Harta yang diperoleh dengan cara haram akan membawa bencana di dunia dan akhirat. Di dunia, harta haram dapat menyebabkan kebangkrutan dan kesulitan jika belum diselesaikan masalahnya. Di akhirat, harta haram akan menjadi beban hisab dan dapat menyebabkan dosa dan siksaan jika tidak diminta maaf dan diselesaikan masalahnya di dunia. Oleh karena itu, bisnis harus dilakukan secara syaria
5. ZAMAN “MASA BODOH”
ي ََل ٌانَمَز ِاسَّنال ىَلَع َّنَيِتْأَيَلَذَخَأ اَمِب ء ْرَمْال يِلاَبْالَلاَم
ٍامَرَح ْنِم ْمَأ ٍل ََلَح ْنِمَأ
“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka
tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta,
apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang
haram.” (HR. Bukhari)
1
6. ZAMAN “MASA BODOH”
Kita harus khawatir hadist tersebut terjadi di
zaman ini.
Jangan sampai kita termasuk orang yang tidak
peduli halal haram. Kenapa?
Karena tentu ini sangat berbahaya.
Berbahaya seperti apa? Mari kita lihat….
7. LARANGAN MENGAMBIL HARTA
DENGAN JALAN BATIL
لكْأَت ََل وانَمآ َينِذَّال اَهُّيَأ اَيِب ْمَكنْيَب ْمكَلا َوْمَأ واِلِاطَبْال
اَرَت ْنَع ًةَارَجِت َونكَت ْنَأ ََّلِإْمكْنِم ٍض
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan (yang sesuai syariah) yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu.” (QS. An-Nissa’: 29)
2
8. BATIL = TIDAK SAH
1. Di mata Allah, harta kita dianggap bukan
milik kita.
2. Harta itu kalau kita manfaatkan menjadi
haram.
3. Di akhirat, harta itu akan menjadi siksa di
dalam neraka.
9. MOTOR LEASING
Mengandung multi akad, menggabungkan sewa
menyewa dengan jual beli.
Akadnya batil.
Sepeda motor dianggap Allah bukan milik kita.
Dinaiki haram, dijual lagi haram, disewakan haram,
diinfakkan haram.
Di dunia dianggap tidak sah, di akhirat mendatangkan
siksa (dianggap dosa, diadzab, dimasukkan ke dalam
neraka).
10. TIJAROH SESUAI SYARIAH
Supaya sah atau tidak batil, solusinya:
ََّلِإاَرَت ْنَع ًةَارَجِت َونكَت ْنَأْمكْنِم ٍض
“Kecuali dengan jalan perniagaan (yang sesuai
syariah) yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.” (QS. An-Nissa’: 29)
11. HISAB HARTA LEBIH BERAT
َّتَح ِةَماَيِقْال َم ْوَي ٍدْبَع اَمَدَق ولزَت ََلٍ َب ْرَأ ْنَع َلَأْأي ى:
ْنَعِف ِهِدَأَج ْنَع َو ، َاهنْفَأ اَميِف ِه ِرمع، ه ََْلبَأ اَميِم ِهِلاَم ْنَع َوْن
هَعَض َو اَميِف َو هَبَأَتْكا َْنيَأِع ْنَع َو ،ِهيِف َلِمَع اَذاَم ِهِمْل
“Tidak akan bergeser tapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat,
sampai ia ditanya tentang empat perkara. (Yaitu): tentang umurnya
untuk apa ia habiskan, tentang jasadnya untuk apa ia gunakan,
tentang hartanya darimana ia mendapatkannya dan kemanakah ia
meletakkannya, dan tentang ilmunya, apakah yang telah ia
amalkan.” (HR. At Tirmidzi dan Ad Darimi)
3
12. PEMILIK HARTA
Semakin banyak harta yang dimiliki, semakin lama hisab akan
dilakukan.
Semakin banyak harta yang diperoleh dengan cara haram, maka
semakin besar dosa dan siksa yang akan diberikan.
Semakin banyak harta yang dibelanjakan dengan cara haram,
tentu semakin besar dosa dan siksa yang akan diberikan.
Agar hisab harta cepat dan mudah, harta harus diperoleh dengan
cara yang sesuai syariah dan dibelanjakan dengan cara yang
sesuai syariah.
13. MENGHINDARI
KEBANGKRUTAN
Dari Abu Hurairah ra, Rasûlullâh saw bersabda, “Tahukah kamu siapakah orang bangkrut
itu?”
Para Sahabat r.hum menjawab, “Orang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak
punya uang dan barang.”
Beliau saw bersabda, “Sesungguhnya orang bangkrut di kalangan umatku, (yaitu) orang
yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala amalan) shalat, puasa dan
zakat.
Tetapi dia juga mencaci maki si ini, menuduh si itu, memakan harta orang ini,
menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini.
Maka orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya, dan orang ini diberi sebagian
kebaikan-kebaikannya.
Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum diselesaikan kewajibannya, kesalahan-
kesalahan mereka diambil lalu ditimpakan padanya, kemudian dia dilemparkan di dalam
neraka.” (HR. Muslim, no. 2581)
4
15. MEMINTA KEHALALAN
ْرِع ْنِم ِهْي ِخَ ِِل ٌةَمَلْظَم هَل َْتناَك ْنَمَّلَحَتَيْلَف ٍءْيَش ْوَأ ِه ِضهْنِم هْل
ََل َو ٌَارنْيِد َن ْوكَي ََل ْنَأ َلْبَق َم ْوَيْالٌمَه ْرِد
“Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik
menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya,
maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut
pada hari ini (di dunia) sebelum tidak ada lagi dinar dan tidak pula
dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada hari
kiamat).” (HR. Bukhari 2449)
16. BAHAYA HARTA HARAM
بيده نفأي الذي َو…َم ٌدْبَع بِأْكَي ََل،ٍامَرَح ْنِم ًاَل
ِف هَل َكَارَبيَف هْنِم َقِفْنيَفِهِب قَّدَصَتَي ََل َو ،ِهيَلَبْقيَف
ِإ ِه ِرْهَظ َفَْلخ كرْتَي ََل َو ،هْنِمَّنال ىَلِإ هَداَز َانَك ََّلِار
“Demi Zat yang jiwaku ada di genggaman tangan-Nya… tidaklah
seorang hamba mendapatkan harta dari yang haram lalu dia
membelanjakannya dan dia diberkahi di dalamnya, dan tidak pula
dia sedekahkan dan diterima darinya, dan tidak pula dia tinggalkan
di belakangnya kecuali menjadi bekalnya ke neraka.” (HR. Ahmad)
5
17. ANCAMAN UNTUK PEMAKAN
HARTA HARAM
ٌمْحَل َةَّنَجْال لخْدَي ََل هَّنِإَّنال ٍتْحأ ْنِم َتَبَنار
ىَل ْوَأِهِب
“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging
yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka
lebih pantas untuknya.”
(HR. Ahmad dan Ad Darimi)
18. BERHATI-HATI
Kita harus banyak belajar (ngaji) sehingga
bisa mengenal mana harta yang halal,
mana harta yang haram.
Tidak ada pilihan selain mencari harta
yang halal dengan cara yang halal, dan
dibelanjakan di jalan yang halal.
19. MENGAPA BISNIS HARUS
SESUAI SYARIAH
1. Zaman “masa bodoh” tidak peduli halal haram
2. Larangan mengambil harta dengan cara yang
batil
3. Hisab harta lebih berat
4. Menghindari kebangkrutan di akhirat (karena
mengambil harta orang lain dengan dzalim)
5. Harta haram menghantarkan ke neraka
20. BISNIS WAJIB TERIKAT
DENGAN SYARIAT
َنِم ٍةَعي َِرش ٰىَلَع ََاكنْلَعَج َّمثَو اَهْعِبَّتاَف ِرْمَ ْاِلْ ِبَّتَت ََل
َونمَلْعَي ََل َينِذَّال َءا َوْهَأ
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui” (QS. Al-Jaatsiyah: 18)
PENGUAT MOTIVASI (1)
21. JANJI ALLAH UNTUK ORANG
YANG BERTAKWA
ًجَرْخَم هَل ْلَعْجَي َهللا ِقَّتَي ْنَم َوا.ْثيَح ْنِم هْقز ْرَي َو
ََلَلَع ْلَّك َوَتَي ْنَم َو ۚ بِأَتْحَيهبْأَح َوهَف ِهللا ى
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangkasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)
PENGUAT MOTIVASI (2)
22. PEBISNIS YANG MENGIKUTI
SYARIAT AKAN BERSAMA PARA
NABI DI SURGA
ال َ َم ْنيِمَِلا ق ْودَّصال ر ِاجَّتالِد ِالص َو َْنيِيِبَّنَْنيِقْي
ِاءَدَهُّشال َو
“Pedagang yang jujur lagi terpercaya (akan
dibangkitkan pada hari kiamat) bersama para
nabi, kaum shiddiq dan para syuhada”.
(HR. At Tirmidzi, Al Hakim, dan Ad Darimi)
PENGUAT MOTIVASI (3)
25. APA ITU HUKUM SYARIAH
يِع ْرالش مْكحْلَا:ِارَّشال ابَط ِخ َوهِلاْعْفَأِب قَلَعَتمْال ع
ْيِيْخَتْال ِوَا ِاءَضِتْقِ ْاْلِب ادَبِعْالِ ْض َوْال ِوَا ِر
Hukum syari’at adalah seruan dari As-Syari’ (Allah sebagai
Pembuat Hukum) yang terkait dengan perbuatan-
perbuatan hamba, baik berupa tuntutan, pemberian
pilihan, atau penetapan sesuatu
(sebagai pengatur hukum).
(M. Husain Abdullah, Al Wadhif fi Ushul Al Fiqh, hlm. 219; Atha bin Khalil, Taisir Al
Wushul Ila Al Ushul, hlm. 9)
26. PEMBAGIAN HUKUM
SYARIAH
1. Hukum taklifi, yaitu hukum untuk mengatur
perbuatan manusia secara langsung, yang berupa
tuntutan (thalab) dan pemberian pilihan (takhyir).
2. Hukum wadh’i, yaitu hukum untuk mengatur
hukum taklifi itu. Hukum wadh’i lebih mendasar
daripada hukum taklifi.
Atha bin Khalil, Taisir Al Wushul Ila Al Ushul, hlm. 9
27. CONTOH HUKUM TAKLIFI &
WADH'I
Shalat dzuhur hukumnya apa? Jawabannya wajib.
Jawaban wajib itu hukum taklifi.
Kalau jam 10 pagi ada yang mengajak shalat dzuhur, mau ngga?
Jawabannya tidak mau. Kenapa tidak mau? Karena belum masuk
waktu dzhuhr.
Kalau jawabannya karena belum masuk waktu dzuhur, maka itu
termasuk hukum wadh’i, yaitu sebab masuknya shalat.
Kalau jam 10 tetap nekad shalat dzuhur, maka shalat tersebut
tidak bernilai di sisi Allah SWT.
28. PELANGGARAN HUKUM TAKLIFI:
KASUS PERNIKAHAN
Laki-laki perempuan menikah selama 5 tahun.
Suatu ketika sang suami menempeleng istrinya.
Apa hukum sang suami menempeleng istrinya? Jawabannya
haram.
Jawabannya haram itu termasuk hukum taklifi.
Untuk menghilangkan hukum taklifi lebih mudah.
Caranya tobat kepada Allah dan meminta maaf kepada istrinya.
Kalau istrinya memberikan maaf, maka urusannya selesai.
29. Laki-laki perempuan menikah tetapi ada rukun yang ditinggal, misal
tidak ada wali.
Apakah itu sah? Jawabannya tidak sah.
Sah atau batal itu hukum wadh’i.
Kalau pernikahan itu nekad diteruskan maka akan dihitung berzina
selamanya.
Apakah bisa ditaubati dengan istighfar dan meminta maaf kepada
istrinya?
Jawabannya tidak bisa.
Bagaimana agar menjadi sah? Jawabannya akad nikahnya harus diulang
dan rukun-rukun pernikahannya harus dipenuhi.
PELANGGARAN HUKUM WADH’I:
KASUS PERNIKAHAN
30. Kalau rumah tangga yang tidak sah itu diteruskan, konsekuensinya:
Rumah tangganya dinilai kumpul kebo
Setiap aktifitas di dalamnya menjadi haram:
– Suami memberi nafkah hukumnya haram
– Suami membelai hukumnya haram
– Suami menggauli hukumnya haram
– Anak yang lahir dinilai sebagai “anak haram”
– Ayah memberi nafkah kepada anak hukumnya haram
Jika anaknya perempuan dan menikah, ayahnya menjadi wali baginya
hukumnya haram
Ketika ayahnya meninggal, hartanya haram untuk diwariskan
PELANGGARAN HUKUM WADH’I:
KASUS PERNIKAHAN
31. DALAM DUNIA
BISNIS JUGA
BERLAKU HUKUM
TAKLIFI & WADH'I
Contoh:
Kasus leasing (yang dibahas di awal)
Pembuatan perseroan yang tidak sesuai
syariah
32. STATUS HUKUM TAKLIFI
Status hukum perbuatan manusia ada 5:
1. Fardhu yang bermakna wajib
2. Haram yang bermakna terlarang
3. Mandub (Sunnah)
4. Makruh
5. Mubah
33. 1. Sebab adalah tanda akan adanya suatu hukum syara’.
2. Syarat adalah perkara yang kepadanya bergantung hukum.
3. Mani’ adalah apa-apa yang keberadaannya memastikan tiadanya
hukum atau memastikan batalnya sebab.
4. Azimah adalah hukum pokok, dan Rukhshah adalah hukum
keringanan.
5. Sah adalah amal yang sesuai dengan perintah As-Syaari’; Batal
adalah amal yang tidak sesuai dengan perintah As-Syaari’; Fasad
adalah kondisi perbuatan yang pada asalnya sesuai syara’, tetapi
ada sifat dari perbuatan itu (di luar rukun dan syarat) yang
membuat cacat perbuatan asal tersebut, yaitu menyimpang dari
perintah As-Syaari’.
STATUS HUKUM WADH’I
34. 1. Dalam perkara ibadah dan munakahat:
1. Sebab:’ masuknya waktu dzuhur.
2. Syarat: suci dari hadats.
3. Mani’: orang tua murtad dan meninggal, hartanya
tidak bisa diwarisi.
4. Azimah: dzuhur 4 rakaat, dan Rukhshah: ketika safar
2 rakaat.
2. Dalam perkara bisnis:
1. Sah, batal dan fasad
CONTOH STATUS HUKUM
WADH’I
37. PENGERTIAN MUAMALAH
(EKONOMI SECARA KHUSUS)
Mu’amalah adalah:
َعَتُمألا ُةَّيِعأَّرشال ُمَاأكأحَ أْلَااَيأنُّدال ِرأمَأِب ُةَقَّل
“Hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan urusan dunia”
(Al-Mu’jamul Wasith, II/628).
Yang dimaksud “urusan dunia”: interaksi antara manusia
dengan manusia lain, seperti jual beli, syirkah, ijarah, utang-
piutang dsb.
38. PEMBAGIAN MUAMALAH
Berdasarkan ada atau tidaknya aqad, Mu’amalah
dapat dibagi menjadi dua:
1. Muamalah dengan (harus) akad (ijab qabul),
seperti: jual beli, ijarah, syirkah, utang-
piutang dll.
2. Muamalah tanpa (tidak perlu) akad, seperti:
hawalah (pengalihan hutang), dhoman
(menjamin pelunasan hutang), washiyat,
waris, infaq dll.
(Taqiyuddin An Nabhani, As Syakhshiyah Al Islamiyah, 2/350).
39. MUAMALAH DENGAN AKAD
DAN TANPA AKAD
Kedua macam muamalah tersebut merupakan
bentuk interaksi antara dua pihak (bukan perbuatan
hukum dari satu pihak).
Hanya saja, pada muamalah dengan akad,
diperlukan kesepakatan dari dua pihak.
Sedangkan pada muamalah tanpa akad, tidak
diperlukan kesepakatan dua pihak.
40. PENGERTIAN AKAD
Akad menurut istilah syar’i :
ىَلَع ٍل أوُبَقِب ٍباَجأيِا ُطاَبِتأِراُرَهأظَي ٍع أوُرأشَم ِهأجَو
ِهِلَحَم أيِف ُهَرأثَا
“Ikatan ijab dengan kabul yang sesuai hukum
syara’ yang menimbulkan akibat hukum pada
objek akad.”
(Yusuf As-Sabatin, Al-Buyu’, hlm. 13)
41. KONSEKUENSI AKAD
(MUQTADAL AQOD)
Begitu terjadi ijab kabul, objek akad langsung berubah statusnya.
Misalnya:
– Dalam jual beli, ketika terjadi ijab kabul maka barang yang menjadi
objek akad langsung (detik itu juga) berpindah kepemilikan dari
penjual kepada pembeli.
– Dalam pernikahan, ketika terjadi ijab kabul antara wali dengan
mempelai laki-laki, maka perbuatan-perbuatan yang tadinya haram
kepada objek akad (mempelai wanita), misalnya melihat, memegang,
membelai, dan mencium, maka setelah ijab kabul perbuatan tersebut
menjadi halal dilakukan.
42. PENTINGNYA AKAD
Dalam bisnis syariah, yang pertama diperhatikan adalah akad.
Setiap akad hanya memiliki 1 (satu) konsekuensi akad (muqtadal
aqod) dan setiap akad memiliki konsekuensi akad yang berbeda-
beda, misalnya:
– Jual beli, konsekuensi akadnya adalah perpindahan
kepemilikan.
– Sewa menyewa, konsekuensi akadnya perpindahan manfaat.
Oleh karena itu kita harus benar-benar faham definisi setiap akad.
43. RUKUN AQAD
1. AL-AQIDANI, yaitu: adanya dua pihak yang
berakad.
2. MAHALLUL AQAD atau MA’QUUD ‘ALAIHI,
yaitu: adanya objek akad atau apa yang
diakadkan.
3. SHIGHAT AKAD, yaitu: adanya ijab dan
qabul.
44. TERWUJUDNYA AKAD
Terwujudnya akad ada dua kemungkinan:
1. AKAD SAH, yaitu: akad yang memenuhi
perintah syara’ pada rukun-rukun akad.
2. AKAD TIDAK SAH, yaitu: akad yang tidak
memenuhi perintah syara’ pada rukun-
rukun akad.
45. AKAD YANG TIDAK SAH
1. AKAD BATAL, yaitu akad yang cacat pada
salah satu rukun akadnya, atau cacat pada
syarat yang wajib ada pada rukun aqad.
Ditambah kemasukan unsur-unsur yang
diharamkan sehingga merusak akad.
2. AKAD FASAD, yaitu akad yang cacat pada
sifat akad, yang bukan rukun-rukun akad.
46. BATIL = TIDAK SAH
1. Di mata Allah, harta kita dianggap bukan
milik kita.
2. Harta itu kalau kita manfaatkan menjadi
haram.
3. Di akhirat, harta itu akan menjadi siksa di
dalam neraka.
47. AGAR AKADNYA SAH
1.Akad batal, akadnya harus
diulang.
2.Akad fasad, akadnya tidak perlu
diulang, tapi cukup
menghilangkan cacat yang ada
pada sifat akad.
48. MULTIAKAD
Setiap akad memiliki konsekuensi akad (muqtadal
akad).
Yang tidak diperbolehkan, jangan sampai terjadi
multiakad karena akan merusak akad.
Misalnya menggabungkan jual beli (pemindahan
kepemilikan) dengan sewa menyewa (pemindahan
manfaat), membuat status objek akadnya menjadi
rusak, apakah berpindah kepemilikan atau tidak
berpindah manfaat.
49. KASUS LEASING
Leasing mengandung multiakad (menggabungkan sewa menyewa dan
jual beli).
Status motor yang dikredit itu membingunkan, apakah milik lessor
(perusahaan pembiayaan) atau milik lesse (pembeli).
Kalau disebut milik perusahaan pembiayaan, ternyata BPKB dan STNK
sudah atas nama pembeli.
Kalau disebut milik pembeli, ketika terjadi kredit macet, maka motor
langsung diambil oleh perusahaan pembiayaan dan uang yang telah
dibayarkan dianggap sebagai uang sewa.
Artinya motor tersebut dianggap motor yang disewa, bukan motor milik
pembeli.
Tapi anehnya, ketika nanti pembayarannya selesai dianggap jual beli.
50. LARANGAN MULTIAKAD
Multiakad (al-‘uqud al-murakkabah) hukumnya haram.
Keharaman tersebut berdasarkan hadits:
َأ َو ِهْيَلَع هللا ىَّلَص ِهللا ولأَر ىَهَنيِف ِْنيَتَقْفَص ْنَع َمَّلٍةَقْفَص
ٍةَد ِاح َو
“Rasulullah SAW telah melarang dua kesepakatan (akad) dalam satu
kesepakatan (akad)” (HR. Imam Ahmad).
َأ َو ِهْيَلَع هللا ىَّلَص ِهللا ولأَر ىَهَنيِف ِْنيَتَعْيَب ْنَع َمَّلٍةَعْيَب
“Rasulullah SAW telah melarang dua jual beli dalam satu jual beli”
(HR An Nasa`i, Tirmidzi, Baihaqi).