Rumput laut merupakan sumberdaya alam Indonesia yang potensial namun belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu daerah penghasil rumput laut di Sulawesi Selatan adalah Kota Palopo. Kelompok petani rumput laut di Kota Palopo menghadapi permasalahan produktivitas dan harga jual rumput laut yang menurun serta keterbatasan dalam pengolahan dan pemasaran produk olahan rumput laut. Program kerja sama ini bertujuan meningkatkan
1. Makroalgae atau di Indonesia dikenal dengan nama rumput laut merupakan salah satu
sumberdaya hayati laut yang memiliki keragaman yang tinggi. Wilayah Indonesia yang
didominasi oleh perairan menjadikan rumput laut sangat potensial untuk dikembangkan. Ada
lebih dari 700 spesies rumput laut di perairan Indonesia. Jenis rumput laut yang diproduksi dan
dikembangkan diantaranya adalah rumput laut jenis Gracilaria sp, dan rumput laut jenis
Kappaphycus dan Eucheuma.
Potensi rumput laut Indonesia yang sangat menjanjikan dan dapat menjadi komoditi yang bisa
berperan dalam pergerakan kemajuan ekonomi nasional. Terbukti, Indonesia menjadi salah satu
produsen terbesar rumput laut jenis Euchema Cotonii dan menguasai 50% pangsa pasar dunia
untuk memenuhi permintaan pasar ekspor dari industri kosmetik dan farmasi. Namun demikian,
produk yang diekspor 80% masih dalam bentuk bahan mentah (raw material) yaitu berupa
rumput laut kering.
Khusus untuk wilayah Sulawesi Selatan ada beberapa daerah/kabupaten/kota yang menjadi
sentra pengembangan rumput laut seperti Kabupaten Jeneponto, Takalar, Bulukumba, Luwu
Utara dan Kota Palopo (sulselprov.go.id).
Kota Palopo merupakan daerah kotamadya yang ada di Sulawesi Selatan dan jaraknya dari kota
Makassar sekitar 360 km. Kota Palopo merupakan salah satu tempat budidaya rumput laut selain
Luwu Utara dan beberapa daerah di Luwu Timur Sulawesi Selatan. Berdasarkan data pemerintah
kota Palopo menunjukkan bahwa produksi rumput laut kota Palopo didominasi oleh budidaya
laut terdiri dari budidaya (cottonii) sebesar 27.582,88 ton dan rumput laut Gracillaria sebanyak
81.803,03 ton pada tahun 2018 dengan total nilai produksi Rp. 382, 8 Milyar dengan luas areal
produksi mencapai 1.563 Ha. Kota Palopo memiliki komoditas unggulan Rumput laut jenis
Gracilaria sp dengan kualitas terbaik yang diekspor ke luar negeri. Kota Palopo mempunyai
panjang pantai 139 km dan lahan budidaya rumput laut seluas 27.000 Ha. Pemanfaatan lahan
tersebut baru setengahnya yang dimanfaatkan oleh pemerintah setempat (Pemerintah Kota
Palopo, 2015).
Tim PKM
Penyuluhan tentang manfaat
dan perilaku hygiene
pengolahan produk
Pembuatan produk olahan
rumput laut
Teknik pengemasan dan
pemasaran produk
Petani rumput laut
kelompok ZZ Amanah
Produk bakso dan
rempeyek dari bahan
dasar rumput laut
2. Salah satu daerah penghasil rumput laut yang ada di Kota Palopo adalah Kelurahan Salekoe
Kecamatan Wara Timur. Pekerjaan penduduk Kelurahan Salekoe rata-rata adalah petani rumput
laut. Para petani rumput laut tergabung dalam beberapa kelompok tani diantaranya kelompok
tani rumput laut ZZ Amanah. Kelompok tani ini terbentuk sejak tahun 2015 (Dinas Perikanan
dan kelautan Kota Palopo).
Selama dua tahun belakangan ini jumlah produktivitas dari rumput laut yang dihasilkan oleh para
petani berkurang. Waktu awal dimulai usaha rumput laut, para petani dapat menghasilkan
rumput laut jenis Gracilaria 1-2 ton per hektar setiap kali panen. Namun sekarang ini para petani
hanya mampu menghasilkan 0,7 - 0,9 ton saja setiap kali panen. selain itu, harga beli dari rumput
laut yang turun mencapai Rp. 3500- Rp. 5.000 per kilogram untuk rumput kering menjadi
penyebab kurangnya tenaga pekerja rumput laut sehingga minat pekerja dalam menghasilkan
produk olahan rumput laut terbatas dan hanya fokus pada penjualan rumput laut kering.
Permasalahan yang terjadi di lapangan berdasarkan informasi yang diperoleh dari mitra adalah 1)
kurangnya pengetahuan manfaat dan kesadaran perilaku hygiene kelompok mitra PKM dalam
mengolah rumput laut yang dimulai dari proses pembersihan hingga memasak rumput laut untuk
dijadikan olahan tidak sesuai sehingga nilai gizi yang terkandung hilang. 2) keterampilan
kelompok mitra PKM dalam mengolah rumput laut masih terbatas pada olahan nugget yang rata-
rata dalam sebulan memproduksi olahan rumput laut 50 kg sehingga tidak menjadikannya
sebagai penghasilan utama perempuan dalam kelompok mitra. Hal tersebut terjadi pada bulan
September-Desember tiap tahunnya karena bahan baku rumput laut juga menurun dan banyak
rusak, dan 3) Permasalahan ketiga ialah mengenai faktor pemasaran meliputi kualitas,
pengemasan produk, harga yang kurang terjangkau semua kalangan, kurang promosi ke warung
kecil, kelembagaan pembinaan /pendamping sangat mempengaruhi aspek pemasaran rumput
laut. Daya saing produk olahan dari rumput laut sebagai produk unggulan lokal sangat lemah di
pasar kota Palopo yang terbukti dari nilai penjualan yang rendah karena ketidak tahuan
masyarakat tentang produk ini. Akibatnya terjadi kasus kelebihan produksi rumput laut akan
tetapi hanya dibeli dalam bentuk kering oleh satu pembeli saja sehingga harga ditentukan
sepihak oleh pembeli yang menyebabkan harga jual rumput laut rendah.
Tuliskan semua solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
mitra secara sistematis sesuai dengan prioritas permasalahan. Solusi harus terkait betul
dengan permasalahan prioritas mitra.
b. Tuliskan target luaran yang akan dihasilkan dari masing-masing solusi tersebut baik
dalam segi produksi maupun manajemen usaha (untuk mitra ekonomi produktif /
mengarah ke ekonomi produktif) atau sesuai dengan solusi spesifik atas permasalahan
yang dihadapi mitra dari kelompok masyarakat yang tidak produktif secara ekonomi /
sosial.
c. Setiap solusi mempunyai target tersendiri/indicator capaian dan sedapat mungkin
terukur atau dapat dikuantitatifkan.
d. Uraian hasil riset tim pengusul atau peneliti lain yang berkaitan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan, akan memiliki nilai tambah.
SOLUSI
3. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu mengatasi persoalan mitra terkait dengan kurangnya
inovasi produksi, pemasaran dan hygienitas olahan makanan dari rumput laut. Kegiatan Abdimas
ini akan fokus membantu mitra kelompok ZZ Amanah terkait dengan permasalahan yang
dialami. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan mitra ditempuh
melalui : 1) penyuluhan, diskusi dan pendampingan cara pengolahan bermacam produk dari
rumput laut sehingga tetap bergizi sesuai Good Manufactor Product (GMP). Produk dengan
Good Manufactor Product (GMP) yaitu suatu produk yang memiliki identitas, kekuatan,
komposisi, kualitas dan kemurnian yang muncul pada labelnya, 2) memperkenalkan cara
pembuatan bakso dan rempeyek rumput laut, dan 3) Melakukan proses pengemasan yang
hygiene dengan berbagai ukuran kemasan, pelabelan produk unggulan lokal Kota Palopo dan
pemasaran produk yang harus menyentuh warung-warung kecil. Diharapkan dengan
pemberdayaan dan perbaikan produksi melalui kegiatan ini, meningkatkan perekonomian
perempuan kelompok tani mitra.
Target program PKM menunjukkan 1) 100% Pengetahuan mitra PKM meningkat tentang
hygienitas pengolahan makanan dan nilai gizi yang terkandung dalam rumput laut sesuai aturan
GMP , ; 2) bertambahnya 2 produk olahan makanan berbahan rumput laut yaitu bakso dan
rempeyek; 3) Kemasan produk olahan rumput laut berlabel yang lebih menarik, kemasan
ekonomis untuk semua kalangan dan tersebar dari minimarket hingga warung kecil.
Riset yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti Siti Suhartina Yuliana (2017), Ratna
Ediyati dkk (2019), Asnani dkk (2020) menunjukkan bahwa rumput laut dapat dikembangkan
menjadi berbagai jenis olahan makanan dan minuman yang bergizi seperti nugget, bakso, kaki
naga, t cendol, dodol, brownies, kerupuk serta bakso, khususnya dengan menggunakan bahan
utama/bahan tambahan dari rumput laut dengan rata-rata hasil evaluasi menunjukkan bahwa,
95% peserta menyatakan kebermanfaatan tema pelatihan sangat baik dan 10% cukup baik.
Target luaran berupa artikel yang diterbitkan di jurnal PKM nasional ber ISSN dan merupa buku
tentang produk olahan rumput laut.
METODE
Tahapan-tahapan penyelesaian masalah mitra adalah sebagai berikut:
1. Metode pada permasalahan dalam bidang produksi
a. Penyuluhan dan Diskusi
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan para perempuan istri pembudidaya atau pekerja
rumput laut untuk mengikuti penyuluhan dan diskusi tujuannya adalah memotivasi dan
memperkaya pengetahuan kelompok sasaran akan manfaat rumput laut sebagai pangan
menyehatkan dan teknik pengolahan yang hygiene mulai dari rumput laut hingga pekerjanya.
Selain itu diberikan motivasi menghasilkan jenis olahan makanan dari rumput laut yang mudah
dan bisa dinikmati masyarakat serta teknis pemasaran. Tujuan dari penyuluhan dan pelatihan
4. tersebut adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis rumput laut dari petani rumput laut ZZ
Amanah Salekoe.
b. Pelatihan
Pelatihan tujuannya untuk memberi dan meningkatkan ketrampilan kepada kelompok sasaran,
mulai dari preparasi bahan baku dan proses pengolahan 2(dua) produk meliputi bakso dan
kerupuk rempeyek dengan bahan utama dan bahan tambahan dari rumput laut.
Kegiatan ini dimulai dengan memberikan pelatihan cara membersihkan rumput laut untuk
meminimalisir kehilangan nilai gizinya sampai pembuatan dan pengemasan produk secara
keseluruhan.
Bahan utama yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari rumput laut yang telah dipreparasi
(direndam menggunkan air cucian beras selama 3 hari) dari rumput laut kering petani jenis
Eucheuma cottonii, aneka bahan pembuatan bakso berupa daging segar, tepung kanji, sendok teh
lada bubuk, garam, bawang putih goring, bawang merah goring, es batu, air.
c. Pendampingan
Kegiatan ini dilakukan secara periodik/ berkala untuk membina dan mendampingi petani mitra
sampai berhasil menghasilkan produk makanan olahan dari rumput laut hingga siap jual. Selain
itu, pihak mitra dapat berkonsultasi tentang pelaksanaan program sampai bisa mencapai hasil
yang maksimal.
2. Metode pada permasalahan dalam bidang pengemasan dan pemasaran
a. Penyuluhan dan pelatihan
Penyuluhan dan pelatihan mengenai strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga
jual dari olahan rumput laut yaitu membuat kemasan yang menarik dengan berbagai ukuran
kemasan sehingga harga juga bervariasi dan terjangkau untuk dibeli semua kalangan masyarakat.
Strategi tersebut adalah melalui Pola Kemitraan Terpadu, pemasaran produksi olahan makanan
dari rumput laut petani dilakukan dengan langsung menjualnya kepada perusahaan mitra melalui
minimarket seperti alfamidi, indomaret, toko dan warung sembako kecil serta menggunakan
media online.
3. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
a. Evaluasi Pra Pelaksanaan Kegiatan
Untuk indikator evaluasi sebelum pelaksanaan kegiatan adalah kemauan dan kesanggupan dari
mitra untuk mengikuti seluruh kegiatan yang akan dilakukan. Serta tingkat kerjasama dengan
pemerintah setempat mengenai program ini.
b. Evaluasi Selama Kegiatan Berlangsung
Indikator evaluasi selama pelaksanaan kegiatan meliputi: pemahaman para petani rumput laut
terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Selain itu, indikator lainnya adalah kemauan dari
para petani untuk membuat dan mengemas dengan mengikuti aturan MGP dan hygienitas selama
proses produksi tersebut serta tetap menjalankan program pola kemitraan terpadu dalam
pemasaran.
c. Evaluasi Setelah Kegiatan Berlangsung
5. Indikator evaluasi setelah kegiatan berlangsung meliputi: kemauan mitra untuk
menganekaragamkan produk olahan lain dari rumput laut tersebut. Selain itu, setelah kegiatan
PKM ini dilaksanakan maka tim pengusul akan tetap melakukan kerjasama dengan pihak mitra
sebagai bentuk dari keberlanjutan program. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah
melakukan penelitian terhadap rumput laut di tambak budidaya pihak mitra. Selain itu
mengembangkan jangkauan pasar dari produk yang dihasilkan mitra.