Teori kognitif menekankan pentingnya proses internal manusia dalam belajar. Belajar berdasarkan pada kognisi atau pemikiran, dan berjalan dengan baik jika materi baru sesuai dengan struktur kognitif siswa. Tujuannya adalah menghasilkan individu yang berfikir kritis dan mandiri.
1. Disusun oleh:
1. ChandraA (12505244035)
2. IbnuArief H (12505244036)
3. DianUsna A P (12505244037)
4. Joni Arisandi (12505244038)
5. MuhMukhtar B (12505244039)
2. Menekanakan arti penting proses internal antar manusia
Semua bentuk perilaku belajar selalu didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi
Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi (berkesinambungan) secara tepat dan serasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa
Jadi kesimpulannya proses belajar menurut teori ini tidak berjalan
sepotong-potong atau terpisah-pisah, melainkan melalui proses yang
mengalir, bersambung-sambung dan menyeluruh
3. Teori Gestalt
Tokoh-tokohnya :
1. Max Wertheimer (1880-1943), tentang pengamatan dan
problem solving
2. Koffka (1886-1941), tentang hukum-hukum pengamatan
3. Wolfgang Kohler (1887-1959), tentang insight pada simpanse
Konsep penting dalam teori ini adalah insight, yaitu
pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-
hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight
sering dihubungkan dengan pernyataan aha.
Esensi dari teori ini, bahwa pikiran adalah usaha-usaha
menginterpretasikan sensasi dan pengalaman sebagai keseluruhan
yang terorganisir bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-
pisah.
Jadi dapat disimpulkan menurut Teori Gestalt bahwa seseorang
memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan
melihat strukturnya secara menyeluruh dan disusun kembali dalam
struktur yang sederhana dan lebih mudah dipahami.
4. Teori Konstruktivistik
Merupakan pengembangan lebih lanjut dari Gestalt, bedanya Gestalt
permasalahannya muncul dari pancingan eksternal, sementara
Konstruktivistik permasalahannya muncul dari pengetahuan yang
direkonstruksi sendiri dari siswa.
Jadi siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri
pengetahuannya melalui kemampuan berfikir dan tantangan yang
dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan
pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh.
Tokoh-tokohnya:
1. John Dewey (1856-1952), Konsepnya yang terkenal adalah Das sein
dan Das sollen.
Ia mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan
minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling
terintegrasi bukan terpisah. Dewey juga menyarankan penggunaan media
teknologi sebagai sarana belajar.
5. 2. Jean Piaget (1896-1980), menurutnya pengamatan sangat penting dan
menjadi dasar dalam menuntun proses berfikir anak, oleh karena itu dalam
belajar siswa harus mengalami sendiri dan terlibat langsung secara realistik
dengan objek yang dipelajarinya.
Proses belajar menurut Piaget terdiri dari 3 tahapan:
a. Asimilasi
b. Akomodasi
c. Equilibrasi (Penyeimbangan)
3. Jerome Brunner (1915- ), menurut Brunner belajar adalah proses yang
bersifat aktif (discoveri learning), yaitu siswa berinteraksi dengan
lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi objek, membuat
pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen. 3 tahapan perkembangan
anak menurut Brunner:
a. Enaktif (0-3 tahun)
b. Ikonik (3-8 tahun)
c. Simbolik (> 8 tahun)
6. 4. Lev Vygotsky (1896-1934), menurutnya pembelajaran berdasarkan
scaffolding yaitu memberikan keterampilan yang penting untuk
memecahkan masalah secara mandiri seperti berdiskusi dengan siswa,
praktek langsung dan memberikan penguatan. Penerapannya dalam belajar
adalah dengan pemakaian visualisasi, contoh grafis, pengalaman dunia
nyata yang terkait dengan kebutuhan siswa.
7. Misi dari pembelajaran Kognitif adalah kemampuan memperoleh,
menganalisis, dan mengolah informasi dengan cermat serta pemecahan
masalah.
Ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah:
1. Menyediakan pengalaman belajar bagi siswa
2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
4. Memungkinkan terjadinya transmisi sosial
5. Memanfaatkan berbagai media sehingga pembelajaran lebih efektif
6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial
Tujuan belajar menurut Teori Kognotif:
1. Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir yang
baik
2. Memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi melalui
peserta didik
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya
8. Beberapa saran yang diajukan Tytler (1996 : 20) tentang rancangan
pembelajaran:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir kreatif dan imajinatif
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang dimiliki
siswa
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
9. Guru bukan sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang
dituntut dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru
Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada proses yang telah dilalui dan
dijalani siswa, dan lebih memfokuskan kepada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalamannya