Kearifan lokal di kecamatan sekar yang mewajibkan setiap penduduk mempunyai ternak sapi potong sebanyak 1 ekor. Disana terdapat kelompok ternak karya unggul yang mempunyai kandang koloni dengan berisikan 54 ekor sapi potong. melimpahnya kotoran ternak tersebut dan juga belum adanya sentuhan inovasi tehnologi, maka penulis dengan melihat potensi tersebut melakukan penyuluhan pembuatan pupuk organik padat. dimana dalam penyuluhan dan pelatihan tidak semua anggota yang mengikutinya. disinilah penulis akan menuliskan proses pembelajaran kelompok ternak Karya Unggul dalam pembuatan Pupuk Organik. sehinggal dalam proses pembelajaran tersebut dapat merubah perilaku peternak menuju kemandirian anggota kelompok ternak tersebut
1. LEARNING PROCESS GROUP OF ANIMALS CATTLE IN MAKING ORGANIC
FERTILIZER IN SUBDISTRICT SEKAR
DISTRICT BOJONEGORO
Bekti Nur Utami1
, Deha Purwoko2
1
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang,
2
Mahasiswa Diploma IV (D-4) Program Studi Penyuluh Peternakan, Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang
Alamat email : bekti_utami@hotmail.com
ABSTRACT
In Subdistrict Sekar District Bojonegoro there is
local wisdom that each member of the group of
beef cattle livestock are required to have at least
one tail. The aim of research to know the learning
process that occurs in the group of livestock
Karya Unggul so as to change the behavior of a
progressive in the manufacture of solid organic
fertilizer. The method used is qualitative
descriptive approach. The data collection is done
by observation, interviews, focus group
discussions, documentation. Location of the
study in a group of cattle located in the village
Sekar, Sekar District of Bojonegoro. Location
research based purposively with consideration
that Group of livestock Karya Unggul is a group
of cattle are doing the manufacture of solid
organic fertilizer. The results showed that the
process of learning that occurs is the social
learning process (Social learning). The process
of social learning in groups of cattle occurred
from existing potential identification, preparation
tools and materials, manufacturing of processing
a solid organic fertilizer, solid organic fertilizer
manufacturing process, testing the results of
solid organic fertilizer, solid organic fertilizer
marketing. Changes in behavior that occurs in
beef cattle breeders are starting troubleshooting,
solid organic fertilizer manufacture and testing of
the quality content of solid organic fertilizer.
Source or figure modeled is head of the livestock,
companion (Agricultural Extension Workers from
the Department of Agriculture), stakeholders
(Department of Animal Husbandry and Social
Service Manpower and Transmigration) and
students.
(Keywords: social learning, group of livestock,
solid organic fertilizer, Bojonegoro)
Pendahuluan
Di Kecamatan Sekar di Kabupaten
Bojonegoro memiliki kearifan lokal yaitu
mewajibkan masing-masing peternak minimal
memiliki 1 (satu) ekor ternak sapi. Hal tersebut
menjadikan jumlah populasi ternak sapi di
Kecamatan Sekar sejumlah 7.676 ekor.
Pemeliharaan ternak biasanya dilakukan secara
individu dan dibuatkan kandang di dalam rumah,
namun anggota ternak Kelompok Ternak Karya
Unggul di Kecamatan Sekar memelihara ternak
sapi dengan cara kandang koloni atau kandang
kelompok. Kandang koloni tersebut dibangun
2. dengan dana swadaya kelompok senilai Rp.
60.000.000,- (enam puluh juta rupiah). Kandang
tersebut berisikan 54 (lima puluh empat) ekor
sapi potong. Jika 1 (satu) ekor sapi
menghasilkan kotoran ternak seberat 25 kg/hari
maka 54 ekor sapi dapat menghasilkan kotoran
ternak sebanyak 1,35 ton/hari. Hal tersebut
sangat berpotensi untuk dijadikan usaha
kelompok yaitu pengolahan limbah kotoran
ternak berupa pupuk organik padat.
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari
hasil penguraian aneka bahan sampah organik
(Alex, S., Tanpa Tahun). Pupuk organik padat
inilah yang nantinya digunakan sebagai pupuk
tanaman pada umumnya yaitu 3-4 gengaman
pupuk kompos untuk 1m2
lahan atau 7-10 setiap
hektar lahan (Anonim, 2014). Potensi limbah
kotoran ternak sebanyak 1,35 ton/hari sangat
disayangkan dikarenakan limbah tersebut hanya
dibuang begitu saja tanpa ada sentuhan inovasi
tehnologi tepat guna di bidang peternakan.
Dengan melihat potensi tersebut dan dalam
rangka mendukung pertanian organik di
Kecamatan Sekar maka dilakukan penyuluhan
mengenai sentuhan tehnologi tepat guna dalam
pengolahan limbah kotoran ternak sapi menjadi
pupuk organik padat.
Seperti tersirat dalam Undang-undang
Sistem Penyuluhan Pertanian Perkebunan
Perikanan dan Kehutanan nomor 16 Tahun 2006
Pasal 1 yaitu penyuluhan pertanian, perikanan,
kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mereka mau, dan
mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar,
tehnologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup
(Anonim, 2006). Akan tetapi tidak semua
anggota kelompok ternak karya unggul mengikuti
penyuluhan inovasi tepat guna dalam pembuatan
pupuk organik padat. Peternak lain bisa
3. melakukan pengolahan pupuk organik padat
dengan cara belajar dari orang lain.
Proses pembelajaran dengan cara belajar
dari orang lain merupakan proses pembelajaran
sosial. Pembelajaran sosial merupakan proses
belajar sesorang dengan cara meniru orang lain
yang dijadikan sebagai figur yang dicontoh
(Bandura, 1977). Tahapan proses pembelajaran
sosial yaitu (Bandura, 1977) : pengamatan
(attention), pengingatan (retention), penerapan
(reproduksi motorik) dan motivasi (motivation).
Dalam proses belajar tersebut akan terjadi
transfer informasi atau teknologi inovasi.
Penerimaan atau penolakan inovasi adalah
keputusan yang dibuat seseorang. Jika
menerima atau mengadopsi inovasi, berarti dia
mulai menggunakan ide baru, praktek baru atau
barang baru itu dan menghentikan penggunaan
ide-ide lama (Rogers dan Shoemaker dalam
Hanafi, 1987). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses pembelajaran yang terjadi di
Kelompok Ternak Karya Unggul sehingga
mampu merubah perilaku yang progresif dalam
pembuatan pupuk organik padat.
Materi dan Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
mengumpulkan informasi dari suatu sampel
dengan menanyakan melalui angket atau
interview agar nantinya mengambarkan sebagai
aspek dari populasi (Fraenkel dan Wallen, 1990
dalam Yatim Riyanto, 1996)
Lokasi penelitian ditentukan secara
purposive yaitu kelompok ternak sapi potong
Karya Unggul yang terletak di Desa Sekar
Kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro.
Penentuan lokasi penelitian dengan
pertimbangan yaitu Kelompok Ternak Karya
Unggul merupakan kelompok ternak sapi potong
yang melakukan pembuatan pupuk organik
padat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, FGD, dan dokumentasi.
Sampel diambil secara sensus yaitu semua
4. anggota Kelompok Ternak Karya Unggul
sebanyak 60 (enam puluh) orang.
Hasil dan Pembahasan
Pemeliharaan ternak sapi di kandang
koloni Kelompok Ternak Karya Unggul
menyebabkan melimpahnya limbah kotoran
ternak. Kotoran ternak tersebut hanya terkumpul
begitu saja bahkan dibuang, sehingga yang
belum tersentuh inovasi teknologi tepat guna.
Melihat potensi tersebut, pihak kelembagaan
pemerintah dengan satuan kerja perangkat
daerah di Kabupaten Bojonegoro mengadakan
pelatihan inovasi tepat guna di bidang
peternakan dan penyuluhan mengenai
pembuatan pupuk kompos di Kelompok Ternak
Karya Unggul. Namun tidak semua anggota
Kelompok Ternak Karya Unggul mengikuti
kegiatan penyuluhan dan pelatihan mengenai
pembuatan pupuk organik padat. Peternak yang
tidak mengikuti penyuluhan dan pelatihan
tersebut tetap bisa melakukan pengolahan
limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik
padat dengan cara belajar melalui peternak lain
yang telah mengikuti penyuluhan dan pelatihan
serta menerapkan pembuatan pupuk organik
padat. Pembelajaran melalui orang lain tersebut
merupakan pembelajaran sosial.
1 Figur yang dicontoh oleh Kelompok Ternak
Karya Unggul dalam pembelajaran sosial,
antara lain :
a. Ketua Kelompok Ternak
Ketua kelompok menjadi panutan
bagi para anggotanya dikarenakan beliau
mengikuti pelatihan dan penyuluhan
tentang pembuatan pupuk organik di
tingkat Kabupaten. Ketua kelompok telah
menerapkan pembuatan pupuk organik
untuk keperluan pupuk dasar tanaman di
lahan pertanian miliknya. Selain itu, ketua
kelompok juga mengajak peternak lain
selaku anggota Kelompok Ternak Karya
Unggul untuk memanfaatkan limbah ternak
yang ada untuk diolah menjadi pupuk
organik padat.
b. Pendamping (Penyuluh Pertanian
Lapangan dari Dinas Pertanian)
5. Pendamping (Penyuluh Pertanian
Lapangan dari Dinas Pertanian) selalu
mendampingi kelompok Karya Unggul
dalam kegiatan pengolahan pupuk organik
padat. Semangat yang dimiliki oleh ketua
kelompok ternak sapi potong tersebut,
membuat Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) membantu memberikan motivasinya
kepada anggota kelompok ternak tersebut.
Anggota kelompok tersebut mayoritas
adalah golongan pemuda. Harapan dari
Petugas Penyuluh Lapangan Dinas
Pertanian agar terwujudnya proses
pengolahan pupuk organik di kelompok
ternak mereka. Dengan demikian
Kelompok Ternak Karya Unggul bisa
mandiri dan terjadi peningkatan
pendapatan di anggota kelompok ternak.
c. Stakeholder (Dinas Peternakan dan Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi).
Melihat potensi yang ada dan juga
laporan dari Petugas Penyuluh Lapangan
Dinas Pertanian, maka terjalinlah
kerjasama antara kelompok ternak tersebut
dengan Dinas Peternakan dan Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Bojonegoro. Kedua stakeholder
tersebutlah yang mengadakan pelatihan
dan penyuluhan mengenai pembuatan
kompos.
d. Mahasiswa
Secara tidak sengaja di Kecamatan
Sekar Kabupaten Bojonegoro terdapat
mahasiswa yang sedang melakukan
Praktik Kuliah Lapangan (PKL). Mahasiswa
tersebut berasal dari Universitas Brawijaya
dan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP) Malang. Peran mahasiswa disini
tidak kalah penting yaitu langsung memberi
contoh pembuatan pupuk organik padat
kepada anggota Kelompok Ternak Karya
Unggul. Mahasiswa juga mendampingi dan
memberikan motivasi kepada anggota
Kelompok Ternak Karya Unggul selama
proses pembuatan pupuk organik padat.
Selain itu mahasiswa juga mendampingi uji
6. mutu kandungan pupuk organik padat di
Balai Besar Teknologi Pertanian (BPTP)
Jawa Timur.
2 Komponen yang telah dipelajari dalam
pembelajaran sosial oleh Kelompok Ternak
Karya Unggul, yaitu :
a. Identifikasi Potensi
Anggota Kelompok Ternak Karya
Unggul menyadari adanya potensi dari
kearifan lokal yang mereka miliki yaitu
berupa melimpahnya kotoran ternak.
Kotoran ternak tersebut hanya
dikumpulkan saja bahkan dibuang dengan
percuma. Disisi lain anggota kelompok
ternak juga termasuk dalam kelompok tani
yang memiliki lahan pertanian yang
ditanami tanaman jagung dan bawang
merah. Anggota ternak sudah mempunyai
keinginan untuk mengolah limbah kotoran
ternaknya menjadi pupuk organik padat.
Keinginan anggota ternak mengolah pupuk
organik timbul setelah melihat orang lain
berhasil mengolah pupuk organik. Peternak
mulai belajar tentang pembuatan pupuk
organik kepada orang lain yang lebih tahu
atau yang sudah berhasil melakukan
pengolahan pupuk organik padat. Oleh
karena itu sejak identifikasi potensi yang
dimiliki peternak, peternak sudah mulai
melakukan proses pembelajaran sosial.
b. Penyiapan Alat dan Bahan
Para peternak yang tidak mengikuti
penyuluhan dan pelatihan pembuatan
pupuk organik padat belajar melalui
peternak yang sudah menerapkan
pembuatan pupuk organik padat.
Berdasarkan hasil pembelajaran alat yang
digunakan yaitu : sekop, terpal, ember,
hansprayer, gayung dan cangkul. Bahan
yang digunakan dalam pembuatan pupuk
organik padat adalah seperti : limbah
kotoran ternak sapi potong sebanyak 1 ton,
dedak sebanyak 35 Kg, sekam sebanyak
65 (Anonim, 2014). Pada kegiatan
penyiapan alat dan bahan ini petani sudah
memasuki tahap pengingatan (retention),
7. yaitu mengingat alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk
organik padat.
c. Pembuatan Tempat Pupuk Organik Padat
Setelah alat dan bahan siap
selanjutnya di buat tempat permanen
dengan ukuran panjang 2m, Lebar 4m dan
tinggi 1,5m dari batu bata putih guna
pengolahan limbah kotoran ternak menjadi
pupuk organik padat. Pembuatan tempat
pengolahan pupuk organik padat dilakukan
secara bersama-sama oleh semua anggota
Kelompok Ternak Karya Unggul, sehingga
proses pembelajaran sosial terjadi diantara
peternak.
d. Proses Pembuatan Pupuk Organik Padat
Setelah alat dan bahan serta
tempat pembuatan sudah siap maka
dilakukan proses pembuatan pupuk
organik padat. Tahapan proses pembuatan
itu adalah membuat larutan EM4 + gula +
Tetes + air secukupnya lalu dicampur
secara merata, masukkan larutan kedalam
tangki handsprayer, letakkan limbah
kotoran ternak di tempat pembuatan +
dedak dibaurkan diatasnya lalu disirami
larutan yang ada di tangki handsprayer
secara merata lalu aduk secara merata.
Setelah rata letakkan diatasnya sekam
dibaurkan pula secara merata lalu sirami
dengan larutan yang ada di tangki
handsprayer secara merata lalu aduk
kembali hingga merata. Setelah itu tutup
rapat-rapat kotoran ternak yang sudah
diolah tadi dengan terpal agar tidak terkena
sinar matahari langsung dan jangan
sampai ada udara yang masuk
dikarenakan pengomposan menggunakan
sistem anaerob. Setelah 7 hari buka terpal
lalu dilakukan proses pengadukan secara
merata jika sudah tutup kembali terpal
rapat-rapat. Di hari ke-14 dilakukan
perlakuan yang sama seperti di hari ke-7.
Pada hari ke-21 limbah ternak yang sudah
diolah sudah menjadi pupuk organik padat
dan dapat digunakan. Petani yang sudah
8. mengikuti pelatihan mengajarkan
pembuatan pupuk organik kepada petani
yang belum pernah mengikuti penyuluhan
dan pelatihan dengan didampingi
mahasiswa.
e. Pengujian Hasil Pupuk Organik Padat
Setelah pupuk organik padat jadi
atau bisa digunakan, maka para peternak
yang mengikuti penyuluhan dan pelatihan
tersebut menerapkan pada lahan pertanian
mereka pada saat musim tanam II. Pada
saat penebaran pupuk kompos olahan
tersebut para peternak yang tidak
mengikuti penyuluhan dan pelatihan mulai
mendekati para peternak yang sudah bisa
membuat bahkan menerapkan di lahan
pertanian mereka guna mendukung
pertanian organik di Kabupaten
Bojonegoro. Dari sinilah semua anggota
Kelompok Ternak Karya Unggul bisa
membuat dan menerapkan hasil olahan
pupuk organik padat tersebut di lahan
mereka masing-masing.
f. Pemasaran Pupuk Organik Padat
Setelah semua anggota kelompok
ternak dapat membuat pupuk organik
padat selama 1 hari sebanyak 1 ton. Ketua
kelompok ternak melalui petugas penyuluh
lapangan dinas Pertanian
menginformasikan kepada seluruh anggota
kelompok tani dan gabungan kelompok tani
di Kecamatan Sekar, apabila
membutuhkan pupuk organik padat bentuk
granul dapat menghubungi Kelompok
Ternak Karya Unggul yang berada di
Dusun Gendongan Desa Sekar Kecamatan
Sekar dengan harga 1 Kg adalah 300,-
Akhirnya pupuk organik padat ini dijadikan
sebagai salah satu usaha dalam kelompok
ternak mereka guna meningkatkan
pendapatan anggota Kelompok Ternak
Karya Unggul di desa Sekar Kecamatan
Sekar Kabupaten Bojonegoro.
3 Perubahan Perilaku yang dialami Kelompok
Ternak Karya Unggul setelah proses
pembelajaran sosial, antara lain :
9. a. Pemecahan Masalah
Dengan terselenggaranya
penyuluhan dan pelatihan pembuatan
pupuk organik padat yang dilakukan oleh
Dinas Peternakan dan juga Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi atas
kerjasamanya dengan Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan tak
lupa juga Mahasiswa yang melakukan
Praktik Kuliah Lapang (PKL) di Kecamatan
Sekar. Maka permasalahan yang dulunya
limbah kotoran ternak sapi potong hanya
dibuang begitu saja sebanyak 1,35
ton/hari. Sekarang menjadi usaha
Kelompok Ternak Karya Unggul. Adanya
keinginan peternak untuk mengolah pupuk
organik padat sebagai pemecahan
masalah penumpuknnya limbah kotoran
ternak menunjukkan bahwa petani mulai
masuk pada tahap pengamatan (attention).
b. Pembuatan Pupuk Organik Padat
Pembuatan pupuk organik padat ini
terus berkelanjutan tiap hari. Kelompok
ternak dengan memperdayakan anggota
kelompok mereka dapat membuat pupuk
organik padat sebanyak 1 Ton per-harinya.
Itu semua dikarenakan figure ketua
kelompok ternak karya unggul itu sendiri,
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas
Pertanian, stakeholder disini adalah Dinas
Peternakan dan Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Bojonegoro
dan tidak kalah pentingnya peran
Mahasiswa yang melakukan Praktik Kuliah
Lapang (PKL) di Kecamatan Sekar.
Kegiatan peternak sudah bisa mengolah
pupuk organik padat secara mandiri dan
kontinyu menunjukkan bahwa ada
perubahan perilaku peternak. Pada
kegiatan kemapuan mengolah pupuk
organik secara mandiri ini termasuk pada
tahap reproduksi motorik dalam proses
pembelajaran sosial.
c. Pengujian Kandungan Mutu Organik
Mahasiswa memotivasi penggurus
dan juga semua anggota Kelompok Ternak
10. Karya Unggul agar mereka mau untuk
menguji mutu kandungan pupuk organik
padat hasil olahan mereka. Dan hasilnya
penggurus beserta anggota kelompok mau
mengujikan mutu kandungan pupuk
organik padat mereka ke Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Propinsi Jawa
Timur yang terletak di Kabupaten Malang.
Sampel dari pupuk organik padat tersebut
diambil sebanyak 3 Kg yang dibawa oleh
mahasiswa menuju kantor BPTP Propinsi
Jawa timur dan hasilnya sebagaimana
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Mutu Kandungan Pupuk
Organik Padat Kelompok Ternak
Karya Unggul.
No Parameter Nilai Satuan Metode
1 C-Organik 14,94 % Method 967.05, Pengabuan Kering 600o
C *)
2 C/N Ratio 17,37 - Perhitungan
4 Kadar Air 10,95 % Metode 950.01, Pemanasan Oven 105o
C *)
9 pH 8,85 - Metode 994.18, pH Meter *)
10 Hara Makro
Kadar N total 0,86 % Kjeidahl, titrimetry
Kadar P2O5 0,28 % Oksidasi Basah (HNO3 + HClO4),
molibdovanadat, spectrophotometry
Kadar K2O 1,88 % Oksidasi Basah (HNO3 + HClO4), AAS
Total (N +
P2O5 + K2O)
3,02 %
13 Hara Mikro
Kadar Fe
total
6991,4
4
Ppm Oksidasi Basah (HNO3 + HClO4), AAS
Keterangan : *) AOAC 18th
, 2005
Sumber : Laboratorium Tanah BPTP Jatim, 2016
Dari hasil laboratorium tersebut
menunjukkan bahwa pupuk organik padat olahan
Kelompok Ternak Karya Unggul mempunyai
kandungan organik yang baik. Pupuk organik
padat olahan Kelompok Ternak Karya Unggul
tersebut di uji dengan demonstrasi di lahan milik
kelompok Barokah Jaya Desa Sekar Kabupaten
Bojonegoro. Penggunaan pupuk organik padat
sebagai pupuk dasar tanaman diharapkan para
petani di Kecamatan Sekar Kabupaten
Bojonegoro dapat mengurangi pemakaian pupuk
kimia sehingga produktivitas meningkat dan
unsur hara tanah tetap terjaga.
Pengujian kandungan pupuk organik ini
menujukkan bahwa peternak sudah termotivasi
untuk terus mengolah pupuk organik padat.
dengan demikian, proses pembelajaran yang
terjadi sudah pada tahap motovasi (motivation).
Motivasi tersebut ditunjukkan dengan pembuatan
pupuk organik padat secara kontinyu dan
dipasarkan ke desa lain di Kecamatan Sekar.
11. Kesimpulan
Pembelajaran pembuatan pupuk organik
padat yang terjadi di Kelompok Ternak karya
Unggul adalah pembelajaran sosial. Figure yang
dicontoh dalam pembelajaran sosial adalah
Sumber atau figure yang dicontoh adalah ketua
kelompok ternak, pendamping (penyuluh
pertanian lapangan dari dinas pertanian),
stakeholder (dinas peternakan dan dinas sosial
tenaga kerja dan transmigrasi) dan mahasiswa.
Komponen yang telah dipelajari dalam
pembelajaran sosial oleh Kelompok Ternak
Karya Unggul, yaitu : identifikasi potensi,
penyiapan alat dan bahan, pembuatan tempat
pengolahan pupuk organik, proses pembuatan
pupuk organik padat, pengujian hasil pupuk
organik padat, pemasaran pupuk organik padat.
Perubahan Perilaku yang dialami Kelompok
Ternak Karya Unggul setelah proses
pembelajaran sosial, antara lain : pemecahan
masalah, pembuatan pupuk organik padat dan
pengujian kandungan mutu pupuk organik padat.
Daftar Pustaka
Anonim, 2006. Undang-undang Sistem
Penyuluhan Pertanian Perikanan
Perkebunan dan Kehutanan.
Kementrian Pertanian. Jakarta.
, 2014. Pembuatan Pupuk
Kompos. Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten
Bojonegoro. Bojonegoro.
Bandura, Albert. 1997.social Learnig Theory.
Prentice Hall, New Jersey
Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan Ide-ide Baru.
Usaha Nasional. Surabaya.
Yatim Riyanto, 1996. Metode Penelitian
Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar.
Surabaya : SIC.