1. PRAKTIKUM FARMASI FISIK
‘‘SIFAT KOLIGATIF’’
Kelompok : 2 C (Teori 2)
Anggota : - Nur Itciani Harlin (18123441A)
- Ridwan (18123442A)
- Rikad Katon Mandiri (18123443A)
- Suryana Suwardi (18123444A)
Tanggal Praktikum : 06 Oktober 2012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2012
2. I. JUDUL
SIFAT KOLIGATIF.
II. TUJUAN
Memahami sifat larutan koligatif larutan.
Menentukn kenaikan titik didih suatu pelarut sebagai salah satu sifat koligatif.
III. TEORI
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam
larutan dan tidak bergantung jenis partikelnya. Penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,
tekanan osmosis dan kenaikan titik didih merupakan sifat-sifat koligatif larutan. Semua sifat
trsebut hanya tergantung pada jumlah molekul zat terlarut yang ada dan tidak tergantung pada
ukuran ataupun berat molekul zat terlarut. Kata koligatif berate dikumpulkan bersama-sama dan
menunjukan pada sekumpulan sifat-sifat umum yang dimiliki larutan encer.
Titik didih adalah temperatur di mana tekanan uap cairan menjadi sama dengan tekanan
luar yaitu 760 mmHg. Titik didih larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak menguap
adalah lebih tinggi daripada pelarut murninya.
Kenaikan titik T0 = Δ Tb. perbandingan kenaikan titik didih Δ Tb
terhadap penurunan tekanan uap ΔP = P0 P pada 100o
C kira-kira konstan pada temperatur ini
dan ditulis sebagai :
k’ atau ΔTb = k’ Δp……………….(1)
Karena Po konstan kenaikan titik didih dapat dianggap sebanding ΔP / P0 yaitu penurunan
tekanan uap relatif. Menurut hukum Raoult penurunan tekanan uap relatif sama dengan fraksi
mol zat terlarut sehingga
ΔTb = k . X2 ………………….. (2)
3. Karena kenaikan titk didih hanya bergantung pada fraksi mol zat terlarut maka ini adalah
sifat koligatif. Dalam kondisi encer X2 kira-kira sma dengan m (1000 / M1 ) sehingga persamaan
dapat ditulis :
ΔTb = m ………………(3) atau ΔTb = Kb m………….(4)
Kb = …………..(5)
Dimana ΔTb = kenaikan titik didih, Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (tetapan
ebulioskopi), m = molalitas zat terlarut, WA = massa pelarut (gram), WB = massa zat
terlarut (gram) dan BMB = berat molekul zat terlarut.
Kalau dibuat grafik titik didih sebagai fungsi dari berat zat yang dilarutkan akan
didapatkan suatu garis lurus dan gradient sehingga ΔT / WB dapat diketahui
Kb = × gradient ………….(6)
Harga Kb dapat diketahui jika massa molar dari zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan
titk didih pelarut murni dan kenaikan titk didih larutan yang diketahui kosentrasinya, dapatlah
ditentukan berat molekul dari zat terlarut dengan menggunakan persamaan :
BMB = …………….(7)
IV. ALAT
1. Labu alas bulat berleher tiga
2. Kondensor liebigh
3. Termometer
4. Beker glass (100 ml)
5. Neraca elektrik
6. Batu didih 4 buah
4. 7. Corong glass
8. Klem statif
9. Modifikasi Waterbath (panci)
10. Aluminium foil
V. BAHAN
1. Kloroform 50 ml
2. Naftalena 8 buah
VI. CARA KERJA
1. Rangkailah alat terdiri dari labu alas bulat berleher tiga, kondensor dan
termometer.
2. Masukan kloroform sebanyak 50 ml ke dalam beker glass tertutup aluminium foil
kemudian timbang dengan teliti.
3. Tuang kloroform ke dalam labu alas bulat masukan 4 butir batu didih.
4. Timbang kembali beker glass beserta tutupnya sehingga diketahui berat
kloroform.
5. Didihkan kloroform dengan hati-hati hingga tercapai titik didihnya
6. Kalau titik didih sudah tercapai baca suhunya pada thermometer setiap 2 menit
7. Timbang 8 buah naftalena beri catatan setiap pelet nya.
8. Masukan satu pelet naftalena kedalam labu lalu tutup kembali, teruskan
pembacaan suhu, catat suhu setelah 2 kali pembacaan sampai suhunya tetap.
9. Ulangi sampai ke 8 pelet terlarutkan.
10. Membuat grafik hubungan antara titik didih dengan berat naftalena yang
ditambahkan.
5. VII. HASIL PRAKTIKUM
DATA DAN PERHITUNGAN
Nama sampel Suhu (o
C) Suhu rata-rata (o
C) Berat naftalena (gram)
Kloroform
1. 60o
C
2. 63o
C
3. 63o
C
62o
C + 273 = 335o
K -
Pelet 1 1. 64o
C
2. 64o
C 64o
C + 273 = 337o
K 1,79
Pelet 2 1. 65o
C
2. 65o
C 65o
C + 273 = 338o
K 1,69
Pelet 3
1. 66o
C
2. 67o
C
3. 67o
C
66,6o
C + 273 =
339,6o
K
1,68
Pelet 4 1. 70o
C
2. 70o
C 70o
C + 273 = 343o
K 1,75
Pelet 5 1. 71o
C
2. 71o
C 71o
C + 273 = 344o
K 1,74
Pelet 6 1. 74o
C
2. 74o
C 74o
C + 273 = 347o
K 1,76
Pelet 7 1. 76o
C
2. 76o
C 76o
C + 273 = 349o
K 1,80
Pelet 8
1. 78o
C
2. 81o
C
3. 81o
C
80o
C + 273 = 353o
C 1,78
BM naftalen = 128,17
7. Kb8 = =
= = 11,59
GRAFIK
Grafik kenaikan titik didih
Keterangan :
x = Berat naftalen
y = Kenaikan titik didih
10.07
7.77
8.04
10.44
9.38
10.39
10.34
11.60
5
6
7
8
9
10
11
12
pelet 1 pelet 2 pelet 3 pelet 4 pelet 5 pelet 6 pelet 7 pelet 8
kb (tetapan
kenaikan titik
didih)
8. VIII. PEMBAHASAN
Kenaikan titik didih larutan adalah salah satu bentuk sifat koligatif larutan.
Pengertian titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap cairan menjadi sama dengan
tekanan luar yaitu 760 mmHg. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh
bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian,
ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini
disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kenaikan
titik didih suatu larutan merupakan salah satu wujud sifat koligatif larutan, karena
kenaikan titik didih ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan bukan ditentukan oleh
jenis partikelnya. Semakin banyak jumlah naftalena (dalam gram) yang ditambahkan
kedalam kloroform, maka titik didih campuran akan semakin naik, dan titik didih
campuran kloroform dan naftalena lebih tinggi dibanding titik didih kloroformnya saja.
Dan diperoleh pula data kenaikkan titik didih suatu pelarut sebagai salah satu sifat
koligatif sebagai berikut :
1. Kb1 = 10,07
2. Kb2 = 7,77
3. Kb3 = 8,03
4. Kb4 = 10,43
5. Kb5 = 9,38
6. Kb6 = 10,39
7. Kb7 = 10,33
8. Kb8 = 11,59
9. X. DAFTAR PUSTAKA
Dzakwan , Muhammad. 2010 . Petunjuk praktikum farmasi fisik I . Universitas
Setia Budi , 1-3
Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-
dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi
III , jilid I , penerbit UI ,Jakarta , 8-309-318, 454-495, 559-687
Internet, 2012, sifat koligatif larutan , www.wikipedia.com.
XI. DISKUSI
Mengapa setelah dilakukan percobaan, harga kenaikan titik didih molal (kb) dari pelet
1 hingga pelet 8 mengalami perubahan yang tidak stabil ?
Jawab : Karena pemasukan naftalen ke dalam larutan kloroform beratnya tidak
beraturan (berat setelahnya ada yang lebih berat dan ada yang lebih ringan)