SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
i
PEMIKIRAN EMHA AINUN NADJIB TENTANG
PANCASILA
NAMA :AHMAD AGIL ILHAMSYAH
NIM : 17060484162
KELAS : IKOR 2017D
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
PRODI S-1 ILMU KEOLAHRGAAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
LatarBelakang …………………………………………………………… 1
Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........... ……………………………………………………. 3
A. Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pancasila dalam Budaya Islam............... 3
B. Pancasila di Langit biru menurut Cak Nun................................................ ......... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 7
Kesimpulan …………………………………………………………….. 7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......... 8
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Karya Tulis ini
dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Pemikiran Emha Ainun Nadjib tentang Pancasila
Kami berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita.
Surabaya, 20 Februari 2018
Penyusun
Ahmad Agil I
17060484138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan masyarakat, hampir orang tidak bisa membedakan antara
politik dan kekuasaan. Politik dan korupsi (uang), politik dan kebohongan, politik dan
intervensi. Hal ini disebabkan oleh proses pembodohan politik yang selama ini terjadi
pada masyarakat. Politik tidak lagi dilihat sebagai sarana untuk mewujudkan kebaikan
bersama, namun lebih dari itu sebagai usaha untuk meraih “kekuasaan” dengan jalan
mengintervensi dan memanipulasi. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya,
ketika membahas masalah kekuasaan biasanya selalu dikaitkan dengan masalah ideologi
dan politik. Masyarakat yang kurang terdidik secara politik, telah menyebabkan mereka
cenderung pasif dan mudah dimobilisasi untuk kepentingan pribadi/jabatan oleh para elite
politik. Akibatnya terjadi disintegrasi lokal, dimana antar kelompok masyarakat, dan antar
massa pendukung pasangan/calon tertentu saling sikut-menyikut, karena beda pilihan
politik (perbedaan pilihan politik tidaklah dianggap lumrah). Lebih dari itu, mereka juga
tidak bisa ikut mempengaruhi secara signifikan proses pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan kehidupan mereka. Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa
proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik yang otonom
dari warga negara. Indonesia salah satu negara demokrasi yang telah berusia 70 tahun,
dan sudah beberapa kali mengalami pergantian presiden, masing-masing presiden
mempunyai pemikiran yang khas untuk diterapkan pada masa pemerintahanya. Tidak
semua pemikiran yang diterapkan masa pemerintahanya mendapat pandangan yang positif
di mata rakyat. Misalnya saja pada masa pemerintahan presiden Soeharto, pada umumnya
menyebut masa pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Dengan sistem pemerintahan yang
otoriter tersebut Soeharto mampu berkuasa selama 32 tahun.
Selama berkuasa tidak jarang orang menentang atas kebijakan yang diterapkan.
Berbeda-beda pula jalan yang ditempuh untuk mengkritik sebuah kebijakan yang
diterapkan oleh sistem pemerintahan pada saat itu. Misalnya saja seorang budayawan,
yang juga sebagai kolumnis karena sering menulis di media- media masa pada saat itu.
Sebut saja Emha Ainun Nadjib yang aktif menulis di berbagai surat kabar, baik inisiatif
2
sendiri maupun permintaan langsung dari media yang akan memuat tulisanya. Misalnya
dalam buku Slilit Sang Kiai yang merupakan kumpulan tulisan-tulisan beliau dan
dihimpun menjadi sebuah buku. Dalam buku tersebut beliau menyinggung sebuah
kebijakan pemerintah yang menurutnya menghilangkan identitas pribadi atau keaslian,
dengan kata lain menyembunyikan tujuan sebenarnya dalam kebijakan pemerintah
tersebut. Emha merupakan sosok yang bisa dikatakan misterius dalam dunia perpolitikan
Indonesia. Karena selain menentang kebijakan pemerintahan Orde Baru yang tidak tepat,
beliau juga salah satu tokoh yang diundang oleh presiden Soeharto untuk menemaninya di
saat akan lengser atau dipaksa turun dari kursi kepresidenannya. Mungkin karena aktifitas
Emha yang tidak hanya menguasai satu bidang tertentu saja, perhatianya terhadap
permasalahan sangat kompleks dan luas, meliputi bidang-bidang sosial, ekonomi, budaya,
seni, politik, organisasi sosial, agama, serta berbagai problem kehidupan masyarakat.
Mungkin karena itu beliau dipercaya oleh presiden soeharto untuk ikut serta
mengantarkan dari masa yang saat ini disebut otoriter menuju masa reformasi 1998.
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Ian L. Betts tentang Jalan Sunyi Emha, dia
menyebutkan bahwa Emha Ainun Nadjib dikenal karena kreativitasnya yang fenomenal
seringkali tercermin dari banyaknya orang yang mendefinisikan mengenai dia, ada yang
mengenalnya sebagai sastrawan, pekerja dan aktivis sosial, kolumnis, pembicara dalam
seminar, kiai, seniman, humoris, dan lain sebagainya. Bahkan menurut definisi yang
dibuatnya sendiri. Kesejahteraan merupakan tujuan dibentuknya negara, berbagai sistem
yang dibentuk untuk diterapkan dalam suatu negara. Salah satunya menggunakan sistem
demokrasi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pancasila?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemikiran Emha Ainun Nadjib tentang Pancasila?
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pancasila dalam Budaya Islam
Ingat Pancasila, ingat Idul Adha. Aneh. Otak langsung muluk ke langit. Nonton
pemuda kecil Ismail telentang di atas batu. Dengan senyum jernihnya ia menunggu
kilatan pedang Ibrahim bapaknya yang akan menyembelih lehernya. Lantas flying lagi
dan ketemu Nabi-Nabi lain yang juga penuh luka pengorbanan. Ketemu Imam Buchari
dan Imam Muslim, dua perawi masyhur yang sedang jalan- jalan santai dengan
seorang malaikat. Ketemu berbagai lanskap sejarah, yang silam dan yang membayang
di depan. Ketemu ahli-ahli penafsir Islam. Ketemu orang- orang yang tak kusangka
tak kuduga bisa masuk surga, sampai akhirnya tersadar kembali dari lamunan dan
terjerembab ke bumi.
Pancasila begitu Religius. Paling tidak untuk saya. Lebih religius,
daripada politis. Soalnya saya duluan tahu alif-bengkong dab wawu-kecambah
daripada a-b-c-d Latin. Duluan tahu kasidah shalawat Nabi dari pada lagu wajib “Dari
Sabang Sampai Merauke”. Jadi ketika Pak Guru Markilin di sekolah mengajari saya
perihal Pancasila, otak saya langsung mengidentifikasikannya dengan rukun Islam
yang juga lima. Ketuhanan Yang Maha Esa itu Syahadatain.
Sila kedua Muamalah ma’annas. Ketiga Uchuwah. Keempat
jelas: Musyawarah. Lha yang kelima, pasal keadilan itu, Zakat atau Qurban-lah tentu
Ini tak ada hubungannya dengan politik. Lokasi ‘desa kediaman’ saya amat
jauh dari Desa Politik. Ini gejala psikologis biasa saja. Kalau misalnya ada “Operasi
Sapu Lidi” yang khusus bertugas membersihkan penyelewengan ideologi negara
umpamanya, maka saya bukan orang yang patut ditangkap. Bahkan, identifikasi di
atas harus diartikan justru merupakan suatu jabaran realistis yang
mendukung kasektennya Pancasila. jangan khawatir. Atau sebaliknya, secara
kesejarahan Pancasila menetes antara lain dari wawu kecambah itu, di samping
Amitabha Buddha, Kristus Penebus Dosa, dst.
4
2. Pancasila di Langit biru menurut Cak Nun
Menurut Cak Nun, Pancasila itu hanyalah sebuah cincin kawin bagi
seorang suami isteri yang bernama manusia Indonesia dan negeri yang bernama
Indonesia. Sama halnya sebuah cincin kawin, maka benda ini tidak begitu penting
dibandingkan ikatan lahir batin antara suami dan isteri tersebut. Cincin kawin
hanyalah sebuah simbol ikatan, karenanya yang harus diperhatikan adalah
sejauhmana si suami ini cinta pada isteri lahir batin dan cinta itu diwujudkan dalam
sebuah “out come” yang nyata..Sialnya saat ini kita sibuk menyembah cincin kawin
tersebut dan meributkannya dalam berbagai konflik dalam bingkai “agama-
sekularisme”, namun lupa mengurus ikatan suami isteri tersebut agar menghasilkan
keluarga harmonis, dan berdampak bagi kesejahteraan lahir dan batin. Jelaslah tidak
ada masalah antara Pancasila dan Islam. Orang kalau sudah sampai tataran Islam
yang sejati, otomatis ia adalah seorang Pancasilais, meski ia tidak pernah ikut
penataran Pancasila (P4) atau masuk Lemhanas. Mengapa? Jawabnya sederhana
saja, yakni karena Islam mewadahi kelima sila tersebut. Inti ajaran Islam adalah
penyerahan total hanya kepada Allah SWT dalam melakukan segala tindakan
ibadahnya. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia? Ya jelas, Indonesia adalah
Bumi Allah. Kalau kita cinta Allah berarti harus cinta pula terhadap ciptaanNya,
apalagi manusia (Indonesia) sudah diperintahkan atau ditugaskan menjadi
khalifatullah. Dari titik ini maka jelas duduk masalahnya bahwa Indonesia harus
dirawat, disirami, dipupuk, dan dipanen untuk kesejahteraan bersama untuk
menunjukkan rasa terima kasih kita kepada yang memberi tanah “bocoran surga”
ini, yakni Sang Pencipta: Allah SWT. Setiap tanggal 1 Juni, diperingati sebagai
Hari Lahir Pancasila. Hanya masalahnya, yang hadir hanyalah keriuhan perdebatan,
seminar, workshop, dst, yang kesemuanya dibingkai dalam kemasan politis dan
tidak sampai kepada tataran perdebatan seorang khalifatullah. Para ahli, politisi,
ilmuwan, dst yang berdebat tentang Pancasila belum sampai kepada tataran
seorang Ulinnuha, Ulil Abshar, Ulil Albab, yang intinya mendasarkan kejernihan
berpikir, kejujuran menggunakan akal, serta hati nurani yang ikhlas. Maka yang
hadir hanyalah perdebatan “kusir”, atau perdebatan politis. Mereka tidak sampai
kepada pertanyaan, misalnya apakah Pancasila masih ditaati hingga kini? Dengan
mengkaji secara kritis tentu kita berharap agar setiap peringatan bukan hanya
seremonial belaka. Bangsa ini sudah pada titik nadir kemunduran karena ideologi
pembangunan tidak jelas. Tulisan ini mencoba memperkenalkan istilah radikalisasi
Pancasila agar ideologi ini menjadi sakti mandraguna. Istilah “Radikalisasi
Pancasila” pernah diucapkan almarhum Prof.Dr.Kuntowijoyo, karena beliau sangat
resah akibat Pancasila hanya dijadikan lip service, bahkan menjadi alat politik
untuk melanggengkan kekuasaan. Hasilnya, Pancasila “tidak operasional”, sehingga
5
bangsa Indonesia kehilangan arah. Pancasila memang “jimat sakti”, namun jimat itu
hanya disarungkan di pinggang dan tak pernah digunakan untuk “berkelahi”
terhadap korupsi, apalagi dijadikan sebagai ideologi yang mengarahkan
pembangunan nasional. Karenanya, jika Pancasila ingin tetap “sakti”, maka harus
ada “radikalisasi”. Istilah ini kata Kuntowijoyo menunjuk kepada upaya untuk
“mengaktifkan” sila-sila dalam Pancasila agar “operasional”, untuk menjadi dasar
negara, pedoman, filsafat, serta ideologi dan tercermin dalam perilaku keseharian
bangsa, terutama para elite politik.
Beberapa tahapan radikalisasi diantaranya, jadikan Pancasila benar-benar
sebagai : 1). Ideologi negara; 2). Salah satu sumber ilmu; 3). Laksanakan Pancasila
secara konsisten, koheren, dan koresponden; 4). Jadikan Pancasila sebagai pelayan
horizontal dan bukan vertikal; dan 5). Jadikan Pancasila sebagai kriteria kritik
kebijakan negara.Tentu saja tidak cukup ruang ini untuk menguraikan satu-persatu
hal tersebut. Karenanya akan diambil satu hal yang penting, yakni bagaimana
Pancasila mampu dijadikan ideologi yang “operasional” untuk menuntun etika dan
moralitas para politikus dan penyelenggara negara? Mengapa hanya mereka yang
dituntut? Sederhana saja, kalau rakyat tidak mungkin akan mengkhianati negara,
karena rakyat adalah pihak yang memberi amanah kepada mereka untuk
menyelenggarakan negara. Rakyat tidak memiliki kekuasaan, karena rakyat
menyerahkan kedaulatan kekuasaan kepada wakilnya dan memberi amanah kepada
penyelenggara negara. Karenanya pihak yang paling bertanggungjawab terhadap
hancurnya negara adalah para politikus dan penyelenggara negara. Indikatornya
jelas, negeri ini telah tergadai. Korupsi sudah menggurita dan bukan lagi sekadar
kasus. Kesejahteraan rakyat terus merosot. Lihat saja survai dari World Economic
Forum, CIA World Factbook, dan Transparency International (2011), Indeks
Pembangunan Manusia kita hanya peringkat 108 dari 178 negara yang disurvai.
Indeks pembangunan pendidikan hanya peringkat 65 dari 128 negara yang disurvai,
pengangguran peringkat 75 dari 237 negara yang disurvai, infrastruktur 82 (dari 139
negara), indeks daya saing 44 (139 negara), kesehatan dan pendidikan dasar 62
(dari 139 negara), dan yang menyedihkan, indeks persepsi korupsi 110 dari 178
negara yang disurvai. Dalam Pancasila ada sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, misalnya. Jika sila ini dipegang dan dijadikan dasar etika moral politikus
dan penyelenggara negara, maka korupsi tidak akan ada. Pemerintah yang memiliki
jiwa keadilan sosial, pasti tidak akan korupsi, karena korupsi menimbulkan
ketidakadilan, kemiskinan, dan kebangkrutan negara. Dengan bertindak koruptif,
berati juga tidak mengamalkan sila ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan. Dalam
perspektif Ricoeur (1990), etika politik itu mengandung tiga tuntutan, yakni : 1).
Upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain; 2). Upaya memperluas lingkup
kebebasan; dan 3). Membangun institusi-institusi yang adil. Jelas pula Pancasila
tidak kalah dengan pandangan Ricoeur ini, karena ketiga etika tersebut sudah
6
termuat dalam sila-sila pancasila. Bahkan etika politik yang didasarkan Pancasila,
tidak hanya menyangkut etika individu para politikus dan penyelenggara negara,
namun etika ini juga menyangkut tindakan kolektif. Untuk menunju etika kolektif
sudah pasti dibutuhkan pandangan dan aspirasi dari berbagai pihak. Ini artinya
demokratisasi akan berjalan baik jika didasarkan atas Pancasila.
Radikalisasi Pancasila juga akan membawa arah pembangunan nasional,
karena pada dasarnya tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
sudah termaktub di dalam Pembukaan UUD 45 yang merupakan penjabaran dari
roh Pancasila. Radikalisasi Pancasila akan semakin operasional jika diterapkan
dalam membangun institusi-institusi sosial. Harus dipahami, korupsi merajalela
karena institusi-institusi sosial kita rusak parah. Institusi sosial (misalnya birokrasi)
mendefinisikan hak dan kewajiban setiap warga negara. Jika institusi sosial tidak
sehat, maka ia akan menjadi sumber “keberuntungan” bagi pihak lain (baca :
penguasa, birokrat, politikus, pengusaha, dst), dan kemalangan bagi pihak lain
(baca: rakyat). Pembangunan institusi sosial akan berjalan baik jika ada visi dan
bukan hanya strategi saja. Meski terkesan “abstrak”, visi atau ideologi perlu
ditanamkan dalam benak penyelenggara negara karena akan menuntun arah dan
kebijakan mereka. Visi dan ideologi bagai mercusuar moral. Kapal yang berjalan
tanpa dipandu mercusuar, akan menabrak karang dan kandas. Demikian pula
“kapal” yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya,
radikalisasi Pancasila menjadi tuntutan yang tidak mungkin diabaikan jika ingin
agar arah kapal kita tetap kepada tujuannya dan tidak karam di tengah lautan luas.
Jika Pancasila dikebiri, ia hanya ada di langit biru, hanya di awang-awang, alias
tidak dilaksanakan sebagai ideologi negara. Sialnya, jangankan Pancasila, Allah dan
Rasulullah saja dinomorduakan.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila begitu Religius. Paling tidak untuk saya. Lebih religius,
daripada politis. Soalnya saya duluan tahu alif-bengkong dab wawu-kecambah
daripada a-b-c-d Latin. Duluan tahu kasidah shalawat Nabi dari pada lagu wajib
“Dari Sabang Sampai Merauke”. Jadi ketika Pak Guru Markilin di sekolah
mengajari saya perihal Pancasila, otak saya langsung mengidentifikasikannya
dengan rukun Islam yang juga lima. Ketuhanan Yang Maha Esa itu Syahadatain.
Sila kedua Muamalah ma’annas. Ketiga Uchuwah. Keempat jelas: Musyawarah.
Lha yang kelima, pasal keadilan itu, Zakat atau Qurban-lah tentu
Pancasila itu hanyalah sebuah cincin kawin bagi seorang suami isteri
yang bernama manusia Indonesia dan negeri yang bernama Indonesia. Sama
halnya sebuah cincin kawin, maka benda ini tidak begitu penting dibandingkan
ikatan lahir batin antara suami dan isteri tersebut. Cincin kawin hanyalah sebuah
simbol ikatan, karenanya yang harus diperhatikan adalah sejauhmana si suami ini
cinta pada isteri lahir batin dan cinta itu diwujudkan dalam sebuah “out come”
yang nyata..Sialnya saat ini kita sibuk menyembah cincin kawin tersebut dan
meributkannya dalam berbagai konflik dalam bingkai “agama-sekularisme”,
namun lupa mengurus ikatan suami isteri tersebut agar menghasilkan keluarga
harmonis, dan berdampak bagi kesejahteraan lahir dan batin
8
DAFTAR PUSTAKA
https://normantis.com/2017/05/31/esai-cak-nun-pancasila-ingat-pancasila-
ingat-idul-adha/
https://www.caknun.com/2012/pancasila-di-langit-biru/

More Related Content

Similar to Pendidikan pancasila agil

Implementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik Sosial
Implementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik SosialImplementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik Sosial
Implementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik Sosialmusniumar
 
Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial
Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial
Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial musniumar
 
Catatan hitam lima presiden indonesia
Catatan hitam lima presiden indonesiaCatatan hitam lima presiden indonesia
Catatan hitam lima presiden indonesiaFebby Utomo
 
Politik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptx
Politik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptxPolitik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptx
Politik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptxAdeWahyuJagoaannenkn
 
Gie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan MahasiswaGie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan MahasiswaRobby Angryawan
 
PERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docx
PERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docxPERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docx
PERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docxSatyaWati3
 
Fundamentallll
FundamentallllFundamentallll
FundamentallllFaw Zie
 
Politik islam dan masyarakat madani
Politik islam dan masyarakat madaniPolitik islam dan masyarakat madani
Politik islam dan masyarakat madaniAndi Undu
 
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. KartosuwiryoSejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. KartosuwiryoDewi_Sejarah
 
Pancasila dalam refleksi.pptx
Pancasila dalam refleksi.pptxPancasila dalam refleksi.pptx
Pancasila dalam refleksi.pptxNurhasanSalim
 
Makalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruMakalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruYuliana Aminulloh
 
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno Ilmu coro Lilies toro
 

Similar to Pendidikan pancasila agil (20)

Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Implementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik Sosial
Implementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik SosialImplementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik Sosial
Implementasi Nilai-nilai Pancasila dan Pemecahan Konflik Sosial
 
Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial
Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial
Musni Umar: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Pemecahan Konfflik Sosial
 
Catatan hitam lima presiden indonesia
Catatan hitam lima presiden indonesiaCatatan hitam lima presiden indonesia
Catatan hitam lima presiden indonesia
 
Politik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptx
Politik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptxPolitik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptx
Politik Islam dalam Pemikiran Mohammad Natsir.pptx
 
Pend.pancasila agil
Pend.pancasila agilPend.pancasila agil
Pend.pancasila agil
 
Gie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan MahasiswaGie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
Gie, Dalam Panggung Pergerakan Mahasiswa
 
Liberalisme
LiberalismeLiberalisme
Liberalisme
 
Liberalisme
LiberalismeLiberalisme
Liberalisme
 
PERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docx
PERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docxPERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docx
PERANG BARATA YUDHA ISLAM VS NON ISLAM. docx
 
Fundamentallll
FundamentallllFundamentallll
Fundamentallll
 
Politik islam dan masyarakat madani
Politik islam dan masyarakat madaniPolitik islam dan masyarakat madani
Politik islam dan masyarakat madani
 
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. KartosuwiryoSejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
 
Syarikat islam
Syarikat islamSyarikat islam
Syarikat islam
 
Cbr pancasila
Cbr pancasilaCbr pancasila
Cbr pancasila
 
Mat sabu
Mat sabuMat sabu
Mat sabu
 
Pancasila dalam refleksi.pptx
Pancasila dalam refleksi.pptxPancasila dalam refleksi.pptx
Pancasila dalam refleksi.pptx
 
Makalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruMakalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baru
 
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN.pdf
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN.pdfTOKOH-TOKOH PENDIDIKAN.pdf
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN.pdf
 
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
 

More from fazabih kurniansyah (10)

Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]
 
2017 d mohammad_fazabih_k[2]
2017 d mohammad_fazabih_k[2]2017 d mohammad_fazabih_k[2]
2017 d mohammad_fazabih_k[2]
 
Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]
 
Ppt alfaza 17060484163[1]
Ppt alfaza 17060484163[1]Ppt alfaza 17060484163[1]
Ppt alfaza 17060484163[1]
 
Pend pancasila imam
Pend pancasila imamPend pancasila imam
Pend pancasila imam
 
2017 d kurnia sandhi dwi p
2017 d kurnia sandhi dwi p2017 d kurnia sandhi dwi p
2017 d kurnia sandhi dwi p
 
Imam ppt
Imam  pptImam  ppt
Imam ppt
 
2017 d m.amirul_baharudi
2017 d m.amirul_baharudi2017 d m.amirul_baharudi
2017 d m.amirul_baharudi
 
2017 d mohammad fazabih k
2017 d mohammad fazabih k2017 d mohammad fazabih k
2017 d mohammad fazabih k
 
2017 d muhammad naufal khalissyarif
2017 d muhammad naufal khalissyarif2017 d muhammad naufal khalissyarif
2017 d muhammad naufal khalissyarif
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Pendidikan pancasila agil

  • 1. i PEMIKIRAN EMHA AINUN NADJIB TENTANG PANCASILA NAMA :AHMAD AGIL ILHAMSYAH NIM : 17060484162 KELAS : IKOR 2017D UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI PRODI S-1 ILMU KEOLAHRGAAN
  • 2. ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii KATA PENGANTAR …………………………………………………………… iii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 LatarBelakang …………………………………………………………… 1 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2 Tujuan ............................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ........... ……………………………………………………. 3 A. Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pancasila dalam Budaya Islam............... 3 B. Pancasila di Langit biru menurut Cak Nun................................................ ......... 5 BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 7 Kesimpulan …………………………………………………………….. 7 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......... 8
  • 3. iii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Karya Tulis ini dengan tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang Pemikiran Emha Ainun Nadjib tentang Pancasila Kami berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita. Surabaya, 20 Februari 2018 Penyusun Ahmad Agil I 17060484138
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, hampir orang tidak bisa membedakan antara politik dan kekuasaan. Politik dan korupsi (uang), politik dan kebohongan, politik dan intervensi. Hal ini disebabkan oleh proses pembodohan politik yang selama ini terjadi pada masyarakat. Politik tidak lagi dilihat sebagai sarana untuk mewujudkan kebaikan bersama, namun lebih dari itu sebagai usaha untuk meraih “kekuasaan” dengan jalan mengintervensi dan memanipulasi. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya, ketika membahas masalah kekuasaan biasanya selalu dikaitkan dengan masalah ideologi dan politik. Masyarakat yang kurang terdidik secara politik, telah menyebabkan mereka cenderung pasif dan mudah dimobilisasi untuk kepentingan pribadi/jabatan oleh para elite politik. Akibatnya terjadi disintegrasi lokal, dimana antar kelompok masyarakat, dan antar massa pendukung pasangan/calon tertentu saling sikut-menyikut, karena beda pilihan politik (perbedaan pilihan politik tidaklah dianggap lumrah). Lebih dari itu, mereka juga tidak bisa ikut mempengaruhi secara signifikan proses pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan kehidupan mereka. Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik yang otonom dari warga negara. Indonesia salah satu negara demokrasi yang telah berusia 70 tahun, dan sudah beberapa kali mengalami pergantian presiden, masing-masing presiden mempunyai pemikiran yang khas untuk diterapkan pada masa pemerintahanya. Tidak semua pemikiran yang diterapkan masa pemerintahanya mendapat pandangan yang positif di mata rakyat. Misalnya saja pada masa pemerintahan presiden Soeharto, pada umumnya menyebut masa pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Dengan sistem pemerintahan yang otoriter tersebut Soeharto mampu berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa tidak jarang orang menentang atas kebijakan yang diterapkan. Berbeda-beda pula jalan yang ditempuh untuk mengkritik sebuah kebijakan yang diterapkan oleh sistem pemerintahan pada saat itu. Misalnya saja seorang budayawan, yang juga sebagai kolumnis karena sering menulis di media- media masa pada saat itu. Sebut saja Emha Ainun Nadjib yang aktif menulis di berbagai surat kabar, baik inisiatif
  • 5. 2 sendiri maupun permintaan langsung dari media yang akan memuat tulisanya. Misalnya dalam buku Slilit Sang Kiai yang merupakan kumpulan tulisan-tulisan beliau dan dihimpun menjadi sebuah buku. Dalam buku tersebut beliau menyinggung sebuah kebijakan pemerintah yang menurutnya menghilangkan identitas pribadi atau keaslian, dengan kata lain menyembunyikan tujuan sebenarnya dalam kebijakan pemerintah tersebut. Emha merupakan sosok yang bisa dikatakan misterius dalam dunia perpolitikan Indonesia. Karena selain menentang kebijakan pemerintahan Orde Baru yang tidak tepat, beliau juga salah satu tokoh yang diundang oleh presiden Soeharto untuk menemaninya di saat akan lengser atau dipaksa turun dari kursi kepresidenannya. Mungkin karena aktifitas Emha yang tidak hanya menguasai satu bidang tertentu saja, perhatianya terhadap permasalahan sangat kompleks dan luas, meliputi bidang-bidang sosial, ekonomi, budaya, seni, politik, organisasi sosial, agama, serta berbagai problem kehidupan masyarakat. Mungkin karena itu beliau dipercaya oleh presiden soeharto untuk ikut serta mengantarkan dari masa yang saat ini disebut otoriter menuju masa reformasi 1998. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Ian L. Betts tentang Jalan Sunyi Emha, dia menyebutkan bahwa Emha Ainun Nadjib dikenal karena kreativitasnya yang fenomenal seringkali tercermin dari banyaknya orang yang mendefinisikan mengenai dia, ada yang mengenalnya sebagai sastrawan, pekerja dan aktivis sosial, kolumnis, pembicara dalam seminar, kiai, seniman, humoris, dan lain sebagainya. Bahkan menurut definisi yang dibuatnya sendiri. Kesejahteraan merupakan tujuan dibentuknya negara, berbagai sistem yang dibentuk untuk diterapkan dalam suatu negara. Salah satunya menggunakan sistem demokrasi. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pancasila? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pemikiran Emha Ainun Nadjib tentang Pancasila?
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN 1. Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pancasila dalam Budaya Islam Ingat Pancasila, ingat Idul Adha. Aneh. Otak langsung muluk ke langit. Nonton pemuda kecil Ismail telentang di atas batu. Dengan senyum jernihnya ia menunggu kilatan pedang Ibrahim bapaknya yang akan menyembelih lehernya. Lantas flying lagi dan ketemu Nabi-Nabi lain yang juga penuh luka pengorbanan. Ketemu Imam Buchari dan Imam Muslim, dua perawi masyhur yang sedang jalan- jalan santai dengan seorang malaikat. Ketemu berbagai lanskap sejarah, yang silam dan yang membayang di depan. Ketemu ahli-ahli penafsir Islam. Ketemu orang- orang yang tak kusangka tak kuduga bisa masuk surga, sampai akhirnya tersadar kembali dari lamunan dan terjerembab ke bumi. Pancasila begitu Religius. Paling tidak untuk saya. Lebih religius, daripada politis. Soalnya saya duluan tahu alif-bengkong dab wawu-kecambah daripada a-b-c-d Latin. Duluan tahu kasidah shalawat Nabi dari pada lagu wajib “Dari Sabang Sampai Merauke”. Jadi ketika Pak Guru Markilin di sekolah mengajari saya perihal Pancasila, otak saya langsung mengidentifikasikannya dengan rukun Islam yang juga lima. Ketuhanan Yang Maha Esa itu Syahadatain. Sila kedua Muamalah ma’annas. Ketiga Uchuwah. Keempat jelas: Musyawarah. Lha yang kelima, pasal keadilan itu, Zakat atau Qurban-lah tentu Ini tak ada hubungannya dengan politik. Lokasi ‘desa kediaman’ saya amat jauh dari Desa Politik. Ini gejala psikologis biasa saja. Kalau misalnya ada “Operasi Sapu Lidi” yang khusus bertugas membersihkan penyelewengan ideologi negara umpamanya, maka saya bukan orang yang patut ditangkap. Bahkan, identifikasi di atas harus diartikan justru merupakan suatu jabaran realistis yang mendukung kasektennya Pancasila. jangan khawatir. Atau sebaliknya, secara kesejarahan Pancasila menetes antara lain dari wawu kecambah itu, di samping Amitabha Buddha, Kristus Penebus Dosa, dst.
  • 7. 4 2. Pancasila di Langit biru menurut Cak Nun Menurut Cak Nun, Pancasila itu hanyalah sebuah cincin kawin bagi seorang suami isteri yang bernama manusia Indonesia dan negeri yang bernama Indonesia. Sama halnya sebuah cincin kawin, maka benda ini tidak begitu penting dibandingkan ikatan lahir batin antara suami dan isteri tersebut. Cincin kawin hanyalah sebuah simbol ikatan, karenanya yang harus diperhatikan adalah sejauhmana si suami ini cinta pada isteri lahir batin dan cinta itu diwujudkan dalam sebuah “out come” yang nyata..Sialnya saat ini kita sibuk menyembah cincin kawin tersebut dan meributkannya dalam berbagai konflik dalam bingkai “agama- sekularisme”, namun lupa mengurus ikatan suami isteri tersebut agar menghasilkan keluarga harmonis, dan berdampak bagi kesejahteraan lahir dan batin. Jelaslah tidak ada masalah antara Pancasila dan Islam. Orang kalau sudah sampai tataran Islam yang sejati, otomatis ia adalah seorang Pancasilais, meski ia tidak pernah ikut penataran Pancasila (P4) atau masuk Lemhanas. Mengapa? Jawabnya sederhana saja, yakni karena Islam mewadahi kelima sila tersebut. Inti ajaran Islam adalah penyerahan total hanya kepada Allah SWT dalam melakukan segala tindakan ibadahnya. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia? Ya jelas, Indonesia adalah Bumi Allah. Kalau kita cinta Allah berarti harus cinta pula terhadap ciptaanNya, apalagi manusia (Indonesia) sudah diperintahkan atau ditugaskan menjadi khalifatullah. Dari titik ini maka jelas duduk masalahnya bahwa Indonesia harus dirawat, disirami, dipupuk, dan dipanen untuk kesejahteraan bersama untuk menunjukkan rasa terima kasih kita kepada yang memberi tanah “bocoran surga” ini, yakni Sang Pencipta: Allah SWT. Setiap tanggal 1 Juni, diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Hanya masalahnya, yang hadir hanyalah keriuhan perdebatan, seminar, workshop, dst, yang kesemuanya dibingkai dalam kemasan politis dan tidak sampai kepada tataran perdebatan seorang khalifatullah. Para ahli, politisi, ilmuwan, dst yang berdebat tentang Pancasila belum sampai kepada tataran seorang Ulinnuha, Ulil Abshar, Ulil Albab, yang intinya mendasarkan kejernihan berpikir, kejujuran menggunakan akal, serta hati nurani yang ikhlas. Maka yang hadir hanyalah perdebatan “kusir”, atau perdebatan politis. Mereka tidak sampai kepada pertanyaan, misalnya apakah Pancasila masih ditaati hingga kini? Dengan mengkaji secara kritis tentu kita berharap agar setiap peringatan bukan hanya seremonial belaka. Bangsa ini sudah pada titik nadir kemunduran karena ideologi pembangunan tidak jelas. Tulisan ini mencoba memperkenalkan istilah radikalisasi Pancasila agar ideologi ini menjadi sakti mandraguna. Istilah “Radikalisasi Pancasila” pernah diucapkan almarhum Prof.Dr.Kuntowijoyo, karena beliau sangat resah akibat Pancasila hanya dijadikan lip service, bahkan menjadi alat politik untuk melanggengkan kekuasaan. Hasilnya, Pancasila “tidak operasional”, sehingga
  • 8. 5 bangsa Indonesia kehilangan arah. Pancasila memang “jimat sakti”, namun jimat itu hanya disarungkan di pinggang dan tak pernah digunakan untuk “berkelahi” terhadap korupsi, apalagi dijadikan sebagai ideologi yang mengarahkan pembangunan nasional. Karenanya, jika Pancasila ingin tetap “sakti”, maka harus ada “radikalisasi”. Istilah ini kata Kuntowijoyo menunjuk kepada upaya untuk “mengaktifkan” sila-sila dalam Pancasila agar “operasional”, untuk menjadi dasar negara, pedoman, filsafat, serta ideologi dan tercermin dalam perilaku keseharian bangsa, terutama para elite politik. Beberapa tahapan radikalisasi diantaranya, jadikan Pancasila benar-benar sebagai : 1). Ideologi negara; 2). Salah satu sumber ilmu; 3). Laksanakan Pancasila secara konsisten, koheren, dan koresponden; 4). Jadikan Pancasila sebagai pelayan horizontal dan bukan vertikal; dan 5). Jadikan Pancasila sebagai kriteria kritik kebijakan negara.Tentu saja tidak cukup ruang ini untuk menguraikan satu-persatu hal tersebut. Karenanya akan diambil satu hal yang penting, yakni bagaimana Pancasila mampu dijadikan ideologi yang “operasional” untuk menuntun etika dan moralitas para politikus dan penyelenggara negara? Mengapa hanya mereka yang dituntut? Sederhana saja, kalau rakyat tidak mungkin akan mengkhianati negara, karena rakyat adalah pihak yang memberi amanah kepada mereka untuk menyelenggarakan negara. Rakyat tidak memiliki kekuasaan, karena rakyat menyerahkan kedaulatan kekuasaan kepada wakilnya dan memberi amanah kepada penyelenggara negara. Karenanya pihak yang paling bertanggungjawab terhadap hancurnya negara adalah para politikus dan penyelenggara negara. Indikatornya jelas, negeri ini telah tergadai. Korupsi sudah menggurita dan bukan lagi sekadar kasus. Kesejahteraan rakyat terus merosot. Lihat saja survai dari World Economic Forum, CIA World Factbook, dan Transparency International (2011), Indeks Pembangunan Manusia kita hanya peringkat 108 dari 178 negara yang disurvai. Indeks pembangunan pendidikan hanya peringkat 65 dari 128 negara yang disurvai, pengangguran peringkat 75 dari 237 negara yang disurvai, infrastruktur 82 (dari 139 negara), indeks daya saing 44 (139 negara), kesehatan dan pendidikan dasar 62 (dari 139 negara), dan yang menyedihkan, indeks persepsi korupsi 110 dari 178 negara yang disurvai. Dalam Pancasila ada sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, misalnya. Jika sila ini dipegang dan dijadikan dasar etika moral politikus dan penyelenggara negara, maka korupsi tidak akan ada. Pemerintah yang memiliki jiwa keadilan sosial, pasti tidak akan korupsi, karena korupsi menimbulkan ketidakadilan, kemiskinan, dan kebangkrutan negara. Dengan bertindak koruptif, berati juga tidak mengamalkan sila ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan. Dalam perspektif Ricoeur (1990), etika politik itu mengandung tiga tuntutan, yakni : 1). Upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain; 2). Upaya memperluas lingkup kebebasan; dan 3). Membangun institusi-institusi yang adil. Jelas pula Pancasila tidak kalah dengan pandangan Ricoeur ini, karena ketiga etika tersebut sudah
  • 9. 6 termuat dalam sila-sila pancasila. Bahkan etika politik yang didasarkan Pancasila, tidak hanya menyangkut etika individu para politikus dan penyelenggara negara, namun etika ini juga menyangkut tindakan kolektif. Untuk menunju etika kolektif sudah pasti dibutuhkan pandangan dan aspirasi dari berbagai pihak. Ini artinya demokratisasi akan berjalan baik jika didasarkan atas Pancasila. Radikalisasi Pancasila juga akan membawa arah pembangunan nasional, karena pada dasarnya tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah termaktub di dalam Pembukaan UUD 45 yang merupakan penjabaran dari roh Pancasila. Radikalisasi Pancasila akan semakin operasional jika diterapkan dalam membangun institusi-institusi sosial. Harus dipahami, korupsi merajalela karena institusi-institusi sosial kita rusak parah. Institusi sosial (misalnya birokrasi) mendefinisikan hak dan kewajiban setiap warga negara. Jika institusi sosial tidak sehat, maka ia akan menjadi sumber “keberuntungan” bagi pihak lain (baca : penguasa, birokrat, politikus, pengusaha, dst), dan kemalangan bagi pihak lain (baca: rakyat). Pembangunan institusi sosial akan berjalan baik jika ada visi dan bukan hanya strategi saja. Meski terkesan “abstrak”, visi atau ideologi perlu ditanamkan dalam benak penyelenggara negara karena akan menuntun arah dan kebijakan mereka. Visi dan ideologi bagai mercusuar moral. Kapal yang berjalan tanpa dipandu mercusuar, akan menabrak karang dan kandas. Demikian pula “kapal” yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya, radikalisasi Pancasila menjadi tuntutan yang tidak mungkin diabaikan jika ingin agar arah kapal kita tetap kepada tujuannya dan tidak karam di tengah lautan luas. Jika Pancasila dikebiri, ia hanya ada di langit biru, hanya di awang-awang, alias tidak dilaksanakan sebagai ideologi negara. Sialnya, jangankan Pancasila, Allah dan Rasulullah saja dinomorduakan.
  • 10. 7 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pancasila begitu Religius. Paling tidak untuk saya. Lebih religius, daripada politis. Soalnya saya duluan tahu alif-bengkong dab wawu-kecambah daripada a-b-c-d Latin. Duluan tahu kasidah shalawat Nabi dari pada lagu wajib “Dari Sabang Sampai Merauke”. Jadi ketika Pak Guru Markilin di sekolah mengajari saya perihal Pancasila, otak saya langsung mengidentifikasikannya dengan rukun Islam yang juga lima. Ketuhanan Yang Maha Esa itu Syahadatain. Sila kedua Muamalah ma’annas. Ketiga Uchuwah. Keempat jelas: Musyawarah. Lha yang kelima, pasal keadilan itu, Zakat atau Qurban-lah tentu Pancasila itu hanyalah sebuah cincin kawin bagi seorang suami isteri yang bernama manusia Indonesia dan negeri yang bernama Indonesia. Sama halnya sebuah cincin kawin, maka benda ini tidak begitu penting dibandingkan ikatan lahir batin antara suami dan isteri tersebut. Cincin kawin hanyalah sebuah simbol ikatan, karenanya yang harus diperhatikan adalah sejauhmana si suami ini cinta pada isteri lahir batin dan cinta itu diwujudkan dalam sebuah “out come” yang nyata..Sialnya saat ini kita sibuk menyembah cincin kawin tersebut dan meributkannya dalam berbagai konflik dalam bingkai “agama-sekularisme”, namun lupa mengurus ikatan suami isteri tersebut agar menghasilkan keluarga harmonis, dan berdampak bagi kesejahteraan lahir dan batin