Dokumen tersebut membahas tentang paradigma baru dalam pembelajaran dan kurikulum di Indonesia. Beberapa poin penting yang disebutkan adalah perlunya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan zaman, meningkatkan literasi dan kompetensi transformatif siswa, serta memberikan fleksibilitas kepada sekolah dalam mengadaptasi kurikulum sesuai konteks lingkungan masing-masing.
2. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Alasan perubahan kurikulum
“Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan
zamannya”.
Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau
diadaptasi sesuai konteks dan karakteristik murid, demi
membangun kompetensi sesuai kebutuhan mereka: kini dan di masa
depan.
3. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Alasan perubahan kurikulum
Perubahan dan perkembangan yang terjadi begitu cepat saat ini, menuntut kita untuk selalu
siap beradaptasi dengan perubahan tersebut dengan meningkatkan beberapa kompetensi
tertentu.
Proyeksi Pendidikan 2030 yang dilakukan oleh OECD, kompetensi tidak hanya fokus pada
aspek kognitif, sikap, psikomotorik, tetapi juga ada value/nilai yang melengkapi
kompetensi murid.
Saat ini, kualitas literasi dan numerasi, kesehatan mental dan sosial emosional murid
merupakan pondasi atau prasyarat yang diperlukan murid untuk membangun kompetensi
transformatif murid dengan siklus belajar Antisipasi-Aksi-Refleksi menuju pemelajar
sepanjang hayat.
4. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantara:
“Memberi ilmu demi kecakapan
hidup anak dalam usaha
mempersiapkannya untuk segala
kepentingan hidup manusia, baik
dalam hidup bermasyarakat
maupun hidup berbudaya dalam arti
seluas-luasnya.”
“Maksud pendidikan itu adalah
menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia, maupun anggota
masyarakat.”
5. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Alasan perubahan kurikulum
Ketika kita merancang kurikulum, kita harus menempatkan kebutuhan, pendapat, pengalaman,
hasil belajar, serta kepentingan murid sebagai rujukan utama. Sejatinya, kurikulum
dirancang untuk murid.
Agar dapat mewujudkan seluruh kompetensi yang diharapkan dari kurikulum, semua pihak harus
berusaha secara kolaboratif. Misalnya:
1. Guru harus terus belajar MEMFASILITASI pembelajaran yang sesuai,
2. Orang tua harus terus memahami perkembangan murid dan kebutuhanya.
3. Pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan semua yang bergerak di bidang pendidikan juga
harus terus mengikuti perkembangan kebutuhan murid.
6. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mengapa kurikulum perlu diadaptasi?
● Di mana sekolah kita berada?
● Apakah di tepi pantai?
● Apakah di tengah-tengah perkebunan?
● Apakah di tengah perkotaan yang padat penduduk dengan sosial yang
beragam?
● Selama setahun belakangan, perubahan apa saja yang terjadi di
sekitar sekolah?
● Apakah ada bangunan yang baru didirikan?
● Apakah ada hal-hal yang mengubah kehidupan guru dan murid di
sekolah?
Keadaan sekolah dan sekitar kita memang berbeda-beda. Murid kita
berbeda-beda, pembelajaran seperti apa yang paling berhasil untuk
masing-masing murid kita, boleh jadi memang tak sama.
7. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mengapa kurikulum perlu diadaptasi?
Perbedaan lingkungan dan ekosistem sekolah, ditambah pula dengan perubahan yang terus
terjadi di sekitar kita. Hal-hal ini merupakan sebagian alasan mengapa kurikulum yang kita
terima dari pemerintah pusat harus melalui proses adaptasi terlebih dahulu.
Bentuk adaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan murid-murid kita di sekolah dapat
diterjemahkan dalam Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan yang akan dibahas pada
modul selanjutnya.
Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan adalah dokumen hidup, yang dapat sewaktu-
waktu disesuaikan dengan kebutuhan murid setelah proses refleksi yang dilakukan oleh
seluruh pemangku kepentingan
8. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
Pembelajaran dengan Paradigma Baru merupakan upaya menumbuhkan
pemelajar sepanjang hayat yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Proses pembelajaran dengan paradigma baru dilaksanakan melalui
Kurikulum Merdeka yang memuat:
1. Program intrakurikuler,
2. Program ekstrakurikuler, dan
3. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
9. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
1. Program Intrakurikuler:
Intrakurikuler berisi muatan atau mata pelajaran dan muatan tambahan lainnya
seperti muatan lokal, jika memang ada di satuan pendidikannya. Kegiatan
pembelajaran di dalam kelas diharapkan dapat mengembangkan kompetensi
murid sesuai dengan capaian pembelajaran pada fasenya.
Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk membantu murid mencapai kompetensi
yang diharapkan. Rancanglah kegiatan yang menarik, membangun rasa ingin tahu
murid dan dihubungkan dengan kehidupan atau lingkungan sekitarnya sehingga
menjadi pembelajaran yang bermakna.
10. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
Program Intrakurikuler SMA:
Pada jenjang SMA murid lebih dipersiapkan kepada minat yang menunjang pilihan
pendidikan pada jenjang berikutnya. Sehingga, pembelajaran dibagi menjadi mata
pelajaran umum dan program peminatan. Program peminatan dimulai di kelas 11.
Pada program peminatan, murid diperbolehkan mengambil beberapa mata pelajaran
pilihan sesuai minat, bakat dan aspirasinya, meskipun pelajaran itu lintas jurusan.
Artinya murid di kelas IPA juga diperbolehkan mengambil mata pelajaran di kelas IPS.
Dalam program peminatan, apabila sumber daya memungkinkan, sekolah juga dapat
membuka kelas vokasi/mata pelajaran baru, misalnya kelas bahasa jerman, kelas tata
boga, kelas budidaya kopi, dll.
11. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
2. Program Ekstrakurikuler:
Untuk kegiatan ekstrakurikuler, kegiatannya tetap
diadakan pada pembelajaran dengan kurikulum merdeka.
Pelaksanaannya dapat dikembangkan oleh satuan
pendidikan sesuai dengan kapasitas dan minat
karakteristik murid.
12. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
3. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila:
Program ini merupakan pembelajaran berbasis projek yang ditujukan sebagai
penguatan profil pelajar pancasila melalui tema yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Gaya Hidup Berkelanjutan
2. Kearifan Lokal
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Bangunlah Jiwa dan Raganya
5. Suara Demokrasi
6. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKR
7. Kewirausahaan
13. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
3. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila:
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini mempunyai alokasi waktu sendiri dan
tidak terikat dengan mata pelajaran apapun. Asesmen yang dilakukan pun
berfokus pada ke 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan pembelajaran yang
kontekstual, mengasah kemampuan berpikir, dan pemecahan masalah kepada
murid. Murid pun juga belajar mengaplikasikan ilmu lintas disiplin pada
program ini.
14. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
4. Asesmen:
Asesmen merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui
kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar. Satuan Pendidikan
mempunyai kewenangan untuk merancang, menentukan teknik, dan waktu
pelaksanaan asesmen sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Kita pahami kembali bahwa asesmen berperan memberikan informasi sebagai umpan
balik bagi guru, murid, dan orang tua agar dapat memandu mereka dalam
menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. Asesmen juga sebagai bahan
refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen yang dilakukan di kelas bukan hanya memberikan data perkembangan
belajar murid, tetapi juga upaya untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran.
15. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
5. Alokasi Waktu
Satuan pendidikan juga memiliki keleluasaan untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran. Ada
tiga alternatif model pembelajaran yang dapat diadaptasi, yaitu model reguler, blok, dan model
kolaborasi dengan mempertimbangkan sarana-prasarana, jam mengajar guru, atau strategi lainya
agar pengorganisasian kegiatan belajar berjalan lancar.
a. Model reguler adalah model pembelajaran yang paling umum digunakan. Setiap pembelajaran dilakukan
terpisah antara satu mapel dengan mapel lainnya
b. Pada model blok, waktu pelajaran dikelola dalam bentuk blok-blok waktu. Misalnya, dalam 1 semester
mata pelajaran IPA diajarkan dalam 3 bulan pertama, kemudian 3 bulan selanjutnya digunakan untuk
mata pelajaran IPS.
c. Pada model kolaborasi, guru berkolaborasi sedemikian rupa untuk merencanakan, melaksanakan, dan
melakukan asesmen untuk suatu pembelajaran yang terpadu. Misalnya kolaborasi antara Bahasa
Indonesia dan Seni Musik. Murid membuat lirik puisi dan membuat lagu dari lirik tersebut.
16. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
6. Perangkat Ajar
Selain keleluasaan dalam menentukan alokasi waktu, kita juga mempunyai keleluasaan
untuk memilih dan memberikan perangkat ajar kepada murid, selama masih ada dalam
prinsip Pembelajaran dengan Paradigma Baru.
Jadi, perangkat ajar bukan saja melalui buku teks, tetapi bisa menggunakan media lain
seperti,
1. Modul ajar,
2. Modul projek,
3. Buku non teks,
4. Video, dan
5. Media cetak/digital.
17. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Struktur Kurikulum Merdeka
Struktur Kurikulum Merdeka didesain dengan
prinsip pendidikan yang berpusat pada
murid, sehingga dalam pelaksanaannya harap
diperhatikan bahwa masing-masing satuan
pendidikan dapat menyesuaikan kurikulum
sesuai dengan konteksnya.
*) Bapak/Ibu dapat mengunduh Kepmen N0 56/M/2022
Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran pada LMS, untuk mengetahui
secara detil struktur kurikulum Merdeka dengan lengkap
18. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN
ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR
008/H/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN
JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM
MERDEKA
19. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari
kemampuan literasi.
Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial
menggunakan kemampuan literasi.
Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk bekerja
dan belajar sepanjang hayat.
Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan
pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks
sosial budaya Indonesia.
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
20. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kemampuan literasi dikembangkan ke dalam pembelajaran
menyimak, membaca dan memirsa, menulis, berbicara, dan
mempresentasikan untuk berbagai tujuan berbasis genre yang
terkait dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan.
Setiap genre memiliki tipe teks yang didasarkan pada alur pikir—
struktur—khas teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir yang
dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan
belajar sepanjang hayat.
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
21. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu:
penjelasan untuk membangun konteks (explaining, building the
context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint
construction), dan pemandirian (independent construction). Di
samping pedagogi
Genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan
model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran
tertentu. Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa
Indonesia akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
berpikir kritis, mandiri, kreatif,bergotong royong, dan
berkebinekaan global.
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
23. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan:
1. Akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun;
2. Sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi negara Republik Indonesia;
3. Kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio,
audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks;
4. Kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritis- kreatif) dalam
belajar dan bekerja;
5. Kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap, mandiri,
bergotong royong, dan bertanggung jawab;
6. Kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya; dan
7. Kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan dunia yang
demokratis dan berkeadilan.
24. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan bekerja
karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa dan berpikir).
Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan dan perkembangan anak-anak
Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri
peserta didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif dan warga negara
Indonesia yang menguasai literasi digital dan informasional.
Pembelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan literasi dalam semua peristiwa komunikasi yang mendukung
keberhasilan dalam pendidikan dan dunia kerja.
25. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia membentuk keterampilan berbahasa reseptif
(menyimak, membaca dan memirsa) dan keterampilan berbahasa produktif (berbicara
dan mempresentasikan, serta menulis).
Kompetensi berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang saling berhubungan dan saling
mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu bahasa
(mengembangkan kompetensi kebahasaan), sastra (kemampuan memahami,
mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir
(kritis, kreatif, dan imajinatif).
Pengembangan kompetensi berbahasa, bersastra, dan berpikir diharapkan
membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan literasi tinggi dan berkarakter
Pancasila.
26. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan reseptif (menyimak,
membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif (berbicara dan
mempresentasikan, menulis).
2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis genre melalui
pemanfaatan beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio,
audiovisual). Model pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan
untuk membangun konteks (explaining, building the context), pemodelan
(modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent
construction); serta kegiatan yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis,
kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk meningkatkan:
a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan lingkungan;
b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan alam, sosial, dan
budaya.
27. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Area Pembelajaran Kemampuan Sub-kemampuan
Bahasa
Reseptif Menyimak
Membaca dan memirsa
Produktif
Berbicara dan
mempresentasikan
Menulis
28. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan
Elemen Deskripsi
Menyimak Menyimak adalah kemampuan peserta didik menerima, memahami, dan memaknai
informasi yang didengar dengan sikap yang baik agar dapat menanggapi mitra tutur.
Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan dengan
konsentrasi, mengidentifikasi, memahami pendapat, menginterpretasi tuturan bahasa, dan
memaknainya berdasarkan konteks yang melatari tuturan tersebut. Komponen-
komponen yangdapat dikembangkan dalam menyimak di antaranya kepekaan
terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata,struktur bahasa (tata bahasa), makna,
dan metakognisi.
Membaca dan
Memirsa
Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai,
menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Memirsa
merupakan kemampuan peserta didikuntuk memahami, memaknai, menginterpretasi,
dan merefleksi sajian cetak, visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan
kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan
potensinya. Komponen- komponen yang dapat dikembangkan dalam membaca dan
memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata, struktur
bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi.
29. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan
Elemen Deskripsi
Berbicara dan
Mempresen- tasikan
Berbicara adalah kemampuan peserta didik untuk menyampaikan gagasan, tanggapan,
dan perasaan dalambentuk lisan dengan santun.
Mempresentasikan merupakan kemampuan memaparkan gagasan atau tanggapan secara
fasih, akurat, bertanggungjawab, mengajukan dan/atau menanggapi
pertanyaan/pernyataan , dan/atau menyampaikan perasaan secara lisan sesuai konteks
dengan cara yang komunikatif dan santun melalui beragam media (visual, digital, audio,
dan audiovisual).
Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam berbicara dan mempresentasikan
di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, strukturbahasa
(tata bahasa), makna, dan metakognisi.
Menulis Menulis adalah kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam
bentuk tulis secara fasih,akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan
sesuai konteks.
Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam menulis di antaranya penggunaan
ejaan, kosakata, kalimat,paragraf, struktur bahasa , makna, dan metakognisi dalam
beragam jenis teks.
30. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Setiap Fase
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan
bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja.
Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi
dari berbagai tipe teks tentang topik yang beragam.
Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber. Peserta didik
mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi dan debat.
Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan
mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.
31. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Fase E berdasarkan elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Menyimak Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi informasi berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai jenis teks
(nonfiksi dan fiksi) dalambentuk monolog, dialog, dan gelar wicara.
Membaca danMemirsa Peserta didik mampu mengevaluasi informasi berupa gagasan,pikiran, pandangan, arahan atau
pesan dari berbagai jenis teks, misalnya deskripsi, laporan, narasi,rekon, eksplanasi, eksposisi dan
diskusi, dari teks visual dan audiovisual untuk menemukan makna yangtersurat dan tersirat.
Peserta didik menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan simpati,
peduli, empati dan/atau pendapat pro/kontra dari teks visual dan audiovisual secara kreatif.
Peserta didik menggunakan sumber lain untuk menilai akurasi dan kualitas data serta
membandingkan isi teks.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu mengolah dan menyajikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau
pesan untuktujuan pengajuan usul, perumusan masalah, dan solusi dalam bentuk monolog,
dialog, dan gelar wicara secara logis, runtut, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu mengkreasi
ungkapan sesuai dengan norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik berkontribusi
lebih aktif dalam diskusi dengan mempersiapkan materi diskusi, melaksanakan tugas dan fungsi
dalam diskusi. Peserta didik mampu mengungkapkan simpati, empati, peduli, perasaan, dan
penghargaan secara kreatif dalam bentuk teks fiksidan nonfiksi multimodal.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk
berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks informasional dan/atau fiksi.
Peserta didik mampumenulis teks eksposisi hasil penelitian dan teks fungsional dunia kerja.
Peserta didik mampu mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan ekonomi
kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan di media cetak maupun digital.
32. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Fase E berdasarkan elemen
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan
bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja.
Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi
dari berbagai tipe teks tentang topik yang beragam.
Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber. Peserta didik
mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi dan debat.
Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan
mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.
34. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mulai tahun ajaran 2021/2022
Kemdikbudristek mulai
mengimplementasikan kurikulum
merdeka secara terbatas di Sekolah
Penggerak.
Mari kita pahami beberapa prinsip
dan pendekatan yang digunakan
kurikulum ini.
36. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Untuk memahami kaitan dan
posisi Capaian Pembelajaran
(CP), Tujuan Pembelajaran
(TP), dan Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) dalam
Kurikulum Operasional, mari
kita memahami terlebih dahulu
konsep Backward Design.
Dengan demikian, harapannya
satuan pendidikan dapat
merumuskan TP dan ATP
secara mandiri, sesuai
karakteristik dan situasi
masing-masing.
37. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Forward Design vs Backward Design
Forward Design
Aktivitas
Belajar
Asesmen
Tujuan
Pembelajaran
Lebih fokus pada
pengajaran (aktivitas)
daripada pembelajaran
itu sendiri
(output/outcome)
Bisa menjadi
miskonsepsi bahwa
belajar adalah
aktivitas
Padahal pembelajaran
adalah pertimbangan
yang cermat terhadap
makna aktivitasnya
Backward Design
Tujuan
Pembelajaran
Asesmen
Aktivitas
Belajar
Pendekatan
yang lebih
disengaja dan
terencana untuk
mencapai hasil
yang diinginkan
lebih efektif
38. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Analogi Perjalanan (Memahami Backward Design)
Mari memahami pendekatan
Backward Design melalui analogi
berikut:
Saya ingin melakukan sebuah
ekspedisi perjalanan. Dari
ekspedisi tersebut, targetnya
adalah membuat buku kumpulan
foto kuliner dari seluruh
Indonesia. Saya punya waktu
selama 6 bulan untuk
menyelesaikan dan menerbitkan
buku tersebut.
39. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
3 Tahapan Backward Design
Identifikasi hasil yang
diinginkan
Menentukan bukti dan
asesmen
Merencanakan tahapan
kegiatan pembelajaran
1 2 3
40. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pertanyaan untuk mengidentifikasi hasil yang
diinginkan:
1. Apa yang perlu didengar, dibaca, dilihat, dijelajahi,
atau ditemukan?
2. Sejauh apa hal ini akan disampaikan/diceritakan?
3. Apa hal spesifik yang akan dapat membantu
mengidentifikasi tujuan?
Tahap 1: Identifikasi Hasil yang Diinginkan
• Membuat tujuan yang konkret dan spesifik
• Menentukan konten terbaik
• Mengidentifikasi hasil yang diinginkan
Apa yang perlu
ditemukan/dijelajahi?
Sejauh mana
penceritaannya?
Hal spesifik untuk
mengidentifikasi
tujuan
pertanyaan ini membantu
kita untuk :
41. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Dari tujuan tersebut, ternyata masih ada
yang perlu diidentifikasi lebih jauh. Hal ini
bisa dilakukan lewat bantuan pertanyaan:
1. Buku → akan berapa halaman? Ada
resep, atau caption saja? Jenis buku
foto seperti apa?
2. Kuliner → mencakup apa saja? Makanan
berat, jajanan, atau termasuk minuman?
3. Dari seluruh Indonesia → berapa
kota/tempat yang bisa dianggap
mewakili seluruh Indonesia ?
Hasil akhir yang diinginkan:
membuat buku kumpulan
foto kuliner dari seluruh
Indonesia
Tahap 1 Backward Design :
Identifikasi Hasil yang Diinginkan
Analogi Perjalanan (Memahami Backward Design)
42. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Analogi Perjalanan (Memahami Backward Design)
Saya sudah memutuskan hal-
hal berikut :
1. Buku → berisi max 70
halaman, tanpa resep,
hanya cerita definisi
singkat.
2. Kuliner → mencakup
makanan berat, jajanan,
dan minuman.
3. Dari seluruh Indonesia →
sampel diambil dari 20
kota di pulau-pulau besar.
Yang kemudian saya lakukan
adalah :
1. Menentukan daftar kota-
kota tujuan dan jenis
kuliner yang akan
didokumentasikan
2. Membuat lini masa dan
alur perjalanan supaya
kegiatan ini efektif secara
biaya dan waktu
43. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Dalam Kurikulum Merdeka
tujuan akhirnya adalah Profil
Pelajar Pancasila.
Tujuan akhir ini kemudian
diturunkan menjadi kalimat CP
(yang dibagi ke dalam
beberapa fase), lalu
didetailkan menjadi TP dan
ATP sebelum masuk ke proses
perancangan.
Memahami Kurikulum
Menggunakan Backward Design
44.
45. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Tahap 1 Backward Design dalam CP, TP, dan ATP
Keinginan pelaku membuat buku dalam analogi perjalanan tadi ibaratnya adalah
rumusan CP. Ternyata, ada banyak hal yang perlu dipahami dan diidentifikasi di
dalam sebuah kalimat CP. Setelah tujuan (membuat buku) diidentifikasi lebih
detail, pelaku perjalanan dapat membuat daftar kota tujuan dan kuliner yang
akan didokumentasikan (merumuskan TP), serta lini masa dan rencana
perjalanannya (merangkai ATP).
Demikian pula dengan Bapak/Ibu Guru. Pemahaman dan identifikasi yang tepat
atas sebuah CP akan sangat membantu proses perumusan kalimat TP dan
merangkai TP menjadi ATP.
Bagaimana cara memahami sebuah CP? Ingat kembali penjelasan dan latihan
yang sudah Bapak/Ibu lakukan di modul sebelumnya ya.
46. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
3 Tahapan Backward Design
Identifikasi hasil
yang diinginkan
Menentukan
bukti dan
asesmen
Merencanakan
tahapan kegiatan
pembelajaran
Merumuskan TP
dan ATP dengan
menggunakan CP
sebagai ajuan
47. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Tahap 1: Identifikasi Hasil yang Diinginkan
Pertanyaan untuk mengidentifikasi hasil yang diinginkan:
1. Apa yang perlu didengar, dibaca, dilihat, dijelajahi, atau
ditemukan oleh peserta?
2. Pengetahuan dan keterampilan apa yang perlu dikuasai
peserta?
3. Apa ide-ide besar dan pemahaman penting yang harus
dipertahankan peserta setelah mengikuti pembelajaran?
• Membuat tujuan pembelajaran yang konkret
dan spesifik
• Menentukan konten terbaik
• Mengidentifikasi hasil yang diinginkan
Yang perlu
ditemukan/dijelajahi/didengar
Apa yang perlu dikuasai?
Pemahaman
penting, ide-ide
besar
pertanyaan ini
membantu kita untuk :
48. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Karakteristik Sekolah dalam KOS
Satuan Pendidikan dapat mengembangkan Kurikulum
Operasional secara mandiri berdasarkan kerangka dan
struktur kurikulum sesuai karakteristik dan kebutuhan
masing-masing.
Apa visi/misi sekolah Anda?
Bagaimana karakteristik sekolah Anda?
Adakah kebutuhan spesifik siswa/i di sekolah Anda?
49. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mari memperhatikan dengan seksama karakteristik sekolah
masing-masing melalui beberapa pertanyaan berikut:
1. Apa visi, misi, dan tujuan pendidikan di sekolah saya?
2. Bagaimana bentang alam yang dominan di daerah sekolah
saya? Bagaimana potensi tersebut dapat memengaruhi dan
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana karakteristik masyarakat di sekitar sekolah saya?
4. Apa kekhasan/tradisi yang cukup kuat di sekolah/daerah
sekolah saya?
5. Bagaimana peta profil guru, murid, dan orangtua di sekolah
saya?
50. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Maksud pendidikan itu adalah
menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia, maupun
anggota masyarakat
(Ki Hadjar Dewantara, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 4)
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
51. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Agar berpihak pada anak dan menuntun
mereka pada kekuatan kodratnya,
Tujuan Pembelajaran harus memperhatikan
tahap perkembangan anak.
52. WIRAMA
tanggung jawab,
pembiasaan, irama
keseharian, jadwal rutin,
selaras dengan sesama dan
semesta
WIRAGA
raga, indera, imajinasi,
bermain=belajar, eksplorasi
pengalaman (rasa-pikir)
0-8 TAHUN 9-16 TAHUN 17-24 TAHUN
Taman indria,
TK/PAUD, SD SD, SMP SMP, SMA SMA+
KODRAT: TAHAP TUMBUH-KEMBANG (WIRAGA-WIRAMA) KHD
53. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pendidik dan satuan pendidikan dapat menggunakan
berbagai strategi dan pendekatan untuk menyusun
tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan
pembelajaran (ATP).
Yang harus diperhatikan, TP dan ATP harus
memenuhi kriteria-kriteria ini.
54. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Tujuan Pembelajaran (TP), terdiri dari:
1. Kompetensi → kemampuan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dapat didemonstrasikan peserta didik
2. Konten → ilmu pengetahuan inti / konsep
utama
55. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kriteria Alur Tujuan Pembelajaran (ATP):
1. Menggambarkan urutan pengembangan kompetensi yang
harus dikuasai
2. ATP dalam 1 fase menggambarkan cakupan dan tahapan
pembelajaran yang linear
3. ATP keseluruhan fase menggambarkan cakupan dan tahapan
pembelajaran antar fase
56. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Merumuskan TP dan ATP dari kalimat CP
1. Rumusan TP mengacu pada kompetensi dan konten pada CP
2. Rumusan kalimat TP dapat mengambil referensi dari
berbagai sumber → catatan penting: KepSek/Guru mampu
memahami kalimat tersebut.
3. Identifikasi dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dapat
terkait dengan kompetensi yang ingin dicapai.
58. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi pengaruh
keanggotaan kelompok lokal, regional, nasional, dan global
terhadap pembentukan identitas; serta memahami makna dan
nilai dari keragaman; dan mengidentifikasi perlunya melakukan
pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling
terhubung; serta mengkaji makna dan manfaat hidup dalam
kebinekaan, kaya akan kearifan lokal, dan memilih produk
dalam negeri.
Bidang Studi: PPKn
59. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Bapak/Ibu menuliskan hal-hal tentang:
1. Daftar konten/topik materi yang terkandung dalam kalimat CP tadi.
2. Daftar kompetensi/keterampilan/kemampuan yang perlu dicapai siswa
pada akhir fase, merujuk kalimat CP tadi.
3. Kata/frasa yang perlu Guru perhatikan secara khusus (bila ada, di luar
konten dan kompetensi)
60. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KOMPETENSI
1. mengidentifikasi
2. memahami dan mengkaji
makna
3. memahami nilai dan
manfaat
KONTEN (kata kunci)
1. keanggotaan kelompok
lokal, nasional, regional,
dan global
2. pengaruh keanggotaan
terhadap pembentukan
identitas
3. pertukaran budaya,
kolaborasi, kebhinekaan
4. kearifan lokal, identitas,
produk dalam negri
61. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pada akhir fase E peserta didik dapat mengidentifikasi
pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional, nasional,
dan global terhadap pembentukan identitas; serta
memahami makna dan nilai dari keragaman; dan
mengidentifikasi perlunya melakukan pertukaran budaya
dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung; serta
mengkaji makna dan manfaat hidup dalam kebinekaan,
kaya akan kearifan lokal, dan memilih produk dalam negeri.
Bidang Studi: PPKn
62. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KOMPETENSI
1. mengidentifikasi
2. memahami dan
mengkaji makna
3. memahami nilai dan
manfaat
KONTEN: pengaruh
keanggotaan terhadap
pembentukan identitas
Tujuan Pembelajaran:
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi
pengaruh keanggotaan di berbagai level
(lokal - global) terhadap pembentukan
identitas
2. Peserta didik mampu mengevaluasi
pembentukan identitas suatu negara
3. Peserta didik mampu menyampaikan hasil
evaluasinya dalam bentuk presentasi
dengan data yang relevan
63. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Alur pembelajaran dari pengembangan TP :
1. peserta didik melakukan studi literatur pada keanggotaan di
berbagai level
2. peserta didik mengidentifikasi karakteristik keanggotaan di
setiap level
3. peserta didik mengidentifikasi hal-hal yang memengaruhi
pembentukan sebuah identitas
4. peserta didik menganalisis dan mengevaluasi kaitan antara
karakteristik keanggotaan dengan proses pembentukan
sebuah identitas dst
64. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Bidang Studi: Dasar-Dasar Teknik Elektronika
Elemen Capaian Pembelajaran
Alat ukur listrik,
elektronika, dan
instrumentasi
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami jenis-jenis alat ukur,
cara penggunaan, penginterpretasian
hasil pengukuran, dan perawatan alat
ukur listrik, elektronika, dan
instrumentasi.
65. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KOMPETENSI
1. memahami
2. menguasai cara penggunaan
3. mengintepretasi hasil
pengukuran
4. memahami cara perawatan
KONTEN (kata kunci)
1. jenis-jenis alat ukur
listrik
2. jenis-jenis alat ukur
elektronika
3. jenis-jenis
instrumentasi
4. perawatan alat ukur
listrik dan elektronika
66. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Simpulan Karakteristik CP berdasar Bidang Studi
Setiap bidang studi punya karakteristik masing-masing.
• Ada yang mencantumkan konten/topik bahasan secara eksplisit (misalnya:
IPAS).
• Ada yang menyajikannya lewat kata/frasa kata kunci, dan satuan pendidikan
dapat menentukan konten secara mandiri (misalnya: Bahasa Indonesia).
• Ada bidang studi yang memadukan keterampilan berpikir dan penguasaan alat
atau teknik tertentu sebagai kompetensi CP (misalnya: Informatika).
• Ada bidang studi yang kompetensinya berciri pemahaman teori - pemaknaan
reflektif - penerapan (misalnya: PPKn).
• Ada pula bidang studi yang pencapaian kompetensinya harus berurutan
(misalnya: Matematika).
67. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Memahami karakteristik CP dapat membantu Guru dalam:
• memilih dan menemukan sumber belajar
• mengembangkan topik bahasan
• menentukan jenis asesmen
Tujuannya: membawa konten/topik bahasan sedekat
mungkin dengan konteks keseharian peserta didik.
69. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mari menyimak bersama!
1. Mengapa modul ajar harus sederhana dan dapat memandu pembelajaran dengan
efektif?
2. Bagaimana mengembangkan modul ajar yang sederhana namun efektif?
3. Bagaimana menentukan asesmen/penilaian untuk modul ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik siswa?
4. Mengapa modul ajar perlu berpusat kepada murid dan memperhatikan perbedaan karakteristik
siswa?
5. Bagaimana memilih dan memodifikasi modul ajar yang sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik siswa?
6. Bagaimana mengadaptasi modul ajar agar relevan dan sesuai dengan tingkat capaian siswa?
7. Bagaimana memilih dan menentukan bahan ajar yang relevan untuk modul ajar?
70. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Apa yang dimaksud dengan Modul Ajar?
Modul Ajar merupakan salah satu perangkat ajar yang digunakan untuk
merencanakan pembelajaran. Modul ajar sama seperti RPP, namun
modul ajar memiliki komponen yang lebih lengkap.
Modul ajar adalah sebuah dokumen yang berisi tujuan, langkah, dan
media pembelajaran serta asesmen yang dibutuhkan dalam satu unit
atau topik berdasarkan alur tujuan pembelajaran.
Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih dan
memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai dengan konteks,
kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
72. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Komponen Modul Ajar Lengkap
LAMPIRAN
o Lembar aktivitas
o Rubrik penilaian
o Bahan ajar lain yang
relevan
KOMPONEN DETAIL MODUL
AJAR PER PERTEMUAN
o Bahan ajar
o Pemahaman Bermakna
o Pertanyaan pemantik
o Indikator keberhasilan
o Asesmen
o Sarana dan prasarana
o Rencana kegiatan
Komponen Modul Ajar
o Fase capaian modul ajar
o Jumlah jam pelajaran
o Model belajar
o Tujuan Pembelajaran
o Dimensi Pancasila
o Pengetahuan/Keterampilan
Prasayarat
Struktur modul ajar tersebut bukan struktur wajib yang semuanya harus dilampirkan
dalam modul ajar yang dibuat/dimodifikasi. Guru diperbolehkan untuk
memilih/menyederhanakan beberapa komponen utama untuk dicantumakan dalam modul
ajar sesuai dengan kebutuhan di kelas masing-masing.
73. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Komponen Modul Ajar Wajib
Alur tujuan pembelajaran menjadi dasar bagi pendidik untuk menyusun
perencanaan pembelajaran atau modul ajar. Pendidik memiliki keleluasaan untuk
mengembangkan modul ajar sendiri, memilih dan memodifikasi modul ajar yang
tersedia sesuai dengan konteks, kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Secara umum modul ajar memiliki tiga komponen utama yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran
2. Langkah-langkah Pembelajaran atau Kegiatan Pembelajaran
3. Asesmen Pembelajaran.
Pendidik diperbolehkan apabila ingin mengembangkan modul ajar dengan
komponen-komponen tambahan di luar komponen wajib.
74. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
o Acuan Teknik Modifikasi Modul Ajar
1. Menetapkan tujuan belajar berdasarkan CP dan ATP sesuai
karakteristik murid, kurikulum; dan profil pelajar Pancasila.
2. Menyusun desain pembelajaran; melaksanakan; dan merefleksikan
kegiatan pembelajaran yang efektif.
3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan
karakter peserta didik secara holistic.
4. Pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan budaya
peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai
mitra
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan
75. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Hal yang diperhatikan saat memilih
modul ajar untuk dimodifikasi:
1. Apakah selaras dengan rencana yang sudah dibuat saat
penyusunan ATP?
2. Apakah cocok dengan kondisi dan karakteristik murid?
3. Apakah sarana dan prasarananya tersedia di sekolah?
4. Adakah yang perlu atau bisa dimodifikasi?
76. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Contoh Modifikasi Modul Ajar
Sila memilih contoh modul ajar lengkap sesuai jenjang yang diinginkan yang
tersedia di LMS, simak modifikasi modul ajar dari contoh tersebut.
Contoh yang dilampirkan bukan contoh baku. Peserta diperbolehkan untuk
membuat modifikasi modul ajar sesuai dengan karakteristik, konteks dan
kebutuhan kelas.
Struktur wajib dalam modul ajar adalah tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran atau kegiatan pembelajaran dan asesmen pembelajaran. Pendidik
diperbolehkan apabila ingin menambahkan komponen lain yang relevan.
77. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Paradigma Asesmen
Yang Harus
Diperhatikan
Dalam
Menentukan
Asesmen
Penerapan Pola Pikir
Bertumbuh (Growth
Mindset
Terpadu dimana Asesmen
mencakup kompetensi pada
ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang
saling terkait.
Sekolah diberikan
keleluasaan untuk
menentukan teknik
dan jenis asesmen.
Khusus SMK, terdapat juga
bentuk asesmen khas yang
membedakan dengan jenjang
yang lain, yaitu Asesmen
Praktek Kerja Lapangan, Uji
Kompetensi Kejuruan dan uji
unit kompetensi
Keleluasaan dalam
menentukan kriteria
ketercapaian tujuan
pembelajaran.
78. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Asesmen Awal Pembelajaran
Asesmen awal
pembelajaran dapat
dilakukan untuk
mengidentifikasi
kebutuhan belajar
peserta didik, dan
hasilnya digunakan
untuk merancang
pembelajaran yang
sesuai dengan tahap
capaian peserta
didik.
Pendidik dapat melaksanakan
asesmen awal pembelajaran sesuai
kebutuhan, misalnya pada awal
tahun pelajaran, pada awal
semester, sebelum memulai satu
lingkup materi (dapat berupa 1
atau beberapa TP), atau sebelum
menyusun modul ajar secara
mandiri. Dengan demikian,
asesmen awal pembelajaran tidak
perlu dilakukan setiap mengawali
tatap muka.
Asesmen pada awal
pembelajaran diharapkan tidak
memberatkan pendidik atau
satuan pendidikan. Namun
demikian jika pendidik atau
satuan pendidikan memiliki
kemampuan, dapat melengkapi
data tambahan dengan
melakukan asesmen non kognitif
yang mencakup, kesiapan
belajar, minat, profil belajar, latar
belakang keluarga, riwayat
tumbuh kembang, dll.
79. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Asesmen Pembelajaran
o Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran,
dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik,
dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran
selanjutnya.
o Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan
untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan
pembelajaran.
o Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk
menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.
o Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif,
memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai serta
strategi tindak lanjutnya.
o Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua
sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
80. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Alur Asesmen
1. Menentukan tujuan pembelajaran (sesuai alur perkembangan dimensi).
2. Merancang indikator (memastikan kedalaman tujuan, membuat
indikator yang mencakup aspek kognisi, sikap, dan keterampilan)
3. Menyusun strategi asesmen
4. Menyiapkan alat ukur atau instrumennya (rubrik)
5. menyiapkan instruksi atau panduan untuk murid (Lembar kerja)
6. Mengolah hasil asesmen dan bukti pencapaian peserta didik untuk
membuat inferensi (kesimpulan) mengenai pencapaian peserta didik
terhadap tujuan pembelajaran
7. Menyusun rapor
83. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Contoh Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif
Bentuk
Asesmen
Formatif dan
Sumatif
DISKUSI KELAS
- Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi antar
siswa.
- Belajar berdemokrasi, menghargai
pendapat orang lain serta berani
berpendapat.
DRAMA
PRODUK
TES LISAN
PRESENTASI
- Melatih kepercayaan diri dan
jiwa seni.
- Belajar bekerjasama,
komunikasi serta berfikiri
kritis. - Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi.
- Belajar memahami topik secara
mendalam, berfikir dan bernalar
kritis.
- Mengembangkan kkreatifitas
- Meningkatkan ketelitian dan
jiwa seni.
- Meningkatkan kemampuan
berbicara
- mengkonfirmasi pemahaman.
- Menerapkan umpan balik
84. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
o Pelaksanaan Asesmen Sumatif dan Formatif
Pelaksanaan asesmen formatif dapat dilakukan
dengan memperhatikan hal berikut:
o Dilaksanakan bersamaan dalam proses
pembelajaran, yang, kemudian ditindaklanjuti
untuk memberi perlakuan berdasarkan kebutuhan
peserta didik serta perbaikan proses pembelajaran.
o Pendidik dapat menggunakan berbagai teknik
seperti observasi, performa (kinerja, produk,
proyek, portofolio), maupun tes.
o Tindak lanjut yang dilakukan bisa dilakukan
langsung dengan memberikan umpan balik atau
melakukan intervensi.
o Pendidik dapat mempersiapkan berbagai
instrumen seperti rubrik, catatan anekdotal,
lembar ceklist untuk mencatat informasi yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung
(Infografis)
Pelaksanaan asesmen sumatif dapat dilakukan
dengan memperhatikan hal berikut:
o Sumatif dilakukan pada akhir lingkup materi
untuk mengukur kompetensi yang dikehendaki
dalam tujuan pembelajaran dan pada akhir
semester.
o Pendidik dapat menggunakan berbagai teknik
seperti portofolio, performa (kinerja, produk,
proyek, portofolio), maupun tes.
o Hasil sumatif dapat ditindak lanjuti dengan
memberikan umpan balik atau melakukan
intervensi kepada peserta didik maupun proses
pembelajaran yang telah dilakukan
Penting bagi para guru untuk
memegang rubrik penilaian sebagai
dasar penilaian pada siswa.
85. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pengembangan Bahan Ajar
Yang Harus
Diperhatikan
Dalam Memilih
Bahan Ajar
Bahan ajar bersifat
variatif. Bisa berupa
bahan ajar cetak dan
bahan ajar non-cetak.
Sesuaikan buku yang
disediakan tersebut dengan
ATP, kebutuhan dan
karakteristik sekolah
masing-masing.
Kembangkan bahan ajar
untuk membuat kegiatan
pembelajaran semakin
bermakna dan variatif.
Buku yang disediakan pemerintah
hanya salah satu alternatif bahan
ajar, guru diperbolehkan untuk
mengembangkan dan
menambahkan bahan ajar lain
yang relevan.
86. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Hal penting lain yang harus
diperhatikan saat akan
membuat modul ajar adalah ;
“Menyesuaikan Lingkup
kesiapan belajar, minat, dan
tingkat penguasaan
kompetensi peserta didik.
87. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Contoh Modifikasi
Modul Ajar
Contoh modifikasi ini bukan ketentuan wajib. Guru
diperkenankan untuk membuat modifikasi bentuk
lain dengan memilih komponen-komponen yang
dianggap penting dan memudahkan sekaligus
membantu untuk membuat rancangan yang
sederhana namun mudah diimplementasikan di
kelas.
INGAT!
Contoh modifikasi modul ajar terlampir
pada LMS.