SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1
Kelarutan Dua Cairan yang saling Bercampur Sebagian
Oleh:
Kelompok 1 dan 6
Anggota:
1. Indah Tika Marliani
2. Riri Wahyuni
3. Ruci Aditya Rushiana
4. Wirna Eliza
5. Yani Puspita
Dosen Pembimbing:
1. Umar Kalmar Nizar, S.Si, M.Si.
2. Yerimadesi, S.Pd, M.Si.
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
KELARUTAN DUA CAIRAN YANG SALING
BERCAMPUR SEBAGIAN
A. Tujuan Praktikum
1. Membuat kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian
2. Menentukan suhu kritis larutan dua zat yang bercampur sebagian
B. Waktu Dan Tempat
Hari/Tanggal : Jum’at/29 September 2017
Pukul : 07.00-09.40 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fisika, FMIPA UNP
C. Teori Dasar
Kelarutan dapat dijelaskan sebagai kemampuan jumlah maksimum zat kimia
tertentu yang dapat larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu
dapat larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan komposisi berapa pun terhadap suatu pelarut (solvent). Sifat
ini disebut juga dengan misable. Pelarut yang digunakan pada umunya di dalam
suatu cairan berupa cairan, gas, atau padat (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur
kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna dan jika temperatur telah
melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam
kondisi bercampur sebagian lagi. Contoh dari temperatur timbal balik adalah
larutan fenol dalam air. (Sukardjo, 2003).
Kelarutan pasangan cairan yang bercampur sebagian dapat dibagi menjadi 4
jenis , yang pertama adalah campuran dengan temperatur pelarutan kritis
maksimal Jenis ini terdapat pada campuran air-anilin, bila sedikit air ditambahkan
pada anilin diperoleh campuran air dalam anilin. Bila ditambah terus terapat dua
lapis yaitu air dzalam anilin dan anilin dalam air. Selama terjadi dua lapisan,
susunan tetap hanya banyaknya masing masing lapisan berubah. Pada pemanasn
campuran, pada suatu saat kedua lapisan hilang membentuk campuran homogen.
Yang kedua, campuran dengan temperatur pelarutan kritis minimal. Jenis ini
terdapat pada campuran air trietilamin, dengan temperatur kritis maksimal 18,5oC.
juga disini selama temperatur tetap susunan campuran selalu tetap. Yang ketiga,
campuran dengan temperatur pelarutan maksimal dan minimal. Campuran ini
terdapat pada campuran air-nikotin. Temperatur pelarutan kritismaksimal terdapat
pada 208oC dan minimal pada 60,8oC. Yang terakhir, yaitu campuran cairan tanpa
temperatur pelarutan Air dan eter bercampur sebagian alam segala perbandingan,
jadi tidak mempunyai temperatur pelarutan kritis, baik minimal atau maksimal
(Sukardjo, 1997).
Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap.
Sistem tersebut disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri
dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah, apabila
dalam campuran itu ditambah ka salah satu komponen penyusun yaitu fenol dan
air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh
sebuah kurva sebagai berikut.
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA adalah fraksi mol
air, XF adalah fraksi mol fenol, Xc adalah fraksi mol komponen pada suhu kritis
(Tc). Pada suhu T1 dengan komposisi diantara A1 dan B1, sistem berada pada dua
fese (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau di atas suhu kritisnya, Tc),
sistem berada pada satu fasa (jernih) (Wahyuni, 2003).
Temperatur kritis atas Tc adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan
fase. Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur.
Temperatur ini ada geraan termal yang lebih besar pada kedua kompenen (Atkins,
1999).
D. Alat dan Bahan
1.Alat
No Nama Jumlah Gambar
1 Gelas ukur Dua
2 Batang
pengaduk
Dua
3 Neraca
Analitik
Satu
4 Corong kaca Dua
5 Kaki tiga Dua
6 Kasa Dua
7 Pembakar
Spritus
Dua
8 Gelas kimia Dua
9 Pipet Ukur Dua
10 Tabung
reaksi
Dua
2.Bahan
No Nama Bahan Gambar
1 Aquades
2 Butanol
E. Prosedur Kerja
1. Penambahan butanol ke dalam air
Penangas air dan alat-alat lain
- + 10 ml air melalui pipet volume ke tabung reaksi
- + 1 ml butanol ke dalam air dalam tabung melalui buret atau pipet.
- Memanaskan tabung dalam penangas air sambil diaduk.
- Mengangkat tabung dari penangas, biarkan cairan dingin sambil
diaduk.
- Catat suhu larutan ketika keruh.
2. Penambahan air ke dalam butanol.
Penangas air dan alat-alat lain
- + 10 ml butanol melalui pipet volume ke tabung reaksi
- + 1 ml air ke dalam aquades dalam tabung melalui buret atau pipet
- Memanaskan tabung dalam penangas air sambil diaduk.
- Mengangkat tabung dari penangas, biarkan cairan dingin sambil
diaduk.
- Catat suhu larutan ketika keruh.
Ulangi langkah 3 dan 4 sampai 10 ml penambahan
butanol.
.
F. Tabel Pengamatan
Massa jenis air = 1 gram/mL
Massa jenis butanol = 0,82 gram/mL
1. Penambahan butanol dalam air
Volume Butanol yang
ditambahkan (mL)
Suhu Kritis (0C) Suhu Jernih (0C)
1 58 72
2 60 73,5
3 63 75
4 69 76
5 77 83
6 78 84,5
7 70 81,5
8 67 80
9 63,5 78
10 60 74
2. Penambahan air dalam butanol
Volume Air yang Suhu Kritis (0C) Suhu Jernih (0C)
Ulangi langkah 3 dan 4 sampai 10 ml penambahan
air.
ditambahkan (mL)
1 51 65
2 55 70
3 56 73
4 63 75
5 71 85
6 73 87
7 70 85
8 67 83
9 66 80
10 64 79
G. Perhitungan
1. Berat butanol dan air pada tiap komposisi
a. Berat butanol pada tiap penambahan butanol dalam air
Rumus : massa=𝜌 x volume
1) Untuk volume butanol= 1 mL
Massa=0,82 gram/mL x 1 mL = 0,82 gram
2) Untuk volume butanol= 2 mL
Massa=0,82 gram/mL x 2 mL = 1,64 gram
3) Untuk volume butanol= 3 mL
Massa=0,82 gram/mL x 3mL = 2,46 gram
4) Untuk volume butanol= 4 mL
Massa=0,82 gram/mL x 4 mL = 3,28 gram
5) Untuk volume butanol= 5 mL
Massa=0,82 gram/mL x 5 mL = 4,1 gram
6) Untuk volume butanol= 6 mL
Massa=0,82 gram/mL x 6 mL = 4,92gram
7) Untuk volume butanol= 7 mL
Massa=0,82 gram/mL x 7 mL = 5,74 gram
8) Untuk volume butanol= 8 mL
Massa=0,82 gram/mL x 8 mL = 6,56 gram
9) Untuk volume butanol= 9 mL
Massa=0,82 gram/mL x 9 mL = 7,38 gram
10) Untuk volume butanol= 10 mL
Massa=0,82 gram/mL x 10 mL = 8,2 gram
b. Berat air pada penambahan air dalam butanol
1) Untuk volume air= 1 mL
Massa=1gram/mL x 1 mL = 1gram
2) Untuk volume air= 2 mL
Massa=1gram/mL x 2 mL = 2 gram
3) Untuk volume air = 3 mL
Massa=1gram/mL x 3mL = 3 gram
4) Untuk volume air = 4 mL
Massa=1gram/mL x 4 mL = 4 gram
5) Untuk volume air = 5 mL
Massa=1gram/mL x 5 mL = 5 gram
6) Untuk volume air = 6 mL
Massa=1gram/mL x 6 mL = 6 gram
7) Untuk volume air = 7 mL
Massa=1gram/mL x 7 mL = 7 gram
8) Untuk volume air = 8 mL
Massa=1gram/mL x 8 mL = 8 gram
9) Untuk volume air = 9 mL
Massa=1gram/mL x 9 mL = 9 gram
10) Untuk volume air = 10 mL
Massa=1gram/mL x 10 mL = 10 gram
2. Persen berat butanol dan air pada tiap komposisi
a. Persen berat butanol pada penambahan butanol dalam air
Rumus : %W=
massa
massa campuran
× 100%
1) Untuk volume butanol= 1 mL
%W=
0,82 g
(0,82+1)g
× 100%= 45,05%
2) Untuk volume butanol= 2 mL
%W=
1,64 g
(1,64+1)g
× 100%= 62,12%
3) Untuk volume butanol= 3 mL
%W=
2,46 g
(2,46+1)g
× 100%= 71,09%
4) Untuk volume butanol= 4 mL
%W=
3,28 g
(3,28+1)g
× 100%= 76,63%
5) Untuk volume butanol= 5 mL
%W=
4,1 g
(4,1+1)g
× 100%= 80,39%
6) Untuk volume butanol= 6 mL
%W=
4,92 g
(4,92+1)g
× 100%= 83,10%
7) Untuk volume butanol= 7 mL
%W=
5,74 g
(5,74+1)g
× 100%=85,16%
8) Untuk volume butanol= 8 mL
%W=
6,56 g
(6,56+1)g
× 100% =86,77%
9) Untuk volume butanol= 9 mL
%W=
7,38 g
(7,38+1)g
× 100%= 88,06%
10) Untuk volume butanol= 10 mL
%W=
8,2 g
(8,2+1)g
× 100%= 89,13%
b. Persen berat air pada penambahan air dalam butanol
1) Untuk volume air= 1 mL
%W=
1g
(1+0,82)g
× 100%= 54,94%
2) Untuk volume air= 2 mL
%W=
2 g
(2+0,82)g
× 100%= 70,92%
3) Untuk volume air= 3 mL
%W=
3g
(3+0,82)g
× 100%= 78,53%
4) Untuk volume air= 4 mL
%W=
4g
(4+0,82)g
× 100%= 82,98%
5) Untuk volume air= 5 mL
%W=
5g
(5+0,82)g
× 100%= 85,91%
6) Untuk volume air= 6 mL
%W=
6g
(6+0,82)g
× 100%= 87,97%
7) Untuk volume air= 7 mL
%W=
7g
(7+0,82)g
× 100%= 89,51%
8) Untuk volume air= 8 mL
%W=
8g
(8+0,82)g
× 100%= 90,70%
9) Untuk volume air= 9 mL
%W=
9 g
(9+0,82)g
× 100%= 91,64%
10) Untuk volume air= 10 mL
%W=
10 g
(10+0,82)g
× 100%= 92,42%
Kurva kelarutan air-butanol
H. Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih yang
terdispersi sebagai molekul atau ion. Kelarutan merupakan ukuran terhadap besar
kecilnya kemampuan suatu zat dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Temperatur kritis adalah
kenaikkan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang
berada dalam kesetimbangan. Fasa merupakan keadaan suatu materi yang
seragam diseluruh bagiannya, termasuk seragam komposisi kimia dan keadaan
fisiknya.
Eksperimental yang kami lakukan mengenai kelarutan dua campuran yang
saling bercampur sebagian bertujuan untuk membuat kurva kelarutan dua zat cair
yang saling bercampur sebagian dan menetukan suhu kritis larutan dua zat yang
bercampur sebagian. Zat cair yang digunakan adalah air dan butanol. Percobaan
ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penambahan butanol ke dalam air dan
penambahan air ke dalam butanol. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah kelarutan timbal balik dua cairan dengan cara memanaskan campuran dua
cairan, sampai diperoleh suhu terendah kedua cairan saling melarutkan.
0
25
50
75
100
0 25 50 75 100
TOC
% Berat
Suhu kritis
Percobaan pertama adalah dilakukan penambahan butanol kedalam air
dengan menyiapkan penangas air terlebih dahulu dan memasukkan air kedalam
tabung reaksi tersebut dan panaskan yang digunakan untuk tempat memanaskan
campuran dua komponen yang saling bercampur sebagian tadi antara butanol dan
air . Kemudian,ke dalam tabung reaksi dimasukkan air sebanyak 10 mL
ditambahkan butanol sebanyak 1 mL setiap penambahannya sampai volume
butanol yang di tambahkan mencapai 10 mL . Kemudian dilakukan pemanasan,
setelah itu campuran kedua larutan diukur suhunya dengan termometer dan
didinginkan serta diukur suhunya kembali. Ketika butanol dicampur dengan air
warnanya menjadi keruh dan setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi
bening tetapi setelah didinginkan larutan menjadi keruh kembali. Perubahan suhu
bergantung pada komposisi kedua zat tersebut. Berdasarkan data ini dapat
ditentukan suhu kritis dari larutan tersebut.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa adanya pengaruh komposisi terhadap
kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian dimana semakin besar volume
butanol yang ditambahkan ke dalam air, larutan semakin keruh dan suhu yang
dicapai ketika larutan jernih juga semakin tinggi. Akibatnya suhu yang dicapai
ketika larutan kembali keruh juga meningkat. Hal ini disebabkan karena
penambahan tersebut menyebabkan kedua zat cair saling tidak bercampur semakin
besar sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk membuat campuran
tersebut menjadi homogen/saling melarutkan.
Percobaan selanjutnya yaitu penambahan air ke dalam butanol.caranya
hampir sma dengan percobaan pada penambahn butanol kedalam air, dimana
tabung reaksi diisi dengan 10 mL dan ditambahkan 1 mL butanol dan dilakukan
pemanasan. Setelah itu diukur juga suhu ketiak larutan dipanaskan dan ddinginkan
dengan menggunkan termometer.Pada tahap ini larutan tidak keruh tetapi
membentuk dua fasa yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan atau terdapat
bidang batas antara air dan butanol. Setelah dipanaskan, pada suhu tertentu larutan
dapat membentuk satu fasa yang ditandai dengan hilangnya bidang batas antara
air dan butanol. Artinya pada suhu ini larutan dapat saling melarutkan. Disini juga
terlihat adanya pengaruh suhu terhadap kelarutan. Selain itu, komposisi juga
berpengaruh terhadap kelarutan dimana semakin banyak air yang ditambahkan ke
dalam butanol, semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk membuat larutan
menjadi satu fasa sehingga suhu pada saat larutan kembali mencapai dua fasa juga
meningkat.
Perubahan dua fasa menjadi satu fasa ini terjadi karena kelarutan air dalam
butanol meningkat dan sebaliknya kelarutan butanol dalam air juga meningkat, hal
ini disebabkan energi kinetik partikel semakin besar sehingga bercampur
sempurna.
Dari data yang diperoleh, maka dapat ditentukan suhu kritis dari campuran
air dan butanol yang dapat ditentukan dengan melihat suhu pada saat kedua zat
cair yang bercampur sebagian dapat bercampur atau saling melarutkan pada tiap
komposisi yang diberikan.
Dari data antara suhu (T) dan persen berat yang diperoleh dari percobaan,
dapat dibuat grafik sistem biner butanol-air dan air-butanol, yaitu antara persen
berat dan suhu (T). Pada percobaan penambahan butanol ke dalam air suhu
kritisnya adalah 78ºC dengan komposisi campurannya adalah berat butanol 4,92
gram dan dan persen berat air 83,1 %. Ini menunjukkan kalau pada suhu 78 ºC,
komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen
di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase.
Pada percobaan penambahan air kedalam butanol suhu kritisnya adalah 73
0C dengan komposisi campurannya adalah berat air 6 gram dan dan persen berat
butanol 89,51 %. Ini menunjukkan kalau pada suhu 73 ºC, komponen yang berada
di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar kurva atau di
luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase.
Komponen berada pada satu fasa pada saat campurannya larut homogen
(jernih), sedangkan komponen berada pada dua fasa ketika dilakukan penambahan
air yang menghasilkan dua lapisan (keruh). Pada percobaan penambahan air ke
dalam butanol didapatkan bahwa suhu kritisnya naik turun seiring semakin
banyaknya penambahan air, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian
praktikan saat percobaan, misalnya pada saat membaca skala termometer,
validitas alat yang digunakan, kesalahan analisa data.
I. Kesimpulan
1. Dari hasil eksperimental mengenai kelarutan dua cairan yang saling
bercampur sebagian, dapat dibuat kurva dari persen berat yang didapat dari
perhitungan dan suhu yang didapatkan pada proses pengamatan. Yang
menurut teori kurav kelarutan air-butanol berbentuk parabola atau
melengkung. Tetapi dari hasil eksperimental tidak berbentuk melengkung.
2. Suhu kritis yang didapatkan yakni 78oC.
Daftar Pustaka
Atkins, P.W.1997. Kimia Fisika. Jakarta:Erlangga.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika 1. Jambi: Universitas Jambi.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Wahyuni, Sri. 2003. Buku Ajar Kimia Fisika 2.Semarang: UNNES.
Jawaban Diskusi
1. Apakah hasil yang didapat sudah sesuai dengan teori, jika tidak sama apakah
yang menyebabkan hal tersebut terjadi? (Annisa Aulia)
2. Apakah fungsi pengadukan di luar tabung reaksi? Mengapa pengadukan tidak
dilakukan di dalam tabung reaksi saja? (Muhammad Rizki)
3. Apakah hasilnya berbeda dari kedua percobaan tersebut? (Fitri Wahyuni
Adnan)
4. Bagaimanakah perbandingan massa jenis air dan butanol? Apakah sesuai
letak air dan butanol sudah sesuai dengan massa jenisnya? (Engle
Listiningsih)
Jawab:
1. Menurut kelompok kami hasil praktikum yang kami lakukan belum sesuai
dengan teori karena kurva yang didapat tidak membentuk parabola. Hal ini
dikarenakan kami sebagai praktikan kurang teliti dalam mengamati suhu dan
penambahan yang dilakukan.(Wirna Eliza)
2. Pengadukan bertujuan untuk memberikan gerakan pada bahan, seperti
gerakan pada molekulnya agar komponen dalam larutan dapat menyebar
(terdispersi). Jadi jika dilakukan dengan batang pengaduk maka larutan akan
tercampur merata. Namun, jika pengadukan dilakukan dengan menggoyang-
goyangkan tabung reaksi, maka kemungkinan larutan tidak tercampur
sempurna atau bahkan larutan dapat tumpah dari tabung reaksi. (Riri
Wahyuni)
3. Hasil dari percobaan kami pada penambahan butanol dalam air dan air dalam
butanol hampir sama. Dapat dilihat dari diagram yang telah ada. Diagram
yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya digram atau
kurva yang didapatkan berbentuk parabola. Namun, pada kurva yang kami
dapatkan tidak membentuk parabola melainkan naik turun.(Yani Puspita)
4. Massa jenis air = 1 gram/mL
Massa jenis butanol = 0,82 gram/mL
Massa jenis air lebih besar dari massa jenis butanol dan paraktikum ini pada
penambahan air pada butanol dan penambahan air dalam butanol letak air
selalu di bawah karena massa jenis air yang lebih besar. (Ruci Aditya
Rushiana)

More Related Content

What's hot

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsiWd-Amalia Wd-Amalia
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturqlp
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusiIhsan Yaacob
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Dede Suhendra
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaasterias
 
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)UIN Alauddin Makassar
 
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaLaporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaAndrio Suwuh
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidaqlp
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrDila Adila
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiRihlatul adni
 
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
kalor penguapan sebagai energi pengaktifankalor penguapan sebagai energi pengaktifan
kalor penguapan sebagai energi pengaktifanLinda Rosita
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonDwi Atika Atika
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
Laporan praktikum titrasi argentometri.doc
Laporan praktikum titrasi argentometri.docLaporan praktikum titrasi argentometri.doc
Laporan praktikum titrasi argentometri.docaufia w
 

What's hot (20)

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
analisa kation golongan 1
analisa kation golongan 1analisa kation golongan 1
analisa kation golongan 1
 
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
 
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaLaporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam Mohr
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
kalor penguapan sebagai energi pengaktifankalor penguapan sebagai energi pengaktifan
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
Laporan praktikum titrasi argentometri.doc
Laporan praktikum titrasi argentometri.docLaporan praktikum titrasi argentometri.doc
Laporan praktikum titrasi argentometri.doc
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 

Similar to KELARUTAN DUA CAMPURAN

Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Dwi Mirda
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan Massa
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan MassaITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan Massa
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan MassaFransiska Puteri
 
Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)dasi anto
 
Modul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutanModul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutandasi anto
 
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murniTermodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murnijayamartha
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaTillapia
 
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptxKIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptxKikiAdriani1
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprakpraditya_21
 
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratLaporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratSafira Amalia Fardiana
 
Bab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1  sifat koligatif larutanBab 1  sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutan1habib
 
Bahan ajar destilasi
Bahan ajar destilasiBahan ajar destilasi
Bahan ajar destilasiAwal Reon
 
Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisRidwan
 
Bab 4 pemuaian g7 bagian 2
Bab 4 pemuaian g7 bagian 2Bab 4 pemuaian g7 bagian 2
Bab 4 pemuaian g7 bagian 2DIAH KOHLER
 

Similar to KELARUTAN DUA CAMPURAN (20)

Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan Massa
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan MassaITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan Massa
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 5 Kesetimbangan Massa
 
Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
Sifat Koligatif Larutan (Kimia Kelas XII)
 
materi air
materi airmateri air
materi air
 
Hhh
HhhHhh
Hhh
 
Modul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutanModul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutan
 
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murniTermodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
 
Massa jenis zat cair
Massa jenis zat cairMassa jenis zat cair
Massa jenis zat cair
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptxKIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidratLaporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
Laporan percobaan biokim fermentasi karbohidrat
 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
 
Bab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1  sifat koligatif larutanBab 1  sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutan
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Bahan ajar destilasi
Bahan ajar destilasiBahan ajar destilasi
Bahan ajar destilasi
 
Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat Jenis
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Bab 4 pemuaian g7 bagian 2
Bab 4 pemuaian g7 bagian 2Bab 4 pemuaian g7 bagian 2
Bab 4 pemuaian g7 bagian 2
 

Recently uploaded

415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 

Recently uploaded (9)

415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 

KELARUTAN DUA CAMPURAN

  • 1. MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 Kelarutan Dua Cairan yang saling Bercampur Sebagian Oleh: Kelompok 1 dan 6 Anggota: 1. Indah Tika Marliani 2. Riri Wahyuni 3. Ruci Aditya Rushiana 4. Wirna Eliza 5. Yani Puspita Dosen Pembimbing: 1. Umar Kalmar Nizar, S.Si, M.Si. 2. Yerimadesi, S.Pd, M.Si. JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
  • 2. UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2017 KELARUTAN DUA CAIRAN YANG SALING BERCAMPUR SEBAGIAN A. Tujuan Praktikum 1. Membuat kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian 2. Menentukan suhu kritis larutan dua zat yang bercampur sebagian B. Waktu Dan Tempat Hari/Tanggal : Jum’at/29 September 2017 Pukul : 07.00-09.40 WIB Tempat : Laboratorium Kimia Fisika, FMIPA UNP C. Teori Dasar Kelarutan dapat dijelaskan sebagai kemampuan jumlah maksimum zat kimia tertentu yang dapat larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu dapat larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan komposisi berapa pun terhadap suatu pelarut (solvent). Sifat ini disebut juga dengan misable. Pelarut yang digunakan pada umunya di dalam suatu cairan berupa cairan, gas, atau padat (Darmaji, 2005). Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna dan jika temperatur telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam
  • 3. kondisi bercampur sebagian lagi. Contoh dari temperatur timbal balik adalah larutan fenol dalam air. (Sukardjo, 2003). Kelarutan pasangan cairan yang bercampur sebagian dapat dibagi menjadi 4 jenis , yang pertama adalah campuran dengan temperatur pelarutan kritis maksimal Jenis ini terdapat pada campuran air-anilin, bila sedikit air ditambahkan pada anilin diperoleh campuran air dalam anilin. Bila ditambah terus terapat dua lapis yaitu air dzalam anilin dan anilin dalam air. Selama terjadi dua lapisan, susunan tetap hanya banyaknya masing masing lapisan berubah. Pada pemanasn campuran, pada suatu saat kedua lapisan hilang membentuk campuran homogen. Yang kedua, campuran dengan temperatur pelarutan kritis minimal. Jenis ini terdapat pada campuran air trietilamin, dengan temperatur kritis maksimal 18,5oC. juga disini selama temperatur tetap susunan campuran selalu tetap. Yang ketiga, campuran dengan temperatur pelarutan maksimal dan minimal. Campuran ini terdapat pada campuran air-nikotin. Temperatur pelarutan kritismaksimal terdapat pada 208oC dan minimal pada 60,8oC. Yang terakhir, yaitu campuran cairan tanpa temperatur pelarutan Air dan eter bercampur sebagian alam segala perbandingan, jadi tidak mempunyai temperatur pelarutan kritis, baik minimal atau maksimal (Sukardjo, 1997). Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Sistem tersebut disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah, apabila dalam campuran itu ditambah ka salah satu komponen penyusun yaitu fenol dan air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh sebuah kurva sebagai berikut.
  • 4. L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA adalah fraksi mol air, XF adalah fraksi mol fenol, Xc adalah fraksi mol komponen pada suhu kritis (Tc). Pada suhu T1 dengan komposisi diantara A1 dan B1, sistem berada pada dua fese (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau di atas suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada satu fasa (jernih) (Wahyuni, 2003). Temperatur kritis atas Tc adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur ini ada geraan termal yang lebih besar pada kedua kompenen (Atkins, 1999). D. Alat dan Bahan 1.Alat No Nama Jumlah Gambar 1 Gelas ukur Dua
  • 5. 2 Batang pengaduk Dua 3 Neraca Analitik Satu 4 Corong kaca Dua 5 Kaki tiga Dua
  • 6. 6 Kasa Dua 7 Pembakar Spritus Dua 8 Gelas kimia Dua 9 Pipet Ukur Dua
  • 7. 10 Tabung reaksi Dua 2.Bahan No Nama Bahan Gambar 1 Aquades 2 Butanol
  • 8. E. Prosedur Kerja 1. Penambahan butanol ke dalam air Penangas air dan alat-alat lain - + 10 ml air melalui pipet volume ke tabung reaksi - + 1 ml butanol ke dalam air dalam tabung melalui buret atau pipet. - Memanaskan tabung dalam penangas air sambil diaduk. - Mengangkat tabung dari penangas, biarkan cairan dingin sambil diaduk. - Catat suhu larutan ketika keruh.
  • 9. 2. Penambahan air ke dalam butanol. Penangas air dan alat-alat lain - + 10 ml butanol melalui pipet volume ke tabung reaksi - + 1 ml air ke dalam aquades dalam tabung melalui buret atau pipet - Memanaskan tabung dalam penangas air sambil diaduk. - Mengangkat tabung dari penangas, biarkan cairan dingin sambil diaduk. - Catat suhu larutan ketika keruh. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai 10 ml penambahan butanol.
  • 10. . F. Tabel Pengamatan Massa jenis air = 1 gram/mL Massa jenis butanol = 0,82 gram/mL 1. Penambahan butanol dalam air Volume Butanol yang ditambahkan (mL) Suhu Kritis (0C) Suhu Jernih (0C) 1 58 72 2 60 73,5 3 63 75 4 69 76 5 77 83 6 78 84,5 7 70 81,5 8 67 80 9 63,5 78 10 60 74 2. Penambahan air dalam butanol Volume Air yang Suhu Kritis (0C) Suhu Jernih (0C) Ulangi langkah 3 dan 4 sampai 10 ml penambahan air.
  • 11. ditambahkan (mL) 1 51 65 2 55 70 3 56 73 4 63 75 5 71 85 6 73 87 7 70 85 8 67 83 9 66 80 10 64 79 G. Perhitungan 1. Berat butanol dan air pada tiap komposisi a. Berat butanol pada tiap penambahan butanol dalam air Rumus : massa=𝜌 x volume 1) Untuk volume butanol= 1 mL Massa=0,82 gram/mL x 1 mL = 0,82 gram 2) Untuk volume butanol= 2 mL Massa=0,82 gram/mL x 2 mL = 1,64 gram 3) Untuk volume butanol= 3 mL Massa=0,82 gram/mL x 3mL = 2,46 gram 4) Untuk volume butanol= 4 mL Massa=0,82 gram/mL x 4 mL = 3,28 gram 5) Untuk volume butanol= 5 mL Massa=0,82 gram/mL x 5 mL = 4,1 gram 6) Untuk volume butanol= 6 mL Massa=0,82 gram/mL x 6 mL = 4,92gram 7) Untuk volume butanol= 7 mL Massa=0,82 gram/mL x 7 mL = 5,74 gram 8) Untuk volume butanol= 8 mL
  • 12. Massa=0,82 gram/mL x 8 mL = 6,56 gram 9) Untuk volume butanol= 9 mL Massa=0,82 gram/mL x 9 mL = 7,38 gram 10) Untuk volume butanol= 10 mL Massa=0,82 gram/mL x 10 mL = 8,2 gram b. Berat air pada penambahan air dalam butanol 1) Untuk volume air= 1 mL Massa=1gram/mL x 1 mL = 1gram 2) Untuk volume air= 2 mL Massa=1gram/mL x 2 mL = 2 gram 3) Untuk volume air = 3 mL Massa=1gram/mL x 3mL = 3 gram 4) Untuk volume air = 4 mL Massa=1gram/mL x 4 mL = 4 gram 5) Untuk volume air = 5 mL Massa=1gram/mL x 5 mL = 5 gram 6) Untuk volume air = 6 mL Massa=1gram/mL x 6 mL = 6 gram 7) Untuk volume air = 7 mL Massa=1gram/mL x 7 mL = 7 gram 8) Untuk volume air = 8 mL Massa=1gram/mL x 8 mL = 8 gram 9) Untuk volume air = 9 mL Massa=1gram/mL x 9 mL = 9 gram 10) Untuk volume air = 10 mL Massa=1gram/mL x 10 mL = 10 gram 2. Persen berat butanol dan air pada tiap komposisi a. Persen berat butanol pada penambahan butanol dalam air Rumus : %W= massa massa campuran × 100% 1) Untuk volume butanol= 1 mL
  • 13. %W= 0,82 g (0,82+1)g × 100%= 45,05% 2) Untuk volume butanol= 2 mL %W= 1,64 g (1,64+1)g × 100%= 62,12% 3) Untuk volume butanol= 3 mL %W= 2,46 g (2,46+1)g × 100%= 71,09% 4) Untuk volume butanol= 4 mL %W= 3,28 g (3,28+1)g × 100%= 76,63% 5) Untuk volume butanol= 5 mL %W= 4,1 g (4,1+1)g × 100%= 80,39% 6) Untuk volume butanol= 6 mL %W= 4,92 g (4,92+1)g × 100%= 83,10% 7) Untuk volume butanol= 7 mL %W= 5,74 g (5,74+1)g × 100%=85,16% 8) Untuk volume butanol= 8 mL %W= 6,56 g (6,56+1)g × 100% =86,77% 9) Untuk volume butanol= 9 mL %W= 7,38 g (7,38+1)g × 100%= 88,06% 10) Untuk volume butanol= 10 mL %W= 8,2 g (8,2+1)g × 100%= 89,13% b. Persen berat air pada penambahan air dalam butanol 1) Untuk volume air= 1 mL %W= 1g (1+0,82)g × 100%= 54,94% 2) Untuk volume air= 2 mL %W= 2 g (2+0,82)g × 100%= 70,92% 3) Untuk volume air= 3 mL
  • 14. %W= 3g (3+0,82)g × 100%= 78,53% 4) Untuk volume air= 4 mL %W= 4g (4+0,82)g × 100%= 82,98% 5) Untuk volume air= 5 mL %W= 5g (5+0,82)g × 100%= 85,91% 6) Untuk volume air= 6 mL %W= 6g (6+0,82)g × 100%= 87,97% 7) Untuk volume air= 7 mL %W= 7g (7+0,82)g × 100%= 89,51% 8) Untuk volume air= 8 mL %W= 8g (8+0,82)g × 100%= 90,70% 9) Untuk volume air= 9 mL %W= 9 g (9+0,82)g × 100%= 91,64% 10) Untuk volume air= 10 mL %W= 10 g (10+0,82)g × 100%= 92,42% Kurva kelarutan air-butanol
  • 15. H. Pembahasan Larutan merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih yang terdispersi sebagai molekul atau ion. Kelarutan merupakan ukuran terhadap besar kecilnya kemampuan suatu zat dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu. Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Temperatur kritis adalah kenaikkan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan. Fasa merupakan keadaan suatu materi yang seragam diseluruh bagiannya, termasuk seragam komposisi kimia dan keadaan fisiknya. Eksperimental yang kami lakukan mengenai kelarutan dua campuran yang saling bercampur sebagian bertujuan untuk membuat kurva kelarutan dua zat cair yang saling bercampur sebagian dan menetukan suhu kritis larutan dua zat yang bercampur sebagian. Zat cair yang digunakan adalah air dan butanol. Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penambahan butanol ke dalam air dan penambahan air ke dalam butanol. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah kelarutan timbal balik dua cairan dengan cara memanaskan campuran dua cairan, sampai diperoleh suhu terendah kedua cairan saling melarutkan. 0 25 50 75 100 0 25 50 75 100 TOC % Berat Suhu kritis
  • 16. Percobaan pertama adalah dilakukan penambahan butanol kedalam air dengan menyiapkan penangas air terlebih dahulu dan memasukkan air kedalam tabung reaksi tersebut dan panaskan yang digunakan untuk tempat memanaskan campuran dua komponen yang saling bercampur sebagian tadi antara butanol dan air . Kemudian,ke dalam tabung reaksi dimasukkan air sebanyak 10 mL ditambahkan butanol sebanyak 1 mL setiap penambahannya sampai volume butanol yang di tambahkan mencapai 10 mL . Kemudian dilakukan pemanasan, setelah itu campuran kedua larutan diukur suhunya dengan termometer dan didinginkan serta diukur suhunya kembali. Ketika butanol dicampur dengan air warnanya menjadi keruh dan setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi bening tetapi setelah didinginkan larutan menjadi keruh kembali. Perubahan suhu bergantung pada komposisi kedua zat tersebut. Berdasarkan data ini dapat ditentukan suhu kritis dari larutan tersebut. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa adanya pengaruh komposisi terhadap kelarutan dua zat cair yang bercampur sebagian dimana semakin besar volume butanol yang ditambahkan ke dalam air, larutan semakin keruh dan suhu yang dicapai ketika larutan jernih juga semakin tinggi. Akibatnya suhu yang dicapai ketika larutan kembali keruh juga meningkat. Hal ini disebabkan karena penambahan tersebut menyebabkan kedua zat cair saling tidak bercampur semakin besar sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk membuat campuran tersebut menjadi homogen/saling melarutkan. Percobaan selanjutnya yaitu penambahan air ke dalam butanol.caranya hampir sma dengan percobaan pada penambahn butanol kedalam air, dimana tabung reaksi diisi dengan 10 mL dan ditambahkan 1 mL butanol dan dilakukan pemanasan. Setelah itu diukur juga suhu ketiak larutan dipanaskan dan ddinginkan dengan menggunkan termometer.Pada tahap ini larutan tidak keruh tetapi membentuk dua fasa yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan atau terdapat bidang batas antara air dan butanol. Setelah dipanaskan, pada suhu tertentu larutan dapat membentuk satu fasa yang ditandai dengan hilangnya bidang batas antara air dan butanol. Artinya pada suhu ini larutan dapat saling melarutkan. Disini juga terlihat adanya pengaruh suhu terhadap kelarutan. Selain itu, komposisi juga
  • 17. berpengaruh terhadap kelarutan dimana semakin banyak air yang ditambahkan ke dalam butanol, semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk membuat larutan menjadi satu fasa sehingga suhu pada saat larutan kembali mencapai dua fasa juga meningkat. Perubahan dua fasa menjadi satu fasa ini terjadi karena kelarutan air dalam butanol meningkat dan sebaliknya kelarutan butanol dalam air juga meningkat, hal ini disebabkan energi kinetik partikel semakin besar sehingga bercampur sempurna. Dari data yang diperoleh, maka dapat ditentukan suhu kritis dari campuran air dan butanol yang dapat ditentukan dengan melihat suhu pada saat kedua zat cair yang bercampur sebagian dapat bercampur atau saling melarutkan pada tiap komposisi yang diberikan. Dari data antara suhu (T) dan persen berat yang diperoleh dari percobaan, dapat dibuat grafik sistem biner butanol-air dan air-butanol, yaitu antara persen berat dan suhu (T). Pada percobaan penambahan butanol ke dalam air suhu kritisnya adalah 78ºC dengan komposisi campurannya adalah berat butanol 4,92 gram dan dan persen berat air 83,1 %. Ini menunjukkan kalau pada suhu 78 ºC, komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase. Pada percobaan penambahan air kedalam butanol suhu kritisnya adalah 73 0C dengan komposisi campurannya adalah berat air 6 gram dan dan persen berat butanol 89,51 %. Ini menunjukkan kalau pada suhu 73 ºC, komponen yang berada di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase. Komponen berada pada satu fasa pada saat campurannya larut homogen (jernih), sedangkan komponen berada pada dua fasa ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan dua lapisan (keruh). Pada percobaan penambahan air ke dalam butanol didapatkan bahwa suhu kritisnya naik turun seiring semakin banyaknya penambahan air, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian praktikan saat percobaan, misalnya pada saat membaca skala termometer, validitas alat yang digunakan, kesalahan analisa data.
  • 18. I. Kesimpulan 1. Dari hasil eksperimental mengenai kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian, dapat dibuat kurva dari persen berat yang didapat dari perhitungan dan suhu yang didapatkan pada proses pengamatan. Yang menurut teori kurav kelarutan air-butanol berbentuk parabola atau melengkung. Tetapi dari hasil eksperimental tidak berbentuk melengkung. 2. Suhu kritis yang didapatkan yakni 78oC.
  • 19. Daftar Pustaka Atkins, P.W.1997. Kimia Fisika. Jakarta:Erlangga. Darmaji. 2005. Kimia Fisika 1. Jambi: Universitas Jambi. Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. Wahyuni, Sri. 2003. Buku Ajar Kimia Fisika 2.Semarang: UNNES.
  • 20. Jawaban Diskusi 1. Apakah hasil yang didapat sudah sesuai dengan teori, jika tidak sama apakah yang menyebabkan hal tersebut terjadi? (Annisa Aulia) 2. Apakah fungsi pengadukan di luar tabung reaksi? Mengapa pengadukan tidak dilakukan di dalam tabung reaksi saja? (Muhammad Rizki) 3. Apakah hasilnya berbeda dari kedua percobaan tersebut? (Fitri Wahyuni Adnan) 4. Bagaimanakah perbandingan massa jenis air dan butanol? Apakah sesuai letak air dan butanol sudah sesuai dengan massa jenisnya? (Engle Listiningsih) Jawab: 1. Menurut kelompok kami hasil praktikum yang kami lakukan belum sesuai dengan teori karena kurva yang didapat tidak membentuk parabola. Hal ini dikarenakan kami sebagai praktikan kurang teliti dalam mengamati suhu dan penambahan yang dilakukan.(Wirna Eliza) 2. Pengadukan bertujuan untuk memberikan gerakan pada bahan, seperti gerakan pada molekulnya agar komponen dalam larutan dapat menyebar (terdispersi). Jadi jika dilakukan dengan batang pengaduk maka larutan akan tercampur merata. Namun, jika pengadukan dilakukan dengan menggoyang- goyangkan tabung reaksi, maka kemungkinan larutan tidak tercampur sempurna atau bahkan larutan dapat tumpah dari tabung reaksi. (Riri Wahyuni) 3. Hasil dari percobaan kami pada penambahan butanol dalam air dan air dalam butanol hampir sama. Dapat dilihat dari diagram yang telah ada. Diagram yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya digram atau kurva yang didapatkan berbentuk parabola. Namun, pada kurva yang kami dapatkan tidak membentuk parabola melainkan naik turun.(Yani Puspita) 4. Massa jenis air = 1 gram/mL Massa jenis butanol = 0,82 gram/mL
  • 21. Massa jenis air lebih besar dari massa jenis butanol dan paraktikum ini pada penambahan air pada butanol dan penambahan air dalam butanol letak air selalu di bawah karena massa jenis air yang lebih besar. (Ruci Aditya Rushiana)