Nekrosis Pulpa
Lesi PeriapikalPeradangan Tulang Rahang
Akut KronisSerous Periostitis Abses Subperiosteal
Setelah pus menembus permukaan tulang dan masuk ke
dalam jaringan lunak arah penyebaran selanjutnya
ditentukan oleh tempat perlekatan otot-otot pada tulang
rahang, utamanya yaitu m. Buccinator pada maksila dan
mandibula, dan m.Mylohyoid pada mandibula. (Michael
TB et al, 2006).
Perluasan abses gigi rahang atas
 Perluasan abses pada gigi rahang atas dapat meluas ke labial pada abses gigi
anterior dan bukal pada abses gigi posterior. Perluasan ke bukal dapat meluas lagi
ke palatal khususnya abses pada gigi premolar dan molar. Sedangkan abses pada
gigi caninus dapat meluas ke fossa canina
 Penjalaran infeksi ke labial atau ke bukal dapat menjadi vestibular abscess atau
fascial space infection, ditentukan oleh hubungan antara tempat perforasi tulang
perlekatan oto-otot pada tulang maksila yaitu m. buccinator dan m. levator angli
oris (Lymus Peng, MD, 2006)
Perluasan abses gigi rahang bawah
 Perluasan abses gigi rahang bawah
dapat meluas ke lingual pada gigi anterior
dan ke bukal pada gigi posterior.
 Penyebaran infeksi molar bawah yang ke
arah bukal ditentukan oleh perlekatan m.
buccinator menyebabkan vestibular
abscess. Sedangkan pada gigi posterior
yang apeksnya terletak di sekitar m.
mylohyoid, absesnya akan meluas ke
ruang submandibula
respons imun/dampak lokal dan
sistemik
Respon Host dan dampaknya pada
daerah Lokal
Jaringan pulpa sudah menunjukkan reaksi sejak lapisan email terbuka
oleh cedera, mekanik, termal, kimia atau bakteri
Inflamasi pada Pulpa merupakan respon positif yang diperlukan untuk
kembali pada keadaan sebelum dan sesudah trauma untuk
memperbaiki diri.
 Jika tubuh dapat mempertahankan kondisi homeostasis dan pengaruh
yang merugikan  perbaikan jaringan yang rusak  pulpitis reversibel.
 Jika iritan atau bakteri berjalan terus dan intensitasnya meningkat 
pulpitis ireversibel  kematian jaringan pulpa (nekrosis)  berlanjut
pada inflamasi di daerah periapikal.
Saluran akar yang mengalami nekrosis berisi bakteri gram negatif (ex
: Porphyromonas) Lipopolisakarida yang dilepaskan dari saluran akar
terinfeksi  menstimulasi makrofag untuk mensekresikan sitokin
proinflamasi (IL-1 dan TNF-α)  menstimulasi ekspresi dan aktivasi
MMPs  menghancurkan matriks jaringan ikat.
Resorpsi tulangdipengaruhi osteoclast activating factor (mis : TNF-a) 
stimulasi RANKL (Receptor Activator of Nuclear factor Kappa-B Ligand)
mengarah pada stimulasi osteoklast resorbsi tulang alveolar
Proses fafositosis Iritan-iritan bakteri & PMN yang mati  pus  mencari
jalan keluar  abses
Inflamasi kronis yang distimulasi oleh bakteri dan produknya pada area
periapikal gigi akan mengarah pada resorpsi tulang yang terlokalisir tidak
terjadi pembentukan tulang reparatif  akhirnya terjadi pembentukan dan
perluasan abses dalam jaringan periapikal
Respon Imun Sistemik Penyakit
Infeksi Dentinomaksial
Mengapa tubuh kita demam??
 Demam disebabkan karena adanya “pirogen”
 Pirogen sendiri adalah suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri
gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini.
pirogen
Eksogen ex:
toksin
(endotoksin)
Endogen
ex: IL-1, IL-
6, TNF, IFN
Mekanisme demam
 stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit dan neutrofil) oleh pirogen
eksogen
 Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, IFN).
 Pirogen eksogen dan endogen akan merangsang endotelium hipotalamus
untuk membentuk prostaglandin. Khususnya PGE2
 Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termogulasi hipotalamus
 Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu
patokan yang baru sehingga memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas.
 antigen yang menginfeksi jaringan  akan dikenali oleh APC 
APC akan menyebabkan sel limfosit dari kelenjar limfe bermigrasi
ke jaringan untuk membawa antigen ke dalam kelenjar  di dalam
kelenjar, antigen akan direspon. Proses ini menyebabkan terjadinya
akumulasi cairan dalam kelenjar dan jumlah sel inflamatori
meningkat jika respon host tidak bisa mengalahkan antigen,
cairan jaringan ini akan membentuk eksudat yang menyebabkan
kelenjar membengkak. Dan apabila kelenjar ini tersentuh akan
terasa nyeri.
Proses pembengkakan dan
nyeri pada kelenjar limfe
Abscess of the submandibular neck
space are common in children
KLASIFIKASI BESERTAGAMBARAN KLINIS
INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL
ABSES
 Abses rongga mulut merupakan suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang,
atau tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi
 Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh
infeksi bakteri campuran.
KLASIFIKASI ABSES
ABSE
S
Abses periapikal
Abses
subperiosteal
Abses
submukosa
Abses fosa
kanina
Abses
spasium
bukal Abses
spasium
infratemporalAbses
spasium
submasseter Abses
spasium
submandibula
Abses
Subkutan
Abses
sublingual
Abses spasium
submental
ABSES PERIAPIKAL
(ABSES DENTOALVEOLAR)
 Merupakan infeksi akut purulen yang berkembang pada bagian apikal gigi
pada tulang cancellous.
 Biasanya disebabkan oleh bakteri yang berasal dari gigi yang terinfeksi
baik pada maksila maupun pada mandibula.
 Gejala yang khas adalah rasa sakit yang berat, gigi goyang, serta gigi
penyebab serasa memanjang
ABSES PERIAPIKAL
ABSES SUBPERIOSTEAL
 Abses subperiosteal adalah abses yang terletak diantara tulang dan
periosteum baik pada bukal, palatal, maupun lingual gigi penyebab infeksi.
 Gejala yang ditimbulkan adalah edema ringan, rasa sakit karena tekanan
pada periosteum serta sensitif pada palpasi.
ABSES SUBPERIOSTEAL
ABSES SUBMUKOSA
 Abses ini tepat terletak di bawah mukosa vestibular bukal maupun
palatal/lingual gigi yang menjadi sumber infeksi.
 Secara klinis :
 pembesaran mukosa dengan fluktuasi yang jelas
 sensitif terhadap palpasi
 hilangnya lipatan mucobukal pada area infeksi.
ABSES
SUBMUKOSA
ABSES FOSA KANINA
 Abses ini biasanya berasal dari gigi anterior, dan jarang dari gigi premolar.
 Terjadinya tanda klinis :
 pembengkakan substansial pada daerah atas pipi
 rasa sakit yang terletak di wilayah fossa kaninus
 Kulit di atasnya tampak streched (tertarik), eritem, dan pada umumnya
mengkilap
 Edema sering terjadi pada bibir atas dan kelopak mata.
ABSES FOSSA
KANINA
ABSES SPASIUM BUKAL
 Gejala klinis : terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke arah
rongga mulut
 Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas pada
perabaan
ABSES SPASIUM INFRATEMPORAL
 Gejala klinis :
 oedem kelopak mata
 Trismus rahang
 sakit yang hebat terutama bila membuka mulut
 sakit bila menelan (pharynx bengkak)
ABSES SPASIUM SUBMASSETER
 Gejala klinis :
 sakit berdenyut diregio ramus mandibula bagian dalam
 pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus
 bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada
penekanan
ABSES SPASIUM SUBMANDIBULA
• Spasia ini mengandung glandula submandibula dan
linfonodi submandibula.
• Disebabkan oleh infeksi yang berasal dari molar pertama
dan kedua mandibula. Dapat pula berasal dari
penyebaran infeksi dari spasia sublingual dan
submental.
• Submandibular absess terlihat sebagai :
 pembesaran ringan pada daerah submandibular yang
menyebar
 kulit mengeras dan berwarna merah.
 Sudut mandibula menghilang
 nyeri saat palpasi
ABSES SPASIUM
SUBMANDIBULA
ABSES SUBKUTAN
 Gambaran klinis yaitu pembengkakan ekstra oral disertai terbentuknya inti
abses berwarna kekuningan dan konsistensinya sedikit mengeras.
ABSES SUBKUTAN
ABSES SUBLINGUAL
• Terbentuk pada spasia sublingual di atas musculus
mylohyoid kanan atau kiri.
• Disebabkan oleh infeksi pada gigi anterior, premolar,
atau gigi molar pertama mandibula.
• klinis terlihat pembesaran mukosa pada dasar mulut
menyebabkan lidah terangkat. Pasien kesulitan
berbicara disebabkan oleh edema, dan nyeri saat
menggerakkan lidah.
ABSES SUBLINGUAL
ABSES SPASIUM SUBMENTAL
 Gejala klinis
 selulitis pada regio submental
 perabaan fluktuatif positif.
 Pada pemeriksaan intra oral tidak tampak adanya pembengkakan. Gusi
disekitar gigi penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya
SELULITIS
 Merupakan kondisi inflamasi difus akut yang menginfiltrasi jaringan ikat
longgar di bawah kulit.
 Selulitis memiliki batas yang tidak jelas dikarenakan menglami perluasan
lebih dari 2 spasium.
LUDWIG’S ANGINA
 selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina
Ludwig’s
 Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenai spasia pharingeal
 selulitis dimulai dari dasar mulut.
 Sering kali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/unilateral disebut
Pseudophlegmon
 Gejala klinis:
 edema pada kedua sisi dasar mulut
 lidah terangkat dengan konsistensi keras seperti papan yang terangkat
 sakit dan sulit menelan
Mendefinisikan dan mengklasifikasi
Trismus dan cara pemeriksaan nya
Definisi, Klasifikasi dan
Cara Pemeriksaan
Trismus
Definisi Trismus
 Trismus didefinisikan dalam Taber's Medical Dictionary sebagai
tonik kontraksi dari otot pengunyahan
 Istilah trismus digunakan untuk menjelaskan pembatasan apapun
untuk membuka mulut, termasuk pembatasan-pembatasan yang
disebabkan oleh trauma, dan pembedahan. Keterbatasan ini dapat
menimbulkan implikasi yang cukup serius diantaranya
kekurangan gizi dikarenakan keburukan mengunyah, kesulitan
komunikasi serta kebersihan rongga mulut (oral hygiene)
(Dhanrajani & Jonidel, 2002)
Apapun penyebabnya, hipomobilitas mandibular pada akhirnya
akan menyebabkan degenerasi otot dan sendi di daerah tersebut.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa otot yang tidak
dipakai sebagaimana seharusnya, dalam waktu tiga hari mulai
menunjukkan tanda-tanda atrophia. Demikian pula pada rahang
sendi yang tidak dipakai akan menunjukkan perubahan seperti
gangguan cairan synovial dan penjarangan dari tulang rawan
(Dijkstra et al, 2007).
Patofisiologi
Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses
mengunyah, dan saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan
menimbulkan rasa nyeri, keadaan ini disebut dengan muscle guarding
yaitu penegangan pada otot yang timbul sebagai kompensasi terhadap
nyeri yang timbul pada otot tersebut (Okeson, 1998).
Nyeri ini akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan menyebabkan
berkurangnya lebar pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh
gerakan otot mastikasi. Kontraksi ini merupakan suatu gerakan reflek.
Setiap tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan
menimbulkan kontraksi yang makin kuat.
Sebagaimana sendi-sendi lainnya di dalam tubuh, temporomandibular
joint merupakan tempat yang sering mengalami artritis maupun penyakit
degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering terjadi trauma yang
menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris.
Dengan kata lain gangguan pada tempat tersebut akan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau rahang
disamping rasa nyeri yang timbul saat melakukan gerakan
Klasifikasi Trismus
Pengukuran trismus menggunakan metode Maximum Interincisal
Opening Distance(MID) (Gambar 1) yaitu mngukur jarak antara insisal
gigi insisif RA dan gigi insisif RB. Menurut Osmani (2001), parameter
derajat trismus adalah sebagai berikut
Cara Pemeriksaan
 Bila penderita dengan bukaan mulut kurang dari 20mm
sudah dapat dikategorikan sebagai trismus
 Cara sederhana untuk mengetahui bahwa penderita
dengan bukaan mulut normal adalah apabila penderita
dapat memasukkan 3 jari secara vertikal ke dalam mulut
diantara gigi-gigi incicivusnya
Terapi Trismus
1. Infra red
Dasarnya Infra Red mempunyai efek fisiologis meningkatkan proses
metabolism, vasodilatasi pembuluh darah, mempengaruhi urat saraf
sensoris, juga mempunyai efek terapeutik seperti mengurangi rasa
sakit, dan relaksasi otot.
2. Massage
Teknik yang diaplikasikan dengan menggunakan tangan, untuk
menghasilkan efek fisiologis, mekanik dan psikologis untuk jenis
pengobatan (Rahim, 1988). Mempunyai efek fisiologis menurunkan
spasme, otot melancarkan aliran darah dan mengatasi kelelahan.
Teknik Rontgen
Pemeriksaan Rongga
Mulut
Teknik- Teknik Radiografi
Jenis-jenis Teknik Radiografi gigi secara garis besar
dikelompokkan berdasarkan teknik pemotretan dan
penempatan film, dibagi menjadi dua yaitu
1. Teknik Radiografi Intra Oral
2. Teknik Radiografi Extra Oral.
Teknik Radiografi Intra oral
 Teknik Radiografi Intra Oral Adalah radiografi yang
memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya.
Untukmendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri
dari 32 gigi diperlukankurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga
pemeriksaan Radiografi Intra Oral yaitu:
1. Pemeriksaan Periapikal,
2. Pemeriksaan Interproksimal
3. Pemeriksaan Oklusal
Periapikal radiografi
 Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan
disekitarnya. Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting.
 Pada teknik ini penempatan film adalah sedekat mungkin dengan gigi,
sumbu panjang gigi membentuk sudut terhadap film. Arah sinar adalah
tegak lurus pada bidang bagian yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi
dan sumbu film.
Gambar hasil teknik periapikal
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Interproksimal radiografi
 Bertujuan untuk memeriksa crown, crest tulang alveolar di
maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu
film yang sama. Film yang dipakai adalah film khusus.
Gambar hasil teknik Interproksimal
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Oklusal radiografi
 Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau
mandibula dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk
melihat lokasi akar, lokasi supernumerary, tidak erupsi (gigi
impaksi), salivary tone di saluran kelenjar submandibular, evaluasi
dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibula
dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, evaluasi fraktur di
maksila dan mandibula, pemeriksaan daerah cleft palate serta
mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan
mandibula. Film yang digunakan adalah film khusus.
Gambar hasil teknik Oklusal
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Teknik Radiografi Ekstra Oral
 Teknik Radiografi Ekstra Oral digunakan untuk melihat area yang
luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di
luar mulut.
 Teknik Radiografi Ekstra Oral yang paling umum dan paling sering
digunakan adalah Radiografi Panoramik, sedangkan contoh teknik
Radiografi Ekstra Oral lainnya adalah Radiografi Lateral, Radiografi
Postero Anterior, Radiografi Cephalometri, Proyeksi-Waters, Proyeksi
Reverse-Towne, Proyeksi Submentovertex
Panoramik
 Tujuannya adalah untuk melihat perluasan suatu lesi atau
tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Panoramik
akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang
lebih luas dalam satu film.
Gambar hasil teknik Panoramik
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Lateral
 Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar
lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologi
tulang tengkorak dan muka.
Gambar hasil teknik Lateral
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Postero-anterior
 Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma
atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto
Ronsen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara
lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis dan orbita.
GAMBAR HASIL TEKNIK Postero-anterior
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Teknik Cephalometri
 Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah
akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan.
Teknik radiografi ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan
lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.
Gambar hasil teknik Cephalometri
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Proyeksi Water’s
 Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris,
sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura
zigomatikus frontalis dan rongga nasal
Gambar hasil teknik Proyeksi Water’s
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Proyeksi Reverse-Towne
 Foto Ronsen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya
mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan
untuk melihat dinding postero lateral pada maksila
Gambar hasil teknik Reverse-Towne
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Proyeksi Submentovertex
 Teknik Radiografi ini bisa digunakan untuk melihat dasar
tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung
mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.
Gambar hasil teknik Proyeksi
Submentovertex
White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
Daftar Pustaka
 Alhamid A, Savitri E. Modifikasi Teknik Radiografi Kedokteran Gigi Untuk Tujuan Pemeriksaan Khusus.
Jurnal PDGI 2006; 55 (edisi khusus): 43-7
 Boel Terial. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia. 2009:
1-4
 Dhanrajani P.J. and Jonaidel O. 2002. Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment.
Specialist, Oral & Maxillofacial Surgery, Riyadh Dental Centre, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia.
 Dijkstra P.U at al. 2007. Exercise therapy for trismus in head and neck cancer. Corresponding author.
Address: Center for Rehabilitation, University Medical Center Groningen, University of Groningen, P.O.
Box 30.001, 9700 RB Groningen, The Netherlands
 Taylor EJ, ed. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, 27th ed. Philadelphia: W.B. Saunders, 1998;
p.1759
 Tulaar, Angela B.M., 2008; Nyeri Leher dan Punggung, Universitas Indonesia, Jakarta.
 White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004: 281-
3
 Saleh, edwin. 2017. Abses Rongga Mulut. Yogyakarta: UMY.
 Nevilee, Damm, Allen, Bouquot. Oral and Maxillofacial Pathology Third edition.
terimakasih

More Related Content

What's hot

Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...
Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...
Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...Nabilah Kusuma
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaNabilah Kusuma
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
 
Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children) Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children) Taufiqi Hidayatullah
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligiasih gahayu
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteVina Widya Putri
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalDellery Usman
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapikaa388
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1RSIGM
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141maulidenil gebi
 
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-Lisna K. Rezky
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19RSIGM
 
Interpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan Periapikal
Interpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan PeriapikalInterpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan Periapikal
Interpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan PeriapikalAmalia Virgita
 

What's hot (20)

Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...
Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...
Delayed Treatment of Traumatized Primary Teeth with Distinct Pulp Response: F...
 
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan AmeloblastomaRencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Ameloblastoma
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
 
Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children) Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children)
 
5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi5. alignment artikulasi gigi geligi
5. alignment artikulasi gigi geligi
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
Tutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & CrossbiteTutorial Maloklusi & Crossbite
Tutorial Maloklusi & Crossbite
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
endodontic 1
endodontic 1endodontic 1
endodontic 1
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141
 
Epulis granulomatosa
Epulis granulomatosaEpulis granulomatosa
Epulis granulomatosa
 
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
RESUS PERIO -FRENEKTOMI-
 
Kuretase
KuretaseKuretase
Kuretase
 
Gigi dan mulut
Gigi dan mulutGigi dan mulut
Gigi dan mulut
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19lbm 3 blok 19
lbm 3 blok 19
 
Interpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan Periapikal
Interpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan PeriapikalInterpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan Periapikal
Interpretasi Foto Rontgen: Kelainan Pulpa dan Jaringan Periapikal
 

Similar to Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial

INSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptxINSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptxdevita nuryco
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iimalay87
 
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptx
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptxDEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptx
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptxOkkySatriaBrilliando
 
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien StrokeKebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Strokedentistalit
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationgapini
 
Infection of bone and joint
Infection of bone and jointInfection of bone and joint
Infection of bone and jointrizqa_fauzi
 
392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx
392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx
392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptxdeaalberta1
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendikhriesna
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1HenryAdhySantoso
 
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Arthritis sepsis
Arthritis sepsisArthritis sepsis
Arthritis sepsismutisav
 

Similar to Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial (20)

Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptxINSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
INSISI ABSES drg.Harijadi .pptx
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Bisul AKPER PEMKAB MUNA
Bisul AKPER PEMKAB MUNA Bisul AKPER PEMKAB MUNA
Bisul AKPER PEMKAB MUNA
 
Tuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulangTuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulang
 
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptx
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptxDEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptx
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI.pptx
 
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien StrokeKebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentation
 
Infection of bone and joint
Infection of bone and jointInfection of bone and joint
Infection of bone and joint
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx
392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx
392060383-abses-mandibula definisi-ppt.pptx
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
 
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
Arthritis sepsis
Arthritis sepsisArthritis sepsis
Arthritis sepsis
 

More from Ferdiana Agustin

Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalDefinisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalFerdiana Agustin
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiFerdiana Agustin
 
Struktur dan kelainan enamel
Struktur dan kelainan enamelStruktur dan kelainan enamel
Struktur dan kelainan enamelFerdiana Agustin
 
Anatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolarAnatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolarFerdiana Agustin
 
struktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigistruktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigiFerdiana Agustin
 
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Ferdiana Agustin
 
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Ferdiana Agustin
 
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFerdiana Agustin
 
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularLaporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularFerdiana Agustin
 
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaanLaporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaanFerdiana Agustin
 
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Ferdiana Agustin
 
Proses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besarProses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besarFerdiana Agustin
 

More from Ferdiana Agustin (20)

Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalDefinisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Makalah Gingiva
Makalah GingivaMakalah Gingiva
Makalah Gingiva
 
Struktur dan kelainan enamel
Struktur dan kelainan enamelStruktur dan kelainan enamel
Struktur dan kelainan enamel
 
Makalah torus mandibula
Makalah torus mandibulaMakalah torus mandibula
Makalah torus mandibula
 
Struktur kelenjar limfe
Struktur kelenjar limfeStruktur kelenjar limfe
Struktur kelenjar limfe
 
Anatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolarAnatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolar
 
struktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigistruktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigi
 
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
 
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
 
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
 
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularLaporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascular
 
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaanLaporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
 
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
 
Mikroskop cahaya
Mikroskop cahayaMikroskop cahaya
Mikroskop cahaya
 
Proses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besarProses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besar
 
Pencernaan di usus besar
Pencernaan di usus besarPencernaan di usus besar
Pencernaan di usus besar
 
Utang Piutang
Utang PiutangUtang Piutang
Utang Piutang
 
Berbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang TuaBerbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang Tua
 
Laporan Kimia Koloid
Laporan Kimia KoloidLaporan Kimia Koloid
Laporan Kimia Koloid
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial

  • 1. BLOK 8: PENYAKIT KELAINAN GIGI, PERIODONTAL, & JARINGAN LUNAK ORAL Ferdiana Agustin (171610101071) Deri Abdul Azis (171610101072) Shyntia Gabriel P. (171610101073) Safira Annisa Yasmin (171610101074) Marita Dian Pitaloka (171610101075) Ma’isyatul Ihsaniyah (171610101076) Ahmad Alan Suhaimi (171610101077) Afifah Firda Amalia (171610101078) Yuriza Adelita Yolanda(171610101079)
  • 2. LO 1. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI DEFINISI INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL DAN MACAM PORT D’ENTRY NYA 2. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENJELASKAN PERJALANAN / PERLUASAN INFEKSI PERIAPIKAL GIGI POSTERIOR KE JARINGAN LUNAK INTRA ORAL DAN EKSTRA ORAL DIHUBUBUNGKAN DENGAN ANATOMI DAN LETAK GIGI DALAM RAHANG 3. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENJELASKAN RESPON IMUN (DAMPAK PADA LOKAL DAN SISTEMIK TUBUH) 4. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI KLASIFIKASI INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL MELALUI GAMBARAN KLINIS DAN RADIOGRAFIS 5. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MENDEFINISIKAN DAN MENGKLASIFIKAN TRISMUS DAN CARA PEMERIKSAANNYA 6. MAHASISWA MAMPU MENGKAJI DAN MEMAHAMI MACAM-MACAM TEKNIK RONSEN FOTO INTRA ORAL DAN EKSTRA ORAL UNTUK MENDETEKSI INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL
  • 3. Jenis dan Port d’entry Perluasa Infeksi odontogen (IO & EO) Patogenesis Macam infeksi Pemeriksaan Gambaran Klinis Gambaran Radiografis Respon host (Lokal & Sistemik)
  • 5. Pengertian infeksi  infeksi adalah Masuknya kuman ke dalam jaringan sehingga menimbulkan reaksi patologis pada jaringan tersebut
  • 6. Port d’entry Penyakit Rongga Mulut PENYAKIT RONGGA MULUT KARIES/ PULPA PERIAPIKAL PERIODONTAL PERIKORONAL
  • 8. Abses  Lebih besar dan dalam dibanding bisul disertai bengkak kemerahan dan sakit pada area yang berisi nanah  Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk dimana didalamnya terdapat nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri berbahaya yang menyebabkan infeksi. Sistim imun mengirimkan sel darah putih untuk melawan bakteri. Sehingga nanah atau pus mengandung sel darah putih yang masih aktif atau sudah mati serta enzim. Abses terbentuk jika tidak ada jalan keluar nanah atau pus. Sehingga nanah atau pus tadi terperangkap dalam jaringan dan terus membesar.
  • 9. Selulitis  Infeksi pada kulit dan area di bawahnya, kulit menjadi merah dan lunak. Daerah yang terkena selulitis biasanya dapat meluas dengan cepat  Istilah selulitis digunakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada permukaan jaringan lunak dan bersifat difus. Selulitis dapat terjadi pada semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar, terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi pada daerah tersebut kurang sempurna. Selulitis mengenai jaringan subkutan bersifat difus, konsistensinya bisa sangat lunak maupun keras seperti papan, ukurannya besar, spongius dan tanpa disertai adanya pus, serta didahului adanya infeksi bakteri. Tidak terdapat fluktuasi yang nyata seperti pada abses, walaupun infeksi membentuk suatu lokalisasi cairan (Peterson, 2003).
  • 10.
  • 11. perjalanan/perluasan infeksi periapikal gigi posterior ke jaringan lunak Intra oral dan Ekstra Oral dihubungkan di anatomi gigi dan letak gigi dalam rahang
  • 12. Mekanisme Patogenesis Karies Profunda Perforasi Pulpitis Nekrosis Pulpa Lesi PeriapikalPeradangan Tulang Rahang Akut KronisSerous Periostitis Abses Subperiosteal
  • 13.
  • 14. Setelah pus menembus permukaan tulang dan masuk ke dalam jaringan lunak arah penyebaran selanjutnya ditentukan oleh tempat perlekatan otot-otot pada tulang rahang, utamanya yaitu m. Buccinator pada maksila dan mandibula, dan m.Mylohyoid pada mandibula. (Michael TB et al, 2006).
  • 15. Perluasan abses gigi rahang atas  Perluasan abses pada gigi rahang atas dapat meluas ke labial pada abses gigi anterior dan bukal pada abses gigi posterior. Perluasan ke bukal dapat meluas lagi ke palatal khususnya abses pada gigi premolar dan molar. Sedangkan abses pada gigi caninus dapat meluas ke fossa canina  Penjalaran infeksi ke labial atau ke bukal dapat menjadi vestibular abscess atau fascial space infection, ditentukan oleh hubungan antara tempat perforasi tulang perlekatan oto-otot pada tulang maksila yaitu m. buccinator dan m. levator angli oris (Lymus Peng, MD, 2006)
  • 16. Perluasan abses gigi rahang bawah  Perluasan abses gigi rahang bawah dapat meluas ke lingual pada gigi anterior dan ke bukal pada gigi posterior.  Penyebaran infeksi molar bawah yang ke arah bukal ditentukan oleh perlekatan m. buccinator menyebabkan vestibular abscess. Sedangkan pada gigi posterior yang apeksnya terletak di sekitar m. mylohyoid, absesnya akan meluas ke ruang submandibula
  • 18. Respon Host dan dampaknya pada daerah Lokal Jaringan pulpa sudah menunjukkan reaksi sejak lapisan email terbuka oleh cedera, mekanik, termal, kimia atau bakteri Inflamasi pada Pulpa merupakan respon positif yang diperlukan untuk kembali pada keadaan sebelum dan sesudah trauma untuk memperbaiki diri.
  • 19.  Jika tubuh dapat mempertahankan kondisi homeostasis dan pengaruh yang merugikan  perbaikan jaringan yang rusak  pulpitis reversibel.  Jika iritan atau bakteri berjalan terus dan intensitasnya meningkat  pulpitis ireversibel  kematian jaringan pulpa (nekrosis)  berlanjut pada inflamasi di daerah periapikal.
  • 20. Saluran akar yang mengalami nekrosis berisi bakteri gram negatif (ex : Porphyromonas) Lipopolisakarida yang dilepaskan dari saluran akar terinfeksi  menstimulasi makrofag untuk mensekresikan sitokin proinflamasi (IL-1 dan TNF-α)  menstimulasi ekspresi dan aktivasi MMPs  menghancurkan matriks jaringan ikat.
  • 21. Resorpsi tulangdipengaruhi osteoclast activating factor (mis : TNF-a)  stimulasi RANKL (Receptor Activator of Nuclear factor Kappa-B Ligand) mengarah pada stimulasi osteoklast resorbsi tulang alveolar
  • 22.
  • 23. Proses fafositosis Iritan-iritan bakteri & PMN yang mati  pus  mencari jalan keluar  abses Inflamasi kronis yang distimulasi oleh bakteri dan produknya pada area periapikal gigi akan mengarah pada resorpsi tulang yang terlokalisir tidak terjadi pembentukan tulang reparatif  akhirnya terjadi pembentukan dan perluasan abses dalam jaringan periapikal
  • 24.
  • 25. Respon Imun Sistemik Penyakit Infeksi Dentinomaksial
  • 27.  Demam disebabkan karena adanya “pirogen”  Pirogen sendiri adalah suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini.
  • 29. Mekanisme demam  stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit dan neutrofil) oleh pirogen eksogen  Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, IFN).  Pirogen eksogen dan endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Khususnya PGE2
  • 30.  Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termogulasi hipotalamus  Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas.
  • 31.  antigen yang menginfeksi jaringan  akan dikenali oleh APC  APC akan menyebabkan sel limfosit dari kelenjar limfe bermigrasi ke jaringan untuk membawa antigen ke dalam kelenjar  di dalam kelenjar, antigen akan direspon. Proses ini menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam kelenjar dan jumlah sel inflamatori meningkat jika respon host tidak bisa mengalahkan antigen, cairan jaringan ini akan membentuk eksudat yang menyebabkan kelenjar membengkak. Dan apabila kelenjar ini tersentuh akan terasa nyeri. Proses pembengkakan dan nyeri pada kelenjar limfe
  • 32.
  • 33. Abscess of the submandibular neck space are common in children
  • 35. ABSES  Abses rongga mulut merupakan suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang, atau tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi  Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran.
  • 36. KLASIFIKASI ABSES ABSE S Abses periapikal Abses subperiosteal Abses submukosa Abses fosa kanina Abses spasium bukal Abses spasium infratemporalAbses spasium submasseter Abses spasium submandibula Abses Subkutan Abses sublingual Abses spasium submental
  • 37. ABSES PERIAPIKAL (ABSES DENTOALVEOLAR)  Merupakan infeksi akut purulen yang berkembang pada bagian apikal gigi pada tulang cancellous.  Biasanya disebabkan oleh bakteri yang berasal dari gigi yang terinfeksi baik pada maksila maupun pada mandibula.  Gejala yang khas adalah rasa sakit yang berat, gigi goyang, serta gigi penyebab serasa memanjang
  • 39. ABSES SUBPERIOSTEAL  Abses subperiosteal adalah abses yang terletak diantara tulang dan periosteum baik pada bukal, palatal, maupun lingual gigi penyebab infeksi.  Gejala yang ditimbulkan adalah edema ringan, rasa sakit karena tekanan pada periosteum serta sensitif pada palpasi.
  • 41. ABSES SUBMUKOSA  Abses ini tepat terletak di bawah mukosa vestibular bukal maupun palatal/lingual gigi yang menjadi sumber infeksi.  Secara klinis :  pembesaran mukosa dengan fluktuasi yang jelas  sensitif terhadap palpasi  hilangnya lipatan mucobukal pada area infeksi.
  • 43. ABSES FOSA KANINA  Abses ini biasanya berasal dari gigi anterior, dan jarang dari gigi premolar.  Terjadinya tanda klinis :  pembengkakan substansial pada daerah atas pipi  rasa sakit yang terletak di wilayah fossa kaninus  Kulit di atasnya tampak streched (tertarik), eritem, dan pada umumnya mengkilap  Edema sering terjadi pada bibir atas dan kelopak mata.
  • 45. ABSES SPASIUM BUKAL  Gejala klinis : terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke arah rongga mulut  Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas pada perabaan
  • 46.
  • 47. ABSES SPASIUM INFRATEMPORAL  Gejala klinis :  oedem kelopak mata  Trismus rahang  sakit yang hebat terutama bila membuka mulut  sakit bila menelan (pharynx bengkak)
  • 48.
  • 49. ABSES SPASIUM SUBMASSETER  Gejala klinis :  sakit berdenyut diregio ramus mandibula bagian dalam  pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus  bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada penekanan
  • 50.
  • 51. ABSES SPASIUM SUBMANDIBULA • Spasia ini mengandung glandula submandibula dan linfonodi submandibula. • Disebabkan oleh infeksi yang berasal dari molar pertama dan kedua mandibula. Dapat pula berasal dari penyebaran infeksi dari spasia sublingual dan submental. • Submandibular absess terlihat sebagai :  pembesaran ringan pada daerah submandibular yang menyebar  kulit mengeras dan berwarna merah.  Sudut mandibula menghilang  nyeri saat palpasi
  • 53. ABSES SUBKUTAN  Gambaran klinis yaitu pembengkakan ekstra oral disertai terbentuknya inti abses berwarna kekuningan dan konsistensinya sedikit mengeras.
  • 55. ABSES SUBLINGUAL • Terbentuk pada spasia sublingual di atas musculus mylohyoid kanan atau kiri. • Disebabkan oleh infeksi pada gigi anterior, premolar, atau gigi molar pertama mandibula. • klinis terlihat pembesaran mukosa pada dasar mulut menyebabkan lidah terangkat. Pasien kesulitan berbicara disebabkan oleh edema, dan nyeri saat menggerakkan lidah.
  • 57. ABSES SPASIUM SUBMENTAL  Gejala klinis  selulitis pada regio submental  perabaan fluktuatif positif.  Pada pemeriksaan intra oral tidak tampak adanya pembengkakan. Gusi disekitar gigi penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya
  • 58.
  • 59. SELULITIS  Merupakan kondisi inflamasi difus akut yang menginfiltrasi jaringan ikat longgar di bawah kulit.  Selulitis memiliki batas yang tidak jelas dikarenakan menglami perluasan lebih dari 2 spasium.
  • 60. LUDWIG’S ANGINA  selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s  Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal  selulitis dimulai dari dasar mulut.  Sering kali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/unilateral disebut Pseudophlegmon
  • 61.  Gejala klinis:  edema pada kedua sisi dasar mulut  lidah terangkat dengan konsistensi keras seperti papan yang terangkat  sakit dan sulit menelan
  • 62.
  • 63. Mendefinisikan dan mengklasifikasi Trismus dan cara pemeriksaan nya
  • 64. Definisi, Klasifikasi dan Cara Pemeriksaan Trismus
  • 65. Definisi Trismus  Trismus didefinisikan dalam Taber's Medical Dictionary sebagai tonik kontraksi dari otot pengunyahan  Istilah trismus digunakan untuk menjelaskan pembatasan apapun untuk membuka mulut, termasuk pembatasan-pembatasan yang disebabkan oleh trauma, dan pembedahan. Keterbatasan ini dapat menimbulkan implikasi yang cukup serius diantaranya kekurangan gizi dikarenakan keburukan mengunyah, kesulitan komunikasi serta kebersihan rongga mulut (oral hygiene) (Dhanrajani & Jonidel, 2002)
  • 66. Apapun penyebabnya, hipomobilitas mandibular pada akhirnya akan menyebabkan degenerasi otot dan sendi di daerah tersebut. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa otot yang tidak dipakai sebagaimana seharusnya, dalam waktu tiga hari mulai menunjukkan tanda-tanda atrophia. Demikian pula pada rahang sendi yang tidak dipakai akan menunjukkan perubahan seperti gangguan cairan synovial dan penjarangan dari tulang rawan (Dijkstra et al, 2007).
  • 67. Patofisiologi Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses mengunyah, dan saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan menimbulkan rasa nyeri, keadaan ini disebut dengan muscle guarding yaitu penegangan pada otot yang timbul sebagai kompensasi terhadap nyeri yang timbul pada otot tersebut (Okeson, 1998). Nyeri ini akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan menyebabkan berkurangnya lebar pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh gerakan otot mastikasi. Kontraksi ini merupakan suatu gerakan reflek. Setiap tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan menimbulkan kontraksi yang makin kuat.
  • 68. Sebagaimana sendi-sendi lainnya di dalam tubuh, temporomandibular joint merupakan tempat yang sering mengalami artritis maupun penyakit degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering terjadi trauma yang menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris. Dengan kata lain gangguan pada tempat tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau rahang disamping rasa nyeri yang timbul saat melakukan gerakan
  • 69. Klasifikasi Trismus Pengukuran trismus menggunakan metode Maximum Interincisal Opening Distance(MID) (Gambar 1) yaitu mngukur jarak antara insisal gigi insisif RA dan gigi insisif RB. Menurut Osmani (2001), parameter derajat trismus adalah sebagai berikut
  • 70. Cara Pemeriksaan  Bila penderita dengan bukaan mulut kurang dari 20mm sudah dapat dikategorikan sebagai trismus  Cara sederhana untuk mengetahui bahwa penderita dengan bukaan mulut normal adalah apabila penderita dapat memasukkan 3 jari secara vertikal ke dalam mulut diantara gigi-gigi incicivusnya
  • 71.
  • 72. Terapi Trismus 1. Infra red Dasarnya Infra Red mempunyai efek fisiologis meningkatkan proses metabolism, vasodilatasi pembuluh darah, mempengaruhi urat saraf sensoris, juga mempunyai efek terapeutik seperti mengurangi rasa sakit, dan relaksasi otot. 2. Massage Teknik yang diaplikasikan dengan menggunakan tangan, untuk menghasilkan efek fisiologis, mekanik dan psikologis untuk jenis pengobatan (Rahim, 1988). Mempunyai efek fisiologis menurunkan spasme, otot melancarkan aliran darah dan mengatasi kelelahan.
  • 74. Teknik- Teknik Radiografi Jenis-jenis Teknik Radiografi gigi secara garis besar dikelompokkan berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, dibagi menjadi dua yaitu 1. Teknik Radiografi Intra Oral 2. Teknik Radiografi Extra Oral.
  • 75. Teknik Radiografi Intra oral  Teknik Radiografi Intra Oral Adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya. Untukmendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukankurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan Radiografi Intra Oral yaitu: 1. Pemeriksaan Periapikal, 2. Pemeriksaan Interproksimal 3. Pemeriksaan Oklusal
  • 76. Periapikal radiografi  Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan disekitarnya. Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting.  Pada teknik ini penempatan film adalah sedekat mungkin dengan gigi, sumbu panjang gigi membentuk sudut terhadap film. Arah sinar adalah tegak lurus pada bidang bagian yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi dan sumbu film.
  • 77. Gambar hasil teknik periapikal White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 78. Interproksimal radiografi  Bertujuan untuk memeriksa crown, crest tulang alveolar di maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang sama. Film yang dipakai adalah film khusus.
  • 79. Gambar hasil teknik Interproksimal White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 80. Oklusal radiografi  Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk melihat lokasi akar, lokasi supernumerary, tidak erupsi (gigi impaksi), salivary tone di saluran kelenjar submandibular, evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibula dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, evaluasi fraktur di maksila dan mandibula, pemeriksaan daerah cleft palate serta mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Film yang digunakan adalah film khusus.
  • 81. Gambar hasil teknik Oklusal White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 82. Teknik Radiografi Ekstra Oral  Teknik Radiografi Ekstra Oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut.  Teknik Radiografi Ekstra Oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah Radiografi Panoramik, sedangkan contoh teknik Radiografi Ekstra Oral lainnya adalah Radiografi Lateral, Radiografi Postero Anterior, Radiografi Cephalometri, Proyeksi-Waters, Proyeksi Reverse-Towne, Proyeksi Submentovertex
  • 83. Panoramik  Tujuannya adalah untuk melihat perluasan suatu lesi atau tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang lebih luas dalam satu film.
  • 84. Gambar hasil teknik Panoramik White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 85. Lateral  Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologi tulang tengkorak dan muka.
  • 86. Gambar hasil teknik Lateral White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 87. Postero-anterior  Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Ronsen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis dan orbita.
  • 88. GAMBAR HASIL TEKNIK Postero-anterior White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 89. Teknik Cephalometri  Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Teknik radiografi ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.
  • 90. Gambar hasil teknik Cephalometri White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 91. Proyeksi Water’s  Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan rongga nasal
  • 92. Gambar hasil teknik Proyeksi Water’s White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 93. Proyeksi Reverse-Towne  Foto Ronsen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila
  • 94. Gambar hasil teknik Reverse-Towne White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 95. Proyeksi Submentovertex  Teknik Radiografi ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.
  • 96. Gambar hasil teknik Proyeksi Submentovertex White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004
  • 97. Daftar Pustaka  Alhamid A, Savitri E. Modifikasi Teknik Radiografi Kedokteran Gigi Untuk Tujuan Pemeriksaan Khusus. Jurnal PDGI 2006; 55 (edisi khusus): 43-7  Boel Terial. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia. 2009: 1-4  Dhanrajani P.J. and Jonaidel O. 2002. Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment. Specialist, Oral & Maxillofacial Surgery, Riyadh Dental Centre, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia.  Dijkstra P.U at al. 2007. Exercise therapy for trismus in head and neck cancer. Corresponding author. Address: Center for Rehabilitation, University Medical Center Groningen, University of Groningen, P.O. Box 30.001, 9700 RB Groningen, The Netherlands  Taylor EJ, ed. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, 27th ed. Philadelphia: W.B. Saunders, 1998; p.1759  Tulaar, Angela B.M., 2008; Nyeri Leher dan Punggung, Universitas Indonesia, Jakarta.  White SC. Pharoach MJ. OralRadiologi Principle and Interpretation. 5th ed. St. Louis: Mosby; 2004: 281- 3  Saleh, edwin. 2017. Abses Rongga Mulut. Yogyakarta: UMY.  Nevilee, Damm, Allen, Bouquot. Oral and Maxillofacial Pathology Third edition.