SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara 
progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi 
jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial 
akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang 
mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita 
geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987). 
Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa diantaranya 
merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering menimbulkan kecacatan. 
Dengan meningkatnya populasi lansia, meningkat pula prevalensinya pada lansia akibat proses 
degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan muskuloskeletal pada lansia menimbulkan 
kemunduran fisik dan disabilitas yang sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara 
banyaknya penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu 
dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun. 
Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat menimbulkan 
disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga amiloidosis. Untuk 
memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan muskuloskeletal diperlukan tindakan 
rehabilitasi yang merupakan gabungan pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan 
pembedahan. (limarwin.2008).
BAB II 
KONSEP MEDIS 
A. DEFINISI 
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang 
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, 
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh 
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan 
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, 
estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang 
diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara 
progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 
30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu 
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, 
sehingga terjadilah osteoporosis. 
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa 
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang 
dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang (wikipedia.org). 
B. KLASIFIKASI 
Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu : 
a. Osteoporosis primer 
1 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause 
2 Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
b. Osteoporosis sekunder. Di sebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya 
mieloma multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan yang toksik 
untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien. 
c. Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di 
temukan pada : 
1 Usia kanak-kanak (juvenil) 
2 Usia remaja (adolesen) 
3 Pria usia pertengahan 
C. ETIOLOGI 
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut: 
 Determinan Massa Tulang 
a Faktor genetik 
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa 
orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang 
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa 
Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), 
relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis. 
b Faktor mekanis 
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. 
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan 
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan 
bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal
tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan 
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh 
adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot 
maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot 
maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam 
waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian 
belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa 
lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik. 
c Faktor makanan dan hormone 
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan 
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik 
yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas 
kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa 
tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan 
kemampuan genetiknya. 
 Determinan penurunan Massa Tulang 
a. Faktor genetic 
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan 
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan 
tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai 
ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang 
yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan 
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih 
banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama 
b. Faktor mekanis 
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses 
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah 
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi 
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan 
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan 
menurun dengan bertambahnya usia. 
c. Kalsium 
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa 
tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. 
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri 
menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan 
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan 
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. 
Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat 
antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita 
daiam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta 
absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan 
kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari. 
d. Protein 
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa 
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang 
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada 
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila 
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi 
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium 
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan 
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif 
e. Estrogen. 
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya 
gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi 
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal. 
f. Rokok dan kopi 
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan 
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. 
Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan 
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja. 
g. AlkohoL 
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu 
dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai
dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme ang jelas belum diketahui 
dengan pasti . 
D. PENCEGAHAN 
Pencegahan osteoporosis meliputi : 
 Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium 
yang cukup 
 Melakukan olah raga dengan beban 
 Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu). Mengkonsumsi kalsium dalam 
jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang 
maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap 
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya 
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap 
hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga beban (misalnya 
berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak 
meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang 
pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. 
Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan 
telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang 
kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri 
berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya 
menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause 
dan pasca menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini
adalah hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara 
wanita. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan 
tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun 
turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut 
dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu 
kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 
85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau 
8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium. 
Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan 
pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan 
segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain: 
 Asupan kalsium cukup 
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan 
mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap 
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya 
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian 
yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk 
usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang 
cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar 
umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, 
brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan. 
 Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore), Sinar matahari terutama UVB membantu 
tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa
tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. 
Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 
dan sore hari sesudah jam 16.00. 
 Melakukan olah raga dengan beban. Selain olahraga menggunakan alat beban, berat 
badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan 
tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak 
meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut 
latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata 
terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, 
latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit 
osteoporosis. 
 Gaya hidup sehat, Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. 
Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan 
risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan 
secara bijak. 
 Hindari obat-obatan tertentu. 
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk 
penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada 
obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter. 
 Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu) 
a) Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering 
diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai 
dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah 
tulang. 
b) Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang 
efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek 
terhadap payudara atau rahim. 
c) Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan 
sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon. 
E. PENATALAKSANAAN 
Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi, 
SpPD-KR yang lulus dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah tulang biasa 
terjadi setelah penderita osteoporosis jatuh, sehingga mencegah jatuh pun menjadi 
penting.Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi ancaman. Sebaiknya 
penderita osteoporosis menghindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang, 
permukaan licin seperti di kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu longgar. 
Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand 
rails) di kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata, 
atau memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan. 
Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu : 
1. Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang 
2. Menstimulasi pembentukan tulang 
3. Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang). 
4. Mengatasi nyeri. 
Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas
dalam meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko 
patah 
5. tulang sampai 30-50%. Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif , 
dievaluasi onset penurunan patah tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan 
alendronate di bawah kondisi Real World. Real World adalah data observasi yang 
diambil dari praktek klinik sehari-hari yang memberikan informasi hasil perngobatan 
pasien dalam kehidupan nyata 
Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan 
pengguna baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate. 
Kemudian dinilai insidens fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan. 
Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah 
tulang pinggul sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18% 
dibandingkan alendronate. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan 
risedronat memiliki insiden patah tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah 
dibandingkan pasien yang menggunakan alendronate. Jangan tunggu sampai kena 
osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah penyakit keropos tulang. 
F. PATOGENESIS 
 Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang 
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan 
dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, 
maka akan terjadi penurunan massa tulang
 Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang 
bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula 
 Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian 
korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda 
 Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd 
wanita 40-50 % 
 Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum 
femoris, dan korpus vertebra 
 Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius 
bagian distal. 
 Bahan katabolik endogen ( direproduksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari sumber luar ) 
dapat menyebabkan osteoporosis. 
 Keadaan medis penyerta ( mis: sindrom malabsorbsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan 
alkohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin ) mempengaruhi pertumbuhan 
oteoporosis. 
C. MANIFESTASI KLINIS 
1 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi 
pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah: 
2 Nyeri timbul mendadak 
3 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang 
4 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
5 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan 
aktivitas 
6 Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan 
D. JENIS OSTEOPOROSIS 
a. Osteoporosis postmenopausal 
terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu 
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul 
pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat 
ataupun lebih lambat. 
b. Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang 
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang 
dan pembentukan tulang yang baru.Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi 
pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih 
sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan 
postmenopausal. 
c. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang 
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. 
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak 
diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan 
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab 
yang jelas dari rapuhnya tulang (Musculoskelethalbedah.blogspot, 2008).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 
 Pemeriksaan non-invasif yaitu ; 
 Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan 
massa tulang. 
 Pemeriksaan absorpsiometri 
 Pemeriksaan komputer tomografi (CT) 
 Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi 
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi 
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka. 
 Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya 
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada 
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
F. PENYIMPANGAN KDM 
Defesiensi kalsium 
Kecepatan reabsorbsi tulang lebih besar 
Penurunan masa tulang 
Tulang menjdi rapuh/mudah patah 
Spasme otot 
Pengeluaran zat kimia 
Fraktur 
r 
(prostaglandin, histamin, bradikinin) pergerakan terbatas 
Dihantar ke sum-sum tulang belakang peristaltik menurun 
Thalamus absorbsi meningkat 
Korteks cerebri Perubahan status kesehatan faeces keras 
Dipersepsi Kurang informasi 
konstipasi 
Nyeri 
Kurang pengetahuan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1. risiko terhadap cedera: fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporoti 
2. Nyeri berhubungan dengan praktur dan spesme otot 
3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus) 
4. Kurang pengatahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi 
H. INTERVENSI KEPERAWATAN 
DX.1 
1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat 
otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. 
2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. 
3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. 
4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. 
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah 
sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh 
menghasilkan vitamin D. 
DX.2 
1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi 
telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. 
2. Kasur harus padat dan tidak lentur. 
3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. 
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan 
memuntir. 
6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu 
turun dari tempat tidur, 
7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat 
serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. 
8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu 
dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi 
stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. 
9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. 
Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri. 
DX.3 
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. 
1. Berikan diet tinggi serat. 
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau 
meminimalkan konstipasi. 
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada 
T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus. 
DX. 4 
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. 
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, 
sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan 
tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis. 
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan 
latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis. 
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung 
dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, 
maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi 
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan 
risiko pembentukan batu ginjal. 
7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap 
kanker payudara dan endometrium.
BAB III 
KONSEP KEPERAWATAN 
A. PENGKAJIAN 
1. Pengumpulan Data 
Biodata 
a. Identitas Klien 
Nama : ”Ny.A” 
Umur : 50 Tahun 
Jenis Kelamin : Perempuan 
Agama : Islam 
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia 
Kawin/Belum Kawin : Sudah Kawin 
Pendidikan : 
Pekerjaan : IRT 
Alamat : Soppeng 
Tgl.Masuk RS : 3desember 2012 
Tggl.Pengkajian : 4desember 2012 
No.RM : 3106 
Ruang Perawatan : 
Diagnosa Medis : Osteoporosis
b. Identitas Penanggung 
Nama : ”Tn.S” 
Umur :26 Tahun 
Jenis Kelamin : Laki-Laki 
Agama : Islam 
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia 
Kawin/Belum Kawin : Sudah Kawin 
Pendidikan : S1 
Pekerjaan : PNS 
Alamat : Soppeng 
Hub.Dengan Klien : Anak 
2. Riwayat Kesehatan 
Keluhan Utama 
 Nyeri punggung bagian belakang 
Riwayat Keluhan Utama 
 Klien masuk RSUD Ajjapange Soppeng tanggal 25 Februari 2010 dengan keluhan 
Nyeri punggung ,riwayat susah BAB ≥ 1 miggu. 
Riwayat Kesehatan Sekarang 
 Klien masuk di R.Perawatan Bedah sejak Tanggal 25 Februari 2010 setelah 
diberikan pertolongan di Instalasi Unit Gawat Darurat RSUD Ajjappange Soppeng 
Kondisi saat di kaji : Nyeri pada daerah punggung 
Faktor Pencetus/Penyebab : Kekurangan Kalsium 
a. Hal-hal yang memperberat : Pada saat beraktivitas berat
b. Hal-hal yang meringankan : Pada saat beristirahat 
c. Sifat Keluhan : Nyeri dirasakan hilang timbul 
d. Lokasi dan penyebaran : Pada sekitar punggung 
e. Skala Keparahan : Skala sedang 
f. Mulai dan lamanya penyebaran : Sejak 2 minggu lalu sampai sekarang 
g. Keluhan- keluhan lainnya : Klien mengatakan susah BAB Dan merasa cemas 
Riwayat Kesehatan Masa Lalu 
 Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya 
 Klien tidak ada riwayat alergi 
 Klien tidak ada riwayat ketergantungan alkohol dan obat-obatan terlarang. 
Riwayat Kesehatan Keluarga 
 Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama 
 Genogram 
Genogram 
X 
X X 
X 
X X 
X 
X X 
? 
67 ? 
? ? ? X 
54 50
Keterangan : 
: Laki-laki 
: Perempuan 
: Klien 
X : Meninggal 
------ : Tinggal serumah 
? : Tidak diketahui 
G1 : Kakek dan nenek klien keduanya telah meninggal Karena faktor 
ketuaan 
G2 : Bapak klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara dan semuanya sudah 
meninggal 
G3 : Klien adalah anak pertama dari 5 bersaudara dan anak yang ke 1 sudah 
meninggal karena demam
 Riwayat Psikososial 
a) Pola konsep diri 
Klien dapat menerima keadaannya dan berharap agar cepat sembuh 
b) Pola Kognitif 
Komunikasi lancar, respon terhadap orang-orang disekitarnya baik. 
c) Pola Koping 
Klien dapat menyesuaikan diri selama dirawat dan dapat bekerjasama selama proses 
perawatan dan pengobatan 
d) Pola Interaksi 
Orang terdekat klien adalah anaknya, hubungan dengan anggota keluarga yang lain 
baik, dapat berinteraksi dengan orang lain dan dengan tenaga kesehatan. 
 Riwayat Spiritual 
 Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadah, tetapi selama dirawat klien tidak 
pernah menjalankan ibadah karna nyeri yang dirasakan sehingga sulit braktivitas. 
 Selama dirawat, klien selalu didampingi oleh anak-anaknya beserta anggota 
keluarga yang lain. 
 Ritual agama yang biasa dilaksanakan klien yaitu syukuran. 
I. Pemeriksaan Fisik 
 Keadaan Umum Klien 
 Keadaan Umum : Klien tampak lemah
 Kesadaran : Composmentis 
 Tanda-Tanda Vital : 
o Tekanan darah : 110/80 mmHg 
o Nadi : 70x/mnt 
o Pernapasan : 37C 
o Suhu Tubuh : 18x/mnt 
Kepala 
1.Inspeksi 
(1) Penyebaran rambut merata dan tidak mudah rontok 
(2) Tidak tampak adanya massa 
(3) Tidak tampak adanya allapesia 
2.Palpasi 
Tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala 
Wajah / Muka 
3.Inspeksi 
Muka tampak simetris kiri dan kanan 
Ekspresi wajah meringis 
Wajah tampak kusut 
 Palpasi 
tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah 
Mata 
 Inspeksi 
Alis simetris kiri dan kanan
Kelopak mata menutup secara simetris 
Konjingtiva baik 
Sklera putih 
 Palpasi 
Tidak teraba adanya peningkatan TIO 
Tidak teraba adanya massa benjolan 
10) Tidak ada nyeri tekan 
Telinga 
 Inspeksi 
11) Kanalis tampak bersih 
12) Tidak tampak adanya tanda-tanada peradangan. 
 Palpasi 
13) Tidak teraba adanya massa benjolan 
14) Tidak ada nyeri tekan pada daerah mastoid. 
Hidung 
 Ispeksi 
15) Tidak tampak adanya deviasi septum 
16) Tidak tampak adanya polip 
 Palpasi 
17) Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus 
Tidak teraba adanya massa/benjolan pada daerah sinus. 
Rongga Mulut 
 Inspeksi
Klien tidak menggunakan gigi palsu, Tidak tampak adanya lesi pada gusi, Tidak tampak 
adanya gigi yang caries. 
Lidah simetris kiri dan kanan, Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan pada lidah 
 Palpasi 
18) Tidak ada nyeri tekan 
19) Tidak teraba adanya massa atau benjolan. 
Leher 
 Inspeksi 
20) Tidak tampak penekanan vena jugularis 
21) Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid 
 Palpasi 
22) Tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis 
23) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid. 
Thoraks 
 Inspeksi 
24) Bentuk dada simetris kiri dan kanan 
25) Irama pernafasan teratur 
26) Diameter nterior posterior mengecil ( Funnel chest) 
27) Frekuensi Pernafasan 16x/mnt 
 Palpasi 
28) Vocal premitus seimbang kiri dan kanan 
29) Terdapat nyeri tekan 
30) Tidak teraba adanya massa/benjolan
31) Ekspansi dada simetris kiri dan kanan 
 Perkusi 
Tidak di kaji 
 Auskultasi 
Tidak dikaji 
Jantung 
 Inspeksi 
Tidak tampak pembesaran ictus cordis 
 Palpasi 
Ictus cordis teraba pada ICS (Intercostal) v pada garis md clavikula 
32) Tidak ada nyeri tekan 
 Perkusi 
Batas-batas jantung paru pada spasimu ICS (Interostal) 3,4,5 sisi dada kiri 
33) Bunyi perkusi pekak 
 Auskultasi 
Bunyi jantung (BJ) 1 Lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah apek 
Bunyi jantung (BJ) II Dub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah aortik. 
Abdomen 
 Inspeksi 
34) Perut tampak kembung 
35) Tidak tampak adanya luka 
36) Warna kulit sama dengan sekitarnya 
 Auskultasi
Peristaltik usus menurun 
 Perkusi 
Suara perkusi hipertympani 
 Palpasi 
37) Teraba adanya massa 
38) Tidak teraba adanya pembesaran hepar. 
Genetalia Dan Anus 
Tidak dikaji 
Ekstremitas 
 Inspeksi 
Tidak tampak adanya luka 
Ekstremitasatas dan bawah tampak simetris kiri dan kanan 
 Palpasi 
Nyeri tekan pada daerah tertentu ( mis: lutut) 
Sensorik 
Dapat merasakan sentuhan kapas pada kedua ekstremitas. 
Dapat merasakan rasa suhu panas, dan nyeri bila dicubit. 
Motorik 
ROM; ekstensi,fleksi,abduksi an adduksi agak kaku digerakkan. 
Kekuatan otot pada kedua ekstremitas 4/5. 
Refleks 
Refleks babinski baik 
Refleks biseps,trisep (-)
Status Neurologis 
a. Nevus I: Dapat mencium bau yang diberikan 
b. Nervus II: Penglihatan klein jelas 
c. Nervus III,IV,VI 
 Kontraksi pupil baik 
 Gerakan kelopak mata membuka dan menutup baik 
 Prgerakan mata ke atas dan ke bawah baik. 
d.Nervus V: Sensibilitas sensorik bagian kanan dan kiri dapat merasakan nyeri. 
e.Nervus VII 
 Gerakan mimik baik 
 Dapat merasakan dan membedakan rasa (pengecap) 
f.Nervus VIII 
 Pendengaran baik,dapat membedakan respon yang benar sesuai dengan pernyataan 
dan pertanyaan . 
g.Nervus IX dan X 
 Refleks menelan: tidak sakit bila menelan 
 Kemampuan bicara baik. 
h.Nervus XI 
 Mudah memalingkan kepala. 
 Mengangkat bahu: mudah dinilai 
i.Nervus XII
 Gerakan lidah baik, tidak ada kelainan. 
Fungsi Serebral 
a. Status Mental: Orientasi klien terhadap mental, waktu dan orang yang ada di sekitarnya 
baik. 
b. Kesadaran: Composmentis (GSC= 13) 
 E3 : Mata membuka bila diajak berbicara,dipanggil namanya atau diperintahkan 
membuka mata 
 M5 : Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan. 
 V5: Respon bicara baik dan dapat mengetahui tempat dan waktu serta siapa 
dirinya. 
Aktivitas Sehari-Hari 
A. Nutrisi 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
6. 
7. 
Selera makan 
Menu makan 
Frekuensi makan 
Makanan yang disukai 
Makanan pantangan 
Pembatasan pola makan 
Cara makan 
Baik 
Nasi,lauk,dan sayur 
Tidak menentu 
Nasi,lauk dan sayur 
Tidak ada 
Tidak ada 
Makan sendiri 
Baik 
Bubur,lauk,sayur, pisang 
porsi makan dihabiskan 
Tidak menentu 
Bubur,lauk dan sayur 
Makanan keras(ubi) 
Tidak ada 
Makan sendiri
B. Cairan 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
3 
4.. 
Jenis minuman 
Frekuensi minum 
Kebutuhan cairan 
Cara pemenuhan 
Air putih,teh 
7 -8 gelas / hari 
1.500-2500 cc/24 jam 
Oral 
Air putih,susu 
5 -7 hari / gelas 
<2500 cc/24 jam 
Oral,IV PAG 
C. Eliminasi BAB 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
3. 
4. 
Frekuensi 
Warna 
Konsistensi 
Tempat pembuangan 
1-2x sehari 
Kuning / coklat 
Lunak 
WC 
1x sehari 
Kuning / coklat 
Agak Padat 
WC
D. Elminasi BAK 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
Tempat pumbuangan 
Frekuensi 
Kesulitan 
Warna 
Bau 
WC 
4-6x sehari 
Tidak ada 
Kuning 
Amoniak 
WC 
4-6x sehari 
Tidak ada 
Kuning 
Amoniak 
E. Istirahat / Tidur 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
Jam tidur: 
 Siang 
 Malam 
Kebiasaan sebelum tidur 
14.00-16.00 
22.00-05.00 
Nonton TV 
14.00-17.00/ tdk teratur 
01.00-07.00/ tdk teratur 
Tidak ada 
F. Personal Hygiene 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
Mandi : 
 Frekuensi 
 Alat mandi 
2x Sehari 
Sabun,handuk, 
1x Sehari 
Sabun, handuk
2. 
3. 
4. 
 Cara melakukan 
Cuci rambut 
Gunting kuku: 
 Frekuensi 
 Alat 
 Cara melakukan 
Gosok gigi : 
 Frekuensi 
 Alat 
 Cara melakukan 
shampoo 
Sendiri 
1x/hari 
1x Seminggu 
Gunting kuku 
Sendiri 
2x sehari 
Sikat gigi + Pasta gigi 
Sendiri 
Sendiri 
Tidak pernah 
1x Seminggu 
Gunting kuku 
Sendiri 
1x sehari 
Sikat gigi + Pasta gigi 
Sendiri 
G.Status olahraga 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
3. 
Program 
Jenis dan Frekuensi 
Kondisi setelah 
olahraga 
Tidak ada 
Tidak ada 
- 
Tidak ada 
Tidak ada 
- 
H. Aktifitas / Mobilitas fisik 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. 
2. 
3. 
Kegiatan sehari-hari 
Penanggung jadwal 
harian 
Penggunaan alat bantu 
URT 
Tidak ada 
Tidak ada 
Relaksasi otot 
Tidak ada 
Tidak ada 
I. Rokok/ Alkohol/ Obat-obatan 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 
1. 
2. 
3. 
4. 
Merokok 
Minum minuman keras 
Kecanduan kopi 
Konsumsi obat dari 
doktrer 
Tidak 
Tidak 
Tidak 
Bila sakit 
Tidak 
Tidak 
Tidak 
Sementara melakukan 
pengobatan di RS 
J. Pola rekreasi 
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
Persaan saat bekerja 
Waktu luang 
Perasaan setelah 
rekreasi 
Waktu senggang 
keluarga 
Kegiatan hari libur 
Senang 
Malam hari dan libur 
Senang 
Nonton TV 
Bersama keluarga 
Tidak ada 
Tidak ada 
Tidak ada 
Tidak ada 
d) Terapi saat ini. 
-Cairan IV PAG 
-Panamin G 
- Diet minuman tinggi kalsium 
- cell 95
DATA FOKUS 
Nama : Ny "A" Diagnosa medik : Osteoporosis 
Umur : 50 Tahun Ruangan : UPF Bedah 
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 2/12/2012 
Data Subjektif Data Objektif 
1.Klien mengatakan nyeri pada bagian 
punggung/ Bagian belakang 
2.Klien mengatakan susah BAB 
3.Klien mengatakan cemas dengan 
penyakitnya 
4.Klien bertanya tentang penyakitnya 
1.Ekspresi Wajah nampak 
meringis 
2. Perut tampak kembung 
3. Klien tampak gelisah 
4.KU Lemah
ANALISA DATA 
No Data Etiologi Masalah 
1 
2 
DS: klien mengatakan 
resiko terjadi cedera 
DO :klien nampak 
meringis 
DS : 
- Klien mengatakan 
nyeri pada daerah 
punggung/belakang 
DO : 
- Ekspresi wajah 
tampak meringis 
Defisiensi kalsium 
Kecepatan reabsorbsi 
tulang lebih besar 
Penurunan massa tulang 
Tulang mudah rapuh 
Spasme otot 
Fraktur 
Pengeluaran zat kimia 
Dihantar kesumsum 
tulang 
Thalamus 
Korteks cerebri 
Resiko terjadi 
cedera 
Nyeri
nyeri 
3 DS : 
- Klien mengatakan 
susah BAB 
DO : 
- Perut tampak kembung 
Keterbatasan gerak 
` 
Pergerakan feces 
mencapaicolon lambat 
Reabsorbsi air 
Feces keras 
Konstipasi 
Konstipasi
4 DS : 
- Klien mengatakan 
cemas dengan 
keadaannya 
DO : 
KU : lemah 
- Klien nampak gelisah 
Nyeri 
Perubahan status 
kesehatan 
Kurang pengetahuan 
Kecemasan 
Kecemasan / 
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN 
Nama : Ny.”A” Diagnosa medik : osteoprosis 
Umur : 50Tahun Ruangan : Perawatan Bedah 
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 4/12/2012 
Diagnosa Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi 
1. risiko terhadap cedera: 
fraktur,yang 
berhubungan dengan 
tulang osteoporoti 
2. Nyeri berhubungan 
dengan praktur dan 
spesme otot 
3. Konstipasi yang 
berhubungan dengan 
mobilitas atau 
terjadinya ileus 
(obstruksi usus) 
4. Kurang pengatahuan 
mengenai proses 
osteoporosis dan 
program terapi 
4/12/2012 
4/12/2012 
4/12/2012 
4/12/2012 
6/ 12 / 2012 
5 / 12 / 2012 
5/ 12 / 2012 
5/12/212
INTERVENSI 
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
PERENCANAAN 
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 
1. risiko terhadap 
cedera: fraktur,yang 
berhubungan dengan 
tulang osteoporoti 
 Untuk 
mengurangi 
terjadinya 
resiko 
cedera 
a. Anjurkan 
melakukan 
Aktivitas fisik 
secara teratur hal 
ini sangat penting 
untuk 
memperkuat otot, 
mencegah atrofi 
dan 
memperlambat 
demineralisasi 
tulang progresif. 
b. Ajarkan Latihan 
isometrik, latihan 
ini dapat 
digunakan untuk 
memperkuat otot 
batang tubuh. 
c. Anjurkan untuk 
Berjalan, 
mekanika tubuh 
yang baik, dan 
postur yang baik. 
d. Hindari 
Membungkuk 
mendadak, 
melenggok dan 
mengangkat 
beban lama. 
e. Lakukan aktivitas 
pembebanan berat 
a) Untuk memperkuat 
otot 
b) Untuk memperkuat 
otot batang tubuh 
c) Agar postur tubuh baik 
d) .umtuk mencegah 
terjadinya osteoprosis
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
PERENCANAAN 
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 
2. Nyeri berhubungan 
dengan praktur dan 
spesme otot 
badan Sebaiknya 
dilakukan di luar 
rumah di bawah 
sinar matahari, 
karena sangat 
diperlukan untuk 
memperbaiki 
kemampuan tubuh 
menghasilkan 
vitamin D. 
o Peredaaan nyeri 
punggung dapat 
dilakukan dengan 
istirahat di tempat 
tidur dengan 
posisi telentang 
atau miring ke 
samping selama 
beberapa hari. 
o Kasur harus padat 
dan tidak lentur. 
o Fleksi lutut dapat 
meningkatkan 
rasa nyaman 
dengan 
merelaksasi otot. 
o Kompres panas 
intermiten dan 
pijatan punggung 
memperbaiki 
relaksasi otot. 
o Pasien diminta 
untuk 
menggerakkan 
batang tubuh 
sebagai satu unit 
e) Untuk memperbaiki 
kemampuan tubuh 
o Untuk meredakan nyeri 
o Agar terasa nyaman 
o Untuk memperbaiki 
relasasi otot 
o Supaya aliran darah
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
PERENCANAAN 
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 
dan hindari 
gerakan memuntir 
o Postur yang bagus 
dianjurkan dan 
mekanika tubuh 
harus diajarkan. 
Ketika pasien 
dibantu turun dari 
tempat tidur, 
o pasang korset 
lumbosakral untuk 
menyokong dan 
imobilisasi 
sementara, 
meskipun alat 
serupa kadang 
terasa tidak 
nyaman dan 
kurang bisa 
ditoleransi oleh 
kebanyakan 
lansia. 
o Bila pasien sudah 
dapat 
menghabiskan 
lebih banyak 
waktunya di luar 
tempat tidur perlu 
dianjurkan untuk 
sering istirahat 
baring untuk 
mengurangi rasa 
tak nyaman dan 
lancar 
o Untuk menghindari 
postur tubuh yang 
bungkuk 
o Agar lansia merasa 
nyaman 
o untuk mengurangi 
rasa tak nyaman dan 
mengurangi stres 
akibat postur 
abnormal pada otot 
yang melemah.
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
PERENCANAAN 
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 
3. Konstipasi yang 
berhubungan dengan 
mobilitas atau 
terjadinya ileus 
(obstruksi usus) 
Agar tidak 
terjadi lagi 
obstrukasi 
dan 
konstipasi 
mengurangi stres 
akibat postur 
abnormal pada 
otot yang 
melemah. 
o opioid oral 
mungkin 
diperlukan untuk 
hari-hari pertama 
setelah awitan 
nyeri punggung. 
Setelah beberapa 
hari, analgetika 
non – opoid dapat 
mengurangi nyeri. 
Berikan diet 
tinggi serat. 
Berikan tambahan 
cairan dan 
gunakan pelunak 
tinja sesuai 
ketentuan dapat 
membantu atau 
meminimalkan 
konstipasi. 
o Untuk mengurangi rasa 
nyeri 
Supaya tidak terjadi 
obstruksi usus 
Untuk meminimalkan 
konstipasi
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
PERENCANAAN 
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 
4. Kurang pengatahuan 
mengenai proses 
osteoporosis dan 
program terapi 
 Klien 
mengerti 
tentang 
penyebab 
ostoprosis 
 Klien cepat 
sembuh 
1. Ajarkan pada 
klien tentang 
faktor-faktor yang 
mempengaruhi 
terjadinya 
oeteoporosis. 
2. Anjurkan diet 
atau suplemen 
kalsium yang 
memadai. 
3. Timbang Berat 
badan secara 
teratur dan 
modifikasi gaya 
hidup seperti 
Pengurangan 
kafein, sigaret dan 
alkohol, hal ini 
dapat membantu 
mempertahankan 
massa tulang. 
4. Anjurkan Latihan 
aktivitas fisik 
yang mana 
merupakan kunci 
utama untuk 
menumbuhkan 
tulang dengan 
kepadatan tinggi 
yang tahan 
 Agar klien mengerti 
penyebab osteoprosis 
 Agar klien cepat 
sembuh 
 Dapat 
mempertahankan 
massa tulang 
 Untuk mnumbuhkan 
tulang
DIAGNOSA 
KEPERAWATAN 
PERENCANAAN 
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 
terhadap 
terjadinya 
oestoeporosis. 
5. Anjurkan pada 
lansia untuk tetap 
membutuhkan 
kalsium, vitamin 
D, sinar matahari 
dan latihan yang 
memadai untuk 
meminimalkan 
efek 
oesteoporosis. 
 Untuk meminimalkan 
osteoprosis
IMPLEMENTASI 
N 
o 
Tanggal Jam Kode Dx Impelementasi 
1 
Selasa 
4 des 
2012 
(Dinas 
pagi) 
08.30 
09.15 
09.30 
12.00 
12.15 
1 
a. menganjurkan melakukan Aktivitas fisik secara 
teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat 
otot, mencegah atrofi dan memperlambat 
demineralisasi tulang progresif. 
Hasil:klien melakukan aktvitas fisik secara teratur 
b. mengajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat 
digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. 
Hasil:klien melaksanakan latihan isometrik yang 
di ajarkan 
c. menganjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh 
yang baik, dan postur yang baik. 
Hasil: klien masih kaku untuk berjalan 
d. menghindari Membungkuk mendadak, 
melenggok dan mengangkat beban lama. 
Hasil :klien berusaha untuk tidak membungkuk 
e. melakukan aktivitas pembebanan berat badan 
Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar 
matahari, karena sangat diperlukan untuk 
memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan 
vitamin D. 
Hasil :klien berusaha melakukan aktivitas 
pembebanan berat
2 
Selasa 4 
des 2012 
Dinas 
siang 
02.12 
02.45 
02.50 
15.00 
15.15 
15.30 
15,50 
16.00 
2 
1 Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan 
dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi 
telentang atau miring ke samping selama 
beberapa hari. 
Hasil :klien istirahat dalam beberapa hari 
2 Menggunakan Kasur harus padat dan tidak lentur. 
Hasil : klien mengunakan kasur yang padat bukan 
lentur 
3 Melakukan Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa 
nyaman dengan merelaksasi otot. 
Hasil:klien terlihat nyaman 
4 mengompres panas intermiten dan pijatan 
punggung memperbaiki relaksasi otot. 
Hasil: nyeri berkurang 
5 Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh 
sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir 
Hasil:klien terlihat berhati –hati 
6 Menganjurkan Postur yang bagus dan mekanika 
tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu 
turun dari tempat tidur. 
Hasil :klien melaksanakanya sesuai anjuran 
7 pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan 
imobilisasi sementara, meskipun alat serupa 
kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa 
ditoleransi oleh kebanyakan lansia. 
Hasil : klien nyaman 
8 Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih 
banyak waktunya di luar tempat tidur perlu 
dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk 
mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi 
stres akibat postur abnormal pada otot yang 
melemah. 
Hasil:klien sering istirahat
3 
4 
Rabu 5 
des 212 
Dinas 
pagi 
5 des 
2012 
16.25 
08.15 
08.30 
08.45 
09.00 
09.30 
3 
4 
9 opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari 
pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah 
beberapa hari, analgetika non – opoid dapat 
mengurangi nyeri. 
Hasil :nyeri berkurang 
1. memberikan diet tinggi serat. 
Hasil : klien melakukan diet rendah serat 
2. memberikan tambahan cairan dan gunakan 
pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu 
atau meminimalkan konstipasi. 
Hasil : konstipasi maksimal 
 mengajarkan pada klien tentang faktor-faktor 
yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 
Hasil : klien terlihat mengerti tentang penyebab 
osteoprosis 
 menganjurkan diet atau suplemen kalsium yang 
memadai. 
Hasil :klien melakukan diet 
 menimbang Berat badan secara teratur dan 
modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan 
kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat 
membantu mempertahankan massa tulang.
10.15 
11.20 
Hasil : modifikasi gaya hidup 
 menganjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana 
merupakan kunci utama untuk menumbuhkan 
tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan 
terhadap terjadinya oestoeporosis. 
Hasil :melakukan latihan fisik 
 menganjurkan pada lansia untuk tetap 
membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari 
dan latihan yang memadai untuk meminimalkan 
efek oesteoporosis. 
Hasil :latihan memadai
EVALUASI 
Tanggal Jam 
Kode 
Dx 
Evaluasi 
4 des 2012 
4 des2012 
5 des 2012 
5 des 2012 
10.00 1 
2 
3 
4 
S: resiko terjadi cedera 
O:klien tampak meringis 
A:terjadinya resiko berkurang 
P:pertahankan intervensi 
S : Klien mengatakan nyeri punggung 
O: Klien tampak meringis 
A: Nyeri teratasi 
P : pertahankan intervensi 
S:klien mengatakan susah BAB 
O:perut klien tampak kembumg 
A:konstipasi sudah maksimal 
P:pertahankan intrvensi 
S:klien mengatakan cemas dengan keadaannya 
O:klien nampak gelisah 
A:klien sudah mengetahui tentang penyakitnya 
P:pertahankan intervensi
Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)

More Related Content

What's hot

askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitusSo Ra
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarpt.cingursapi
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanVituuuut
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasLSIM
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepChristine Aie
 
Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA
Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA
Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitus
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
 
Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Intervensi keperawatan anemia (recovered)
Intervensi keperawatan anemia (recovered)Intervensi keperawatan anemia (recovered)
Intervensi keperawatan anemia (recovered)
 
Bab ii uap artritis gout.pdf
Bab ii uap artritis gout.pdfBab ii uap artritis gout.pdf
Bab ii uap artritis gout.pdf
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem PernafasanAsuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernafasan
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hep
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA
Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA
Askep klimakterium dan menopaus1 AKPER PEMKAB MUNA
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
Bab 1 simple bone
Bab 1 simple boneBab 1 simple bone
Bab 1 simple bone
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
3 askep-osteoporosis-42-524
3 askep-osteoporosis-42-5243 askep-osteoporosis-42-524
3 askep-osteoporosis-42-524
 
Laporan pendahulua depppee
Laporan pendahulua depppeeLaporan pendahulua depppee
Laporan pendahulua depppee
 
Fraktur lp
Fraktur lpFraktur lp
Fraktur lp
 
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertiroidisme, p budi AKPER PEMDA MUNA
 
Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang demama AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep hipertiroid
Askep hipertiroidAskep hipertiroid
Askep hipertiroid
 
Askep keluarga tahap lansia
Askep keluarga tahap lansiaAskep keluarga tahap lansia
Askep keluarga tahap lansia
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroid
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Contoh lain penelitian kohort adalah
Contoh lain penelitian kohort adalahContoh lain penelitian kohort adalah
Contoh lain penelitian kohort adalah
 
Askep gangguan berbicara
Askep gangguan berbicaraAskep gangguan berbicara
Askep gangguan berbicara
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
makalah tonsilitis
makalah  tonsilitis makalah  tonsilitis
makalah tonsilitis
 
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir mayaLaporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
 
Osteoporosis.ppt
Osteoporosis.pptOsteoporosis.ppt
Osteoporosis.ppt
 

Similar to Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)

Terapi hormon osteoporosis
Terapi hormon osteoporosisTerapi hormon osteoporosis
Terapi hormon osteoporosissuzanasty
 
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cordKelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cordSiLvi Fata
 
Hubungan kalsium dengan_ricketsia
Hubungan kalsium dengan_ricketsiaHubungan kalsium dengan_ricketsia
Hubungan kalsium dengan_ricketsiaFian Hernandez
 
Osteoporosis terhadap-pola-jalan
Osteoporosis terhadap-pola-jalanOsteoporosis terhadap-pola-jalan
Osteoporosis terhadap-pola-jalanfaried maruf
 
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...evinur12
 
Penyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.ppt
Penyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.pptPenyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.ppt
Penyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.pptTiaramaghfiratinJann
 
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasaPenyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasaSeptian Muna Barakati
 
Kelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIA
Kelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIAKelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIA
Kelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIAnickitakita
 
sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya)
sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya) sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya)
sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya) Dea Rodiana
 
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjwAskep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjwGhinanurrafidahdinil
 

Similar to Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah) (20)

Askep osteoporosis pd lansia
Askep osteoporosis pd lansiaAskep osteoporosis pd lansia
Askep osteoporosis pd lansia
 
Still askep
Still askepStill askep
Still askep
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Terapi hormon osteoporosis
Terapi hormon osteoporosisTerapi hormon osteoporosis
Terapi hormon osteoporosis
 
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada dengan osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
Kelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cordKelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cord
 
Hubungan kalsium dengan_ricketsia
Hubungan kalsium dengan_ricketsiaHubungan kalsium dengan_ricketsia
Hubungan kalsium dengan_ricketsia
 
Osteoporosis terhadap-pola-jalan
Osteoporosis terhadap-pola-jalanOsteoporosis terhadap-pola-jalan
Osteoporosis terhadap-pola-jalan
 
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Penyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.ppt
Penyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.pptPenyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.ppt
Penyakit_tulang_dan_sendi_pada_usia_lanj.ppt
 
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasaPenyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
 
Kelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIA
Kelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIAKelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIA
Kelainan pada ORGAN TUBUH MANUSIA
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya)
sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya) sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya)
sistem gerak makhluk hidup (gangguan pada sistem gerak dan cara mengatasinya)
 
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjwAskep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
 

More from Nurul Afdal Haris

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Nurul Afdal Haris
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarNurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Nurul Afdal Haris
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahNurul Afdal Haris
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinNurul Afdal Haris
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaNurul Afdal Haris
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalNurul Afdal Haris
 
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiMateri Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 

More from Nurul Afdal Haris (20)

Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
Format Laporan Ilmu Tanah/Geografi Tanah/Soil Geography 2019
 
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasarFormat Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
Format Laporan Praktek Lapang Mata Kuliah Hidrologi dasar
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sulawesi)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Jawa)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Sejarah Perkembangan Teknologi Pengind...
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
 
Laporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi DasarLaporan Kartografi Dasar
Laporan Kartografi Dasar
 
Laporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi DasarLaporan Hidrologi Dasar
Laporan Hidrologi Dasar
 
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber DayaLaporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Geografi Sumber Daya
 
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalPerubahan Iklim dan Pemanasan Global
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
 
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah HidrologiMateri Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Hidrologi Hutan Mata Kuliah Hidrologi
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987). Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering menimbulkan kecacatan. Dengan meningkatnya populasi lansia, meningkat pula prevalensinya pada lansia akibat proses degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan muskuloskeletal pada lansia menimbulkan kemunduran fisik dan disabilitas yang sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara banyaknya penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun. Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat menimbulkan disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga amiloidosis. Untuk memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan muskuloskeletal diperlukan tindakan rehabilitasi yang merupakan gabungan pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan pembedahan. (limarwin.2008).
  • 2. BAB II KONSEP MEDIS A. DEFINISI Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang (wikipedia.org). B. KLASIFIKASI Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu : a. Osteoporosis primer 1 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause 2 Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
  • 3. b. Osteoporosis sekunder. Di sebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya mieloma multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien. c. Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada : 1 Usia kanak-kanak (juvenil) 2 Usia remaja (adolesen) 3 Pria usia pertengahan C. ETIOLOGI Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:  Determinan Massa Tulang a Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis. b Faktor mekanis Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal
  • 4. tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik. c Faktor makanan dan hormone Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.  Determinan penurunan Massa Tulang a. Faktor genetic Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
  • 5. genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama b. Faktor mekanis Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia. c. Kalsium Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita daiam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
  • 6. kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari. d. Protein Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif e. Estrogen. Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal. f. Rokok dan kopi Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja. g. AlkohoL Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai
  • 7. dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme ang jelas belum diketahui dengan pasti . D. PENCEGAHAN Pencegahan osteoporosis meliputi :  Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup  Melakukan olah raga dengan beban  Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu). Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause dan pasca menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini
  • 8. adalah hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara wanita. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau 8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium. Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain:  Asupan kalsium cukup Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.  Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore), Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa
  • 9. tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00.  Melakukan olah raga dengan beban. Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis.  Gaya hidup sehat, Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak.  Hindari obat-obatan tertentu. Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.  Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu) a) Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
  • 10. menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. b) Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. c) Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon. E. PENATALAKSANAAN Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR yang lulus dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah tulang biasa terjadi setelah penderita osteoporosis jatuh, sehingga mencegah jatuh pun menjadi penting.Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi ancaman. Sebaiknya penderita osteoporosis menghindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang, permukaan licin seperti di kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu longgar. Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand rails) di kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata, atau memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan. Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu : 1. Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang 2. Menstimulasi pembentukan tulang 3. Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang). 4. Mengatasi nyeri. Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas
  • 11. dalam meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko patah 5. tulang sampai 30-50%. Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif , dievaluasi onset penurunan patah tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan alendronate di bawah kondisi Real World. Real World adalah data observasi yang diambil dari praktek klinik sehari-hari yang memberikan informasi hasil perngobatan pasien dalam kehidupan nyata Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan pengguna baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate. Kemudian dinilai insidens fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan. Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah tulang pinggul sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18% dibandingkan alendronate. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan risedronat memiliki insiden patah tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah dibandingkan pasien yang menggunakan alendronate. Jangan tunggu sampai kena osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah penyakit keropos tulang. F. PATOGENESIS  Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
  • 12.  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula  Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda  Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %  Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra  Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.  Bahan katabolik endogen ( direproduksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari sumber luar ) dapat menyebabkan osteoporosis.  Keadaan medis penyerta ( mis: sindrom malabsorbsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan alkohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin ) mempengaruhi pertumbuhan oteoporosis. C. MANIFESTASI KLINIS 1 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah: 2 Nyeri timbul mendadak 3 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang 4 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
  • 13. 5 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas 6 Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan D. JENIS OSTEOPOROSIS a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. b. Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. c. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang (Musculoskelethalbedah.blogspot, 2008).
  • 14. E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK  Pemeriksaan non-invasif yaitu ;  Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.  Pemeriksaan absorpsiometri  Pemeriksaan komputer tomografi (CT)  Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.  Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
  • 15. F. PENYIMPANGAN KDM Defesiensi kalsium Kecepatan reabsorbsi tulang lebih besar Penurunan masa tulang Tulang menjdi rapuh/mudah patah Spasme otot Pengeluaran zat kimia Fraktur r (prostaglandin, histamin, bradikinin) pergerakan terbatas Dihantar ke sum-sum tulang belakang peristaltik menurun Thalamus absorbsi meningkat Korteks cerebri Perubahan status kesehatan faeces keras Dipersepsi Kurang informasi konstipasi Nyeri Kurang pengetahuan
  • 16. G. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. risiko terhadap cedera: fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporoti 2. Nyeri berhubungan dengan praktur dan spesme otot 3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus) 4. Kurang pengatahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi H. INTERVENSI KEPERAWATAN DX.1 1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. 2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. 3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. 4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. 5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D. DX.2 1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. 2. Kasur harus padat dan tidak lentur. 3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. 4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
  • 17. 5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir. 6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur, 7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. 8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. 9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri. DX.3 Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. 1. Berikan diet tinggi serat. 2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. 3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus. DX. 4 1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. 3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
  • 18. 4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis. 5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis. 6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal. 7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.
  • 19. BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data Biodata a. Identitas Klien Nama : ”Ny.A” Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia Kawin/Belum Kawin : Sudah Kawin Pendidikan : Pekerjaan : IRT Alamat : Soppeng Tgl.Masuk RS : 3desember 2012 Tggl.Pengkajian : 4desember 2012 No.RM : 3106 Ruang Perawatan : Diagnosa Medis : Osteoporosis
  • 20. b. Identitas Penanggung Nama : ”Tn.S” Umur :26 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia Kawin/Belum Kawin : Sudah Kawin Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS Alamat : Soppeng Hub.Dengan Klien : Anak 2. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama  Nyeri punggung bagian belakang Riwayat Keluhan Utama  Klien masuk RSUD Ajjapange Soppeng tanggal 25 Februari 2010 dengan keluhan Nyeri punggung ,riwayat susah BAB ≥ 1 miggu. Riwayat Kesehatan Sekarang  Klien masuk di R.Perawatan Bedah sejak Tanggal 25 Februari 2010 setelah diberikan pertolongan di Instalasi Unit Gawat Darurat RSUD Ajjappange Soppeng Kondisi saat di kaji : Nyeri pada daerah punggung Faktor Pencetus/Penyebab : Kekurangan Kalsium a. Hal-hal yang memperberat : Pada saat beraktivitas berat
  • 21. b. Hal-hal yang meringankan : Pada saat beristirahat c. Sifat Keluhan : Nyeri dirasakan hilang timbul d. Lokasi dan penyebaran : Pada sekitar punggung e. Skala Keparahan : Skala sedang f. Mulai dan lamanya penyebaran : Sejak 2 minggu lalu sampai sekarang g. Keluhan- keluhan lainnya : Klien mengatakan susah BAB Dan merasa cemas Riwayat Kesehatan Masa Lalu  Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya  Klien tidak ada riwayat alergi  Klien tidak ada riwayat ketergantungan alkohol dan obat-obatan terlarang. Riwayat Kesehatan Keluarga  Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama  Genogram Genogram X X X X X X X X X ? 67 ? ? ? ? X 54 50
  • 22. Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Klien X : Meninggal ------ : Tinggal serumah ? : Tidak diketahui G1 : Kakek dan nenek klien keduanya telah meninggal Karena faktor ketuaan G2 : Bapak klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara dan semuanya sudah meninggal G3 : Klien adalah anak pertama dari 5 bersaudara dan anak yang ke 1 sudah meninggal karena demam
  • 23.  Riwayat Psikososial a) Pola konsep diri Klien dapat menerima keadaannya dan berharap agar cepat sembuh b) Pola Kognitif Komunikasi lancar, respon terhadap orang-orang disekitarnya baik. c) Pola Koping Klien dapat menyesuaikan diri selama dirawat dan dapat bekerjasama selama proses perawatan dan pengobatan d) Pola Interaksi Orang terdekat klien adalah anaknya, hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik, dapat berinteraksi dengan orang lain dan dengan tenaga kesehatan.  Riwayat Spiritual  Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadah, tetapi selama dirawat klien tidak pernah menjalankan ibadah karna nyeri yang dirasakan sehingga sulit braktivitas.  Selama dirawat, klien selalu didampingi oleh anak-anaknya beserta anggota keluarga yang lain.  Ritual agama yang biasa dilaksanakan klien yaitu syukuran. I. Pemeriksaan Fisik  Keadaan Umum Klien  Keadaan Umum : Klien tampak lemah
  • 24.  Kesadaran : Composmentis  Tanda-Tanda Vital : o Tekanan darah : 110/80 mmHg o Nadi : 70x/mnt o Pernapasan : 37C o Suhu Tubuh : 18x/mnt Kepala 1.Inspeksi (1) Penyebaran rambut merata dan tidak mudah rontok (2) Tidak tampak adanya massa (3) Tidak tampak adanya allapesia 2.Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala Wajah / Muka 3.Inspeksi Muka tampak simetris kiri dan kanan Ekspresi wajah meringis Wajah tampak kusut  Palpasi tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah Mata  Inspeksi Alis simetris kiri dan kanan
  • 25. Kelopak mata menutup secara simetris Konjingtiva baik Sklera putih  Palpasi Tidak teraba adanya peningkatan TIO Tidak teraba adanya massa benjolan 10) Tidak ada nyeri tekan Telinga  Inspeksi 11) Kanalis tampak bersih 12) Tidak tampak adanya tanda-tanada peradangan.  Palpasi 13) Tidak teraba adanya massa benjolan 14) Tidak ada nyeri tekan pada daerah mastoid. Hidung  Ispeksi 15) Tidak tampak adanya deviasi septum 16) Tidak tampak adanya polip  Palpasi 17) Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus Tidak teraba adanya massa/benjolan pada daerah sinus. Rongga Mulut  Inspeksi
  • 26. Klien tidak menggunakan gigi palsu, Tidak tampak adanya lesi pada gusi, Tidak tampak adanya gigi yang caries. Lidah simetris kiri dan kanan, Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan pada lidah  Palpasi 18) Tidak ada nyeri tekan 19) Tidak teraba adanya massa atau benjolan. Leher  Inspeksi 20) Tidak tampak penekanan vena jugularis 21) Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid  Palpasi 22) Tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis 23) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid. Thoraks  Inspeksi 24) Bentuk dada simetris kiri dan kanan 25) Irama pernafasan teratur 26) Diameter nterior posterior mengecil ( Funnel chest) 27) Frekuensi Pernafasan 16x/mnt  Palpasi 28) Vocal premitus seimbang kiri dan kanan 29) Terdapat nyeri tekan 30) Tidak teraba adanya massa/benjolan
  • 27. 31) Ekspansi dada simetris kiri dan kanan  Perkusi Tidak di kaji  Auskultasi Tidak dikaji Jantung  Inspeksi Tidak tampak pembesaran ictus cordis  Palpasi Ictus cordis teraba pada ICS (Intercostal) v pada garis md clavikula 32) Tidak ada nyeri tekan  Perkusi Batas-batas jantung paru pada spasimu ICS (Interostal) 3,4,5 sisi dada kiri 33) Bunyi perkusi pekak  Auskultasi Bunyi jantung (BJ) 1 Lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah apek Bunyi jantung (BJ) II Dub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah aortik. Abdomen  Inspeksi 34) Perut tampak kembung 35) Tidak tampak adanya luka 36) Warna kulit sama dengan sekitarnya  Auskultasi
  • 28. Peristaltik usus menurun  Perkusi Suara perkusi hipertympani  Palpasi 37) Teraba adanya massa 38) Tidak teraba adanya pembesaran hepar. Genetalia Dan Anus Tidak dikaji Ekstremitas  Inspeksi Tidak tampak adanya luka Ekstremitasatas dan bawah tampak simetris kiri dan kanan  Palpasi Nyeri tekan pada daerah tertentu ( mis: lutut) Sensorik Dapat merasakan sentuhan kapas pada kedua ekstremitas. Dapat merasakan rasa suhu panas, dan nyeri bila dicubit. Motorik ROM; ekstensi,fleksi,abduksi an adduksi agak kaku digerakkan. Kekuatan otot pada kedua ekstremitas 4/5. Refleks Refleks babinski baik Refleks biseps,trisep (-)
  • 29. Status Neurologis a. Nevus I: Dapat mencium bau yang diberikan b. Nervus II: Penglihatan klein jelas c. Nervus III,IV,VI  Kontraksi pupil baik  Gerakan kelopak mata membuka dan menutup baik  Prgerakan mata ke atas dan ke bawah baik. d.Nervus V: Sensibilitas sensorik bagian kanan dan kiri dapat merasakan nyeri. e.Nervus VII  Gerakan mimik baik  Dapat merasakan dan membedakan rasa (pengecap) f.Nervus VIII  Pendengaran baik,dapat membedakan respon yang benar sesuai dengan pernyataan dan pertanyaan . g.Nervus IX dan X  Refleks menelan: tidak sakit bila menelan  Kemampuan bicara baik. h.Nervus XI  Mudah memalingkan kepala.  Mengangkat bahu: mudah dinilai i.Nervus XII
  • 30.  Gerakan lidah baik, tidak ada kelainan. Fungsi Serebral a. Status Mental: Orientasi klien terhadap mental, waktu dan orang yang ada di sekitarnya baik. b. Kesadaran: Composmentis (GSC= 13)  E3 : Mata membuka bila diajak berbicara,dipanggil namanya atau diperintahkan membuka mata  M5 : Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan.  V5: Respon bicara baik dan dapat mengetahui tempat dan waktu serta siapa dirinya. Aktivitas Sehari-Hari A. Nutrisi No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Selera makan Menu makan Frekuensi makan Makanan yang disukai Makanan pantangan Pembatasan pola makan Cara makan Baik Nasi,lauk,dan sayur Tidak menentu Nasi,lauk dan sayur Tidak ada Tidak ada Makan sendiri Baik Bubur,lauk,sayur, pisang porsi makan dihabiskan Tidak menentu Bubur,lauk dan sayur Makanan keras(ubi) Tidak ada Makan sendiri
  • 31. B. Cairan No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. 3 4.. Jenis minuman Frekuensi minum Kebutuhan cairan Cara pemenuhan Air putih,teh 7 -8 gelas / hari 1.500-2500 cc/24 jam Oral Air putih,susu 5 -7 hari / gelas <2500 cc/24 jam Oral,IV PAG C. Eliminasi BAB No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. 3. 4. Frekuensi Warna Konsistensi Tempat pembuangan 1-2x sehari Kuning / coklat Lunak WC 1x sehari Kuning / coklat Agak Padat WC
  • 32. D. Elminasi BAK No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. 3. 4. 5. Tempat pumbuangan Frekuensi Kesulitan Warna Bau WC 4-6x sehari Tidak ada Kuning Amoniak WC 4-6x sehari Tidak ada Kuning Amoniak E. Istirahat / Tidur No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. Jam tidur:  Siang  Malam Kebiasaan sebelum tidur 14.00-16.00 22.00-05.00 Nonton TV 14.00-17.00/ tdk teratur 01.00-07.00/ tdk teratur Tidak ada F. Personal Hygiene No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. Mandi :  Frekuensi  Alat mandi 2x Sehari Sabun,handuk, 1x Sehari Sabun, handuk
  • 33. 2. 3. 4.  Cara melakukan Cuci rambut Gunting kuku:  Frekuensi  Alat  Cara melakukan Gosok gigi :  Frekuensi  Alat  Cara melakukan shampoo Sendiri 1x/hari 1x Seminggu Gunting kuku Sendiri 2x sehari Sikat gigi + Pasta gigi Sendiri Sendiri Tidak pernah 1x Seminggu Gunting kuku Sendiri 1x sehari Sikat gigi + Pasta gigi Sendiri G.Status olahraga No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. 3. Program Jenis dan Frekuensi Kondisi setelah olahraga Tidak ada Tidak ada - Tidak ada Tidak ada - H. Aktifitas / Mobilitas fisik No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
  • 34. 1. 2. 3. Kegiatan sehari-hari Penanggung jadwal harian Penggunaan alat bantu URT Tidak ada Tidak ada Relaksasi otot Tidak ada Tidak ada I. Rokok/ Alkohol/ Obat-obatan No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT 1. 2. 3. 4. Merokok Minum minuman keras Kecanduan kopi Konsumsi obat dari doktrer Tidak Tidak Tidak Bila sakit Tidak Tidak Tidak Sementara melakukan pengobatan di RS J. Pola rekreasi No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
  • 35. 1. 2. 3. 4. 5. Persaan saat bekerja Waktu luang Perasaan setelah rekreasi Waktu senggang keluarga Kegiatan hari libur Senang Malam hari dan libur Senang Nonton TV Bersama keluarga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada d) Terapi saat ini. -Cairan IV PAG -Panamin G - Diet minuman tinggi kalsium - cell 95
  • 36. DATA FOKUS Nama : Ny "A" Diagnosa medik : Osteoporosis Umur : 50 Tahun Ruangan : UPF Bedah Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 2/12/2012 Data Subjektif Data Objektif 1.Klien mengatakan nyeri pada bagian punggung/ Bagian belakang 2.Klien mengatakan susah BAB 3.Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya 4.Klien bertanya tentang penyakitnya 1.Ekspresi Wajah nampak meringis 2. Perut tampak kembung 3. Klien tampak gelisah 4.KU Lemah
  • 37. ANALISA DATA No Data Etiologi Masalah 1 2 DS: klien mengatakan resiko terjadi cedera DO :klien nampak meringis DS : - Klien mengatakan nyeri pada daerah punggung/belakang DO : - Ekspresi wajah tampak meringis Defisiensi kalsium Kecepatan reabsorbsi tulang lebih besar Penurunan massa tulang Tulang mudah rapuh Spasme otot Fraktur Pengeluaran zat kimia Dihantar kesumsum tulang Thalamus Korteks cerebri Resiko terjadi cedera Nyeri
  • 38. nyeri 3 DS : - Klien mengatakan susah BAB DO : - Perut tampak kembung Keterbatasan gerak ` Pergerakan feces mencapaicolon lambat Reabsorbsi air Feces keras Konstipasi Konstipasi
  • 39. 4 DS : - Klien mengatakan cemas dengan keadaannya DO : KU : lemah - Klien nampak gelisah Nyeri Perubahan status kesehatan Kurang pengetahuan Kecemasan Kecemasan / Ansietas
  • 40. DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama : Ny.”A” Diagnosa medik : osteoprosis Umur : 50Tahun Ruangan : Perawatan Bedah Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 4/12/2012 Diagnosa Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi 1. risiko terhadap cedera: fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporoti 2. Nyeri berhubungan dengan praktur dan spesme otot 3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus) 4. Kurang pengatahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi 4/12/2012 4/12/2012 4/12/2012 4/12/2012 6/ 12 / 2012 5 / 12 / 2012 5/ 12 / 2012 5/12/212
  • 41. INTERVENSI DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 1. risiko terhadap cedera: fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporoti  Untuk mengurangi terjadinya resiko cedera a. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. b. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. c. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. d. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. e. Lakukan aktivitas pembebanan berat a) Untuk memperkuat otot b) Untuk memperkuat otot batang tubuh c) Agar postur tubuh baik d) .umtuk mencegah terjadinya osteoprosis
  • 42. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 2. Nyeri berhubungan dengan praktur dan spesme otot badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D. o Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. o Kasur harus padat dan tidak lentur. o Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. o Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot. o Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit e) Untuk memperbaiki kemampuan tubuh o Untuk meredakan nyeri o Agar terasa nyaman o Untuk memperbaiki relasasi otot o Supaya aliran darah
  • 43. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL dan hindari gerakan memuntir o Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur, o pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. o Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan lancar o Untuk menghindari postur tubuh yang bungkuk o Agar lansia merasa nyaman o untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
  • 44. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus) Agar tidak terjadi lagi obstrukasi dan konstipasi mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. o opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri. Berikan diet tinggi serat. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. o Untuk mengurangi rasa nyeri Supaya tidak terjadi obstruksi usus Untuk meminimalkan konstipasi
  • 45. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 4. Kurang pengatahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi  Klien mengerti tentang penyebab ostoprosis  Klien cepat sembuh 1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. 3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang. 4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan  Agar klien mengerti penyebab osteoprosis  Agar klien cepat sembuh  Dapat mempertahankan massa tulang  Untuk mnumbuhkan tulang
  • 46. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL terhadap terjadinya oestoeporosis. 5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.  Untuk meminimalkan osteoprosis
  • 47. IMPLEMENTASI N o Tanggal Jam Kode Dx Impelementasi 1 Selasa 4 des 2012 (Dinas pagi) 08.30 09.15 09.30 12.00 12.15 1 a. menganjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Hasil:klien melakukan aktvitas fisik secara teratur b. mengajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. Hasil:klien melaksanakan latihan isometrik yang di ajarkan c. menganjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. Hasil: klien masih kaku untuk berjalan d. menghindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. Hasil :klien berusaha untuk tidak membungkuk e. melakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D. Hasil :klien berusaha melakukan aktivitas pembebanan berat
  • 48. 2 Selasa 4 des 2012 Dinas siang 02.12 02.45 02.50 15.00 15.15 15.30 15,50 16.00 2 1 Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. Hasil :klien istirahat dalam beberapa hari 2 Menggunakan Kasur harus padat dan tidak lentur. Hasil : klien mengunakan kasur yang padat bukan lentur 3 Melakukan Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. Hasil:klien terlihat nyaman 4 mengompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot. Hasil: nyeri berkurang 5 Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir Hasil:klien terlihat berhati –hati 6 Menganjurkan Postur yang bagus dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur. Hasil :klien melaksanakanya sesuai anjuran 7 pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. Hasil : klien nyaman 8 Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. Hasil:klien sering istirahat
  • 49. 3 4 Rabu 5 des 212 Dinas pagi 5 des 2012 16.25 08.15 08.30 08.45 09.00 09.30 3 4 9 opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri. Hasil :nyeri berkurang 1. memberikan diet tinggi serat. Hasil : klien melakukan diet rendah serat 2. memberikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. Hasil : konstipasi maksimal  mengajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. Hasil : klien terlihat mengerti tentang penyebab osteoprosis  menganjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. Hasil :klien melakukan diet  menimbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
  • 50. 10.15 11.20 Hasil : modifikasi gaya hidup  menganjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis. Hasil :melakukan latihan fisik  menganjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis. Hasil :latihan memadai
  • 51. EVALUASI Tanggal Jam Kode Dx Evaluasi 4 des 2012 4 des2012 5 des 2012 5 des 2012 10.00 1 2 3 4 S: resiko terjadi cedera O:klien tampak meringis A:terjadinya resiko berkurang P:pertahankan intervensi S : Klien mengatakan nyeri punggung O: Klien tampak meringis A: Nyeri teratasi P : pertahankan intervensi S:klien mengatakan susah BAB O:perut klien tampak kembumg A:konstipasi sudah maksimal P:pertahankan intrvensi S:klien mengatakan cemas dengan keadaannya O:klien nampak gelisah A:klien sudah mengetahui tentang penyakitnya P:pertahankan intervensi