Dokumen tersebut merupakan rencana diseminasi hasil pengkajian produksi benih padi dan kedelai di Sumatera Selatan untuk mendukung ketahanan pangan. Tujuannya adalah menghasilkan benih sumber bermutu, melakukan pembinaan kelompok penangkar benih, dan mendukung penyediaan benih. Target produksi benih padi sebesar 26 ton dan benih kedelai sebesar 2 ton. Kegiatan akan dilaksanakan menggunakan teknologi standar
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
RDHP Produksi Benih
1. RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)
PRODUKSI
DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
DI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)
PRODUKSI BENIH PADI DAN KEDELAI
DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
DI SUMATERA SELATAN
Ir. Waluyo,M.Si
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018
1
RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)
KEDELAI
DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2. 2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP/RDHP : Produksi BenihPadi dan Kedelai dalam Mendukung
Ketahanan Pangan di Sumatera Selatan
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera
Selatan
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Kol. H. Burlian Km.6 Palembang, Kotak Pos 1265. Telpon
(0711) 410155
4. Sumber Dana : DIPA TA. 2018
5. Status Kegiatan (L/B) : Lanjutan
6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Ir. Waluyo, M.Si
b. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IV b
c. Jabatan : Peneliti Madya
7. Lokasi : Kabupaten MURA, OKU Timur dan OKI
8. Agroekosistem : Irigasi
9. Tahun Mulai : 2012
10. Tahun Selesai : 2019
11. Output Tahunan : 1. Dihasilkan benih sumber VUB padi sebanyak 26 ton
2. Dihasilkan benih sumber VUB kedelai sebanyak 2 ton
12. Otput Akhir : 1. Terbinanya minimal 3 kelompok penangkar benih.
2. Tersedianya benih sumber VUB padi dan kedelai untuk
mempercepat proses adopsi.
3. Meningkatnya kualitas SDM penangkar benih sehingga
benih yang dihasilkan bermutu.
Mengetahui
Koordinator Program
Penanggung Jawab
RPTP,
Budi Raharjo, STP, M.Si
NIP. 19710828 200003 1001
Ir. Waluyo,M.Si
NIP. 19621017 1991031001
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian,
Kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Selatan,
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA
NIP.19680415 199203 1 001
Dr. Ir. Priatna Sasmita, M.Si
NIP. 19641104 199203 1 001
3. 3
RINGKASAN
Varietas unggul merupakan inovasi teknologi utama dari Badan Litbang
Pertanian yang berperan sangat dominan dalam meningkatkan produktivitas
padi dan jagung dan kedelai. Manfaat dari keunggulan suatu varietas padi,
jagung dan kedelai yang telah dilepas oleh para pemulia tanaman akan dapat
dirasakan, baik oleh produsen padi maupun konsumen beras bila tersedia
benih bermutu dari varietas tersebut dalam jumlah yang mencukupi untuk
ditanam oleh petani dalam skala luas. Berkaitan dengan hal tersebut,
keberadaan sistem perbenihan yang kokoh (produktif, efisien, berdaya saing,
berkelanjutan) diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan
mutu produk pertanian. Kegiatan Produksi benih sumber padi dan jagung di
Sumatera Selatan dilakukan di Kabupaten Musi Rawas (MURA), Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
Sumatera Selatan pada MT. 2018. Tujuan dari kegiatan: (1) menghasilkan
benih sumber VUB padi dan kedelai, (2) melakukan pembinaan dan
pendampingan kelompok penangkar/penangkar, dan (3) mendukung
penyediaan benih benih sumber bagi penangkar. Kegiatan Produksi Benih
Padi dan kedelai dilakukan sebagai upaya dalam mendukung Ketahanan
Pangan di Sumatera Selatan. Target benih yang akan hasilkan: (1) benih VUB
padi sebanyak 26 ton, dan (2) benih VUB kedelai sebanyak 2 ton. Kegiatan
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi baku/standar agar mutu benih
yang dihasilkan terjamin serta menggunakan pendekatan partisipatif dan
pengawalan teknologi. Data yang dikumpulkan pada kegiatan pengelolaan
benih sumber padi, meliputi: Pertumbuhan tanaman diamati secara visual
dengan memperhatikan gejala tumbuh tanaman/hasil diamati berdasarkan
hasil panen masing-masing varietas dan waktu tertentu. Data yang akan
dikumpulkan meliputi keragaan pertumbuhan, produksi benih dan persepsi
petani. Jenis data meliputi data kuantitatif dan juga kualitatif ditabulasikan
dan dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya dihitung juga pendapatan dan
efisiensi usaha penangkaran benih padi.
Kata Kunci: Produktivitas, mutu benih dan varietas
4. 4
SUMMARY
Activity Resource Management Unit seeds rice is done in the district of Musi
Rawas(MURA), Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), and Ogan Komering Ilir (OKI),
South Sumatra II MT 2014. The purpose of this activity: (1) improving production,
quality and distribution of seed sources, (2) accelerate the development of high
yielding varieties, (3) institutional strengthening of seed, and (4) to support the
provision of improved seeds for farmers assisted. Activities undertaken resource unit
of rice seed management is doing a superior seed paddy, farmer training, and
meeting partnership. Production target of 2 tons rice seed FS, 10tons rice seed SS,
33tons rice seed ES, 7 tons of hybride maize seed ES, 0.5 tonsmaize seed SS and 29
tons maize seed SS. Activities carried out by using standard technologies/standards
so that the resulting seed quality assured and using participatory approaches and
technologies escort. Data collected at the source of rice seed management activities,
include: plant growth was observed visually by observing symptoms of plant growth
/crop yield was observed by each variety and a certain time. Data to be collected
include variability of growth, seed production and farmers' perceptions. Data types
include qualitative as well as quantitative data are tabulated and analyzed
descriptively. Further income is also calculatedand rice seedbusiness-efficiency.
Keywords: Productivity, quality seeds and varieties
5. 5
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beras, jagung dan kedelai adalah tiga komoditas tanaman pangan strategis.
Kecukupan produksi terutama beras merupakan isu sentral dalam program pertanian
di Indonesia. Berbagai program untuk merangsang peningkatan produksi telah
dilakukan, salah satunya adalah bantuan pengadaan benih bermutu. Benih
bermutumerupakan komponen utama dalam upaya peningkatan produksi, sekitar
60% keberhasilan panen kedelai ditentukan oleh benih (Purwanto, 2009).
Pemerintah sudah menetapkan empat target sukses pembangunan pertanian
2010-2014 yaitu: (1) swasembada berkelanjutan padi, jagung dan swasembada
kedelai, gula dan daging 2014, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan
nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani.
Penerapan teknologi yang merupakan komponen utama agribisnis, akan
meningkatkan kebutuhan sarana produksi untuk efisiensi produksi, distribusi dan
pemasaran hasil. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis membuka peluang bagi
berkembangnya industri sarana produksi dan jasa pelayanan. Salah satu komponen
produksi yang dibutuhkan petani adalah benih bermutu. Ketersediaan benih bermutu
dinilai strategis karena akan sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman.
Peran benih sangat menentukan kapasitas produksi yang akan dihasilkan dan
berkembangnya agribisnis, maka penggunaan varietas unggul yang sesuai dengan
preferensi konsumen dan sistem produksi benih secara berkelanjutan menjadi sangat
penting (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Benih sumber menempati posisi strategis dalam industri perbenihan nasional,
karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya yang akan digunakan
petani. Badan Litbang Pertanian telah banyak melepas varietas unggul tetapi
sebagian kurang berkembang. Namun beberapa permasalahan yang masih dihadapi
saat ini adalah: (1) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi oleh
petani atau pengguna benih, (2) ketersediaan benih sumber dan benih sebar secara
“enam tepat” (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga) belum dapat
dipenuhi, (3) belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu
benih, dan (4) belum semua petani menggunakan benih unggul
bermutu/bersertifikat. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu
penyebab rendahnya produksi karena kualitas benih yang ditanam sudah kurang
baik, berasal dari pertanaman yang sudah ditanam berkali-kali. Oleh karena itu
ketersediaan dan upaya pengendalian mutu benih sumber perlu ditingkatkan. Benih
6. 6
Sumber harus mampu mencerminkan sekaligus menjamin tersedianya benih
bermutu, yakni secara genetik murni, secara fisiologik bervigor, dan secara fisik
bersih, seragam serta sehat.
Preferensi petani terhadap varietas unggul padi, jagung dan kedelai
berkembang mengikuti perkembangan zaman, dari yang sebelum berdaya hasil
tinggi namun saat ini preferensi itu juga berkembang menjadi berdaya hasil tinggi,
toleran cekaman abiotik, toleran naungan, umur genjah bahkan juga
mempertimbangkan mutu beras dan mutu tanak (Nugraha dan Sayaka, 2004). Oleh
sebab itu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan varietas unggul yang kontinyu
diperlukkan sistem kelembagaan yang dapat menjamin kontinuitas ketersediaan
benih sumber untuk produksi ES serta validitas hasil sertifikasi.
Provinsi Sumatera Selatan dengan luas lahan tanam padi 788.475 hektar
(BPS Sumsel, 2010), membutuhkan benih berkualitas untuk mampu menjadi
penghasil beras nasional yang diperhitungkan. Dengan agroekosistem yang
beragam, maka luas tanam padi di sawah lebak 301.432 ha, pasang surut 231.998
ha, irigasi 107.385 ha, tadah hujan 112.578 ha dan lainnya 35.082 ha yang
merupakan peluang dan juga tantangan dalam menghasilkan benih bermutu.
Produksi benih dapat saja dihasilkan dari berbagai agroekosistem tersebut.
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian N0. 39 tahun 2006, mekanisme
pengendalian mutu dalam produksi benih dapat dilakukan melalui (1) sistem
sertifikasi benih yaitu pengawasan pertanaman dan/atau uji laboratorium oleh BPSB
atau (2) penerapan sistem manajemnen mutu (quality management system) atau (3)
sertifikasi produk. Badan Litbang Pertanian tahun 2003 telah menetapkan pedoman
umum pengeloaan benih sumber tanaman yang mengadopsi prinsip sistem
manajemen mutu sesuai SNI 19-9001-2001 atau ISO 9001:2000 yang juga
disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Penggunaan varietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu perbaikan
teknis budidaya yang erat kaitannya dengan peningkatan produktivitas padi sawah.
Varietas unggul yang masih mendominasi dipetani adalah Ciherang, Ciliwung, IR 42
dan Mekongga. Untuk mengganti varietas tersebut telah diadaptasikan varietas
unggul baru (VUB), seperti varietas Inpari 1, Inpari 4, inpari 10, Inpari 12, Inpari 13,
dan Inpari 14. Dengan adanya introduksi varietas unggul baru ini diharapkan dapat
mengurangi proporsi penggunaan varietas Ciherang. Selaian untuk meningkatkan
produktivitas juga untuk memperlambat keganasan hama dan penyakit, karena
varietas Ciherang sudah rentan terhadap hama dan penyakit.
7. 7
Tingginya minat petani untuk menanam varietas Ciherang karena petani
menyukai beras yang bulirnya panjang, dengan tekstur nasi yang pulen, dan bobot
gabah berat. Untuk itu telah dirakit beberapa varietas menyerupai Ciherang,
diantaranya varietas Inpari. Selain itu penanaman satu varietas untuk dua musim
yang berbeda (musim hujan dan musim kemarau) juga tidak baik, karena ada
indikasi varietas tertentu disuatu daerah tertentu baik baik ditanam pada musim
hujan belum tentu baik ditanam pada musim berikutnya, untuk itu perlu diadakan
pergiliran varietas antar musim.
Sejak tahun 2011 BPTP Sumatera selatan telah melakukan kegiatan
pengembangan Unit Pengelola Benih Sumber dengan memproduksi benih sebanyak
3.899 kg kelas ES, pada tahun 2012 sebanyak 3840 kg kelas SS, dan 8700 kelas
ES.Pada tahun 2013 dihasilkan benih sumber sebanyak 4.330 kg kelas FS dan 6.450
kelas ES, sedangkan pada tahun 2014 dihasilkan benih sumber sebanyak 5.463 kg
kelas FS, 16.075 kelas SS dan 6.240 kg kelas ES.
1.2. Dasar Pertimbangan
Inovasi teknologi dengan penggunaan varietas unggul, baik perakitan sendiri
maupun introduksi, ternyata memberikan sumbangan yang signifikan bagi
peningkatan produksi nasional selama era Revolusi Hijau melalui peningkatan
produktivitas dan stabilitas hasil tanaman padi dan jagung. Hingga saat ini lebih dari
180 jenis varietas unggul padi yang telah dilepas, namun belum semuanya
dikembangkan oleh petani dengan berbagai alasan. Beberapa permasalahan yang
dihadapi dalam perbenihan tanaman pangan khususnya padi pada saat ini adalah:
(1) belum semua varietas unggul baru yang dilepas diadopsi oleh petani atau
pengguna benih, (2) ketersediaan benih sumber dan sebar secara “enam tepat”
(varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi dan harga) belum dapat dipenuhi, (3) belum
optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, (4) belum semua
petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat, karena mahal dan mutu
rendah.
Berdasarkan permasalahan dan adanya perubahan lingkungan strategis yang
terjadi, arah kedepan sistem perbenihan nasional adalah membangun industri benih
dengan mendorong peran dominan swasta (BUMN/BUMD) dalam produksi dan
peredaran skala komersial untuk benih komersial dan penguatan peran BUMN/D
dalam produksi dan peredaran benih untuk benih startegis dengan berbasis sumber
daya lokal. Secara bertahap program ini dialihkan oleh pemerintah dengan
8. 8
mendorong kelompok penangkar melalui pemberdayaan kelembagaan kelompok tani
penangkar atau pihak lainnya untuk bergerak dalam penangkaran benih. Dengan
demikian semakin banyaknya pihak yang menangani produksi benih akan membantu
dalam penyediaan benih unggul bermutu secara berkelanjutan.
Sebagian besar kelompok penangkar dan penangkar yang ada di Sumatera
Selatan tidak mampu menyediakan kebutuhan benih dalam jumlah besar
dibandingkan dengan potensi luas tanam yang tersedia karena keterbatasan teknis,
sarana dan prasarana pendukung serta permodalan. Kondisi tersebut memberikan
mengindikasikan bahwa Sumatera Selatanmemiliki peluang untuk mengembangkan
usahatani benih padi berkualitas untuk memenuhi kebutuhan benih padi. Hal ini
perlu mendapat perhatian pada tahun mendatang dalam rangka meningkatkan
jumlah penangkar dan luas penangkaran untuk menghasilkan benih berkualitas
dengan prinsip ketersediaan benih dengan kondisi enam tepat yaitu varietas, jumlah,
mutu, waktu, tempat dan harga. Peranan penangkar di daerah menjadi sangat
strategis dalam upaya membantu pemenuhan kebutuhan benih unggul bermutu padi
dan jagung mendukung kegiatan GP-PTT di Sumatera Selatan. Oleh karena itu,
kedepan penumbuhan/penguatan kelembagaan kelompok penangkar/penangkar di
tingkat daerah sangat diharapkan sebagai penghasil benih untuk dapat membantu
memenuhi kebutuhan benih unggul bermutu padidi tingkat daerah secara
berkelanjutan guna mendukung program pemerintah dalam upaya peningkatan
produksi padig. Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan kelembagaan kelompok
penangkar yang sudah ada dengan melibatkan instansi terkait di daerah melalui
pembinaan dan pelatihan secara intensif serta dengan memberikan dukungan sarana
prasarana yang memadai.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah
kelangkaan benih bermutu yang terjadi selama ini di Sumatera Selatanbaik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Disamping itu program ini diharapkan dapat mendukung
percepatan penyebaran dan pengembangan varietas-varietas unggul baru di daerah,
juga dimaksudkan agar konsep gilir varietas dapat dilaksanakan.
1.3. Tujuan
Tujuan Tahunan
- Menghasilkan benih sumber padi (FS dan SS), dan kedelai (FS dan SS) agar selalu
terjamin ketersediaannya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
9. 9
- Mempercepat pengembangan dan penyebarluasan varietas unggul baru (VUB
yang mampu meningkatan produksi, produktivitas, dan mutu hasil.
- Melakukan pembinaan dan pendampingan kelompok penangkar/penangkar benih.
Tujuan Jangka Panjang
- Meningkatkan produksi, mutu, dan distribusi benih sumber agar selalu terjamin
ketersediaannya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
- Mempercepat pengembangan dan penyebarluasan VUB yang mampu
meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan
pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman.
- Melakukan pembinaan dan pendampingan kelompok penangkar/penangkar benih
untuk meningkatkan kualitas SDM kelompok penangkar/penangkar .
1.4. Keluaran
Keluaran Jangka Pendek
- Tersedianya benih sumber padi sebanyak 26 ton secara tepat (varietas, mutu,
jumlah, dan waktu) sesuai dengan kebutuhan masyarakat tani/pengguna lainnya
yang mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil.
- Berkembang dan tersebarluasnya penggunaan VUB yang sesuai dengan
preferensi konsumen/masyarakat tani dan mampu meningkatkan produksi,
produktivitas, dan mutu hasil.
- Terbinanya minimal 3 kelompok penangkar benih
Keluaran Jangka Panjang
- Tersedianya benih sumber secara tepat (varietas, mutu, jumlah, dan waktu)
sesuai dengan kebutuhan masyarakat tani.
- Berkembangnya penggunaan VUB yang sesuai dengan preferensi konsumen/
masyarakat tani.
- Peningkatan kualitas SDM penangkar
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat:
- Dihasilkannya benih sumber padi, jagung dan kedelai dengan sistem jaminan
mutu.
- Percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul baru.
10. 10
- Masalah ketidakseimbangan penyediaan benih sumber bermutu sepanjang waktu,
musim dan lokasi dapat diatasi
Dampak :
- Meningkatnya produktivitas dan produksi sebagai dampak dari penyebaran dan
pengembangan varietas unggul baru.
- Terjaminnya kesinambungan distribusi benih bermutu yang diawali dari
ketersediaan benih sumber melalui penerapan sistem jaminan mutu.
- Terjaminnya ketersediaan benih sumber bermutu dalam pengembangan sistem
perbenihan dan produksi benih
11. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan benih
varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini terkait dengan
sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara lain: berdaya hasil tinggi, tahan
terhadap hama penyakit, dan rasa nasi enak (pulen). Benih sumber yang akan
digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas
benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS misalnya, berarti
benih sumbernya adalah kelas BS (Breeder Seed/benih penjenis/ benih label kuning),
sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS/BP/benih label ungu boleh
menggunakan benih kelas FS atau BS Pemeriksaan benih sumber mencakup
sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen
maupun mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih).
Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika dipelukan) sebelum
benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses pengajuan sertifikasi benih
berikutnya.
Teknik budidaya padi untuk benih sumber menggunakan pendekatan PTT,
semua komponen PTT sangat dianjurkan dalam memproduksi benih sumber bermutu
mulai dari pengilahan tanah, persemaian, penggunaan benih bermutu, sistem tanam,
pengairan, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit dan panen.
Penggunaan benih unggul di lapangan oleh masyarakat relatif masih terbatas.
Menurut Daradjat et al. (2008), benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih
dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari
sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang. Hal ini
berarti bahwa petani padi belum merespon benih unggul padi dengan baik.
Masih rendahnya minat petani menggunakan varietas unggul ini diduga
menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi. Untuk mendorong
percepatan penggunaan benih bermutu, maka diperlukan upaya penangkaran benih
yang harus melalui proses sertifikasi. Hal ini telah diatur oleh Pemerintah dalam
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman,
Permentan Nomor 39/Permentan/05.140/8/2006 tentang Produksi Sertifikasi dan
Peredaran Benih Bina, dan Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
12. 12
01/KPTS/HK.310/C/I/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina
Tanaman Pangan (Hanizar dan Barianto, 2011).
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi
per-kembangan suatu usaha pertanian, diantara-nya pertumbuhan tanaman menjadi
seragam sehingga panen menjadi serempak, rendemen lebih tinggi, mutu hasil lebih
tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, dan tanaman akan mempunyai
ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit dan beradaptasi yang
tinggi terhadap lingkungan sehingga da-pat memperkecil penggunaan input seperti
pupuk dan pestisida (Suryana dan Prajogo, 1997).
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih melalui pemeriksaan,
pengujian laboratorium dan pengawasan pemasangan label. Benih padi dibedakan
atas beberapa kelas yaitu benih penjenis (label kuning, benih dasar (label putih),
benih pokok (label ungu), dan benih sebar (label biru). Dari 10 kg benih penjenis
dapat dihasilkan 12.000 ton benih sebar untuk kebutuhan benih padi seluas 480.000
ha (Irawan, 2011). Ditambahkan lebih lanjut bahwa prosedur sertifikasi benih terdiri
atas 5 tahapan yaitu permohonan sertifikasi, pemeriksaan lapangan, pengambilan
contoh benih, pengujian benih, dan pelabelan.
Permohonan sertifikasi benih diajukan oleh penangkar benih kepada Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH)
paling lambat 10 hari sebelum semai. Satu formulir permohonan sertifikasi hanya
berlaku untuk satu areal sertifikasi dari satu varietas dan satu kelas benih.
Permohonan dilampiri dengan label benih yang akan ditanam dan sket/peta lokasi.
Pemeriksaan Lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian bahwa
benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar-benar terdiri dari
varietas yang dimaksud dan tidak tercampur. Pemeriksaaan lapangan terdiri atas: (a)
Pemeriksaan lapangan pendahuluan (sebelum semai), (b) Pemeriksaan lapangan I
(umur ± 1 bulan), (c) Pemeriksaan lapangan II (saat berbunga), (d) pemeriksaan
lapangan III (7-10 hari sebelum panen), dan (e) pengawasan panen. Apabila pada
pemeriksaan tidak memenuhi standar maka produsen dapat meminta pemeriksaan
lapangan ulangan setelah dilakukan perbaikan.
Benih yang telah dihasilkan akan diambil contohnya oleh petugas pengawas
benih, sehingga produsen benih harus menyusun benih sedemikian rupa agar
jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan contohnya dapat diambil dengan mudah
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengujian benih harus dilakukan di
laboratorium BPSB-TPH atau di laboratorium yang ditunjuk oleh Dirjen Tanaman
13. 13
Pangan, Kementerian Pertanian. Produsen benih mengajukan permintaan pembuatan
label kepada BPSB setelah hasil pengujian resmi diterima.
Dalam suatu sistem produksi benih pertanian baik yang ditujukan untuk
memenu-hi konsumsi sendiri maupun yang berorientasi komersial diperlukan adanya
ketersediaan benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik.
Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya terdapat pada
varietas unggul. Namun man-faat dari suatu varietas akan dirasakan oleh petani atau
konsumen apabila benih tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang
sesuai. Dengan demikian, dalam pertanian moderen, benih berperan sebagai delivery
mecha-nism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada clients (petani dan
konsumen lainnya) (Rachman et al., 2000). Untuk menghasilkan produk pertanian
yang berkualitas tinggi harus dimulai dengan penanaman benih bermutu, yaitu benih
yang menampakkan sifat-sifat unggul dari varietas yang diwakilinya.
Lebih dari 190 varietas unggul padi yang telah dilepas di Indonesia, hanya
beberapa yang populer. Petani di Sulawesi Tenggara menyukai varietas dengan
bentuk gabah ram-ping dan rasa nasi enak. Pemilihan varietas yang akan ditanam
oleh petani sangat dipengaruhi oleh selera konsumen dan kemampuan varietas
tersebut berproduksi, Secara umum bentuk gabah yang ramping lebih disukai dari
pada yang gemuk, dan kadar amilosa minimal 22 %. Varietas Ciherang dan Ciliwung
merupakan varietas unggul populer yang disenangi konsumen Sumatera Selatani
dengan potensi hasil cukup tinggi, namun peka terhadap pe-nyakit blas leher dan
tungro.
2.2. Introduksi Padi Varietas Unggul Baru
Penanaman suatu varietas yang terus menerus, disuatu tempat dalam jangka
waktu yang lama, seperti halnya varietas Ciherang sangat tidak dianjurkan. Hal
tersebut menyebabkankan produktivitas tanaman menjadi rendah, menjadi tidak
tahan terhadap penyakit utama, yang dikarenakan secara genetis sudah tidak murni
lagi karena ditanam terlalu lama kemungkinan telah terjadi persilangan dengan
varietas-varietas lain, yang umumnya berpotensi produksinya rendah.
Pada awalnya varietas tersebut tahan terhadap hama wereng, tetapi apabila
ditanam secara terus menerus, hama wereng akan membentuk biotipe-biotipe baru,
sehingga tanaman menjadi tidak tahan.
Untuk mengganti varietas tersebut telah diadaptasikan varietas unggul baru
(VUB), seperti varietas Inpari 1, Inpari 6, inpari 30, Inpari 22, Inpari 28, dan Inpara
3, dengan adanya introduksi varietas unggul baru ini diharapkan dapat mengurangi
14. 14
proporsi penggunaan varietas Ciherang. Selaian untuk meningkatkan produktivitas
juga untuk memperlambat keganasan hama dan penyakit, karena varietas Ciherang
sudah rentan terhadap hama dan penyakit.
Tingginya minat petani untuk menanam varietas Ciherang karena petani
menyukai beras yang bulirnya panjang, dengan tekstur nasi yang pulen, dan bobot
gabah berat. Untuk itu telah dirakit beberapa varietas menyerupai Ciherang,
diantaranya varietas Inpari 30. Selain itu penanaman satu varietas untuk dua musim
yang berbeda (musim hujan dan musim kemarau) juga tidak baik, karena ada
indikasi varietas tertentu disuatu daerah tertentu baik ditanam pada musim hujan
belum tentu baik ditanam pada musim berikutnya, untuk itu perlu diadakan pergiliran
varietas antar musim.
Program peningkatan ketahanan pangan memerlukan dukungan subsistem
sarana produksi diantaranya benih. Berbagai sebab belum digunakannya varietas
unggul baru (VUB) antara lain kurangnya informasi keberadaan varietas tersebut
dengan berbagai sifat keunggulannya serta ketersediaan benih varietas unggul
terbatas. Untuk mendorong penyebaran benih varietas unggul diperlukan
pengenalan varietas melalui sosialisasi varietas dan teknik produksi benih kepada
penangkar di daerah sentra produksi (Marwoto et al., 2006), dengan strategi
tersebut diharapkan akan terjadi percepatan waktu dalam adopsi produksi benih dan
meningkatnya produksi benih.
Varietas unggul merupakan salah satu komponen paket teknologi budidaya
padi secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, pada
kegiatan perbayakan benih padi tahun 2012, pada MK menggunakan 7 (tujuh)
varietas lain varietas Inpari 1, Inpari 4, dan Inpari 10. Inpari 12; Inpari 13; Inpari
14; dan Situ Bagendit. Dengan produksi tertinggi dicapai pada varietas inpari 1,
Inpari 4 dan Inpari 13 masing-masing sebesar 7,5; 7,5; dan 7,8 ton/ha, sedangkan
inpari 10, Inpari 12 dan 14 masing-masing 6,7; 7,0; 7,0 ton/ha, dan terendah
produksi dicapai pada varietas Situ Bagendit dengan hasil 6,4 ton /ha (Laporan akhir,
2012), pada lahan rawa lebak dangkal varietas Inpari 4; Inpari 6,dan Inpari 1
dengan produktivitas masing-masing 7,2; 7,8; dan 6,2 ton/ha (laporan akhir PTT,
2014).
15. 15
III. PROSEDUR
3.1. Pendekatan
Arah dan strategi perakitan dan penyediaan varietas unggul padi tetap
bertitik tolak pada tujuan perakitan varietas, yaitu untuk meningkatkan daya hasil
sesuai isu utama kendala produksi padi serta memperbaiki ketahanan terhadap
cekaman lingkungan (Las et al., 2004). Untuk menjamin ketersediaan benih bermutu
dari varietas unggul serta meningkatan pengggunaannya dikalangan petani maka
program pengembangan perbenihan dari hulu sampai hilir harus lebih terarah,
terpadu. Hal ini penting artinya mengingat alur produksi benih melibatkan berbagai
institusi.
Kegiatan produksi benih sumber menggunakan teknologi baku/standar agar
mutu benih yang dihasilkan terjamin. Secara garis besarnya ada empat tingkatan
benih yaitu: Breeder Seed (BS) atau benih sumber/benih penjenis, Foundation Seed
(FS) atau benih tetua/dasar, Stock Seed (SS) atau benih pokok, dan Extension Seed
(ES) atau benih sebar. Benih sumber padi yang akan diproduksi adalah benih dasar
(FS) dan benih Pokok (SS). Balai Pengkajian teknologi Pertanian (BPTP Sumsel)
dalam pelaksanaannya, menggunakan Benih pokok dari Balai Besar Penelitian Padi
Sukamandi. Kegiatan produksi benih berkoordinasi dengan Balai Pengawas dan
Sertifikasi benih (BPSB), Balai Benih Induk (BBI), dan Institusi produsen benih sebar
untuk kelancaran produksi dan penyaluran benih sumber.
Kegiatan ini juga menggunakan pendekatan partisipatif petani dan
keterkaitan dengan pihak penentu kebijakan (Dinas Pertanian Daerah Kabupaten
OKU Timur, Badan Penyuluhan Pertanian Perikananan dan Kehutanan) yang akan
berpengaruh pada percepatan pembangunan pertanian daerah. Selain itu kegiatan
ini menggunakan pendekatan pengawalan teknologi hasil penelitian dan pengkajian
Badan Litbang Kementerian Pertanian yang telah baku dan telah direkomendasikan
agar mutu benih yang dihasilkan terjamin.
3.2. Tahap Kegiatan
Kegiatan dimulai dengan pembuatan TOR, RDHP, RODHP, penentuan lokasi dan
kelompok tani penangkar sebagai pelaksana kegiatan. Pada tahap persiapan juga
dilakukan koordinasi ke tingkat pusat (Balit, Puslit) guna mencari informasi atau
memperoleh bahan tanaman (benih padi) yang dapat digunakan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan di tingkat lapangan.
16. 16
Sosialisasi/Koordinasi
Sosialisasi dilakukan dengan instansi terkait (Distan, BPSBTPH, BPTPH) mulai dari
tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan serta gapoktan/kelompok tani /petani
penangkar. Sosialisasi/koordinasi dimaksudkan untuk menyamakan persepsi
kegiatan mulai dari persiapandan pelaksanaan.
Penentuan Kelompok tani penangkar
Penentuan kelompok tani penangkar ditentukan secara purposive melalui kegiatan
koordinasi dengan dinas terkait di tingkat Kabupaten dan survei lokasi.
• Pembinaan penangkar/kelompok penangkar dan Temu Lapang
Pembinaan penangkar/kelompok penangkar dilakukan dengan melibatkan Dinas
Pertanian, BPSB, Pengawas benih tanaman, penangkar dan atau kelompok
penangkar baik formal maupun informal. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
pelatihan dan pendampingan teknologi produksi benih di lapangan. Pelatihan
dilakukan untuk petani penangkar, terutama untuk meningkatkan kapasitas
kemampuannya dalam penangkaran benih padi. Hal ini perlu dilakukan sebagai
menambah keterampilan dan wawasan dalam bidang penangkaran benih.
Materi pelatihan dapat disesuaikan dengan teknologi yang diinovasikan dan
kebutuhan petani untuk meningkatkan kapasitasnya.
• Diseminasi dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi dan koordinasi, demplot,
denfarm, temu lapang dengan instansi terkait (Distan, BPSBTPH) mulai dari
tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan serta kepada kelompok penangkar
atau kelompok tani untuk mendapatkan masukkan dan saran serta kesepakatan-
kesepakatan dalam upaya mendukung program penyediaan dan perbanyakan
benih padi unggul. Benih yang dihasilkan dari kegiatan penyediaan dan
perbanyakan benih unggul ini selanjutnya disebarkan ke berbagai kabupaten/kota
di Sumatera Selatan dimanfaatkan untuk penyediaan benih berbantuan bagi
petani mendukung program PTT padi di Sumatera Selatan dan sebagai cadangan
benih nasional (CBN) bagi kelompok tani/pengguna lainnya atau disalurkan/dijual
ke instansi terkait/konsumen lain bekerjasama kelompok penangkar.
• Promosi dan Advokasi
Agar terjadinya sinkronisasi Kegiatan dengan dinas dan instansi terkait dan
munculnya partisipatif petani maka dilakukan koordinasi dengan Pemda, Poktan
dan Petani sebagai pelaku usaha yang lokasinya digunakan sebagai lokasi
kegiatan. BPTP Sumsel akan melakukan pengawalan teknologi. Kegiatan ini juga
dilakukan dengan melibatkan instansi terkait (Dinas Pertanian, BPSB) yang akan
17. 17
melakukan pembinaan kepada penangkar benih formal untuk perbanyakan benih
kelas turunannya, sehingga penyebaran benih varietas unggul dapat cepat
dilaksanakan.
3.3. Ruang Lingkup
Kegiatan dilaksanakan di lahan petani Kabupaten OKU Timur, Kabupaten Musi
Rawas (MURA), dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan pada
lahan sawah irigasi teknis. Ruang lingkup kegiatan meliputi antara lain, koordinasi
dan konsultasi dalam rangka persiapan, menyusun personalia dan program UPBS,
persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, seleksi, panen dan prosesing,
sertifikasi benih sumber. Koordinasi dilakukan dengan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Benih Induk, Balai
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K). Untuk kelancaran produksi
dan penyaluran benih sumber, koordinasi juga dilakukan dengan Institusi Produsen
Benih Sebar.
Selanjutnya untuk mendukung aktivitas perbanyakan benih dilakukan:(1)
pelatihan petani terutama untuk memahami tahapan dalam penangkaran dan
sertifikasi, (2) pemahaman pedesaan secara partisipatif untuk mengumpulkan dan
menganalisis berbagai informasi yang dibutuhkan dalam rangka merancang inovasi
yang akan dilakukan, dan (3) temu usaha kemitraan untuk mendapatkan kemudahan
dalam distribusi benih dan diseminasi varietas unggul.
3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan produksi benih sumber tahun 2018 akan dilaksanakan di Kabupaten
Musi Rawas (MURA), Kabupaten OKU Timur danKabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Sentra Prosesing Unit pengelolaan benih sumber padi ditempatkan di Kebun
Percobaan Kayu Agung. Secara teknis, waktu pelaksanaan kegiatan lapangan
menyesuaikan kondisi lapangan.
Bahan yang digunakan adalah: Benih VUB padi, kedelai, pupuk (urea, NPK,
dan bahan organik), pestisida, tali rafia, papan nama kegiatan, terpal jemur, dan
bahan penolong lainnya. Sedangkan alat yang digunakan adalah: alat pengolahan
tanah (traktor), cangkul, sabit, hand-sprayer, meteran, timbangan, alat tulis dan alat
pendukung lainnya.
Pelaksanakan kegiatan dilakukan bekerjasama dengan penangkar/kelompok
penangkar dengan pengawasan ketat oleh petugas dari instansi terkait di
18. 18
tingkat kabupaten dan kecamatan seperti PPL, PHP dan petugas pengawas
benih (BPSBTPH). Kegiatan dilaksanakan selama setahun dimulai dari bulan
Januari sampai dengan bulan Desember 2018 dengan rencana luasan padi 15
hektar dan luasan kedelai 4 ha. Target produksi benih sumber VUB padi
sebanyak 26 ton. Target produksi benih sumber VUB kedelai sebanyak 2 ton.
Padi dankedelai ditanam dengan menggunakan pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT), pemupukan menggunakan pupuk urea dan, SP36, KCl.
Penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan pengendalian
hama terpadu (PHT). Benih sumber padi dan kedelai yang digunakan pada kegiatan
ini berasal dari Balai Besar Peneitian Tanaman Padi dan Balitkabi atau benih sumber
dari hasil penangkaran sebelumnya yang di stok di gudang UPBS.
Pelaksanaan kegiatan produksi benih mengacu pada pedoman umum produksi
benih sumber padi (Badan Litbang Pertanian, 2007). Tahapan kegiatan dimulaidari
penyiapan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, pengairan, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit, rouging/seleksi, persiapan panen, panen, proses
panen, pengeringan benih (penjemuran), prosesing, pengemasan, dan
penyimpanan. Benih yang dihasilkan dari kegiatan penyediaan dan perbanyakan
benih unggul ini selanjutnya disebarkan ke berbagai kabupaten/kota di Sumatera
Selatan. Hal tersebut sebagai upaya untuk penyediaan benih dari benih dasar
menjadi benih pokok dan benih pokok menjadi benih sebar.
3.5. Pengumpulan dan Analisis Data
Pertumbuhan tanaman diamati secara visual dengan memperhatikan gejala
tumbuh tanaman/hasil diamati berdasarkan hasil panen masing-masing varietas dan
waktu tertentu. Data yang akan dikumpulkan meliputi keragaan pertumbuhan,
produksi benih, jumlah benih yang disalurkan dan data distribusi benih. Jenis data
meliputi data kuantitatif dan juga kualitatif ditabulasikan dan dianalisis secara
deskriptif. Selanjutnya dihitung juga pendapatan dan efisiensi usaha penangkaran
benih padi.
IV. Analisis Risiko
Penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapian tujuan dan
sasaran, disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Daftar risiko yang mengancam pencapian tujuan dan sasaran
19. 19
No. Risiko Penyebab Dampak
1 Terjadinya
serangan hama
tikus
Waktu tanam tidak
serempak
Produksi padi rendah bahkan
gagal panen
2 Tenaga kerja
pengolahan
tanah
Waktu tanam
terlambat
Bibit padi ketuaan dan produksi
rendah
Tabel 2. Daftar penanganan risiko yang mengancam pencapian tujuan dan sasar
No. Risiko Penyebab Upaya Penanganan
1 Terjadinya
serangan hama
tikus
Waktu tanam tidak
serempak
Sanitasi, gropyokan, pola dan
waktu tanam serempak
2 Tenaga kerja
Pengolahan
tanah
Waktu tanam
terlambat
Penggunaan alsintan
pengolahan tanah diperbanyak
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
Tabel 3. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
No. Nama /NIP
Jabatan Dlm
Kegiatan
Uraian
Tugas
Alokasi
Waktu
(Jam/
minggu)
1.
Dr. Ir. Priatna Samita, MSi
19641104 199203 1 001
Koordinator Manajer Umum 2
2.
Ir. Yanter Hutapea, M.Si
196304301989031001
Wakil
Koordinator
mengkoordinir pelaksanaan
kegiatan
4
3. Ir. Waluyo, MSi
196210171991031001
Penanggung
jawab kegiatan
Manajer Produksi 8
4. Dr. Ir. Yustisia, M.Si Penanggung
jawab kegiatan
Manajer Produksi 8
5. Ir. Suparwoto
196108111990031002
Anggota Mengkoordinir Budidaya 4
6. Sri Harnanik,M.Si
197606222009122001
Anggota Mengkoordinir pengendalian
mutu
4
7. I Wayan Supartha
195902171990311001
Anggota Mengkoordinir Mekanisasi 4
8. Syahri, SP
198605062009121004
Anggota Mengkoordinir HPT 4
10 Maman Anggota Mengkoordinir Gudang 6
11 Triaster,A.,SS Anggota Administrasi dan keuangan 4
12 Usman Setiawan, SP Teknisi Pemeliharaan dan pengamatan 4
13 Legino Teknisi Pemeliharaan dan pengamatan 4
14 Rajulis Teknisi Pemeliharaan dan pengamatan 4
15 A. Roni Teknisi Pemeliharaan dan pengamatan 4
16 PM (8 orang petugas lokal
dari BPSB, Dinas TPH,
BP4K)
Teknisi Mendampingi kegiatan
dilapangan
4
17 PM ( 2 orang) Penyuluh
lapangan
Penyuluh lapangan 8
20. 20
5.2. Jangka waktu kegiatan
Tabel 4. Jangka waktu kegiatan perbanyakan benih sumber sawah irigasi
No. Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Koordinasi/sosialisasi X X
2 Penyiapan sarana
prasarana
X
3 Penyiapan lahan tanam
padi
X
4 Penyiapan bibit/benih padi X
5 Penanaman padi X
6 Pemeliharaan padi X X X X
7 Seleksi CVL X X
8 Panen padi X
9 Prosesing padi X X
10 Sertifikasi x x
11 Pengemasan dan Pelabelan X x
12 Penyusunan Laporan X X x
22. 22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum, Unit
Produksi Unit Pengelola Benih Sumber. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.
BPS Sumsel, 2010. Luas Penggunaan Lahan di Sumatera Selatan. BPS Sumsel,
Palembang.
Hanizar, M. dan Barianto. 2011. Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina
Tanaman Pangan. Makalah disampaikan dalam Temu Lapang Penangkaran
Padi di Kota Bengkulu tanggal 12 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi
Bengkulu.
Irawan, B. 2011. Prosedur Penangkaran Benih Padi. Makalah disampaikan dalam
Sosialisasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Kegiatan Unit Pengelola Benih
Sumber (UPBS) di Kabupaten Bengkulu Utara tanggal 13 Desember 2011.
BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.
Laporan akhir. 2012. Unit Pengelolaan Benih Sumber. Balai Pengkajian teknologi
Pertanian Sumatera selatan. Tahun 2012 (tidak dipublikasi).
Las, I. B. Suprihatno, A.A Darajat, Suwarno, B. Abdullah dan Satoto. 2004. Inovasi
Teknologi Varietas Unggul Padi: Perkembangan, Arah dan Strategi ke Depan.
DalamKasryno, F., E. Pasandaran dan A.M. Fagi (Penyunting). Ekonomi Padi
dan Beras Indonesia. Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta.
Marwoto,D. Harnowo, M.M. Adie, M. Anwari, J. Purnomo, Riwanodja dan Subandi.
2005. Panduan teknis produksi benih sumber kedelai, kacang tanah dan
kacang hijau. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang.
Mugnisyah, W.Q dan Asep, S. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta
Nugraha U.S dan B. Sayaka. 2004. Industri dan Kelembagaan Perbenihan Padi..
DalamKasryno, F., E. Pasandaran dan A.M. Fagi (Penyunting). Ekonomi Padi
dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta.
Purwanto, 2009. Percepatan penyebaran varietas unggul melalui sistem penangkaran
perbenihankedelai diIndonesia.
Rachman, B., I.W. Rusastra dan K. Kariyasa. 2000. Sistem Pemasaran Benih dan
Pupuk dan Pembiayaan Usahatani. Prosiding Analisis Kebijaksanaan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Suryana dan U.H. Prajogo, 1997. Subsidi Benih dan Dampaknya terhadap
Peningkatan Produksi Pangan. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian.
AnalisisKebijakaan Antisipatif dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian Pertanian. Badan Litbang Pertanian.