2. Latar Belakang
• Limbah Perkebunan Nanas dan Industri pengolahannya
mengahsilkan limbah yang cukup banyak menjadi
permasalahan bagi perusahaan dalam mengelolanya
• Peningkatan produksi nenas nasional hampir setiap tahun
mengalami peningkatan
• Potensi untuk dijadikan bahan pakan ternak
4. 85% limbah
tidak terjadi
pembuangan
limbah yang
melampaui
kapasitas
lingkungan yang
menimbulkan
pencemaran, serta
menerapkan sistem
manajemen
lingkungan dalam
melakukan
kegiatan
usaha.
Dimensi Ekologi
7. Pembuatan Silase Limbah Daun, Mahkota Nanas
Limbah Nanas
Pencacahan
Pengeringan
Penambahan dedak
5% dan packing
(anaerob)
Pakan Sapi
Imkuabasi 3 minggu
Dimensi Ekonomi :mampu menghasilkan ternak dan
produk peternakan secara berkesinambungan,
sehingga terjadi peningkatan ekonomi yang ditandai
dengan peningkatan pendapatan peternak, penyerapan
tenaga kerja, dan tumbuhnya berbagai kegiatan usaha
pendukung.
10. Pembahasan
• Para peneliti di Institut Teknologi Raja Mongkut
Ladkrabang, Bangkok, Thailand, mengevaluasi
efek dari campuran silase dari tanaman nanas utuh
dan daun Leucaena.
Hasil penelitian ditemukan aromatik, dan asam
seperti acar buah, sedangkan perlakuan yang
mengandung 15 persen daun Leucaena
memberikan nilai protein kasar tertinggi (8,19
persen), dan energi yang dapat dimetabolisme
(3.697,17 kkal/k). Persentase serat kasar berkurang
dengan meningkatnya campuran daun Leucaena
dalam silase, menunjukkan bahwa daun Leucaena
dapat meningkatkan kualitas silase daun nanas
yang dihasilkan untuk ruminansia dan babi.
11. Pembahasan
BBP2TP, BPTP Balitbangtan Jambi dan INF
Sekolah Vokasi IPB. Melakukan penelitian
terkait
Subtitusi 80% kulit nanas menggantikan
rumput pada penggemukan sapi bali dan
meningkatkan PBBH 0,13 Kg lebih tinggi
dibandingkan ternak hanya diberikan rumput.
Pemberian rumput 100% sebagai pakan basal
menghasilkan PBBH sebanyak 0,3 kg sedangkan
substitusi 80% kulit nanas meningkatkan PBBH
menjadi 0,43 kg. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sapi yang diberi pakan kulit
nanas memperlihatkan penampilan luar yang lebih
baik dengan bulu yang lebih mengkilap
12. Pengembangan Ternak Lokal
Ketua Asosiasi Pedagang
Daging Indonesia Asnawi
"Era 1970-an, kita pernah
swasembada daging.
Indonesia malah ekspor ke
negara tetangga. Di hulu,
saat itu tertata sangat baik,"
14. POLA KEMITRAAN
Persoalan utama program swasembada sapi di dalam negeri selama ini adalah pada tahap breeding
(pembibitan) karena perlu modal besar dan butuh waktu lama.
Untuk melakukan swasembada perlu kiranya ada breeding farm yang di support baik perusahaan
swasta maupun badan usaha milik negara.
Pola kemitraan yang bisa dijalankan adalah perusahan memberikan bibit dan peternak menyediakan
kandang dan pakan serta obat-obatan dari perusahaan sehinga terjadi berkesinambungan
15. KESIMPULAN
1) pemanfaatan sumber bahan pakan dari produk samping perkebunan dan industri nanas,
2) pembangunan pabrik pakan siap saji dan pabrik bahan pakan berbahan baku produk
samping perkebunan nans,
3) pengem- bangan inovasi teknologi pakan untuk memanfaatkan bahan pakan dan pakan
nonkonvensional yang tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, dan
4) Pengembangan peternakan dengan pola kemitraan.
5).pengembangan ternak lokal seperti sapi bali yang sudah memiliki adaptasi yang baik
untuk daerah tropis dan merupakan ternak lokal asli indonesia.