5. Di dalam Al-Qur’an, kalimat fastabiqul
khairat kita dapati dalam ayat berikut ini:
َتْساَف اَهيِِّل َوُم َوُه ٌةَهْجِو ٍِّلُكِل َو
َم َْنيَأ ِتاَْريَخْال واُقِب
ا
ِإ اًعيِمَج ُ َّ
َّللا ُمُكِب ِتْأَي واُنوُكَت
ٍءْيَش ِِّلُك ىَلَع َ َّ
َّللا َّن
ٌيرََِِ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah
akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.
Al-Baqarah, 2: 148)
6. Prinsip fastabiqul khairat
Menjauhi sikap yang berlebih-lebihan dalam berlomba menikmati
dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukanlah kefakiran (kemiskinan) yang aku takutkan atas kalian,
akan tetapi yang aku takutkan atas kalian adalah akan
dibentangkannya dunia atas kalian sebagaimana telah
dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian, lalu kalian
berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba
maka hal itu membinasakan kalian sebagaimana telah
membinasakan mereka.” (HR. Muslim No. 2961)
7. Hendaknya setiap muslim mampu bersikap proporsional dalam
meraih dunia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ْ
ال َارَِّال ُ َّ
َّللا َاكَتآ اَميِف ِغَتْبا َو
َبي ِ
َصن َ
سْنَت َ
َّل َو ۖ َةَر ِخ
َك
َنَسْحَأ اَمَك ْنِسْحَأ َو ۖ اَيْنُِّال َنِم
ْبَت َ
َّل َو ۖ َْكيَلِإ ُ َّ
َّللا
َِاَسَفْال ِغ
ا ُّب ِحُي َ
َّل َ َّ
َّللا َّنِإ ۖ ِ
ض ْرَ ْ
اْل يِف
َينِِِسْفُمْل
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-
Qashshash, 28: 77)
8. Hasad yang Baik
ِْنيَتَنْاث يِف ََّّلِإ ََِسَح ََّل
:
ًَّلاَم ُهللا ُهاَتآ ٌلُجَر
ْال يِف ِهِتَكَلَه ىَلَع ُهَطَّلَسَف ،
،ِِّقَح
َعُي َو اَهِب ي ِ
ضْقَي َوُهَف ،ًةَمْك ِح ُهللا ُهاَتآ ٌلُجَر َو
اَهُمِِّل
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang Allah
berikan harta kepadanya lalu dia belanjakan sampai habisnya di
jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah (ilmu)
kepadanya lalu dia menentukan (berhukum) dengannya dan
mengajarkannya.” (HR. Muslim No. 816 dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu)
9. Mengapa Kita Mesti Menyegerakan Amal
dan Fastabiqul Khairat?
Pertama, karena asset waktu yang kita miliki hanyalah waktu saat ini!
Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi
milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Maka segeralah
beramal, fastabiqul khairat!
ِمٌْريِثَك اَمِهْيِف ٌونُبْغَم ِانَتَمْعِن
ِ
اسَّنال َن
:
َرَفْال َو ُةَّحِّ ِ
الص
ُغا
“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan,
dan waktu senggang” (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah
bin Abbas).
10. Kedua, amal kita tidak bisa dikerjakan orang lain.
ِهي ِخَأ ْنِم ُء ْرَمْال ُّرِفَي َم ْوَي
(
٣٤
)
ِهيِبَأ َو ِهِِّمُأ َو
(
٣٥
)
ِهيِنَب َو ِهِتَب ِاحَص َو
(
٣٦
)
ِهيِنْغُي ٌنَْأش ٍذِئَم ْوَي ْمُهْنِم ٍئ ِ
رْام ِِّلُكِل
(
٣٧
)
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,dari ibu dan bapaknya,
dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa, 80: 34 –
37)
11. Setiap kita harus mempertanggungjawabkan seluruh amanah
yang ada di pundak kita masing-masing.
ِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُك َو ٍاعَر ْمُكُّلُك
َر ْنَع ٌلوُئْسَم َو ٍاعَر ُماَمِ ْ
اْل ِه
ِهِتَّيِع
َر ْنَع ٌلوُئْسَم َوُه َو ِهِلْهَأ يِف ٍاعَر ُلُجَّالر َو
ِف ٌةَيِعاَر ُةَأ ْرَمْال َو ِهِتَّيِع
ي
ْال َو اَهِتَّيِعَر ْنَع ٌةَلوُئْسَم َو اَه ِج ْوَز ِتْيَب
ِهِِِِّيَس ِلاَم يِف ٍاعَر ُمَِِاخ
ِهِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم َو
12. “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah
pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya.
Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di
dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya
tersebut.” (HR. Bukhari No. 844)
13. Ketiga, kemuliaan dan keridhoan dari Allah Ta’ala ada pada ketaatan;
derajat seseorang di sisi Allah Ta’ala adalah disebabkan oleh
kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan
mengamalkannya.
َر َو َ َّ
َّللا ِعِطُي ْنَم َو ِ َّ
َّللا ُُِوُِح َكْلِت
َت ٍتاَّنَج ُهْل ِخُِْي ُهَلوُس
ي ِ
رْج
َذ َو اَهيِف َينِِِلَاخ ُارَهْنَ ْ
اْل اَهِتْحَت ْنِم
ُميَِِعْال ُز ْوَفْال َكِل
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-
sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan
yang besar.” (QS. An-Nisa, 4: 13)
14. Keempat, setiap waktu ada aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu
ketika datang masa untuk mengerjakan suatu amalan, maka
segeralah mengerjakannya sebelum tiba masa untuk mengerjakan
amalan yang lain.
َينِنِمْؤُمْال ىَلَع َْتناَك َة َ
َلَّصال َّنِإ
اًتوَُ ْوَم اًباَتِك
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa,
4: 103)
15. Kelima, kesempatan beramal seringkali diberikan oleh
Allah Ta’ala hanya kepada orang dan waktu yang tertentu.
ِِْنِع ْنِم ِةَماَيِقْال َم ْوَي َمَِآ ِْنبا ُمَََِ ُلوُزَت ََّل
ٍ
سَْمخ ْنَع َلَأْسُي ىَّتَح ِهِِّبَر
ْنَع
ُهََلْبَأ َيمِف ِهِباَبَش ْنَع َو ُهَانْفَأ َيمِف ِه ِ
رُمُع
َيمِف َو ُهَبَسَتْكا َْنيَأ ْنِم ِهِلاَم َو
اَذاَم َو ُهَقَفْنَأ
َمِلَع اَميِف َلِمَع
Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-
nya hingga ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa ia gunakan,
masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan
dan untuk apa ia belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu
yang telah ia ketahui.” (HR. At-Tirmidzi no. 2416 dan dishahihkan oleh Asy
Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 947).
16. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُفَلْؤُي َو ُفَلْأَي ُنِمْالمؤ
ُفَلْأَي ََّل ْنَمْيِف َْريَخ ََّل َو
ُفَلْؤُي ََّل َو
ْمُهُعَفْنَأ ِ
اسَّنال ُْريَخ َو
ِ
اسَّنلِل
“Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain,
dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa menerima dan tidak bisa
diterima orang lain. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia lainnya.”
(HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath, no. 5949. Syaikh Al-Albani menghasankan
dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 426).
17. ْمُتْنُك
ٍةَّمُا َْريَخ
ِ
اسَّنلِل ْتَج ِ
رْخُا
ْعَمْالِب َن ْوُرُمْأَت
ِف ْوُر
ِ
رَكْنُمْال ِنَع َن ْوَهْنَت َو
ُنِمْؤُت َو
ۗ ِ ه
اّٰللِب َن ْو
ُمْال ُمُهْنِم ۗ ْمُهَّل اًْريَخ َانَكَل ِبٰتِكْال ُلْهَا َنَمٰا ْوَل َو
َن ْوُقِسٰفْال ُمُهُرَثْكَا َو َن ْوُنِمْؤ
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. 3 :100)
18. ْنَّمِم ً
َّل ْوََ ُنَسْحَأ ْنَم َو
ِ َّ
َّللا ىَلِإ اَعَِ
َّنِإ َلاََ َو اًحِلاَص َلِمَع َو
يِمِلْسُمْال َنِم يِن
َن
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh,
dan berkata, ‘Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang