Makalah ini membahas tentang struktur hadist yang terdiri dari tiga komponen yaitu sanad atau isnad (rantai penutur), matan (redaksi hadist), dan mukharij (rawi). Sanad didefinisikan sebagai jalan menuju matan yaitu mata rantai perawi dari mukhirij sampai shahib al-matan. Contoh sanad dijelaskan melalui rantai penutur hadist.
1. Makalah
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Hadist
“STRUKTUR HADIST”
Dosen Pengampu :
Bakhrul Huda, M.E.I.
Disusun Oleh :
Ridha Nur Hidayati (G04219065)
Rifqun Nisa’ (G04219066)
Indah Dwi Kartika (G94219160)
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2020
2. ii
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan selesai pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkah kepada Nabi Muhammad SAW. Sosok
idola umat sepanjang zaman yang karena kehadirannya telah menimbulkan pencerahan pada
alam semesta dan pemikiran ideologi seluruh penghuninya. Bersama agamanya yang
senantiasa menerangkan mana yang Haq dan mana yang batil, membawa umat manusia ke
jalan yang terang benderang.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya pengajar mata
kuliah ”Studi Agama” atas bimbingan dan arahannya dalam penulisan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan mengingat akan
kemampuan yang saya miliki . Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak, saya harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Surabaya, 16 Februari 2020
Penulis
3. iii
Daftar Isi
HALAMAN
DEPAN…………..………………………………………………………………………………………………………………………......... .i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
Bab I. PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...................................................................................................................4
Bab II. PEMBAHASAN..................................................................................................................5
A. Pengertian Gadai.....................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Dasar Hukum Gadai Syariah dan Gadai Kovensional ...............................................................7
C. Persamaan dan Perbedaan Akad Gadai Syariah dan Konvensional...........................................9
D. Faktor PenyebabPerbedaandanPersamaanGadai Syariah
dan Gadai Konvensional……………………………………………………………………………………………………..…12
Bab III. PENUTUP......................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran ................................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................13
4. 4
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “hadist” berasal dari kata al-hadist yang menurut bahasa, berarti al-jadid (sesuatu
yang baru). Kata hadist juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan
dan dipindahkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Hadist menurut istilah ahli hadist adalah: apa yang disandarkan kepada Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik berupa ucapan, perbuatan penetapan, sifat, atau sirah
beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya.1
Sedangkan menurut ahli ushul fikih, hadist adalah perkataan, perbuatan, dan
penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW. Setelah kenabian. Adapun setelah
kenabian tidak dianggap sebagai hadist, karena yang dimaksud dengan hadist adalah
mengerjakan apa yang menjadi konsekuwensinya. Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali
dengan apa yang terjadi setelah kenabian.2
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dari sanad dan apa saja contohnya?
2. Jelaskan definisi matan dan bagaimana contohnya?
3. Jelaskan definisi, syarat-syarat rawi dan bagaimana contohnya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi sanad dan contohnya.
2. Agar dapat mengetahui apa itu matan dan apa saja contohnya.
3. Untuk mengetahui definisi dan syarat-syarat rawi serta mengetahui contonya.
1 M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Bulan Bintang, Jakarta, 1954, hlm.20
2 Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 2013, hlm.22
5. 5
Bab II
PEMBAHASAN
A. Komponen Hadist
Secara struktur, hadist terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadist), dan mukharij (rawi).
1. Sanad
Secara bahasa sanad berarti “sandaran yang kita bersandar padanya”. Sedangkan
secara istilah adalah jalan menuju matan. Yaitu mata rantai perawi dari mukhirij sampai
shahib al-matan yang pertama. Dalam istilah ilmu hadist, selain istilah sanad lazim
juga disebut isnad.
Berdasarkan dengan pengertian sanad secara istilah, para ulama’ berbeda
pendapat:3
1) Di dalam kitab Ushul al-Hadist, disebutkan bahwa sanad adalah
“rangkaian berita yang merupakan jalan kepada matan dari sumber
pertama”.
2) Sebagian ulama’ mendefinisikan sanad dengan “jalan yang dapat
menghubungkan matan hadist kepada Nabi Muhammad SAW.”.
3) Ahli hadist mendefinisikan sanad dengan “jalan yang menyampaikan kita
kepada matan hadist; apabila seorang perawi berkata,”dikabarkan
kepadaku oleh Malik yang menerima dari Nafi yang menerimanya dari
Abdullah ibn Umar bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:….,maka
perkataan ‘dikabarkan kepadaku oleh Malik sampai dengan Rasulullah
SAW. Bersabda’ dinamakan dengan sanad”.
Dilihat dari fungsinya, sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Sebuah hadis dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi
dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan “thaqabah”. Signifikasi
jumlah sanad akan menentukan derajat atau kualitas hadis.4
3 M.Noor Sulaiman, Isnad dan Pengaruhnya Terhadap Status Hadist .Vol.2; Palu,2005.hal.3
4 Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis, Tafakur,Bandung, 2014, hlm.51.
6. 6
Selain istilah sanad, terdapat juga istilah lainnya yang mempunyai kaitan erat
dengan istilah sanad seperti al-isnad, al-musnad, dan al-musnid. Adapun pengertian
dari al-Isnad yang ada beberapa pendapat menurut para ahli hadis diantaranya:
ِئاَق ىَلِاِثْي ِدَحْال ُعْفَر َوُهُدَانْسِالاهِلِِ
“ Isnad adalah mengangkat hadis kepada yang mengangkatnya (perawi pertama)”.
Atau:
هْيَلِا ُهُتَبْسِنِو ِهِلِئاَق ىَلِا ِثْيِدَحْلِاُةَفاَضِا َوُهُدَانْنْسِالاِِ
“ Isnad ialah menyandarkan hadis kepada yang menyatakannya (perawi pertama)
dan menisbatkan (menghubungkan) hadis itu kepadanya (orang pertama)”.
ِهْيَلَع ُ هاّلل ىَّلَص ُ هاّلل ِل ْوُسَر ىَلِاٍد ِاح َو ُه ْو َوَر َنْيِذَّال ِثْيِدَحْال ِلاَج ِر ُةَياَكِح َوُهُدَانْسِالا
َمَّلَس َو
“ Isnad ialah hikayah para tokohhadis yang meriwayatkanseseorang dari seseorang
sampai pada Nabi saw.” 5
Adapun contoh dari sanad yaitu sebagai berikut:
هُاللدْبَع ُّيِدْيَمُحَْاالنَثَّدَحَح :َلاَق ُانَيْفُسَانَثَ هدَح:َلاَق ِرْيَبُّالز ِنْب ِهُنْب َيْحَي َانَثَ هد
َةَمَقْلَع َعِمَس ُهَّنَأ ُّيِمْيَّتال َمْيِهاَرْبِإُ نْب ُدَّمَحُم ْيِنَرَبْخَأ:َلاَق ُّي ِارَصْنَألاٍدْيِعَس
ىَلَع ُهْنَع ُ هاّلل َي ِضَرِباََّطخْال َنْبَرَمُع ُتْعِمَس:ُل ْوُقَي َّيِثْيَّالل ٍاصَّقَو َنْب
َر ُتْعِمَس:َلاَق ِرَبْنِمْال:ُلوُقَي َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ هاّلل ىَّلَص ِ هّلل ُال ْوُس
Telah meriwayatkan kepada kami Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair,
katanya, “Telah meriwayatkan kepada kami Sufyan, katanya, ‘Telah
meriwayatkan kepada kami Yahya bin Sa’id Al-Anshari, ‘katanya, ‘Telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At-Taymiyyu,
sesungguhnya ia mendengar bahwa ‘Aqamah bin Waqash Al-Laitsiyya berkata,
5 M. Ma’shumZein, Ilmu Memahami Hadis Nabi, Pustaka Pesantren,Yogyakarta, 2013, hlm.20.
7. 7
‘Telah mendengar dari Umar bin Al-Khattab r.a., berkata, ‘Aku telah
mendengar Rasulullah SAW. bersabda,….. 6
Dari contoh hadist tersebut, sanad hadist bersangkutan adalah Al-Bukhari - Al-
Humaidi Abdullah bin Al-Zubair – Sufyan – Yahya bin Sa’id Al-Anshari –
Muhammad bin Ibrahim At-Taymiyyu – ‘Aqamah bin Waqash Al-Laitisiyya –
Umar bin Al-Khattab r.a. – Rasulullah SAW.
2. Matan
Pengertian matan menurut lughah, ialah tengah jalan, punggung bumi, atau bumi
yang keras dan tinggi. Secara istilah matan berarti materi berita berupa sabda,
perbuatan atau taqrir Nabi SAW., terletak setelah sanad yang terakhir. Secara
umum, matan dapat diartikan selain sesuatu pembicaraan yang berasal/ tentang
Nabi SAW., juga berasal/ tentang dari sahabat atau tabi’in.
Adapun perbedaan pendapat dari para imam yaitu sebagai berikut:7
a) Menurut Ibnu Jama’ah matan itu, ialah:
ُدَنَّسال ِهْيَلِا ىِهَتْنَياَم)ِدَنَّسال ُةَي َاغ(
“sesuatu yang kepadanya berakhir sanad (perkataan yang disebut sesuatu
berakhir sanad).
b) Menurut As Sayuthi berkata:
ا ُْو دَّيَق َثْيِدَحْال َو ِمَالَكْال َنِم ُدَنَّسال ِهْيَلِا ىََهتْنا اَم ُنْتَمْال َو
“ Matan itu, adalah sesuatu yang kepadanya berakhir sanad dari segenap
macam perkataan, sedang hadis mereka kaitkan dengan…….”
Dalam segi bentuknya, matan hadis dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu:
1) Hadis Qawli, hadis yang berupa matannya perkataan yang pernah
diucapkan Rasulullah SAW.
6 M.Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm.91-92.
7 M. Hasbi ash Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, Bulan Bintang, Jakarta, 1958, hlm.44-45.
8. 8
2) Hadis Fi’li, yaitu hadis yang matannya berupa perbuatan yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW.
3) Hadis Taqriri, yaitu kesan atau peristiwa, sikap atau keadaan mendiamkan,
tidak mengadakan tanggapan atau menyetujui apa yang dilakukan atau
dikatakan seorang (sahabat).
4) Hadis Ahwali, yaitu hadis mengenai keadaan, hal ikhwal, atau sifat-sifat
nabi.
خلقا الناس احسن وسلم اللهةعليه صلى هللا كانرسول
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya”.
5) Hadis hammi, yaitu hadis yang kandungan matannya berupa keinginan atau
cita-cita Rasulullah SAW.
Adapun contoh dari matan yaitu sebagai berikut:
ُهُتَرْجِه َْتن اَك ْنَمَف ى ََون اَم ٍء ى ِرْام ِهلُكِل اَمَّنِإ َو ِتاَيِهنالِب ُلاَمْعَ ْاأل اَمَّنِإ
ْمِا ىَلِإ ْوَأاَهُبْي ِصُي اَيْنُد ىَلِإ.ِهْيَلِإَرَج اَه اَم ىَلِإ ُهُتَرْجِهَفاَهُحِكْنَي ٍةَأَر
Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niat,
dan sesungguhnya bagi setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang
ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridaan) Allah dan
Rasul-Nya, hijrahnya itu kea rah (keridaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan
barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya atau
karena seorang wanita yang akan dikawininya maka hijrahnya itu ke arah
apa yang ia tuju.
يِهلَصُن اَّنُكْمَل اَذِإَف ِهرَحْال ِةَّدِش يِف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّاّلل ىَّلَص ِ هيِبَّنال َعَم
ِهْيَلَع َدَجَسَف ُهَب ْوَث َطَسَب ُهَتَهْبَج َنِهكَمُي ْنَأ َانُدَحَأ ِْردْقَي
Artinya : "Kami pernah shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam di waktu yang sangat panas. Jika salah seorang dari kami tidak
kuat meletakkan keningnya langsung ke pasir, maka ia membentangkan
kain dan sujud di atasnya. "
9. 9
Begitu juga hadits Nabi SAW tentang hukum bacaan basmallah dalam shalat
Hadits riwayat Imam Muslim,yaitu
1)ِبَاتِكْال ِةَحِتاَفِب ْأَرْقَي ْمَل ْنَمِل َة َالَص َال
Artinya : "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat
fatihahnya kitab"8
2) ِآن ْرُقْال ِهمُأِب ْأَرْقَي ْمَل ْنَمِل َة َالَص َال
Artinya : "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Ummu
Qur'an."9
القرآن بأم يقترى لم لمن الصالة
Artinya: “Tidak sah shalat seseorang yang tidak mengikuti bacaan ummil
quran (al-fatihah) 10
له صالة فال القرآن بأم يقرأ لم من
Artinya: “ siapa saja yang shalat tidak membaca ummil qur’an (al-Fatihah),
maka tidaklah ia shalat.” HR. Muslim. 11
c) Hadis riwayat Imam Abu Dawud, yaitu:
الفصاعدا الكتاب بفاتحة يقرأ لم لمن صالة
“ Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca syrat fatihahnya kitab
lalu seterusnya.” Hadis riwayat Abu Dawud12.
d) HadisriwayatIbnuMajah, yaitu:
8 Imam Muslim, Matan Shahih Muslim, Juz I, al-Qahirah, Maktabah Dar al-Hadits, 1997, hal: 306 atau at-
Turmudzi, Sunan at-Tirmidzi, Juz II, (Beirut, Libanon, Maktabah Dar alKutub al-Iliyah, 2003), hal: 80 atau
dalam: CD Room Maus’ah al-Hadis al-Syarif, 1991-1997, CVR II, Global Islamic Software Company/ Syirkah
al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah, Shahih Muslim, Hadis No: 595
9 Muslim, Shahih Muslim/ Hadis No:597
10 Room Mausu’ah…,Hadis No:596
11 Room Mausu’ah…,Hadis No:1214
12 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, CD Room Mausu’ah,Hadis No: 700.
10. 10
اللم لمن صالةيقرأفيهاالكتاب بفاتحة
“Tidak sah shalat seseorang yang dalam shalatnya tidak membaca
fatihahnya kitab.”
3. Rawi
Kata “rawi” atau “al-rawi” berarti orang yang meriwayatkan atau
memberitahukan hadis (naqil al-hadis). Sanad dan rawi merupakan dua istilah yang
tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap tingkatan thabaqah juga
disebut rawi, perbedaan keduanya terletak pada pembukuan hadis. Orang yang
menerima hadis dan kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, disebut
dengan perawi. Selanjutnya perawi dapat disebut dengan mudawwin (orang yang
membukukan dan menghimpun hadis).
Adapun syarat-syarat rawi sebagai berikut ini:
1) Rawi harus diketahui identitasnya, karena rawi yang tidak
diketahui identitasnya merupakan pantangan untuk diterima
hadisnya. karena orang yang tidak dikenal namanya atau
silsilahnya tentu sulit untuk dinilai apakah ia seorang yang
dapat dipercaya atau tidak.
2) Seorang rawi tidak boleh dusta, tertuduh dusta, fasik,
jahalah al-hal, dan bid’ah.
Yang dimaksud dusta disini selain berkaitan dengan
pembuatan hadis mencakup pula rawi yang pernah menjadi saksi
palsu. Namun demikian, penilaian seorang rawi harus didasarkan
pada persangkaan yang kuat bukan atas dasar keyakinan.
Yang dimaksud tertuduh dusta, ialah seorang rawi itu
telah dikenal orang sebagai pendusta dalam pembicaraan.
Yang dimaksud fasik, yaitu melanggar perintah dalam
hal-hal yang sifatnya I’tiqad.
11. 11
Yang dimaksud jahalah al-hal da ke-bid’ah-an sebagai
yang mengguggurkan keadilan telah diterangkan secara rinci di
muka.
Adapun contoh rawi yaitu sebagai berikut:
.ومسلم البخارى رواه
“Hadis riwayat bukhari dan Muslim”.
B. Cara Membedakan Antara Sanad, Matan dan Rawi hadis
ةَزْمَح ْنَع ٍباَهِش ِنْبا ْنَع ٌلْيقُع ىِنَثَدَح َلاَق ُثْيَّالل ىِنَثَدَح َلاَق ِرْيَقُع ُنْبُدْيِعَسَانَثَّدَح
َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ هاّلل ىَّلَص ِ هاّلل َل ْوُسَر ُتْعِمَس َلاَق َرَمُع َنْبا َّنَأَرَمُع ِنْب
ٍنَبَل ِحَدَقِب ُتْيِتُأٌمِئَانَانَأَانْيَبَّمُث اريَقْطَأ يِف ُجُرْخَي َّي الر ىَألر ىِهنِإ ىَّتَح ُتْب ِرَشَف
َمْلِعْال َلاَق ِ هاّلل َل ْوُسَارَي ُهَتْل َّوَأ اَمَف يِلْضَف ُتْيَطْعَأالبخارى .......رواه
Artinya: telah diceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair berkata, Telah menceritakan kepadaku
Al Laits berkata, Telah menceritakan kepadaku ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin
Abdullah bin Umar bahwa Ibnu Umar berkata: aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
“Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi segelas susulalu aku meminumnya hingga aku
melihat pemandangan yang bagus keluar dari kuku-kukuku, kemudian aku berikan
sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al Khattab.” Orang-orang bertanya: “Apa
ta’wilnya wahai Rasulullah SAW.?” Beliau menjawab: “ Ilmu”. (HR. Bukhari)
Dari contoh hadis tersebut yang dinamakan sanad adalah:
ْنَع ٍباَهِش ِنْبا ْنَع ٌلْيقُع ىِنَثَدَح َلاَق ُثْيَّالل ىِنَثَدَح َلاَق ِرْيَقُع ُنْبُدْيِعَسَانَثَّدَح
َّنَأَرَمُع ِنْب ةَزْمَحُ هاّلل ىَّلَص ِ هاّلل َل ْوُسَر ُتْعِمَس َلاَق َرَمُع َنْبا
13. 13
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hadist memiliki tiga komponen yaitu
sanad,matan,dan mukharij dimana masing- masing komponen tersebut memiliki definisi
,syarat dan contoh yang berbeda.matan adalah materi berita yang berupa sabda,perbuatan
atau taqrir Nabi SAW .Sanad adalah jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadits
sedangkan rawi adalah orang yang meriwayatkan suatu hadits.Matan dan sanad tidak bisa
dipisahkan,karena keduanya yang menentukan shahih tidaknya sebuah hadits sehingga
dapat diamalkan begitu juga dengan sanad dan rawi karena hadits yang diperoleh atau
diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya.
B. Saran
Sebagai kata akhir dari makalah ini , penulis berharap para pembaca agar
memahami dengan benar perihal “STRUKTUR HADIST” agar dapat dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.Penulis berharap agar pembaca bisa memperbaiki kekurangan
makalah ini jikalau masih ditemukan kesalahan dan kekeliruan .Penulis juga berharap
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca bagi
umumnya.
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
Suyadi, Agus dan M. Agus Solahudin. 2008. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Shiddieqy, M.H. 1954. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan Bintang.
Malik, Arif Jamaluddin dkk. 2019. Studi Hadits. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
Shiddieqy, M.H. 1958. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta: Bulan Bintang.
Herdi, Asep. 2014. Memahami Ilmu Hadis. Bandung: Tafakur.
Zein, M. Ma’shum. 2013. Ilmu Memahami Hadis Nabi; Cara Praktis Menguasai Ulumul
Hadis dan Musthalah Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sulaiman, noor, M. Isnad dan Pengaruhnya Terhadap Status Hadis. Jurnal Hunafa vol.2,
No.2. STAIN Datokarma Palu, Jurusan Tarbiyah. hlm.97.
https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/302/289. Diakses pada
tanggal 16 Februari 2020 pada jam 00.51.
Mutmainnah. Metodologi Ulama Hadis dalam Membentengi Hadis dari Segi Matan. al-
Thiqah vol.1, No.1. STAI Syaichona Cholil. hlm. 76.
http://ejurnal.stiuda.ac.id/index.php/althiqah/article/view/5. Diakses pada tanggal 16
Februari 2020 pada jam 01.01.
Sumarna, Elan. Syarah Hadis dalam Persfektif Kritik Dakhili dan Khariji. Jurnal Pendidikan
Agama Islam-Ta’lim vol.14 No. 2. Universitas Pendidikan Indonesia. hlm. 161.
http://jurnal.upi.edu/file/03_SYARAH_HADIS_-_Elan_Sumarna.pdf. Diakses pada tanggal
16 Februari pada jam 04.01.
Aruan, Serly. Pengertian Hadis dan Kegunaannya Dalam Studi Hadis.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+matan&o
q=#d=gs_qabs&u=%23p%3DlmkJuWJHe5wJ. Diakses pada tanggal 16 Februari
2020 pada jam 09.55.