Presentasi berisi hukum-hukum seputar saum Ramadhan yang diambil dari kitab Tuntunan Puasa berdasarkan Qur'an dan Hadits karya Syekh Mahmud Abdul Latief Uwaidhah.
File presentasi dapat didownload di http://bit.ly/HukumShaumRamadhanOK
2. AWAL AKHIR PUASA
• Hilal Ramadhan dan dimulainya Syawal bisa
ditetapkan berdasarkan kesaksian satu orang
saksi.
• Seorang individu berpuasa berdasarkan kesaksian
dirinya, tetapi tidak boleh berbuka (berhari raya)
kecuali berdasarkan perintah Negara Khilafah.
• Setiap syiar-syiar agama itu terkait dengan
kehidupan kolektif sebagai satu komunitas,
dimana hanya Negara Khilafahlah satu-satunya
yang harus memerintahkan dan mengaturnya,
serta menetapkan waktunya.
3. BERPUASA DAN BERBUKA
KARENA MELIHAT HILAL
ِطْفَأ َو ِهِتَيْؤُرِل واُموُصِهِتَيْؤُرِل واُر
“Berpuasalah kalian karena melihatnya,
berbukalah kalian karena melihatnya.“
(HR. Bukhari Muslim)
4. PENETAPAN HARI RAYA IDUL FITRI
Dari Abu Umar bin Anas bin Malik ia berkata: paman-pamanku dari
kalangan Anshar telah memberikan kabar kepadaku, mereka adalah
para sahabat Rasulullah saw, mereka berkata:
ِص َانْحَبْصَأَف ٍلا َّوش ُل ََلِه َانْيَلَع َيِمْغُأِر ِآخ ْنِم ٌبْكَر َءاَجَف اًماَي
ِّيِبَّنال َدْنِع ا ُْودِهَشَف ِارَهَّنالّﻠﺍﻟ َﻰّﻠَﺻٰـَﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪْوَأَر ْمُهَّنَأَل ََلِهْال ا
ِهللا ُل ْوُسَر ْمُهَرَمَأَف ِسْمَ ْاْلِبّٰﻠﺍﻟ َﻰّﻠَﺻـَﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪُرِطْفُي ْنَأْنَأ َو ا ْو
ِدَغْال َنِم ْمِهِديِع ىَلِإ ا ْوُجُرْخَي
“Hilal Syawal terhalang dari pandangan kami, sehingga keesokan
paginya kami tetap berpuasa. Lalu datanglah kafilah di penghujung
siang, kemudian mereka bersaksi di hadapan Nabi saw bahwa mereka
melihat hilal kemarin. Lalu Rasulullah saw memerintahkan kaum
Muslim berbuka dan keluar untuk merayakan hari raya di esok hari.”
(HR. Ibnu Majah, Ahmad, an-Nasai, Ibnu Hibban dan at-Thahawi)
5. NIAT PUASA
Niat puasa ramadhan wajib ditetapkan di malam
hari, untuk puasa sunah boleh siang hari.
(Abu Hanifah, as-Syafi’i dan Ahmad)
Dari Hafshah ra, istri Nabi saw, bahwa Rasulullah saw
bersabda:
ِرْجَفْال َلْبَق َامَي ِّصال ِْعي ِجُي ْمَل ْنَمُهَل َامَي ِص ََلَف
“Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa
sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.”
(HR. Ibnu Khuzaimah)
6. NIAT PUASA
• Niat harus dilakukan pada bulan Ramadhan
untuk setiap harinya, dan tidak benar bahwa 1
kali niat untuk satu bulan seluruhnya.
• Karena, puasa pada setiap harinya adalah satu
ibadah yang berdiri sendiri, yang terpisah
dengan sebelum dan sesudahnya.
• Yang memisahkan antara satu hari dengan
hari lainnya adalah berbuka di waktu malam.
7. SAHUR
• An-Nawawi dan Ibnu al-Mundzir telah menyebutkan
adanya kesepakatan (al-ijma’) disunnahkannya sahur,
dan bahwa sahur itu bukan sesuatu yang wajib.
• Waktu sahur berlangsung hingga fajar shadiq atau
hingga muadzin mengumandangkan adzan Subuh.
• Orang yang bersahur hendaknya menyantap sahur
dengan mengakhirkan waktu sahurnya hingga
beberapa saat (sekitar ¼ jam) sebelum adzan Subuh
dikumandangkan.
8. BATAS WAKTU SAHUR
َبَتَي ىَّتَح ْاوُبَرْشا َو ْاوُلُك َوا ُطْيَخْال ُمُكَل َنَّيُضَيْبَْل
ْجَفْال َنِم ِد َوْسَْلا ِْطيَخْال َنِمِر
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”
(QS. Al Baqarah, 2:187)
9. SAHUR DAN ADZAN SHALAT SUBUH
َف ِهِدَي ىَلَع ُءَانِاإل َو َءاَدِّنال ُمُكُدَحَأ َعِمَس اَذِإَتَجاَح َى ِضْقَي ىَّتَح ُهْعَضَي ََلُهْنِم ُه
“Jika salah seorang dari kalian mendengar adzan sedangkan
wadah masih berada di tangannya, maka janganlah ia letakkan
wadah itu hingga ia selesai menunaikan kebutuhannya.”
(HR. Abu Dawud, Ahmad dan Daruquthni)
Jika seseorang mendengar adzan shalat subuh sedangkan di
tangannya masih ada sesuap makanan atau seteguk air
minum, maka hendaklah dia memakannya atau
meminumnya, karena adzan ini tidak berarti menjadi batas
untuk berhenti makan dan minum.
10. PUASA ORANG GILA, ORANG
PINGSAN DAN ANAK KECIL
َعِفُرٍةَثََلَث ْنَع ُمَلَقْال:ْال ِنَعَْقيِفَي ىَّتَح ِن ْوُنْجَمِنَع َو ،
ِمِئاَّنالِنَع َو ،َظِقْيَتْسَي ىَّتَحِلَتْحَي ىَّتَح ِّيِبَّصالَم.
“Telah diangkat pena dari tiga golongan: dari
orang gila sampai ia sadar, dari orang tidur
hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia
baligh.” (HR. Tirmidzi)
11. PUASA ATAS ORANG GILA DAN
ORANG YANG PINGSAN
• Tidak ada kewajiban puasa dan qadla puasa bagi keduanya
jika mereka gila atau pingsan selama satu hari penuh atau
lebih tanpa kembali akal atau kesadarannya.
• Apabila seseorang sudah berniat puasa Ramadhan di
malam harinya, kemudian pada siang hari terkena penyakit
gila atau pingsan sampai malam hari, maka dia dipandang
telah berpuasa dan tidak ada kewajiban qadla puasa
atasnya.
• Apabila orang gila dan pingsan tersebut terjadi pada malam
hari kemudian siang hari mereka sehat/siuman maka
mereka wajib puasa dan mengqadlanya di waktu yang lain.
12. Diriwayatkan dari Nafi, ia berkata:
َف اًع ُّوَطَت ُم ْوُصَي َرَمُع ُْنبا َانَكُي ََلَف ِهْيَلَع َىشْغُيُرِطْف
“Adalah Ibnu Umar sedang berpuasa
sunat, lalu dia pingsan, tetapi dia tidak
berbuka (tidak membatalkan puasanya).”
(HR. al-Baihaqi)
PUASA ATAS ORANG GILA DAN
ORANG YANG PINGSAN
13. PUASA ANAK KECIL
• Jumhur ulama berpendapat puasa anak kecil yakni
anak yang belum baligh tidak wajib tapi sangat
dianjurkan.
• Ketika sang wali memerintahkan anaknya untuk
berpuasa dan mendorongnya tanpa paksaan, lalu sang
anak melaksanakan perintah tersebut, maka sang wali
dan anaknya akan mendapatkan pahala.
• Perintah puasa kepada anak kecil harus
mempertimbangkan kesehatan dan kemampuan fisik
sang anak.
14. PUASA WANITA HAMIL DAN
MENYUSUI
• Wanita hamil jika khawatir dengan sebab
kehamilannya itu berdampak buruk pada dirinya,
dia boleh berbuka.
• Wanita yang menyusui jika khawatir berdampak
buruk pada anak yang disusuinya, dia boleh
berbuka.
• Apabila kekhawatiran itu tidak ada, keduanya
tidak boleh berbuka.
15. Dari Anas bin Malik ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
َو ِة ََلَّصال َفْصِن ِرِفاَسُمْال ْنَع َعَض َو َهللا َّنِإْرُمْال َو ىَلْبُحْال ْنَع َو َم ْوَّصالِع ِض
“Sesungguhnya Allah mengangkat kewajiban setengah shalat
dan puasa dari musafir, dari wanita hamil dan menyusui.”
(HR. an-Nasai dan Tirmidzi)
َّال ىَلْبُحْلِل وسلم عليه هللا صلى ِهللا ُلوُس َر َصَّخَرْنَأ اَهِسْفَن ىَلَع َُافخَت يِت
َهِدَل َو ىَلَع َُافخَت يِتَّال ِع ِض ْرُمْلِل َو َرِطْفُتا
Rasulullah saw memberikan keringanan kepada wanita hamil
yang khawatir akan dirinya untuk berbuka, dan bagi wanita yang
menyusui yang mengkhawatirkan anak (yang disusuinya).
(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Adi)
PUASA WANITA HAMIL DAN
MENYUSUI
16. PUASA WANITA HAIDH DAN NIFAS
• Allah telah mengangkat kewajiban shalat dari
wanita haidh dan nifas, maka dari itu tidak ada
kewajiban qadla shalat.
• Berbeda dengan puasa, Allah tidak
mengangkat taklif puasa dari keduanya tapi
hanya mengundurkan waktu pelaksanaannya
hingga selesai masa haidh dan nifas. Keduanya
wajib mengqadla di waktu lain.
17. َب اَم ُتْلُقَف ََةشِئَاع ُتْلَأَس ْتَلاَق َةَذاَعُم َْنعَلَو َم ْوَّصال ي ِضْقَت ِضِئاَحْلا ُلا
ْلُق ِتْنَأ ٌةَّي ِورُرَحَأ ْتَلاَقَف َة ََلَّصال ي ِضْقَتَأ يِنِكَلَو ٍةَّي ِورُرَحِب ُتْسَل ُتُلَأْس
ال ِاءَضَقِب ُرَمْؤُنَف َكِلَذ اَنُبي ِصُي َانَك ْتَلاَقِاءَضَقِب ُرَمْؤُن َلَو ِم ْوَّصَّصالِة ََل
“Dari Mu’adzah ia berkata, saya pernah bertanya kepada Aisyah ra
kemudian aku berkata kepadanya, ‘Bagaimana orang yang haid itu
harus meng-qadla puasa tetapi tidak wajib meng-qadla shalat?’ Lantas
ia (Aisyah ra) bertanya kepadaku, ‘Apakah kamu termasuk orang
Khawarij Haruriyyah?’ Aku menjawab, ‘Aku bukan orang haruriyyah
tetapi aku hanya bertanya.’ Aisyah pun lantas berkata, ‘Kami pernah
mengalami hal itu (haid), kemudian kami diperintahkan untuk meng-
qadla puasa tetapi tidak diperintahkan untuk meng-qadla shalat.”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasai dan Tirmidzi)
QADLA PUASA WANITA HAIDH
DAN NIFAS
18. ٍرَفَس ىَلَع ْوَأ اًضي ِرَم َانَك ْنَم َوَخُأ ٍَّاميَأ ْنِم ٌةَّدِعَفَر
ِرُي ََل َو َرْسُيْال ُمُكِب ُهللا ُدي ِرُيَرْسُعْال ُمُكِب ُدي
Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajib baginya mengqadla puasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
(QS. al-Baqarah, 2:185)
PUASA DALAM PERJALANAN
19. • Berpuasa dalam perjalanan sebanding atau senilai
dengan berbuka, tanpa ada kelebihan apapun pada
salah satu dari keduanya.
• Berpuasa dalam perjalanan tidak difardhukan dan
juga tidak disunnahkan, semata-mata dimubahkan
saja, sehingga siapa saja yang menghendaki dia
boleh berpuasa, dan siapa yang menghendaki dia
boleh berbuka.
PUASA DALAM PERJALANAN
20. • Yang paling mudah diantara keduanya (saum atau
buka), itulah yang paling utama.
• Jika mendapati kelemahan, kesulitan dan kesusahan
maka lebih cenderung untuk berbuka, dan jika
mendapati kekuatan maka dia boleh berpuasa.
• Allah SWT menyukai orang itu melakukan dua
perkara tersebut secara bergantian dalam perjalanan
yang dilakukan.
PUASA DALAM PERJALANAN
21. JARAK PERJALANAN YANG
MEMBOLEHKAN BERBUKA
• Syariat tidak menetapkan jarak tertentu sebagai udzur
berbuka bagi seseorang yang berpuasa.
• Syariat semata-mata hanya menetapkan bahwa
perjalanan (as-safar) menjadi udzur untuk berbuka.
• Aktifitas keluar (al-khuruj) itu bisa dikategorikan
sebagai safar yang membolehkan berbuka adalah
ketika seseorang meninggalkan kotanya dan tanah
wilayah kotanya, lalu dia masuk ke kota lainnya,
bagaimanapun jauh dan dekatnya kota yang lain itu.
22. HAL-HAL YANG
MEMBATALKAN PUASA
1. Memutuskan niat puasa
2. Makan dan minum dengan sengaja
3. Haid dan Nifas
4. Muntah dengan sengaja
5. Bersetubuh (al-Jima’)
6. As-Su’uth (meletakkan satu benda di hidung lalu
dihirup)
7. Memasukkan benda apapun (padat/cair) ke
dalam tubuh yang sampai masuk ke dalam
sistem pernafasan dan sistem pencernaan
23. HAL-HAL YANG TIDAK
MEMBATALKAN PUASA
1. Mencium dan Mubasyarah
(menyentuh dan mencumbu istri
tanpa melakukan persetubuhan)
2. Berbekam
3. Bercelak
4. Bersiwak
5. Berbohong
6. Ghibah
24. HALALNYA JIMA’ PADA MALAM-
MALAM PUASA
ِإ ُثَفَّالر ِامَي ِّصال َةَلْيَل ْمُكَل َّل ِحُأٌاسَبِل َّنُه ۚ ْمُكِئاَسِن ٰىَلْمُتْنَأ َو ْمُكَل
ُتْنُك ْمُكَّنَأ ُهللا َمِلَع ۗ َّنُهَل ٌاسَبِلَتَف ْمُكَسُفْنَأ َونُناَتْخَت ْمْمُكْيَلَع َاب
ْبا َو َّنُهوُرِشاَب َن ْاْلَف ۖ ْمُكْنَع اَفَع َوْمُكَل ُهللا َبَتَك اَم واُغَت
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.”
(QS. Al-Baqarah, 2:187)
25. PUASA ORANG YANG MASUK SUBUH
DALAM KEADAAN JUNUB
Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang
masuk subuh dalam keadan junub maka
puasanya sah, dan tidak ada qadla atasnya.
Dari Aisyah dan Ummu Salamah ra,
ْنِم ٌبُنُج َوُهَو ُرْجَفْلا ُهُك ِرْدُي َانَكَو ُلِسَتْغَي َّمُث ، ِهِلْهَأُموُصَي
“Bahwa Rasulullah saw kadang memasuki waktu subuh
dalam keadaan junub (karena berhubungan) dengan
istrinya. Kemudian, beliau mandi dan berpuasa.”
(HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban)
26. BERBUKA
Waktu berbuka ketika matahari telah terbenam.
Disunahkan untuk bersegera berbuka:
ْنَع ُ َّاَّلل َي ِضَر ٍدْعَس ِْنب ِلْهَس ْنَع َوىَّلَص ِ َّاَّلل َلوُسَر َّنَأ ، ُهِهْيَلَع ُ َّاَّلل
َلاَق َمَّلَس َو:َم ٍْريَخِب ُاسَّنال ُلاَزَي ََلَرْطِفْال واُلَّجَع ا)ِهْيَلَع ٌقَفَّتُم(
Dari Sahl bin Sa’ad ra, bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam
kebaikan selama mereka menyegerakan waktu
berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih)
27. SUNNAH BERBUKA
• Berbuka dianjurkan dengan beberapa kurma basah (ar-
rathabah).
• Kalau tidak ada kurma basah, dianjurkan dengan kurma
kering (at-tamr).
• Kalau tidak ada kurma kering, dianjurkan minum
beberapa teguk air.
• Setelah itu boleh makan apa saja yang dikehendakinya.
• Semua ini dilakukan semata karena ibadah dan
ketaatan, bukan karena alasan lain. Misal karena kurma
basah mengandung glukosa sehingga bagus untuk
berbuka, dsb.
28. َلاَق ٍكِلاَم ِْنب َِسنَأ ْنَع:َص ُّيِبَّنال َانَكَمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّاَّلل ىَّلَلْبَق ُرِطْفُي
ُكَت ْمَل ْنِإَف ،ٍتاَبَطُر ىَلَع َيِّلَصُي ْنَأْنِإَف ،ٌاتَْريَمُتَف ٌاتَبَطُر ْنْمَل
ٍاءَم ْنِم ٍتا َوَسَح اَسَح ٌاتَْريَمُت ْنُكَت
“Dari Anas bin Malik ra, ia berkata : Nabi saw biasa
berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma
basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka
dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr,
beliau meminum seteguk air.” (HR. Abu Dawud)
SUNNAH BERBUKA
29. MEMPERBANYAK DO’A KETIKA
MENJELANG BERBUKA
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata
bahwa Rasulullah saw bersabda,
ْعَدَل ِه ِرْطِف َدْنِع ِمِئاَّصلِل َّنِإُّدَرُت اَم ًة َو
“Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa ketika
berbuka tidaklah tertolak.” (HR. Ibnu Majah)
30. DOA BERBUKA PUASA
ْفَأ َكِق ْز ِر ىَلَع َو ُتْمُص َكَل َّمُهَّللَاُت ْرَط
َث َو ،ُق ْوُرُعْال ِتَّلَتْبا َو ،ُأَمَّالظ َبَهَذْنِإ ُرْجَْلْا َتَبُهللاَءَاش
َّال َكِتَمْحَرِب َكُلَأْسَأ يِّنِإ َّمُهَّللَاَت ْنَأ ٍءْيَش َّلُك ْتَعِس َو يِتيِل َرِفْغ
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku
berbuka. Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan,
semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki. Ya
Allah, sesungguhnya aku, dengan rahmata-Mu yang meliputi
segala sesuatu, meminta Engkau untuk mengampuni aku.”
(Hadits shahih, riwayat ibnu Abi Syaibah dan Abu Dawud, digabung)
31. ORANG YANG BERPUASA KETIKA
BERBUKA KARENA LUPA
Imam Abu Hanifah, imam asy-Syafi’i dan imam Ahmad
berpendapat tidak batal puasanya dan tidak mengapa,
baik makan atau minumnya itu sedikit atau banyak.
ْنَمََلَف اًيِسَان َانَضَمَر ِرْهَش يِف َرَطْفَأَةَارَّفَك َل َو ِهْيَلَع َءاَضَق
“Siapa yang berbuka di bulan Ramadan dalam keadaan
lupa, maka dia tidak wajib qadla dan kafarat.”
(HR. Ibnu Hibban)
32. ORANG YANG BERBUKA DI BULAN
RAMADHAN TANPA UDZUR
• Orang yang meninggalkan atau
menyepelekan kewajiban puasa Ramadhan
tanpa udzur pasti akan mendapatkan siksa
yang pedih di akhirat.
• Negara Khilafah akan menjatuhkan sanksi di
dunia kepada orang yang meninggalkan
atau menyepelekan kewajiban puasa
Ramadhan tanpa udzur.
33. DOSA ORANG YANG BERBUKA DI
BULAN RAMADHAN TANPA UDZUR
Abu Umamah berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda:
َضِب اَذَخَأَف ِن ََلُجَر يِناَتَأ ْذِإ ٌمِئَان َانَأ َانْيَبَّيَعْب.َق ِهيِف َو ،َيثِدَحْال َاقَس َوَلا:َّمُث
ِهِبيِقاَرَعِب َونُقَّلَعُم ٌم ْوَق اَذِإَف يِب اَقَلَطْناْشَأ ُليِسَت ْمُهُقاَدْشَأ ٌةَقَّقَشُم ، ْم،اًمَد ْمُهُقاَد
ُتْلُق:َلاَق ؟ِء ََلُؤَه ْنَم:وُرِطْفُي َينِذَّال ِء ََلُؤَهْمِهِم ْوَص ِةَّل ِحَت َلْبَق َن
Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba ada dua orang laki-laki yang
menghampiriku seraya membopongku, lalu beliau melanjutkan
ucapannya hingga kalimat: Kemudian mereka berdua membawaku,
ternyata terlihat ada sekelompok orang yang sedang digantung pada
urat-urat yang ada diatas tumitnya, tulang rahang mereka dibelah dan
mengalirkan darah. Aku berkata: “Siapa mereka?”, Dia berkata:
“Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum puasanya
sempurna”. (HR. an-Nasai dalam kitab as-Sunan al-Kubra)
34. Diriwayatkan dari Abdulah bin Mas’ud ra bahwa dia berkata:
ْنَمْيَغ ْنِم َانَضَمَر ْنِم اًم ْوَي َرَطْفَأِب َ َّاَّلل َيِقَل ٍةَصْخُر ِر،ِه
َل َرَفَغ َءَاش ْنِإ ،ُهَّلُك َرْهَّدال َامَص ْنِإ َوَءَاش ْنِإ َو ،ُهُهَبَّذَع
“Barangsiapa berbuka sehari dari (puasa) bulan Ramadhan
dengan tanpa rukhshah (keringanan), maka dia akan bertemu
dengan Allah (yang akan) membawanya. Dan seandainya dia
berpuasa setiap hari sepanjang masa, maka --jika Allah
menghendaki-- Dia akan mengampuninya, dan jika Allah
menghendaki, Dia akan menyiksanya”. (HR Thabarani)
DOSA ORANG YANG BERBUKA DI
BULAN RAMADHAN TANPA UDZUR
35. SANKSI KHILAFAH KEPADA
ORANG YANG BERBUKA DI BULAN
RAMADHAN TANPA UDZUR
Dari Abu Marwan:
Bahwa an-Najasyi (Qais bin Amr al-Haritsi) telah
dibawa ke hadapan Ali bin Abi Thalib. An-Najasyi
telah minum khamr di bulan Ramadhan, lalu Ali
memukulnya 80 (delapan puluh) kali. Kemudian
esok harinya memukulnya lagi 20 (dua puluh) dan
dia berkata: Kami pukul engkau 20 kali ini karena
kelancanganmu kepada Allah, dan karena engkau
telah berbuka di bulan Ramadhan.
(HR. Ibnu Hazm dan at-Thahawi)