SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Sesi 4_Akuntansi Syariah_Sms 4_2022IK
1. Konsep Memelihara Harta Kekayaan
2. Bagaimana Memperoleh dan Menggunakan Harta dalam
Syariah
3. Akad/ Kontrak/ Transaksi
4. Transaksi yang Dilarang
5. Riba dan Jenis Riba
6. Prinsip Sistem Keuangan Syariah
7. Berbagai Jenis Instrumen Keuangan Syariah
Sub Pokok Bahasan
 Anjuran Bekerja atau Berniaga
 Konsep Kepemilikan
 Perolehan Harta
 Penggunaan dan Pendistribusian Harta
1) Tidak boros dan tidak kikir
2) Memberi infak dan shadaqah
3) Membayar zakat sesuai ketentuan
4) Memberi pinjaman tanpa bunga
5) Meringankan kesulitan orang yang
berhutang
KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN
• “…Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.“ (QS 62 : 10)
• Ketika Rasulullah ditanya oleh Rafi bin Khudaij: Dari Malik bin Anas r.a
“Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik?” Rasulullah
menjawab “Pekerjaan orang dengan tangannya sendiri dan jual beli
yang mabrur”. (HR Ahmad dan Al Bazzar At Thabrani dari Ibnu Umar)
• “Harta yang paling baik adalah harta yang diperoleh lewat tangannya
sendiri …” (HR. Bazzar)
• ”Sesungguhnya Allah suka kalau Dia melihat hambaNya berusaha
mencari barang dengan cara yang halal.” (HR.Ath-Thabrani dan Ad-
Dailami).
• “Orang yang meminta minta padahal dia tidak begitu membutuhkan
(tidak terdesak) sama halnya dengan orang yang memungut bara api”
(HR. Muslim)
Anjuran Bekerja atau Berniaga
 Kepemilikan harta kekayaan pada manusia
terbatas pada kepemilikan atas manfaat
selama masih hidup di dunia, dan bukan
kepemilikan secara mutlak. Saat dia
meninggal, kepemilikan tersebut berakhir
dan harus didistribusikan kepada ahli
warisnya, sesuai ketentuan syariah.
 Milik Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia
menghidupkan dan mematikan; dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 57:2)
Konsep Kepemilikan
 Harta dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan
cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu-
rambu yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan as Sunnah
 “Barang siapa mengumpulkan harta dari jalan haram, lalu dia
menyedekahkannya, maka dia tidak mendapatkan pahala, bahkan
mendapatkan dosa” (HR Huzaimah dan Ibnu Hiban dishahihkan oleh Imam
Hakim)
 “Sesuatu yang haram tetaplah haram, bagaimanapun baiknya niat
pelakunya, mulia tujuannya, dan tepat sasarannya” (Al-Hadits)
 Ada konsekwensi jangka panjang dalam memperoleh harta “Pada hari itu
mereka semuanya Dibangkitkan Allah, lalu DiberitakanNYA kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua
amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah
Maha Menyaksikan segala sesuatu” (QS 58:6)
Perolehan Harta
 Tidak boros dan tidak kikir
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tapi jangan
berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan.” (QS 7 : 31)
“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS 17 : 29)
 Memberi infaq dan shodaqoh
Perumpamaan orang yang menginfak hartanya dijalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai
ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dia
kehendaki, Dan Allah berjanji barang siapa melakukan kebajikan
akan dilipatgandakan pahalanya dan Allah Maha Luas, Maha
Mengetahui” (QS 2:261
Penggunaan dan Pendistribusian Harta
 Membayar zakat sesuai ketentuan
 ”Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menumbuhkan) ketentraman
jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui.” (QS 9:103)
 Memberi pinjaman tanpa bunga
 Meringankan kesulitan orang yang berhutang
 “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka
berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan.
Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.” (QS 2:280)
Penggunaan dan Pendistribusian Harta
AKAD/ KONTRAK/ TRANSAKSI
Jenis Akad dalam Syariah
1. Akad Tabarru’ (Gratuitous Contract) adalah perjanjian
yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk
memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi
ini adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat
kebaikan. Contoh akad tabarru’ adalah qard, rahn,
hiwalah, kafalah, wadi’ah, hibah, waqaf, shadaqah,
hadiah.
2. Akad Tijarah/mu’awadah (compensational contract)
merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan. Contoh akad tijarah adalah akad-akad
investasi, jual-beli, sewa-menyewa.
Jenis Akad
a. Natural uncertainty contract, merupakan kontrak yang
diturunkan dari teori pencampuran, di mana pihak yang
bertransaksi saling mencampurkan aset yang mereka miliki
menjadi satu, kemudian menanggung risiko bersama-sama
untuk mendapatkan keuntungan. Contoh akad dalam kontrak
ini adalah musyarakah, mudharabah, muzara’ah, musaqah,
dan mukhabarah
b. Natural certainty contract, merupakan kontrak yang
diturunkan dari teori pertukaran, di mana kedua belah pihak
saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, sehingga objek
pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus
ditetapkan di awal akad dengan pasti tentang jumlah, mutu,
harga, dan waktu penyerahan. Contohnya adalah murabahah,
salam, istishna’, dan ijarah.
Jenis Akad Tijarah
1. Pelaku, yaitu para pihak yang melakukan akad,
2. Objek akad merupakan sebuah konsekuensi yang
harus ada dengan dilakukannya suatu transaksi
tertentu,
3. Ijab qabul merupakan kesepakatan dari para
pelaku dan menunjukkan mereka saling ridho.
Rukun dan Syarat Akad
“Hai orang orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil (tidak benar),
kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah membunuh dirimu.
Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu”
Prasyarat Transaksi
Hal yang termasuk transaksi yang dilarang adalah sbb:
1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa
yang diharamkan Allah
2. Riba
3. Penipuan
4. Perjudian
5. Gharar
6. Ikhtikar
7. Monopoli
8. Bai’an Najsy
9. Suap
10. Taalluq
11. Bai al inah
12. Talaqqi al-rukban
TRANSAKSI YANG DILARANG
• Contoh: Perdagangan babi, khamr atau minuman yang
memabukkan, narkoba, dsb.
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai,
darah, daging babi dan (hewan) yang disembelih dengan
(menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa
(memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak
pula melampaui batas, maka sungguh Allah Maha
Pengampun, maha Penyayang” (QS 16:115)
”Sesungguhnya Allah dan Rasul Nya telah mengharamkan
memperdagangkan khamr/minuman keras, bangkai, babi,
dan patung.” (HR Bukhari Muslim)
”Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga
mengharamkan harganya” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang
Diharamkan Allah
• Bahasa: tambahan (Al-Ziyadah), berkembang (An-Nuwuw),
meningkat (Al-Irtifa’), & membesar (Al-’uluw)
• tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa
adanya padanan (’iwad) yang dibenarkan syari’ah atas
penambahan tersebut.
• Larangan Riba sebenarnya tidak hanya berlaku untuk agama
Islam, melainkan juga diharamkan oleh seluruh agama
samawi selain Islam (Yahudi dan Nasrani)
Riba
 Tahap 1: QS 30:39
Ayat periode Makkah ini, manusia diberi peringatan bahwa pada
hakekatnya riba tidak menambah kebaikan disisi Allah, belum
berupa larangan yang keras.
 Tahap 2: QS 4:161
Ayat periode Madinah ini memberikan pelajaran kepada kita
mengenai perjalanan hidup orang Yahudi yang melanggar larangan
Allah berupa riba kemudian diberi siksa yang pedih.
 Tahap 3: QS 3:130
Walaupun pelarangan masih terbatas pada riba yang berlipat
ganda, ayat di atas memberikan pelajaran kepada kita tentang
pengharaman riba secara lebih jelas.
 Tahap 4: QS 2:278-280
Ayat di atas merupakan tahapan terakhir riba yaitu ketetapan yang
menyatakan dengan tegas dan jelas bahwa semua praktek riba itu
dilarang (haram), tidak peduli pada besar kecilnya tambahan yang
diberikan karena Allah hanya membolehkan pengembalian sebesar
pokoknya saja.
4 (Empat) Tahap Larangan Riba
“… Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu
sama dengan riba. Padahal Allah telah Menghalalkan jual beli dan
Mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari
Tuhan-NYA lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah…”
(QS 2:275)
“Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah
(dosanya) sama dengan seorang yang melakukan zina dengan
ibunya.” (Ibnu Mas’ud)
Jabir berkata : ”bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang
menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang
mencatatnya dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda,
“mereka itu semua sama.” (HR Muslim).
Dalil Riba
1. Riba Nasi’ah (bersumber dari Al Quran), adalah riba yang
muncul karena utang-piutang, riba nasi’ah dapat terjadi
dalam segala jenis transaksi kredit atau utang-piutang di
mana satu pihak harus membayar lebih besar dari pokok
pinjamannya.
a) Riba Qardh, suatu tambahan atau tingkat kelebihan
tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang .
b) Riba Jahiliyyah, hutang yang dibayar melebihi dari pokok
pinjaman, karena si peminjam tidak mampu
mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah
ditetapkan.
2. Riba Fadhl (bersumber dari Al Hadist)
suatu penambahan pada salah satu dari benda yang
dipertukarkan dalam jual beli benda ribawi yang sejenis
(benda yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan), atau
perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang
diserahkan saat ini dan barang yang diserahkan kemudian.
Jenis Riba
1. peminjam jatuh miskin karena dieksploitasi,
2. menghalangi orang untuk melakukan usaha karena
pemilik dapat menambah hartanya dengan
transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka,
3. terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam
bidang pinjam meminjam,
4. memberikan jalan bagi orang kaya untuk menerima
tambahan harta dari orang miskin yang lemah.
Pengaruh Riba pada Kehidupan Manusia
Berikut ini adalah perbedaan riba dan jual beli.
Berdasarkan perbedaan tsb dapat diambil kesimpulan
bahwa jual beli diperbolehkan karena ada ‘iwad
(pengganti/penyeimbang) yang menyebabkan penjual
boleh mengambil tambahan sebagai keuntungan.
Perbedaan Riba dan Jual Beli
No. JUAL BELI RIBA
1. Dihalalkan Allah SWT Diharamkan Allah SWT
2. Harus ada pertukaran barang atau
manfaat yang diberikan sehingga ada
keuntungan/ manfaat yang diperoleh
pembeli dan penjual
Tidak ada pertukaran barang dan
keuntungan/ manfaat hanya
diperoleh oleh penjual
3. Karena ada yang ditukarkan, harus ada
beban yang ditanggung oleh penjual
Tidak ada beban yang ditanggung
oleh penjual
4. Memiliki rasio untung rugi, sehingga
diperlukan kerja/ usaha, kesungguhan
dan keahlian
Tidak memiliki risiko sehingga tidak
diperlukan kerja/ usaha,
kesungguhan dan keahlian
 Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak
mengetahui informasi yang diketahui pihak lain dan
dapat terjadi dalam empat hal, yakni dalam
kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.
“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dan
kebatilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan
kebenaran, sedangkan kamu mengetahui.” (QS.2:42)
Penipuan
 Berjudi atau Maisir dalam bahasa Arab arti
harfiahnya adalah memperoleh sesuatu atau
mendapat keuntungan dengan sangat mudah tanpa
kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa
bekerja.
“Wahai orang orang yang beriman, sesungguhnya
minuman keras, berjudi, berkurban (untuk berhala)
dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu
beruntung.” (QS 5:90)
Perjudian
 Gharar terjadi ketika terdapat incomplete
information, sehingga ada ketidakpastian antara
dua belah pihak yang bertransaksi.
 Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian
antara para pihak dan ada pihak yang dirugikan.
Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yakni
dalam kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan
dan akad.
“Bagaimana pendapatmu jika Allah mencegah biji itu
untuk menjadi buah, sedang salah seorang dari kamu
menghalalkan (mengambil) harta saudaranya?” (HR
Bukhari)
Transaksi yang Mengandung Ketidakpastian/
Gharar
 Penimbunan adalah membeli sesuatu yang
dibutuhkan masyarakat, kemudian
menyimpannya, sehingga barang tersebut
berkurang di pasaran dan mengakibatkan
peningkatan harga.
”Siapa yang merusak harga pasar, sehingga
harga tersebut melonjak tajam, maka Allah
akan menempatkannya di neraka pada hari
kiamat ( HR At-Tabrani)
Penimbunan Barang/ Ihtikar
 Monopoli, biasanya dilakukan dengan membuat
entry barrier, untuk menghambat produsen atau
penjual masuk ke pasar agar ia menjadi pemain
tunggal di pasar dan dapat menghasilkan
keuntungan yang tinggi.
”Wahai Rasulullah SAW, harga-harga naik, tentukanlah
harga untuk kami. Rasulullah lalu menjawab: ”Allahlah
yang sesungguhnya penentu harga, penahan,
pembentang dan pemberi rezeki. Aku berharap agar
bertemu dengan Allah, tak ada seorang pun yang
meminta padaku tentang adanya kezholiman dalam
urusan darah dan harta.” (HR Ashabus Sunan)
Monopoli
 An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis),
karena merekayasa permintaan, dimana satu pihak
berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga
yang tinggi, agar calon pembeli tertarik dan
membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi.
“Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran
barang tanpa maksud untuk membeli.” (HR Turmidzi)
Rekayasa Permintaan (Bai’an Najsy)
 Suap dilarang karena karena suap dapat merusak
sistem yang ada di dalam masyarakat, sehingga
menimbulkan ketidakadilan sosial dan persamaan
perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti akan
diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.
“… dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu
kepada para hakim….” (QS 2:188)
“Rasulullah SAW melaknat penyuap, penerima suap
dan orang yang menyaksikan penyuapan.”
(HR Ahmad, Thabrani, Al-Bazar dan Al-Hakim)
Suap
 Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling
dikaitkan di mana berlakunya akad pertama
tergantung pada akad kedua. Misalkan A menjual
barang X seharga Rp. 120 juta secara cicilan kepada
B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual
barang X tersebut kepada A secara tunai seharga
Rp.100 juta (bai’ al-‘inah).
 Transaksi tersebut haram, karena ada persyaratan
bahwa A bersedia menjual barang X ke B asalkan B
kembali menjual barang tersebut kepada A.
Penjual Bersyarat/ Ta’alluq
 Sama dengan Riba
 A menjual secara kredit pada B kemudian A
membeli kembali barang yang sama dari B
secara tunai. Kita lihat ada dua pihak yang
seolah-olah melakukan jual beli, namun
tujuannya bukan untuk mendapatkan barang
melainkan A mengharapkan untuk
mendapatkan uang tunai sedangkan B
mengharapkan kelebihan pembayaran.
Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak
Pembeli (Bai’al Inah)
 jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai
pihak penghasil atau pembawa barang perniagaan
dan membelinya, dimana pihak penjual tidak
mengetahui harga pasar atas barang dagangan yang
dibawanya sementara pihak pembeli mengharapkan
keuntungan yang berlipat dengan memanfaatkan
ketidaktahuan mereka.
“Janganlah kamu mencegat kafilah/rombongan yang
membawa dagangan di jalan, siapa yang melakukan
itu dan membeli darinya, maka jika pemilik barang
tersebut tiba di pasar (mengetahui harga), ia boleh
berkhiar.” (HR Muslim).
Jual Beli dengan Cara Talaqqi Al-Rukban
1. Pelarangan Riba
2. Pembagian Risiko
3. Menganggap Uang sebagai Modal Potensial
4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif
5. Kesucian Kontrak
6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah
PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
1. Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sbg
“kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan ataupun pinjaman.
Riba/Ribit (bahasa Yahudi) telah dilarang tanpa adanya
perbedaan pendapat di antara para ahli fiqih. Riba merupakan
pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan dan hak
atas barang. Oleh karena sistem riba ini hanya
menguntungkan para pemberi pinjaman/pemilik harta,
sedangkan pengusaha tidak diperlukan sama. Padahal
“untung” itu baru diketahui setelah berlalunya waktu bukan
hasil penetapan di muka.
2. Pembagian Risiko. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
pelarangan riba yang menetapkan hasil bagi pemberi modal di
muka. Sedangkan melalui pembagian risiko maka pembagian
hasil akan dilakukan di belakang yang besarannya tergantung
dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belah
pihak akan saling membantu untuk bersama-sama
memperoleh laba, selain lebih mencerminkan keadilan.
PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
3. Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Dalam masyarakat
industri dan perdagangan yang sedang berkembang sekarang
ini (konvensional), fungsi uang tidak hanya sbg alat tukar saja,
tetapi juga sbg komoditas (hajat hidup yang bersifat terbatas)
dan sbg modal potensial. Dalam fungsinya sbg komoditas,
uang dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang
yang dijadikan sbg objek transaksi untuk mendapatkan
keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sbg modal nyata
(capital), uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat
produktif) baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab
itu, sistem keuangan Islam memandang uang boleh dianggap
sbg modal kalau digunakan bersamaan dgn sumber daya yang
lain untuk memperoleh laba.
4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan
pelarangan untuk transaksi yang memiliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi yang
memiliki risiko sangat besar.
PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
5. Kesucian Kontrak. Oleh karena Islam menilai perjanjian sbg
suatu yang tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan
pengungkapan yang terkait dgn kontrak harus dilakukan. Hal
ini akan mengurangi risiko atas informasi yang asimetri dan
timbulnya moral hazard.
6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha
tsb haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut
syariah. Dengan demikian, usaha seperti minuman keras, judi,
peternakan babi yang haram juga tidak boleh dilakukan.
Jadi, prinsip keuangan syariah mengacu kepada prinsip rela
sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi
dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul
bersama biaya (al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul
bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
1. AKAD INVESTASI (NUC)
• Mudharabah
• Musyarakah
• Sukuk
• Saham Syariah
2. AKAD INVESTASI (NCC)
• Murabahah
• Salam
• Istishna’
• Ijarah
3. AKAD LAINNYA
• Sharf
• Wadiah
• Qardhul Hasan
• Al-Wakalah
• Kafalah
• Hiwalah
• Rahn
INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH
Sistem keuangan Islam dilakukan untuk memenuhi maqashidus
syariah bagian memelihara harta. Dalam menjalankan sistem
keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah adanya
akad/kontrak/transaksi yang sesuai dengan syariat Islam. Agar
akad tsb sesuai syariah maka akad tsb harus memenuhi prinsip
keuangan syariah, yang berarti tidak mengandung hal-hal yang
dilarang oleh syariah. Prinsip keuangan syariah sendiri secara
ringkas harus mengacu pada prinsip rela sama rela (antaraddim
minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la
tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya
(al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bi al ghurmi). Dari prinsip ini, berkembanglah berbagai
instrumen keuangan syariah yang secara rinci akan dibahas pada
bab-bab berikut.
RANGKUMAN
AKUNTANSI SYARIAH

More Related Content

Similar to AKUNTANSI SYARIAH

TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHTEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHabdou hamadah
 
Hukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahHukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahADHP
 
Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamsalmy1001
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysirISEFID
 
WA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGAL
WA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGALWA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGAL
WA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGALamranbarokah
 
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdfwakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdfSalsalbilaHusna
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadSekar Lukinanti
 
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxMilenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxFauziahNurHutauruk
 
Jual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadaiJual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadaiIsma Jihan
 
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan WakafPristiyanto SS
 
Riba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamRiba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamMaisa Rifa
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxMikaMee
 
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptAKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptsumiyati84
 

Similar to AKUNTANSI SYARIAH (20)

Konsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusia
Konsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusiaKonsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusia
Konsep kewajipan zakat dan pengharaman riba dalam kehidupan manusia
 
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHTEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
 
Elemen haram riba
Elemen haram ribaElemen haram riba
Elemen haram riba
 
Hukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahHukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalah
 
Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islam
 
muamalah
muamalahmuamalah
muamalah
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysir
 
4.teori dasar ekonomi islam (1)
4.teori dasar ekonomi islam (1)4.teori dasar ekonomi islam (1)
4.teori dasar ekonomi islam (1)
 
WA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGAL
WA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGALWA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGAL
WA.0895344432004 - RUMAH SYARIAH TEGAL
 
Seesion1 mdp-kenapa hijrah finansial-191121
Seesion1 mdp-kenapa hijrah finansial-191121Seesion1 mdp-kenapa hijrah finansial-191121
Seesion1 mdp-kenapa hijrah finansial-191121
 
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdfwakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
 
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxMilenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
 
Jual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadaiJual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadai
 
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
 
Muamalat harta dalam islam
Muamalat harta dalam islamMuamalat harta dalam islam
Muamalat harta dalam islam
 
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
Riba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islamRiba dalam perspektif islam
Riba dalam perspektif islam
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
 
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptAKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
 

More from sandi217

Materi sesi 4.pptx
Materi sesi 4.pptxMateri sesi 4.pptx
Materi sesi 4.pptxsandi217
 
Ref materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.pptRef materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.pptsandi217
 
Lat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docx
Lat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docxLat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docx
Lat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docxsandi217
 
Ref materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.pptRef materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.pptsandi217
 
Materi sesi 3 akutansi syariah
Materi sesi 3 akutansi syariahMateri sesi 3 akutansi syariah
Materi sesi 3 akutansi syariahsandi217
 
Akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAkuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publiksandi217
 
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusanPertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusansandi217
 

More from sandi217 (7)

Materi sesi 4.pptx
Materi sesi 4.pptxMateri sesi 4.pptx
Materi sesi 4.pptx
 
Ref materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.pptRef materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.ppt
 
Lat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docx
Lat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docxLat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docx
Lat. Praktikum AkBy sesi 2_sms 4_Ak 2022.docx
 
Ref materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.pptRef materi sesi praktikum akby.ppt
Ref materi sesi praktikum akby.ppt
 
Materi sesi 3 akutansi syariah
Materi sesi 3 akutansi syariahMateri sesi 3 akutansi syariah
Materi sesi 3 akutansi syariah
 
Akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAkuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publik
 
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusanPertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
Pertemuan 7 _8-pengambilan_keputusan
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

AKUNTANSI SYARIAH

  • 2. 1. Konsep Memelihara Harta Kekayaan 2. Bagaimana Memperoleh dan Menggunakan Harta dalam Syariah 3. Akad/ Kontrak/ Transaksi 4. Transaksi yang Dilarang 5. Riba dan Jenis Riba 6. Prinsip Sistem Keuangan Syariah 7. Berbagai Jenis Instrumen Keuangan Syariah Sub Pokok Bahasan
  • 3.  Anjuran Bekerja atau Berniaga  Konsep Kepemilikan  Perolehan Harta  Penggunaan dan Pendistribusian Harta 1) Tidak boros dan tidak kikir 2) Memberi infak dan shadaqah 3) Membayar zakat sesuai ketentuan 4) Memberi pinjaman tanpa bunga 5) Meringankan kesulitan orang yang berhutang KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN
  • 4. • “…Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.“ (QS 62 : 10) • Ketika Rasulullah ditanya oleh Rafi bin Khudaij: Dari Malik bin Anas r.a “Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab “Pekerjaan orang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang mabrur”. (HR Ahmad dan Al Bazzar At Thabrani dari Ibnu Umar) • “Harta yang paling baik adalah harta yang diperoleh lewat tangannya sendiri …” (HR. Bazzar) • ”Sesungguhnya Allah suka kalau Dia melihat hambaNya berusaha mencari barang dengan cara yang halal.” (HR.Ath-Thabrani dan Ad- Dailami). • “Orang yang meminta minta padahal dia tidak begitu membutuhkan (tidak terdesak) sama halnya dengan orang yang memungut bara api” (HR. Muslim) Anjuran Bekerja atau Berniaga
  • 5.  Kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan atas manfaat selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak. Saat dia meninggal, kepemilikan tersebut berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya, sesuai ketentuan syariah.  Milik Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 57:2) Konsep Kepemilikan
  • 6.  Harta dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu- rambu yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan as Sunnah  “Barang siapa mengumpulkan harta dari jalan haram, lalu dia menyedekahkannya, maka dia tidak mendapatkan pahala, bahkan mendapatkan dosa” (HR Huzaimah dan Ibnu Hiban dishahihkan oleh Imam Hakim)  “Sesuatu yang haram tetaplah haram, bagaimanapun baiknya niat pelakunya, mulia tujuannya, dan tepat sasarannya” (Al-Hadits)  Ada konsekwensi jangka panjang dalam memperoleh harta “Pada hari itu mereka semuanya Dibangkitkan Allah, lalu DiberitakanNYA kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu” (QS 58:6) Perolehan Harta
  • 7.  Tidak boros dan tidak kikir “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan.” (QS 7 : 31) “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS 17 : 29)  Memberi infaq dan shodaqoh Perumpamaan orang yang menginfak hartanya dijalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki, Dan Allah berjanji barang siapa melakukan kebajikan akan dilipatgandakan pahalanya dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui” (QS 2:261 Penggunaan dan Pendistribusian Harta
  • 8.  Membayar zakat sesuai ketentuan  ”Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS 9:103)  Memberi pinjaman tanpa bunga  Meringankan kesulitan orang yang berhutang  “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS 2:280) Penggunaan dan Pendistribusian Harta
  • 10. Jenis Akad dalam Syariah
  • 11. 1. Akad Tabarru’ (Gratuitous Contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Contoh akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, kafalah, wadi’ah, hibah, waqaf, shadaqah, hadiah. 2. Akad Tijarah/mu’awadah (compensational contract) merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa. Jenis Akad
  • 12. a. Natural uncertainty contract, merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran, di mana pihak yang bertransaksi saling mencampurkan aset yang mereka miliki menjadi satu, kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Contoh akad dalam kontrak ini adalah musyarakah, mudharabah, muzara’ah, musaqah, dan mukhabarah b. Natural certainty contract, merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran, di mana kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, sehingga objek pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti tentang jumlah, mutu, harga, dan waktu penyerahan. Contohnya adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah. Jenis Akad Tijarah
  • 13. 1. Pelaku, yaitu para pihak yang melakukan akad, 2. Objek akad merupakan sebuah konsekuensi yang harus ada dengan dilakukannya suatu transaksi tertentu, 3. Ijab qabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka saling ridho. Rukun dan Syarat Akad
  • 14. “Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu” Prasyarat Transaksi
  • 15. Hal yang termasuk transaksi yang dilarang adalah sbb: 1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah 2. Riba 3. Penipuan 4. Perjudian 5. Gharar 6. Ikhtikar 7. Monopoli 8. Bai’an Najsy 9. Suap 10. Taalluq 11. Bai al inah 12. Talaqqi al-rukban TRANSAKSI YANG DILARANG
  • 16. • Contoh: Perdagangan babi, khamr atau minuman yang memabukkan, narkoba, dsb. “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sungguh Allah Maha Pengampun, maha Penyayang” (QS 16:115) ”Sesungguhnya Allah dan Rasul Nya telah mengharamkan memperdagangkan khamr/minuman keras, bangkai, babi, dan patung.” (HR Bukhari Muslim) ”Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya” (HR Ahmad dan Abu Dawud) Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan Allah
  • 17. • Bahasa: tambahan (Al-Ziyadah), berkembang (An-Nuwuw), meningkat (Al-Irtifa’), & membesar (Al-’uluw) • tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (’iwad) yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. • Larangan Riba sebenarnya tidak hanya berlaku untuk agama Islam, melainkan juga diharamkan oleh seluruh agama samawi selain Islam (Yahudi dan Nasrani) Riba
  • 18.  Tahap 1: QS 30:39 Ayat periode Makkah ini, manusia diberi peringatan bahwa pada hakekatnya riba tidak menambah kebaikan disisi Allah, belum berupa larangan yang keras.  Tahap 2: QS 4:161 Ayat periode Madinah ini memberikan pelajaran kepada kita mengenai perjalanan hidup orang Yahudi yang melanggar larangan Allah berupa riba kemudian diberi siksa yang pedih.  Tahap 3: QS 3:130 Walaupun pelarangan masih terbatas pada riba yang berlipat ganda, ayat di atas memberikan pelajaran kepada kita tentang pengharaman riba secara lebih jelas.  Tahap 4: QS 2:278-280 Ayat di atas merupakan tahapan terakhir riba yaitu ketetapan yang menyatakan dengan tegas dan jelas bahwa semua praktek riba itu dilarang (haram), tidak peduli pada besar kecilnya tambahan yang diberikan karena Allah hanya membolehkan pengembalian sebesar pokoknya saja. 4 (Empat) Tahap Larangan Riba
  • 19. “… Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah Menghalalkan jual beli dan Mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhan-NYA lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah…” (QS 2:275) “Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah (dosanya) sama dengan seorang yang melakukan zina dengan ibunya.” (Ibnu Mas’ud) Jabir berkata : ”bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda, “mereka itu semua sama.” (HR Muslim). Dalil Riba
  • 20. 1. Riba Nasi’ah (bersumber dari Al Quran), adalah riba yang muncul karena utang-piutang, riba nasi’ah dapat terjadi dalam segala jenis transaksi kredit atau utang-piutang di mana satu pihak harus membayar lebih besar dari pokok pinjamannya. a) Riba Qardh, suatu tambahan atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang . b) Riba Jahiliyyah, hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. 2. Riba Fadhl (bersumber dari Al Hadist) suatu penambahan pada salah satu dari benda yang dipertukarkan dalam jual beli benda ribawi yang sejenis (benda yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan), atau perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang diserahkan saat ini dan barang yang diserahkan kemudian. Jenis Riba
  • 21. 1. peminjam jatuh miskin karena dieksploitasi, 2. menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik dapat menambah hartanya dengan transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka, 3. terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam bidang pinjam meminjam, 4. memberikan jalan bagi orang kaya untuk menerima tambahan harta dari orang miskin yang lemah. Pengaruh Riba pada Kehidupan Manusia
  • 22. Berikut ini adalah perbedaan riba dan jual beli. Berdasarkan perbedaan tsb dapat diambil kesimpulan bahwa jual beli diperbolehkan karena ada ‘iwad (pengganti/penyeimbang) yang menyebabkan penjual boleh mengambil tambahan sebagai keuntungan. Perbedaan Riba dan Jual Beli No. JUAL BELI RIBA 1. Dihalalkan Allah SWT Diharamkan Allah SWT 2. Harus ada pertukaran barang atau manfaat yang diberikan sehingga ada keuntungan/ manfaat yang diperoleh pembeli dan penjual Tidak ada pertukaran barang dan keuntungan/ manfaat hanya diperoleh oleh penjual 3. Karena ada yang ditukarkan, harus ada beban yang ditanggung oleh penjual Tidak ada beban yang ditanggung oleh penjual 4. Memiliki rasio untung rugi, sehingga diperlukan kerja/ usaha, kesungguhan dan keahlian Tidak memiliki risiko sehingga tidak diperlukan kerja/ usaha, kesungguhan dan keahlian
  • 23.  Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain dan dapat terjadi dalam empat hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan. “Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dan kebatilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui.” (QS.2:42) Penipuan
  • 24.  Berjudi atau Maisir dalam bahasa Arab arti harfiahnya adalah memperoleh sesuatu atau mendapat keuntungan dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. “Wahai orang orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban (untuk berhala) dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu beruntung.” (QS 5:90) Perjudian
  • 25.  Gharar terjadi ketika terdapat incomplete information, sehingga ada ketidakpastian antara dua belah pihak yang bertransaksi.  Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak dan ada pihak yang dirugikan. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan dan akad. “Bagaimana pendapatmu jika Allah mencegah biji itu untuk menjadi buah, sedang salah seorang dari kamu menghalalkan (mengambil) harta saudaranya?” (HR Bukhari) Transaksi yang Mengandung Ketidakpastian/ Gharar
  • 26.  Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, kemudian menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang di pasaran dan mengakibatkan peningkatan harga. ”Siapa yang merusak harga pasar, sehingga harga tersebut melonjak tajam, maka Allah akan menempatkannya di neraka pada hari kiamat ( HR At-Tabrani) Penimbunan Barang/ Ihtikar
  • 27.  Monopoli, biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjual masuk ke pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. ”Wahai Rasulullah SAW, harga-harga naik, tentukanlah harga untuk kami. Rasulullah lalu menjawab: ”Allahlah yang sesungguhnya penentu harga, penahan, pembentang dan pemberi rezeki. Aku berharap agar bertemu dengan Allah, tak ada seorang pun yang meminta padaku tentang adanya kezholiman dalam urusan darah dan harta.” (HR Ashabus Sunan) Monopoli
  • 28.  An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis), karena merekayasa permintaan, dimana satu pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar calon pembeli tertarik dan membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi. “Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran barang tanpa maksud untuk membeli.” (HR Turmidzi) Rekayasa Permintaan (Bai’an Najsy)
  • 29.  Suap dilarang karena karena suap dapat merusak sistem yang ada di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar. “… dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim….” (QS 2:188) “Rasulullah SAW melaknat penyuap, penerima suap dan orang yang menyaksikan penyuapan.” (HR Ahmad, Thabrani, Al-Bazar dan Al-Hakim) Suap
  • 30.  Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua. Misalkan A menjual barang X seharga Rp. 120 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual barang X tersebut kepada A secara tunai seharga Rp.100 juta (bai’ al-‘inah).  Transaksi tersebut haram, karena ada persyaratan bahwa A bersedia menjual barang X ke B asalkan B kembali menjual barang tersebut kepada A. Penjual Bersyarat/ Ta’alluq
  • 31.  Sama dengan Riba  A menjual secara kredit pada B kemudian A membeli kembali barang yang sama dari B secara tunai. Kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan jual beli, namun tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan untuk mendapatkan uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran. Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak Pembeli (Bai’al Inah)
  • 32.  jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang perniagaan dan membelinya, dimana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang dagangan yang dibawanya sementara pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka. “Janganlah kamu mencegat kafilah/rombongan yang membawa dagangan di jalan, siapa yang melakukan itu dan membeli darinya, maka jika pemilik barang tersebut tiba di pasar (mengetahui harga), ia boleh berkhiar.” (HR Muslim). Jual Beli dengan Cara Talaqqi Al-Rukban
  • 33. 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Menganggap Uang sebagai Modal Potensial 4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif 5. Kesucian Kontrak 6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
  • 34. 1. Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sbg “kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan ataupun pinjaman. Riba/Ribit (bahasa Yahudi) telah dilarang tanpa adanya perbedaan pendapat di antara para ahli fiqih. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan dan hak atas barang. Oleh karena sistem riba ini hanya menguntungkan para pemberi pinjaman/pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak diperlukan sama. Padahal “untung” itu baru diketahui setelah berlalunya waktu bukan hasil penetapan di muka. 2. Pembagian Risiko. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelarangan riba yang menetapkan hasil bagi pemberi modal di muka. Sedangkan melalui pembagian risiko maka pembagian hasil akan dilakukan di belakang yang besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belah pihak akan saling membantu untuk bersama-sama memperoleh laba, selain lebih mencerminkan keadilan. PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
  • 35. 3. Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Dalam masyarakat industri dan perdagangan yang sedang berkembang sekarang ini (konvensional), fungsi uang tidak hanya sbg alat tukar saja, tetapi juga sbg komoditas (hajat hidup yang bersifat terbatas) dan sbg modal potensial. Dalam fungsinya sbg komoditas, uang dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sbg objek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sbg modal nyata (capital), uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem keuangan Islam memandang uang boleh dianggap sbg modal kalau digunakan bersamaan dgn sumber daya yang lain untuk memperoleh laba. 4. Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelarangan untuk transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi yang memiliki risiko sangat besar. PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
  • 36. 5. Kesucian Kontrak. Oleh karena Islam menilai perjanjian sbg suatu yang tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dgn kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi risiko atas informasi yang asimetri dan timbulnya moral hazard. 6. Aktivitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tsb haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah. Dengan demikian, usaha seperti minuman keras, judi, peternakan babi yang haram juga tidak boleh dilakukan. Jadi, prinsip keuangan syariah mengacu kepada prinsip rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi). PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARIAH
  • 37. 1. AKAD INVESTASI (NUC) • Mudharabah • Musyarakah • Sukuk • Saham Syariah 2. AKAD INVESTASI (NCC) • Murabahah • Salam • Istishna’ • Ijarah 3. AKAD LAINNYA • Sharf • Wadiah • Qardhul Hasan • Al-Wakalah • Kafalah • Hiwalah • Rahn INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH
  • 38. Sistem keuangan Islam dilakukan untuk memenuhi maqashidus syariah bagian memelihara harta. Dalam menjalankan sistem keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah adanya akad/kontrak/transaksi yang sesuai dengan syariat Islam. Agar akad tsb sesuai syariah maka akad tsb harus memenuhi prinsip keuangan syariah, yang berarti tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh syariah. Prinsip keuangan syariah sendiri secara ringkas harus mengacu pada prinsip rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi). Dari prinsip ini, berkembanglah berbagai instrumen keuangan syariah yang secara rinci akan dibahas pada bab-bab berikut. RANGKUMAN