Dokumen tersebut merupakan kata pengantar dari sebuah makalah yang membahas tentang pemikiran Muhammad Natsir. Muhammad Natsir adalah seorang tokoh Islam Indonesia yang berperan besar dalam bidang politik dan pendidikan. Makalah ini akan menjelaskan biografi, karya-karya, dan pemikirannya Muhammad Natsir.
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
PEMIKIRAN NATSIR
1. Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, dan hidayah dan serta inayah–Nya. Selawat serta salam tak
luput kita persembahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah merubah
pola pikir umat dari segala dimensi kejahiliyahan.
Berawal dari itu, dalam penulis ini terutama sekali. Penulis ucapkan kepada
sang tokoh besar di Indonesia yang sangat berpengaruh, baik dalam bidang politik
mau pun dalam pendidikan, beliau adalah Muhammad Natsir, sebagai pembaharu
Islam di Indonesia, berbagai belahan negara telah mengambil pemikiran beliau
sebagai pedoman di kalangan akedemisi, berbagai sektor beliau kembangan
sebagai reformasi perubahan negara Indonesia ke arah yang lebih maju dan
berkembang, terutama mengenai perkembangan politik beliau yang sangat
berilian.
Timbul inisiatif dari penulis untuk menulis sebuah makalah yang berjudul
“Pemikiran Muhammad Natsir”. Jadi dengan makalah ini insya Allah, sebagai
akademisi tak pernah pudar dengan jasa-jasa beliau yang sangat serius dengan
pengembangan Ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Sebelum membahas
makalah ini, penulis sangat mengharap kerja samanya, yang sifatnya membangun
dan secara ilmiah. Agar makalah ini disusun dengan sempurna dan bisa dijadikan
sebagi rujukan pemakalah lainnya di kemudian hari.
Oleh karenanya, pemakalah mengucapkan ribuan terima kasih yang tak
terhingga, teutama kepada Bapak DR. H. Hasan Basri, MA, sebagai Pengasuh
Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesa. Serta kepada saudara/i
yang yeng menjadi audien dalam kajian ilmiah ini.
1
2. Daftar Isi.....................................................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................................
Pendahuluan ...............................................................................................................
A. Biografi Muhammad Natsir ...........................................................................
1. Kalahirannya ............................................................................................
2. Pendidikannya ..........................................................................................
3. Ketokohannya ..........................................................................................
B. Karya-Karya Muhammad Natsir ....................................................................
C. Peran Sosial dan Keagamaan dan Budaya .....................................................
D. Corak Pemikiran Muhammad Natsir .............................................................
E. Daftar Pustaka ................................................................................................
2
3. BAB I
PEDAHULUAN
3
A. Biografi Muhammad Natsir
1. Kelahirannya
Muhammad Natsir adalah pribadi yang penuh pesona. Ia ibarat mata air
yang tak pernah kering meskipun kemarau datang berkepanjangan. Sejak ia muda,
bersekolah di Bandung dan terlibat dalam berbagai polemik intelektual di bidang
keagamaan dan politik, ia selalu menjadi fokus perhatian orang.1 Muhammad
Natsir lahir pada tanggal 17 Juli 1908 di Kampung Jambatan, Alahan Panjang,
Padang, Sumatera Barat, dan wafat di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1993.2
Ayahnya, Sutan Saripado adalah seorang pegawai pemerintahan di sana, ibunya,
Khadijah adalah ibu rumah tangga yang bijaksana, dan kakeknya adalah seorang
ulama.
Ketika kecil, Natsir belajar di Holland Inlandse School (HIS) Solok serta di
sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-
1927 Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO), dan kemudian melanjutkan ke Algemene Middelbare Schol
(AMS) Bandung hingga tamat pada tahun 1930. Di Bandung, Natsir berinteraksi
dengan para aktivis pergerakan nasional antara lain Syafruddin Prawiranegara,
Mohammad Roem dan Sutan Syahrir.3
1 Abdullah Qodim Zallum, Pemikiran Politik Islam, (Bangil : Al-Izzah, 2001),
hal., 5-10.
2 Mohammad Natsir (b), World Of Islam Festival dalam perspektif sejarah,(
Jakarta: Yayasan Idayu, 1976). hal., 51.
3 Wikipedia, Mohammad Natsir, (Online), (www.wikipedia.com), diakses 19
Februari 2007.
4. Karakter Muhammad Natsir yang menonjol menjadikannya berperan dalam
kegiatan-kegiatan besar seperti ketua Jong Islamieten Bond di Bandung, Menteri
Penerangan, Perdana Menteri, dan Ketua Partai Masyumi. Kapasitasnya tidak
hanya diakui di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Pada tahun 1980
Muhammad Natsir dianugerahi penghargaan oleh King Faisal atas pengabdiannya
pada Islam.4 Selain itu atas segala jasa dan kegiatannya pada tahun 1957
Muhammad Natsir memperoleh bintang kehormatan dari Republik Tunisia untuk
perjuangannya membantu kemerdekaan negara-negara Islam di Afrika Utara.5
4
2. Ketokohannya
Kiprah Natsir sebagai seorang tokoh intelektual, politikus, pemimpin negara
maupun tokoh dunia Islam yang terkemuka di abad ini tak pernah selesai menjadi
buah pembicaraan. Padahal dari segi asal-usul dan fisiknya, Natsir hanyalah orang
biasa, dengan temperamen yang lemah lembut, bicara penuh sopan santun, dan
kadang-kadang gemar bercanda dengan siapa saja yang menjadi teman bicaranya.
Namun dibalik temperamennya yang lemah lembut dan mudah tersenyum
itu, sosok pribadi Natsir ialah ibarat batu karang yang kokoh. Ia termasuk seorang
yang teguh memegang prinsip, walau dalam berhubungan dengan orang-orang
lain, ia terkesan terbuka dan malahan cenderung kompromistik, sejauh
kemungkinan kompromi-kompromi itu memang dapat dicapai tanpa
mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakininya.6
B. Karya-Karyanya
Sumber-sumber kepustakaan primer yang penulis temukan dalam penelitian
kepustakaan dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
Pertama, buku-buku atau naskah keislaman yang meliputi buku-buku atau
naskah-naskah berikut :
4 Abu Ghazali, Pimpinan Umat Islam Sedunia, dalam Hakim, Pemimpin pulang,
(Jakarta: Media Dakwah, Maret 1993), hlm 11.
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad Nasir, tgl 28 Februari 2008.
5. 1. Islam sebagai ideologi, isi pokoknya mengenai kedudukan ajaran Islam
sebagai petunjuk bagi manusia (jakarta; Pustaka aida, 1951).
2. Some observation, Conserning Tha tule of Islam in National and
International affair. Isi pokoknya hasil pengamatan Muhammad Natsir
tentang kesungguhan umat Islam dalam menegakkan ajaran Islam dengan
segala aplikasinya. Baik dalam segala nasional maupun internasional.
3. Islam dan akal merdeka. Fokus kajiaanya tentang Islam sebagai motivasi
pendayagunaan sebagai anugrah dari tuhan untuk dimanfaatkan secara
positif. ( Jakarta: Hudaya, 1970).
4. Islam dan kristen di Indonesia, buku ini mengungkapkan ajaran Islam dan
umat Islam dalam menghadapi ajaran kristen berikut-berikutnya (Jakarta;
Bulan Bintang 1969),
5. Asas keyakinan agama kami. Buku ini mengupas tentang sikap umat Islam
tentang ajaran Islam sebagi tolak ukur bagi kehidupannya. (DDII, 1984).
6. Mempersatukan Umat Islam. Isi pokoknya adalah upaya-upaya
mempersatukan saudara sesama muslim dan iman sebagi dasar persatuan.
(Jakarta: Samudra 1983).
7. Kebudayaan Islam dalam Perspektif sejarah. Pokok pembahasannya tentang
pengaruh peradaban Timur dan Barat dalam segala visinya dalam
pembentukan peradaban manusia. ( t.t.p. Giri Mukti Pasaka. 1988).
Sekilas tentang Karya Mohamad Najib Salah satu karya dari Mohamad Najib
adalah buku yang berjudul "Pergolakan Politik Umat Islam dalam Kemunculan
Hadis Maudhu". Buku ini diedit oleh Maman Abd. Djaliel dan dicetak pertama
kali pada April 2001 atau Muharram 1422 oleh CV. Pustaka Setia. Sifat dari buku
ini adalah buku daras yang ditunjukkan kepada mahasisiwa IAIN, STAIN, PTAIS
dan umum untuk program S1 dan S2, sedangkan untuk S3 tidak dianggap sebagai
konsumen buku ini.
Buku ini diberi "Kata Sambutan" oleh DR. H. A. Hidayat, Direktur Program
Pascasarjana IAIN Sunan Gunung D jati Bandung. Menurutnya, buku ini
merupakan salah satu bahan kajian tentang studi periwayatan hadis yang
menekankan pada kajian atas peran - peran pergolakan politik dalam
pembentukan corak dan materi hadis – hadis maudhu. Selanjutnya, ia mengatakan
bahwa buk u ini menekankan informasi tentang hubungan antara politik dengan
hadis-hadis maudhu Karena fokusnya mencari korelasi antara politik dan hadis
5
6. maudhu , maka tentunya hadis-hadis maudhu yang tertangkap dalam buku ini
lebih spesifik mengungkap hadis-hadis maudhu yang berkaitan dengan politik.
Dari buku karya-karya Muhammad Natsir tersebut masih banyak lagi karya-karya
yang lain yang tidak disebutkan dalam makalah ini.
C. Peran pendidikan, Sosial-Keagamaan dan Pengaruhnya
Bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun, tokoh seperti Muhammad
Natsir dengan pemikiran dakwah Islamnya sangat di perlukan, karenanya dengan
mengtahui pemikiran itu, diharapkan dakwah Islam akan berjalan lebih terarah,
dan dapat memberikan motivasi pada generasi berikutnya untuk berkiprah lebih
tekun dalam dakwah Islam pada berbagai kehidupan umat. Tanpa hal tersebut,
semangat membangun bangsa dari segi spiritual menjadi lemah, sementara itu
generasi berikutnya kehilangan jejak dalam berdakwah. Akhirnya, kelanjutan
dakwah berpijak pada pemikiran yang tidak jelas arah dan tujuannya, sehingga
amar ma’ruf nahi mungkar tidak berfungsi sebagai kekuatan pengendali dan
motivasi. Di saat itulah, akan timbul berbagai kenyataan sosial yang mengerikan
dan memperhatinkan umat Islam.
Salah satu solusi yang paling tepat menurut penulis, adalah mengungkapkan
kembali konsep dan isi dakwah Islam Muhammad Natsir, kemudian menganalisa
dengan sedikit modifikasi sesuai dengan perubahan zaman. Bukan satu hal yang
mustahil, bahwa dakwah Islam yang terus digerakkan dengan konsep pemikiran
yang terarah, akan turut memperkecil kemungkaran. Dengan demikian cita-cita
menuju pembentukan kehidupan umat yang berbahagia, sejahtera, dan aman dapat
dijangkau. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran, 104:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
Artinnya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.”
6
7. Muhammad Natsir adalah pemimpin umat.7 Sekaligus warga negara, yang
dalam pengabdiannya terhadap bangsa dan negara, dan agama, selalu memberikan
andil nyata melalu gerakan dakwah Islam. Keberadaan Muhammad Natsir sebagai
dai tidaklah diragukan lagi, kebanyakan orang mengakuinya sebagai orang besar
Indonesia. Kepercayaan orang terhadap Muhammad Natsir ini semakin kuat
ketika ia mendirikan dan memegang Dakwah Islamiyah di Indonesia (DDII).
Muhammad Natsir dengan konsep dakwahnya telah memberikan posisi dakwah
Islam sebagai hal yang sangat penting. Disebut demikian, karena dakwah Islam,
menurut beliau akan ikut menentukan jatuh bangunnya suatu masyarakat dalam
suatu bangsa.
Selain bidang dakwah (tablig), persis juga menjadikan pendidikan sebagai
salah satu sarana dan wahana bagi tercapainya persis. Pada tahun 1930 di
Bandung diselenggarakan pertemuan antara persis dengan tokoh umat Islam yang
menaruh perhatian terhadap pendidikan generasi muda Islam. Pertemuan tersebut
telah menghasilkan satu keputusan, untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan
Islam, berusaha memadukan dan mengembangkan pelajaran dan pengetahuan
modern dengan pendidikan dan pelajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya.
Adapun program yang disetujui dalam pertemuan tersebut, adalah sebagai
7
berikut :
1. Memenuhi pelajaran bagi generasi muda mengingat mereka haus
sekalu terhadap pengetahuan modern dan sesuai pula dengan
penghematan pemerintah dalam pendidikan.
2. Mengatur pendidikan dan pengajaran generasi muda dengan
berdasarkan kepada jiwa Islam, dan mempraktikkannya secara lebih
rapi.
3. Mengatur dan menjaga pendidikan generasi muda agar mereka tidak
bergantung kepada gaji dan honor setelah keluar dari sekolah dan
dapat bekerja dan percaya kepada kemampuan sendiri.
7 Kunto Wijoyo, “Tjoko, M. Nasir, dan Habibie, Sebuah Artikel yang Dimuat
dalam Majalah Ummat, No. 9 Tahun I/30 oktober 1995, hlm. 35.
8. Muhammad Natsir, tampaknya sangat tanggap terhadap masalah-masalah
sosial kemasyarakatan, termasuk masalah pendidikan pada lembaga pasantren dan
madrasah-madrasah. Sikap tanggapnya ini kemudian diantisipasi dengan konsep
atau pemikiran-pemikiran sekaligus keterlibatanya dalam pendidikan sebagai
pengelola dan pendidik.
Kekhususan untuk pasantren yang dilaksanakan oleh persis, Muhammad
Natsir memang sebagai pengurus, pengelola, dan juga sebagai pendidik, hal
tersebut ditulis oleh Syafig A. Mughi, yang isinya;
“Di samping itu, didirikan lembaga pendidikan berupa pasantren yang diberi
nama “Pasantren Persatuan Islam”, di Bandung bulan Maret 1936, sebagai hasil
pertemuan di masjid persatuan Islam jalan pangeran Sumedang Bandung.
Pengurus dan guru-gurunya terdiri atas orang-orang yang sukarela mengorbankan
waktu dan tenaganya untuk pasantren mereka itu, antara lain, R. Abdul Kadir
(alumnus sekolah teknik Bandung) yang mengajar dalam bidang teknik,
Muhammad Natsir yang mengajar ilmu pendidikan sekaligus sebagai penasehat,
serta Hassan yang merangkap sebagai kepala pasantren.8
8
D. Pemikirannya
Keberadaan Muhammad Natsir dalam masyumi telah membawa nuansa
baru bagi perjuangan umat Islam Indonesia terhadap kepentingan agama, politik,
ekonomi, dan sosial karena masyumi merupakan organisasi kesatuan, maka
anggota-anggotanya memiliki bermacam-macam pandangan keagamaan, politik,
ekonomi dan sosial. Masyumi bentukan Jepang sudah barang tentu mempunyai
tujuan politis yang menguntungkan pihak Jepang, yaitu mempersatukaan semua
perserikatan atau organisasi yang diakui oleh Jepang. Sekaligus juga
mempersatukan para kiai dan ulama Indonesia dalam partai tersebut, agar semua
potensi umat Islam itu ikut melestarikan penjajahan Jepang terhadap bangsa
8 Syafig A. Mughni, Hassan Bandung, Pemikiran Islam Radikal, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1994), hlm. 69.
9. Indonesia. Lain halnya dengan gerakakan masyumi, bentuk kongres umat Islam
pada bulan November 1945, masyumi dibentuk dan didirikan oleh umat Islam
tanpa campur tangan pihak luar, partai ini disambut hangat oleh berbagai elemen,
dari hampir semua gerakan Islam nasional maupun lokal, politik, sosial
keagamaan.
Masyumi ini, benar-benar dari, oleh dan untuk umat Islam pasca
kemerdekaan. Disebut demikian, karena telah menyatukan sebagian besar potensi
umat Islam, melalui dari politisi, ulama dan cendikiawan dalam berbagai
organisasi Islam pada waktu itu, maka bersatulah wakil-wakil dari organisasi
Islam, seperti Muhammaddiyah, Persis, Nahdiatul Ulama (NU), Pergerakan
Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan Partai Serikat Islam Indonesia (PSII).
Muhammad Natsir memimpin masyumi sebagai ketua umum sejak 1949
sampai 1958, dua tahun sebelum dibubarkan, sembilan tahun Muhammad Natsir
memimpin dan memainkan perannya dalam gerakan masyumi sebagai parai
Islam tersbesar dan percaturan politik di Indonesia. Sebagai pemimpin politik
Islam, Muhammad Natsir secara maksimal telah memberikan seluruh tenaga dan
pikirannya bagi kepentingan umat Islam Indonesia dan seluruh bangsa Indoneisa.
Agama, menurut menurut Natsir harus dijadikan pondasi dalam mendirikan
suatu negara. Agama, bukanlah semata-mata suatu sistem peribadatan antara
makhluk dengan Tuhan Yang Maha Esa. Islam itu adalah lebih dari sebuah sistem
peribadatan. Ia adalah satu kebudayaan/peradaban yang lengkap dan sempurna.
Yang dituju oleh Islam ialah agar agama hidup dalam kehidupan tiap-tiap
orang, hingga meresap dalam kehidupan masyarakat, ketatanegaraan, pemerintah
dan perundang-undangan. Tapi adalah ajaran Islam juga, bahwa dalam soal-soal
keduniawian, orang diberi kemerdekaan mengemukakan pendirian dan suaranya
dalam musyawarah bersama,9 seperti dalam firman Allah SWT:
“Dan hendaklah urusan mereka diputuslan dengan musyawarah!”.10
9
9 Ibid., 137.
10 Al-Qur’an. Asy-syura (26): 38.
10. F. Aspek Pemikiran Muhammad Natsir
10
1. Bidang Politik
Pemikiran politik Natsir di samping terpengaruh pemikiran politik
intelektual muslim masa klasik dengan karya-karya monumentalnya seperti al-
Mawardi dengan al-Ahkam al-Sulthaniyyah, juga terpengaruh oleh pemikiran
politik intelektual muslim modern seperti al-Maududi dan al-Afgani. Keempat,
trend pemikiran politik Barat yang sedang merebak di dunia Islam sebagai akibat
kontak dengan peradaban Barat dalam bentuk imperialisme Barat di negara-negara
yang mayoritas penduduknya muslim, tak terkecuali Indonesia yang
pernah dijajah oleh kolonial Belanda selama kurang lebih 350 tahun seperti terma-terma
demokrasi, dewan perwakilan rakyat, republik, nasionalisme, dan lain-lainnya.
Konsekuensi dari pengenalan terhadap terma-terma politik Barat tersebut,
para intelektual Indonesia baik dari kalangan modernis maupun tradisionalis
hampir tidak dapat ditemukan pemikiran politiknya tentang pendirian sistem
monarki dengan didasarkan ikatan agama, melainkan mereka menghendaki suatu
negara republik yang didasarkan pada rasionalisme.
2. Bidang Pendidikan
Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Mohammad Natsir
adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan
mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu
beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat.11 Selain itu bahwa
tujuan manusia adalah untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat, tidak akan diperoleh dengan sempurna kecuali dengan keduanya.
Pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Tujuan
pendidikan Islam sama dengan tujuan kehidupan manusia, tujuan ini tercermin
dalam al Qur’an Surat Al-An’am: 162.
قُلْ إِنَّ صَلََتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِِلََِّ رَبِِّ الْعَالَمِينَ
11Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Natsir. Diunduh tanggal 29 April
2010 dari http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-
2008-dwimardiya-12336&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985.
11. “Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah
untuk Allah, Rabb semesta alam’.” (QS. Al-An’am: 162)
Bagi Muhammad Natsir, fungsi tujuan pendidikan adalah
memperhambakan diri kepada Allah SWT semata yang bisa mendatangkan
kebahagiaan bagi penyembahnya. Hal ini juga yang disimpulkan oleh Prof. DR.
H. Abuddin Nata, M.A, tentang tujuan pendidikan Islam menurut Muhammad
Natsir, bahwa pendidikan Islam ingin menjadikan manusia yang
memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT. Hal ini
sesuai dengan konsep Islam terhadap manusia itu sendiri. Bahwa mereka
diciptakan oleh Allah untuk menghambakan diri hanya kepada Allah semata. Oleh
karenanya segala usaha dan upaya manusia harus mengarah ke sana, di antaranya
adalah pendidikan.
11
Buah Pemikirannya
Dakwah Natsir
Natsir dikenal sebagai intelektual Islam masa pra-kemerdekaan dan awal
kemerdekaan yang dikagumi dan disegani di dalam dan luar negeri. Pemikirannya
yang fenomenal antara lain Negara dan Agama, Capita Selekta I dan II, Islam
sebagai Dasar Negara. Selain itu tulisannya banyak tersebar di berbagai majalah.
Pada masa kebangkitan nasional 1908 hingga kemerdekaan, situasi yang sangat
pelik penuh dengan gejolak dan dinamika, banyak pemikiran besar tumbuh dan
berkembang. Para Pendiri Bangsa bertarung gagasan dengan tajam disertai
perdebatan dengan sesama teman seperjuangannya mengenai Indonesia Merdeka,
tanpa menghilangkan persahabatan diantara mereka serta tanpa melupakan esensi
perjuangan bangsa. Natsir merupakan tokoh panutan diantaranya.
Pemikiran Natsir dipengaruhi oleh Jamaludin Al Afgani, Muhammad Abduh,
Rasyid Ridho, Ali Abdul Razik, Al Mawardi, Ibn Taimiyah, Al Maududi, Hasan
Albana dan Al Farabi. Pandangannya mengenai Islam dan Kebangsaan bagaikan
sekeping mata uang logam dimana Islam dan Kebangsaan adalah dua hal yang
12. tidak terpisahkan. Pemahaman ini bersifat integralistik, agama dan negara
menyatu (integral). Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap dengan
pengaturan segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan berpolitik dan
bernegara. Paradigma ini yang kemudian melahirkan paham negara agama dimana
kehidupan kenegaraan diatur dengan prinsip keagamaan, melahirkan konsep Islam
dan Negara. Sumber hukum positifnya adalah agama, masyarakat tidak bisa
membedakan aturan negara dan agama karena keduanya menyatu. Dalam paham
ini rakyat menaati segala ketentuan negara dan agama, sebaliknya melawan
negara berarti melawan agama dan Tuhan.
Peran Islam dan pembentukan Kebangsaan Indonesia merupakan peranan yang
saling mempengaruhi. Islam di Indonesia adalah roh pergerakan Kebangsaan yang
membangun spirit perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan penjajahan.
Islam mampu membentuk identitas perlawanan tersebut dalam masyarakat
Indonesia, sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari
penjajahan tidak lepas dari keterlibatan Islam sehingga sangat nyata sekali bahwa
Islam merupakan salah satu kekuatan pokok.
Konsepsi mengenai ke-Indonesiaan Natsir dan pendiri negara lainnya merupakan
suatu sikap untuk kehidupan bersama dalam kerangka NKRI yang bertujuan
menghadirkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Perdebatan mengenai dasar Negara
bila dipelajari secara seksama bukanlah untuk saling menghegemoni pemahaman
satu terhadap pemahaman lainnya tetapi merupakan sikap untuk melanjutkan
perjuangan kemerdekaan dan merumuskan kerangka kerja dalam rangka
kepentingan rakyat banyak. Hal ini terlihat dari sikap Natsir yang mengajukan
“Mosi Integral” pada saat Indonesia terbagi-bagi dalam beberapa negara bagian.
Sikap ini sangat mengejutkan kalangan politisi saat itu bahwa Natsir mampu
melihat jauh kedepan tentang kepentingan yang lebih besar.
12
13. Islam-Pancasila dan Islam-Kebangsaan
Dalam perdebatan tentang Pancasila pada masa Dewan Konstituante, Ia
berpendapat bahwa Islam merupakan satu kesatuan konsepsi ketatanegaraan yang
tak terpisahkan. Islam merupakan “Rahmatin il alamin” bagi semua elemen
kehidupan berbangsa khususnya dan dunia pada umumnya. Islam sebagai agama
pembebasan kemanusiaan, ajaran Islam harus diturunkan untuk melindungi
segenap tumpah darah Indonesia dan menjadi spirit menjaga persatuan dan
kesatuan. Oleh sebab itu, orang Islam itu tidak boleh bertaklid buta dalam
menerima suatu ajaran/pemahaman tanpa mengecek kebenarannya. Pemahaman
yang benar terhadap suatu hal yang telah teruji haruslah diterima atau diakui
kesahihannya walaupun itu berasal dari musuh atau pihak yang berseberangan.
Sehingga, pemahaman akan kemerdekaan bukan pada peristiwa heroik saja tetapi
lebih pada perjuangan memanusiakan kemanusiaan dan menegakkan keadilan
tanpa pandang bulu.
Pancasila haruslah dipahami sebagai nilai-nilai dasar tentang kemanusiaan yang
bersumber dari ajaran Ketauhidan. Sila pertama Pancasila merupakan bentuk
pengakuan ajaran Keilahian Tuhan, sumber utama kehidupan yang harus
menjiwai empat sila lainnya. Perbedaan pemikiran Natsir dan Soekarno mengenai
Ketuhanan, hanya terletak dalam pemahaman nilai spiritualitas. Natsir lebih
berpandangan bahwa Islam haruslah menjadi dasar utama perumusan undang-undang
dan peraturan lainnya, sedangkan Soekarno lebih berpijak pada budi
nurani sebagai landasan nilai spiritualitas. Kedua pandangan tersebut merupakan
“Tuntutan Hati Nurani” manusia yang terdalam dalam pengakuan Ketuhanan yang
Maha Esa, perjuangan haruslah bernilai kemanusiaan tanpa adanya upaya
mengeksploitasi manusia satu terhadap manusia lainnya serta memahami
riwayat/sejarah perkembangan masyarakat dan tata ekonomi dunia.
13
14. Berbeda dengan para pendiri republik di Eropa atau Amerika yang tidak
memperhatikan agama dalam negara, para pendiri bangsa termasuk Natsir
dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa agama merupakan realitas yang hidup.
Agama telah menjadi bagian dari sistem sosial dan budaya masyarakat. Hingga
pada tingkat tertentu, agama telah berperan sebagai sumber inspirasi dan alat
mobilisasi dukungan untuk melawan penjajahan. Karena itu, terdapat posisi dan
peran yang sesuai bagi agama dalam negara-bangsa (nation-state) yang mereka
bangun. Sejak awal Natsir cenderung meletakkan kata sifat agama di belakang
negara. Nasionalisme Indonesia harus bersifat "Kebangsaan Muslimin", Islam
sebagai ideologi. Pandangannya itu didorong oleh pemahaman teologisnya,
mengutip Montgomery Watt, "Islam is more than a religion, it is a complete
civilization". Berbeda dengan Soekarno yang mengutip paham Ataturisme atau
Kemalisme mengenai pemisahan hubungan antara agama dan negara. Menurut
Natsir, sekularisme mengingkari kenyataan sosiologis masyarakat Indonesia
karena agama telah menjadi "a living reality".
14
G. Analisis Penulis
Dari sekian banyak aspke pemikrin yang dikemukakan oleh Muhammad
Nats sebagai pembaharuan bangsa Indonesia dan Islam, telah mencapai titik
kegemilangan, dengan pmikiran-pemikiran beliau dunia pendidikan tentunya telah
menjadi sorotan bangsa luar. Hal ini dikarenakan sesosok Muhammad Natsir
mempunyai peran penting dalam keperdulian beliau untuk mengembangkan
pendidikan yang baik terhadap anak bangsa di era masa kini.
Selain pendidikan bidang politik juga beliau telah berkecimpung, sehingga
lahirnya gerakan-gerekan yang disebut dengan masyumi, yang didirikan setelah
kemerdekaan yang tergabung dengan ulama, politisi dan cendikiawan dalam
berbagai organisasi Islam, sehingga bersatulah wakil-wakil dari organisasi Islam.
H. Penutup : Kesimpulan
Mohammad Natsir dilahirkan di Alahan Panjang, Lembah
Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 17 Juli 1908 dari pasangan
15. Mohammad Idris Sutan Saripado dan Khadijah. Di masa kecilnya, Natsir
sekeluarga hidup di rumah Sutan Rajo Ameh, seorang saudagar kopi yang
terkenal di sana. Oleh pemiliknya, rumah itu dibelh menjadi kedua bagian:
pemilik rumah beserta keluarga tinggal di bagian kiri dan Mohammad Idris Sutan
Saripado tinggal di sebelah kanannya. Ia memiliki 3 orang saudara kandung,
masing-masing bernama Yukinan, Rubiah, dan Yohanusun. Jabatan terakhir
ayahnya adalah sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan
kakeknya merupakan seorang ulama. Ia kelak menjadi pemangku adat untuk
kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agama dengan gelar Datuk
Sinaro nan Panjang.
Natsir mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Maninjau selama
dua tahun hingga kelas dua, kemudian pindah keHollandsch-Inlandsche
School (HIS) Adabiyah di Padang.[3] Setelah beberapa bulan, ia pindah lagi
ke Solok dan dititipkan di rumah saudagar yang bernama Haji Musa. Selain
belajar di HIS di Solok pada siang hari, ia juga belajar ilmu agama Islam di
Madrasah Diniyah pada malam hari. Tiga tahun kemudian, ia kembali pindah ke
HIS di Padang bersama kakaknya. Pada tahun 1923, ia melanjutkan
pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) lalu ikut bergabung
dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische
Pavinderij dan Jong Islamieten Bond. Setelah lulus dari MULO, ia pindah
ke Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) hingga tamat
pada tahun 1930. Dari tahun 1928 sampai 1932, ia menjadi ketua Jong Islamieten
Bond (JIB) Bandung. Ia juga menjadi pengajar setelah memperoleh
pelatihan guru selama dua tahun di perguruan tinggi. Ia yang telah mendapatkan
pendidikan Islam di Sumatera Barat sebelumnya juga memperdalam ilmu
agamanya di Bandung, termasuk dalam bidang tafsir Al-Qur'an, hukum Islam,
dan dialektika. Kemudian pada tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan,
yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam Persatuan Islam.
15
16. 16
I. Bibliografi
Thohir Luth. M. Nasir, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani,
1999.
Abu Ghazali, Pimpinan Umat Islam Sedunia, dalam Hakiem, Pemimpin pulang,
Jakarta: Media Dakwah, Maret 1993
Syafig A. Mughni, Hassan Bandung, Pemikiran Islam Radikal, (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1994.
Abdullah Qodim Zallum, Pemikiran Politik Islam, (Bangil : Al-Izzah, 2001.
Mohammad Natsir (b), World Of Islam Festival dalam perspektif sejarah,( Jakarta:
Yayasan Idayu, 1976.
Wikipedia, Mohammad Natsir, (Online), (www.wikipedia.com), diakses 19
February 2007.
Kunto Wijoyo, “Tjoko, M. Nasir, dan Habibie, Sebuah Artikel yang Dimuat dalam
Majalah Ummat, No. 9 Tahun I/30 oktober 1995.