SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Refrat Radioterapi
RADIOTERAPI PADA KANKER SERVIKS
Penyaji
Dr. Irwan Kreshnamurti
Dr. Radumuli Ginting
Dr. Farah Dina
Pembimbing
Dr. H. Jasril Jahidin, Sp.Rad.Onk
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RS. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
1
I. PENDAHULUAN
Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi
oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun
pembelahan sel-sel kanker akan terhambat.(1)
Sekitar 50-60% penderita kanker memerlukan
radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, sebagai terapi
paliatif yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat
kanker dan sebagai adjuvant yakni bertujuan untuk mengurangi risiko kekambuhan dari
kanker.(2)
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang
mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel kanker yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan
diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembali dari
pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel yang sehat
merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi. Radiasi mempunyai efek yang sangat
baik pada jaringan yang membelah dengan cepat. (1)
Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe dan stadium tumor
bersamaan dengan responnya terhadap radioterapi. Perhitungan yang rumit telah dilakukan
untuk menentukan dosis dan jadwal radiasi pada rencana terapi. Seringkali pengobatan
diberikan dari berbagai sudut yang berbeda untuk mendapatkan efek radiasi yang maksimal
terhadap tumor dan efek yang minimal terhadap jaringan yang sehat.
Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah: efek samping yang terjadi
selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan melalui tubuh pasien dan tidak
tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien tidak bersifat radioaktif, hanya bagian tubuh pada
area radiasi yang dipengaruhi dan sel-sel normal yang terpapar radiasi akan segera
memulihkan diri beberapa jam setelah terkena paparan. (1)
II. BIOLOGI SEL TUMOR MALIGNA
Terdapat beberapa gen yang dapat dianggap bertanggungjawab terhadap proses terjadinya
tumor maligna, yang dikenal dengan sebutan onkogen. Terdapat beberapa hal yang bisa
mengakibatkan sel normal bermutasi menjadi onkogen, yaitu proses kongenital, dimana
sejak lahir sudah membawa onkogen, bahan kimia karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh
dan bereaksi dengan DNA pada kromosom dan virus onkogen yang bila memasuki sel
2
normal akan berintegrasi dengan kromosom yang ada di dalam nukleus lalu melakukan
transkripsi serta radiasi kronik yang terus menerus mengenai sel-sel normal. (1)
Bila sel sudah berubah menjadi sel tumor maligna, maka ia memiliki kemampuan
yang tidak dimiliki oleh sel-sel normal, seperti kemampuan mitosis yang sangat cepat,
kemampuan memproduksi enzim kolagenesis yang menyebabkan sel tumor maligna mampu
melakukan metastasis limfogen, hematogen ke jaringan sekitar, serta kemampuan sel tumor
untuk melakukan angiogenesis yakni membentuk neovaskularisasi yang menyebabkan tumor
dapat tumbuh besar. (1)
III. DASAR-DASAR BIOLOGI RADIOTERAPI
Jaringan bila terkena radiasi penyinaran, akan menyerap energi radiasi dan akan
menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan perubahan kimia dan
biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang
terjadi itu dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan
kehilangan kemampuan untuk berproduksi.
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai
sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut.
Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma
dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran
partikel netron, alfa, proton.
Jenis radiasi pengion berupa sinar Gamma dan sinar X. Sinar Gamma merupakan
pancaran gelombang elektromagnetik yang berasal dari disintegrasi inti cobalt 60 radioaktif.
Akibat dari disintegrasi inti tersebut akan terbentuk satu pancaran energi berupa sinar
gamma dan 2 pancaran partikel, yaitu pancaran elektron disebut sinar beta dan pancaran inti
helium disebut sinar alfa. Sinar gamma digunakan dalam radioterapi, sedangkan sinar alfa
dan sinar beta digunakan dalam terapi radiasi internal. Sinar X atau photon merupakan
pancaran gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan oleh pesawat liner akselerator,
digunakan untuk radiasi eksterna.
Radiasi pengion bila mengenai sel tumor maligna, akan menimbulkan ionisasi air
dan oksigen ekstraseluller dan intraseluller sehingga menjadi ion H+, ion OH- dan ion
oksigen. Ion ini bersifat tidak stabil dan dapat berubah menjadi radikal H, radikal OH dan
3
radikal oksigen. Radikal ini akan bereaksi dengan DNA dan menimbulkan kerusakan DNA
dan akhirnya menimbulkan kematian sel maligna.
Reaksi yang terjadi antara radiasi pengion dengan sel tumor maligna bisa berupa
reaksi direk dan reaksi indirek. Reaksi direk adalah interaksi yang terjadi antara radiasi
pengion dengan sel tumor maligna, dalam hal ini interaksi langsung antara radiasi pengion
dengan DNA didalam kromosom pada inti. Atom-atom yang menyusun molekul pada DNA,
mengalami ionisasi, akibatnya DNA kehilangan fungsi-fungsinya sehingga sel-sel tumor
mengalami kemandekan dalam proliferasinya. Reaksi indirek adalah reaksi terpenting dalam
proses interaksi radiasi pengion dengan sel tumor maligna. Molekul air dan molekul oksigen
yang terdapat intraseluller dan ekstraseluller akan terkena radiasi pengion. Akibatnya
elektron akan terlempar keluar orbit dan akan berubah menjadi ion H+ dan ion OH- serta ion
oksigen. Ion-ion ini bersifat tidak stabil dan akan berubah menjadi radikal H, radikal OH dan
radikal oksigen. Radikal-radikal tersebut secara kimiawi sangat berbeda dengan molekul
asalnya dan mempunyai kecenderungan besar untuk bereaksi dengan DNA. Akibat dari
reaksi tersebut maka akan terjadi kerusakan DNA yang dapat berupa putusnya kedua
backbone DNA (double strand break), satu backbone DNA putus (single strand break),
kerusakan base (base damage), kerusakan molekul gula (sugar damage), DNA-DNA
crosslink dan DNA protein cross link. Diantara reaksi yang terjadi didalam sel tumor
maligna, selain kerusakan DNA pada kromosom, akibat reaksi direk dan indirek dari radiasi
pengion, juga terjadi suatu efek sitologis yang disebut abrasi kromosom. Radiasi akan
menghambat proses pembelahan sel. Radiasi yang terjadi pada saat sel tumor dalam proses
interfase dan mulai membelah, beberapa sel akan mengalami aberasi kromosom. Akibat
aberasi kromosom ini dapat terjadi beberapa kemungkinan: (1) kematian sel yang segera
terjadi (early cell death), (2) aberasi terus menerus setelah beberapa kali sel membelah.
Terdapat beberapa jenis aberasi kromosom: (1) satu fragmen kromosom akan berpindah
tempat ke kromosom lain, (2) satu fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan yang
lain pada kromosom yang sama (3) satu fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan
yang sama pada kromosom yang sama. (1)
4
IV. PERSIAPAN RADIOTERAPI
Persiapan radioterapi meliputi pemeriksan laboratorium lengkap, BNO-IVP, pemeriksaan
radiologik tulang-tulang pelvis dan lumbal, mempersiapkan mental penderita. Pemeriksaan
laboratorium meliputi darah tepi, gula darah, kimia darah, EKG. Bila ada anemia harus
dikoreksi dulu, karena keadaan anoksia akan mengurangi kepekaan sel-sel kanker terhadap
radiasi, infeksi lokal juga harus diobati dulu dengan antibiotika lokal ataupun sistemik.
Pemeriksaan BNO-IVP diperlukan untuk menetapkan fungsi ginjal dan untuk menentukan
apakah ureter terkena atau tidak. Mental penderita dipersiapkan dengan cara menjelaskan
tentang penyakitnya, cara radiasi (luar atau intrakaviter), efek samping, lama dirawat di
rumah sakit, tentang haid dan hubungan seksual di kemudian hari. (2)
Persiapan radiasi meliputi konsultasi, stimulasi, potograf dan block and shields.
Konsultasi merupakan tahap paling awal dari pengobatan radioterapi. Pada saat konsultasi,
ahli radioterapi akan mengambil data pasien secara akurat, riwayat penyakit serta berbagai
pemeriksaan laboratorium lainnya yang mungkin diperlukan, Stimulasi kemudian dilakukan,
yakni perencanaan radioterapi yang akan diberikan. Pada tahap ini pasien akan datang ke
bagian radioterapi, kemudian berbaring dibawah suatu mesin yang disebut stimulator.
Beberapa peralatan mungkin diperlukan untuk mencegah pasien bergerak atau merubah
posisi agar pengobatan diberikan pada tempat yang tepat. Kemudian akan dibuat beberapa
tanda dan mungkin beberapa foto rontgen yang akan diambil. Foto rontgen yang diambil itu
pada nantinya akan mempermudah ahli radioterapi untuk melakukan pengobatan di
kemudian hari, karena pasien akan mendapatkan radioterapi selama beberapa kali. Stimulasi
merupakan tahap yang penting dalam proses radioterapi. Perlindungan dan pengaman
diperlukan selama pasien menjalani pengobatan radioterapi, yang akan melindungi sel-sel
normal dari efek radiasi.(2,6)
V. JENIS RADIOTERAPI
Dikenal beberapa jenis radioterapi, yaitu radioterapi eksternal dimana terdapat jarak antara
sumber radiasi dengan kulit penderita dengan Cobalt 60 atau linear accelerator. Lapangan
operasi digambar lebih dahulu sebelumnya atau pada hari radiasi dan penderita disuruh
datang pada jam yang telah ditentukan tanpa persiapan khusus. Brachiterapi yaitu sumber
radiasi ditempelkan pada tumor, contohnya brachiterapi intracavitair karsinoma serviks dan
5
radiasi internal dengan memasukkan cairan radioaktif secara oral ataupun intravena.
Misalnya dengan menggunakan Jodium 131 radioaktif untuk terapi adenokarsinoma
papiliferum dan folikular tiroid.
VI. RADIOTERAPI EKSTERNAL
Peranan Radioterapi Eksternal Seluruh Panggul (whole pelvis)
Radioterapi eksternal pada seluruh panggul (whole pelvis radiation) dapat digunakan untuk
radioterapi tumor-tumor yang terletak di panggul seperti karsinoma vesica urinaria, prostat,
serviks, uterus dan rektum. Kebijakan apakah metastasis limfonodi dimasukkan dalam target
volume lapangan radioterapi eksternal whole pelvis tergantung pada derajat histologi,
stadium tumor primer, pola infiltrasi tumor, pola metastasis jauh. Dosis maksimum pada
tumor-tumor di panggul tergantung dari dosis toleransi maksimal jaringan normal di
panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dosis radiasi eksternal whole pelvis
adalah umur penderita dimana terapi radiasi kurang dapat ditoleransi pada penderita umur
tua dengan keadaan umum yang buruk, beberapa keadaan yang menyebabkan turunnya dosis
toleransi seperti pada kelainan vaskuler pada diabetes, arteriosklerosis yang diikuti
hipertensi, penyakit pada kolon dan rektum sebelumnya, pembedahan maupun kemoterapi
yang telah diberikan. Bagian superior panggul secara normal terisi oleh usus halus ileum
yang bergerak bebas dengan dosis toleransi maksimum adalah 4 Gy dan 50 Gy dalam 4,5
sampai 5 minggu, sehingga dosis radiasi maksimum whole pelvis tidak boleh melebihi dosis
toleransi usus halus sebesar 45 Gy-50 Gy. (1)
Dosis yang radikal, lebih tinggi dari 50 Gy, akan menyebabkan adhesi segmen usus
yang teradiasi serta atrofi villi chorialis sehingga fungsi absorbsi makanan dan cairan
terganggu. CT scan panggul menunjukkan vesica urinaria yang penuh terbukti dapat
mendorong usus halus ke superior, keluar lapangan radiasi whole pelvis, sehingga disarankan
pada saat radiasi whole pelvis, sebaiknya vesica urinaria penuh. (1)
Struktur dalam panggul yang harus dilindungi adalah rektum, sigmoid serta caput
femoris yang terkena radiasi lapangan lateral. Proktitis dan tenesmus merupakan efek
samping radiasi.
6
Definisi target volume pada karsinoma serviks uteri
Target volume meliputi tumor primer, limfonodi pelvis, limfonodi parailiaka dan limfonodi
iliaka komunis. Target volume ini harus mendapatkan dosis yang homogen sebesar 50. Agar
setiap organ yang menjadi target volume mendapatkan dosis 50 Gy secara homogen, dapat
dilaksanakan dengan menggunakan 4 lapangan radiasi yaitu lapangan anterior, posterior,
lateral kanan, lateral kiri. Sehingga target volume berupa sebuah "kotak" yang terdapat
didalam panggul dimana serviks, korpus uteri, parametrium, salfing, tuba, ovarium kelenjar
limfe regional (limfonodi paraservikal, limfonodi parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian
dinding lateral panggul keras, bagian anterior rektum, bagian posterior vesika urinaria,
semuanya masuk didalam "kotak" target volume. Teknik ini disebut "box system" yang
terutama digunakan pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable yaitu IIB, IIIA, IIIB
yang tumornya masih utuh, yang infiltratif ke parametrium atau vagina. Untuk karsinoma
serviks uteri stadium IA/1B post operasi pan histerektomi dan karsinoma serviks IIA post
operasi Wertheim, teknik radiasi whole pelvis 2 lapangan anterior-posterior dapat digunakan
karena yang harus dieradikasi dengan radioterapi berupa mikroskopik residual disease
karena stadiumnya masih dini sehingga 2 lapangan AP-PA sudah mencukupi. (1)
Batas-batas lapangan anterior posterior whole pelvis meliputi batas atas tepi atas
vertebra lumbal V, batas bawah tepi bawah foramen obturatoria, batas lateral 2 cm lateral
dari linea inominata. Batas-batas lapangan radiasi lateral whole pelvis meliputi batas atas
corpus vertebra lumbal V, batas bawah foramen obturatoria, batas posterior adalah tepi
posterior simfisis ossis pubis. (1)
Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri pasca wertheim
Indikasi radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium Ia, Ib, IIa adalah terdapat
metastasis limfonodi para iliaka dan para aorta, jenis histologi karsinoma epidermoid
berdiferensiasi buruk, sayatan operasi tidak bebas tumor.
Khusus untuk karsinoma serviks uteri pasca operasi wertheim karena yang dihadapi
adalah mikroskopik disease, radiasi eksternal dapat diberikan dengan dua lapangan anterior
posterior dan posteroanterior dengan dosis 48 Gy s/d 50 Gy dalam 25 fraksi radiasi, dosis
perfraksi 2 Gy. Target volume adalah tumor bed bekas tempat serviks, uterus dan adneksa,
proksimal vagina pada punctum bekas operasi, limfonodi parailiakal, parailiaka komunis.
7
Bila pada akhir radiasi box system masih didapatkan residual disease pada punctum vagina,
yang dibuktikan dengan pemeriksaan pap smear, dapat dilakukan booster radiasi dengan
brakiterapi ovoid kembar, dengan dosis 500 cGy 2 cm dari source sebanyak 2 kali aplikasi.(1)
Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable IIb, IIIA dan
I1Ib
Target volume adalah proksimal vagina, forniks vagina, portio uteri, serviks uteri, korpus
uteri, parametrium, salfing, tuba, ovarium, kelenjar limfe regional (Limfonodi paraservikal,
limfonodi parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian dinding lateral panggul keras, bagian
anterior rektum, bagian posterior vesika urinaria. Teknik radiasi whole pelvis menggunakan
sistem box 4 lapangan dengan batas lapangan seperti sudah disebutkan sebelumnya. (1)
Dosis yang digunakan adalah 46 Gy- 50 Gy dalam 23-25 fraksi radiasi, 2 Gy per
fraksi. Kontribusi dosis dari lapangan anterior 0,6 Gy, lapangan posterior 0,6 Gy, lapangan
lateral kanan 0,4 Gy, lapangan lateral kiri 0,4 Gy. Total dalam 1 hari mendapat dosis per
fraksi 2 Gy. Kontribusi dosis dapat berubah sesuai bentuk panggul, panggul semakin besar
dan pipih maka kontribusi dosis dari lapangan lateral makin kecil < 0,4 Gy, kontribusi dari
lapangan anterior dan posterior > 0,6 Gy. (1)
VII. BRAKITERAPI KARSINOMA SERVIKS
Brakiterapi adalah radiasi dalam jarak yang dekat. Sumber radiasi berbentuk kabel,
lempengan yang dimasukkan ke dalam tumor untuk menyalurkan radiasi dengan dosis
tinggi. Sumber radioaktif ini adalah cesium, iridium dan iodine. Pengobatan tipe ini sangat
efektif untuk beberapa jenis kanker, seperti kanker serviks, beberapa kasus kanker leher dan
kepala serta kanker paru-paru. (1)
Terdapat dua jenis brakiterapi. Radiasi intrakaviter adalah salah satu jenis
brakiterapi dimana sumber radiasi ditempatkan pada suatu gagang dan dimasukkan ke dalam
organ tubuh, seperti uterus atau vagina. Radiasi interstisial, pada jenis ini sumber radiasi
langsung dimasukkan pada jaringan tubuh dan diletakkan langsung pada tumor. "High dose
rate brachytherapy" merupakan jenis brakiterapi yang baru yang sangat populer belakangan
ini. Sebuah mesin yang memiliki sumber radiasi dengan aktivitas yang sangat tinggi,
kemudian sumber itu disalurkan melalui kateter ke organ yang ada di dekat tumor. (2)
8
Brakiterapi intracaviter pada karsinoma serviks uteri memungkinkan memberikan
dosis yang tinggi pada sentral tumor primer di serviks uteri untuk mendapatkan kontrol
tumor lokal yang maksimal tanpa melebihi dosis toleransi maksimal pada jaringan normal
sekitar tumor. Hal ini dimungkinkan karena uterus normal dan vagina bersifat relatif
radioresisten, sehingga penurunan dosis yang tajam pada jarak 2 cm dari source radiactive
didalam seviks dan uterus serta vagina akan melindungi jaringan normal sekitar serviks yaitu
rektum, vesika urinaria dan intestinum ileum. (2,6)
VIII.RADIOTERAPI RADIKAL
Radioterapi radikal diindikasikan untuk kasus-kasus nonoperable. Pengobatan terdiri dari
radioterapi eksternal (24 kali pengobatan selama 5 minggu) dilanjutkan dengan pengobatan
intrakavitas selama 3 kali. Terapi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian
kemoterapi dengan sisplatin. Radioterapi ajuvan diindikasikan sebagai pengobatan lanjutan
pada pasien post operasi histerektomi radikal dimana didapatkan sel ganas pada limfonodi
pelvis dengan batas yang tertutup (25 kali pengobatan selama 5 minggu). (4)
Kanker vagina
Ini merupakan kasus yang jarang dan manajemennya serupa dengan kanker serviks.
Kanker endometrium
Radioterapi ajuvan diberikan pada pasien dengan risiko tinggi pada stadium I (stadium Ic
dan semua stadium III). Idealnya radioterapi diberikan dalam konteks percobaan ASTEC.
Pengobatan terdiri dari radioterapi eksternal (20-25 pengobatan selama 3 hari). Radioterapi
ajuvan dan brachiterapi diberikan pada wanita dengan stadium II-III. Pada beberapa wanita
dengan stadium IIa dengan grade 1-2 pemberian brakiterapi saja bisa diterapkan (6 kali
pemberian). Sarkoma uteri jarang ditemukan dan radioterapi adjuvant bisa diberikan pada
kasus ini. (4)
Terapi sulih hormon setelah pemberian radioterapi
Pada wanita dengan uterus yang masih utuh diperlukan pemberian kombinasi estrogen dan
progesteron bila diagnosis ditegakkan pada saat premenopausal dan sebaiknya pemberian
9
diteruskan hingga usia 50 tahun. Terapi sulih hormon juga sebaiknya ditawarkan pada
wanita yang tidak memiliki gejala. (4)
IX. EFEK SAMPING RADIOTERAPI
Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek samping tersebut
tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Beberapa efek samping
berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan ulserasi),
penurunan sel-sel darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada
setiap pengobatan radioterapi. Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena
radioterapi. Radiasi tidak menyebabkan kehilangan rambut yang total. Pasien yang
menjalani radiasi eksternal tidak bersifat radioaktif setelah pengobatan sehingga tidak
berbahaya bagi orang di sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau
keempat dari pengobatan dan hilang dua minggu setelah pengobatan selesai. (5)
Untuk mengurangi efek samping radioterapi beberapa hal perlu dilakukan. Bila
terdapat kelelahan, pasien dianjurkan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, bila memang
diperlukan maka aktivitas bisa dikurangi, usahakan untuk bisa tidur nyenyak di malam hari
serta beristirahat yang cukup. Bila terjadi kehilangan nafsu makan maka sebaiknya pasien
dianjurkan untuk makan segala makanan yang diinginkan, makan dalam jumlah kecil tetapi
sering, hindari memakan makanan yang kering, minum banyak air, bisa diberikan makanan
suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Perubahan kulit yang terjadi bisa dikurangi
dengan tidak menggunakan produk-produk pada kulit sebelum radioterapi, menggunakan
baju yang tidak terlalu sempit, menggunakan sabun yang lembut dan air hangat pada saat
membasuh tubuh, dilarang menggosok terlalu keras pada area yang terkena radioterapi,
hindari temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin serta hindari sinar matahari
langsung. (5)
Pada umumnya efek samping dari radioterapi akan hilang dengan sendirinya
setelah pengobatan dihentikan. Tetapi pada beberapa kasus yang jarang akan terjadi efek
samping yang berkepanjangan karena radiasi menyebabkan kerusakan pada organ dalam
yang berhubungan atau berdekatan dengan tempat tumor.
10
X. RUJUKAN
1. Tjokronagoro, M.. Biologi Sel Tumor Maligna. Fakultas Kedokteran UGM, 2001.
2. Radiotherapy. http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm.
3. Adrijono. Sinopsis Kanker Ginekologik. Jakarta, Januari 2003.
4. Azis F., Kampono N., Sjamsudin S., Djakarta M.. Manual Prekanker dan Kanker
Serviks uterus. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Edisi
pertama. 1985.
5. Abdominal Irradiation. Managing Possible Side Effects During Radiation Treatment.
http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm.
6. Safety Consideration for Health Care Workers Caring for Radiotherapy. Resource
Manual. Health care helath & safety association of ontario (HCHSA). Toronto, Ontario.
2003
7. Heintz AP. Principles Procedures for the Gynaecological Oncologist. Elsevier Science
B.V. 1998

More Related Content

What's hot

Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiWira Kusuma
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiAmalia Annisa
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiNona Zesifa
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRINona Zesifa
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan LopografiTeknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan LopografiNona Zesifa
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontrasIch Bin Fandy
 
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...JudiEndjun Ultrasound
 
Magnetic resonance imaging iwan cony setiadi
Magnetic resonance imaging   iwan cony setiadiMagnetic resonance imaging   iwan cony setiadi
Magnetic resonance imaging iwan cony setiadiIwan Cony S
 
Prosessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiProsessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiAmalia Annisa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografiNona Zesifa
 
15.LUMBAL BENDING.pptx
15.LUMBAL BENDING.pptx15.LUMBAL BENDING.pptx
15.LUMBAL BENDING.pptxnabila488980
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Nona Zesifa
 

What's hot (20)

Makalah c arm
Makalah c armMakalah c arm
Makalah c arm
 
Proteksi radiasi
Proteksi radiasiProteksi radiasi
Proteksi radiasi
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
 
Gamma kamera
Gamma kameraGamma kamera
Gamma kamera
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografi
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan LopografiTeknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontras
 
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
Pogi, usg, 2014, final, 5. prinsip fisika dasar & biosafety pemeriksaan usg, ...
 
Training Radiasi
Training RadiasiTraining Radiasi
Training Radiasi
 
Faktor Geometrik
Faktor GeometrikFaktor Geometrik
Faktor Geometrik
 
Magnetic resonance imaging iwan cony setiadi
Magnetic resonance imaging   iwan cony setiadiMagnetic resonance imaging   iwan cony setiadi
Magnetic resonance imaging iwan cony setiadi
 
Prosessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiProsessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
 
Dosimetri:: Satuan Radiasi
Dosimetri:: Satuan RadiasiDosimetri:: Satuan Radiasi
Dosimetri:: Satuan Radiasi
 
15.LUMBAL BENDING.pptx
15.LUMBAL BENDING.pptx15.LUMBAL BENDING.pptx
15.LUMBAL BENDING.pptx
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
 
Ct scan
Ct scanCt scan
Ct scan
 

Viewers also liked

Pengetahuan dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks oleh Pelatih PPP ...
Pengetahuan  dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks  oleh  Pelatih PPP ...Pengetahuan  dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks  oleh  Pelatih PPP ...
Pengetahuan dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks oleh Pelatih PPP ...Segaran Ramodran
 
Perubatan Moden
Perubatan ModenPerubatan Moden
Perubatan Modenspothao
 
Kanser serviks
Kanser serviksKanser serviks
Kanser serviksHCY 7102
 
Kanser wanita
Kanser wanitaKanser wanita
Kanser wanitaNaz Kasim
 
Slide Kanker Serviks
Slide Kanker ServiksSlide Kanker Serviks
Slide Kanker Serviksjati_purnama
 
Kanker Leher Rahim dan Pencegahannya
Kanker Leher Rahim dan PencegahannyaKanker Leher Rahim dan Pencegahannya
Kanker Leher Rahim dan PencegahannyaPramadhya Bachtiar
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviksDea Fahmi
 
KANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSKANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSAsrirapika
 

Viewers also liked (11)

Kemoterapi
KemoterapiKemoterapi
Kemoterapi
 
Pengetahuan dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks oleh Pelatih PPP ...
Pengetahuan  dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks  oleh  Pelatih PPP ...Pengetahuan  dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks  oleh  Pelatih PPP ...
Pengetahuan dan Kesedaran Wanita Mengenai Kancer Serviks oleh Pelatih PPP ...
 
Perubatan Moden
Perubatan ModenPerubatan Moden
Perubatan Moden
 
Kanser serviks
Kanser serviksKanser serviks
Kanser serviks
 
Kanser wanita
Kanser wanitaKanser wanita
Kanser wanita
 
Merissa
MerissaMerissa
Merissa
 
Slide Kanker Serviks
Slide Kanker ServiksSlide Kanker Serviks
Slide Kanker Serviks
 
Kanker serviks
Kanker serviksKanker serviks
Kanker serviks
 
Kanker Leher Rahim dan Pencegahannya
Kanker Leher Rahim dan PencegahannyaKanker Leher Rahim dan Pencegahannya
Kanker Leher Rahim dan Pencegahannya
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviks
 
KANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSKANKER SERVIKS
KANKER SERVIKS
 

Similar to RADIOTERAPI KANKER SERVIKS

Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)
Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)
Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)Vina Ramdhiani
 
radiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.ppt
radiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.pptradiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.ppt
radiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.pptIrawanMarly
 
07antikanker
07antikanker07antikanker
07antikankerFaunjani
 
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxprinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxThompsonCat1
 
radioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdfradioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdfBubuy Rafli
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptxEfek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptxAmelOktaviaS1
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaWarnet Raha
 
radiofarmasi.pptx
radiofarmasi.pptxradiofarmasi.pptx
radiofarmasi.pptxRiyanUge
 
Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)
Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)
Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)Devia Rahayu
 
Penerapan fisika dalam asuhan keperawatan
Penerapan fisika dalam asuhan keperawatanPenerapan fisika dalam asuhan keperawatan
Penerapan fisika dalam asuhan keperawatanhammad hammad
 

Similar to RADIOTERAPI KANKER SERVIKS (20)

jurnal ba
jurnal bajurnal ba
jurnal ba
 
Onkogenesis
OnkogenesisOnkogenesis
Onkogenesis
 
Onkogenesis
Onkogenesis Onkogenesis
Onkogenesis
 
Radioaktif
RadioaktifRadioaktif
Radioaktif
 
Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)
Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)
Aplikasi radioisotop pada pengobatan penyakit kanker (vina.r 066112072)
 
radiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.ppt
radiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.pptradiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.ppt
radiasi blok Neoplasma pada terapi radiasi.ppt
 
07antikanker
07antikanker07antikanker
07antikanker
 
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptxprinsip onkologi bedah kel 2.pptx
prinsip onkologi bedah kel 2.pptx
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
 
radioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdfradioterapi 2020.pdf
radioterapi 2020.pdf
 
Ppt karsinogenik
Ppt karsinogenikPpt karsinogenik
Ppt karsinogenik
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptxEfek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
Efek Radiasi terhadap Sistem Biologi.pptx
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
 
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi munaMakalah bahaya radiasi akbdi muna
Makalah bahaya radiasi akbdi muna
 
radiofarmasi.pptx
radiofarmasi.pptxradiofarmasi.pptx
radiofarmasi.pptx
 
Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)
Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)
Contoh contoh mutasi (gezan girya noor, m. rizki w.r, & rahmadhana .m)
 
Penerapan fisika dalam asuhan keperawatan
Penerapan fisika dalam asuhan keperawatanPenerapan fisika dalam asuhan keperawatan
Penerapan fisika dalam asuhan keperawatan
 

More from dadupipa

Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...
Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...
Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...dadupipa
 
Tamoxifen and uterine cancer
Tamoxifen and uterine cancerTamoxifen and uterine cancer
Tamoxifen and uterine cancerdadupipa
 
Leaflet kanker endometrium
Leaflet   kanker endometriumLeaflet   kanker endometrium
Leaflet kanker endometriumdadupipa
 
En.wikipedia.org thalassemia
En.wikipedia.org thalassemiaEn.wikipedia.org thalassemia
En.wikipedia.org thalassemiadadupipa
 
Desain penelitian public health
Desain penelitian   public healthDesain penelitian   public health
Desain penelitian public healthdadupipa
 
(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation
(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation
(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilationdadupipa
 
22 05-2015 zuh fixed
22 05-2015 zuh fixed22 05-2015 zuh fixed
22 05-2015 zuh fixeddadupipa
 
Ocular changes
Ocular changesOcular changes
Ocular changesdadupipa
 
(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...
(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...
(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...dadupipa
 
A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...
A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...
A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...dadupipa
 
Piezoelectric effect
Piezoelectric effectPiezoelectric effect
Piezoelectric effectdadupipa
 

More from dadupipa (13)

Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...
Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...
Eating for Autism The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Childs Autism...
 
Tamoxifen and uterine cancer
Tamoxifen and uterine cancerTamoxifen and uterine cancer
Tamoxifen and uterine cancer
 
Leaflet kanker endometrium
Leaflet   kanker endometriumLeaflet   kanker endometrium
Leaflet kanker endometrium
 
En.wikipedia.org thalassemia
En.wikipedia.org thalassemiaEn.wikipedia.org thalassemia
En.wikipedia.org thalassemia
 
Obstetric
ObstetricObstetric
Obstetric
 
Desain penelitian public health
Desain penelitian   public healthDesain penelitian   public health
Desain penelitian public health
 
(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation
(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation
(Inmaculada, 2000) weaning from mechanical ventilation
 
Roi edit
Roi editRoi edit
Roi edit
 
22 05-2015 zuh fixed
22 05-2015 zuh fixed22 05-2015 zuh fixed
22 05-2015 zuh fixed
 
Ocular changes
Ocular changesOcular changes
Ocular changes
 
(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...
(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...
(Albayrak, 2011) post partum haemorrhage from the lower uterine segment secon...
 
A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...
A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...
A modified suture technique for hemorrhage during cesarean delivery complicat...
 
Piezoelectric effect
Piezoelectric effectPiezoelectric effect
Piezoelectric effect
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (20)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

RADIOTERAPI KANKER SERVIKS

  • 1. Refrat Radioterapi RADIOTERAPI PADA KANKER SERVIKS Penyaji Dr. Irwan Kreshnamurti Dr. Radumuli Ginting Dr. Farah Dina Pembimbing Dr. H. Jasril Jahidin, Sp.Rad.Onk DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RS. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
  • 2. 1 I. PENDAHULUAN Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat.(1) Sekitar 50-60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, sebagai terapi paliatif yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker dan sebagai adjuvant yakni bertujuan untuk mengurangi risiko kekambuhan dari kanker.(2) Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel kanker yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembali dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel yang sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi. Radiasi mempunyai efek yang sangat baik pada jaringan yang membelah dengan cepat. (1) Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe dan stadium tumor bersamaan dengan responnya terhadap radioterapi. Perhitungan yang rumit telah dilakukan untuk menentukan dosis dan jadwal radiasi pada rencana terapi. Seringkali pengobatan diberikan dari berbagai sudut yang berbeda untuk mendapatkan efek radiasi yang maksimal terhadap tumor dan efek yang minimal terhadap jaringan yang sehat. Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah: efek samping yang terjadi selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan melalui tubuh pasien dan tidak tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien tidak bersifat radioaktif, hanya bagian tubuh pada area radiasi yang dipengaruhi dan sel-sel normal yang terpapar radiasi akan segera memulihkan diri beberapa jam setelah terkena paparan. (1) II. BIOLOGI SEL TUMOR MALIGNA Terdapat beberapa gen yang dapat dianggap bertanggungjawab terhadap proses terjadinya tumor maligna, yang dikenal dengan sebutan onkogen. Terdapat beberapa hal yang bisa mengakibatkan sel normal bermutasi menjadi onkogen, yaitu proses kongenital, dimana sejak lahir sudah membawa onkogen, bahan kimia karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh dan bereaksi dengan DNA pada kromosom dan virus onkogen yang bila memasuki sel
  • 3. 2 normal akan berintegrasi dengan kromosom yang ada di dalam nukleus lalu melakukan transkripsi serta radiasi kronik yang terus menerus mengenai sel-sel normal. (1) Bila sel sudah berubah menjadi sel tumor maligna, maka ia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh sel-sel normal, seperti kemampuan mitosis yang sangat cepat, kemampuan memproduksi enzim kolagenesis yang menyebabkan sel tumor maligna mampu melakukan metastasis limfogen, hematogen ke jaringan sekitar, serta kemampuan sel tumor untuk melakukan angiogenesis yakni membentuk neovaskularisasi yang menyebabkan tumor dapat tumbuh besar. (1) III. DASAR-DASAR BIOLOGI RADIOTERAPI Jaringan bila terkena radiasi penyinaran, akan menyerap energi radiasi dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang terjadi itu dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan kehilangan kemampuan untuk berproduksi. Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa, proton. Jenis radiasi pengion berupa sinar Gamma dan sinar X. Sinar Gamma merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang berasal dari disintegrasi inti cobalt 60 radioaktif. Akibat dari disintegrasi inti tersebut akan terbentuk satu pancaran energi berupa sinar gamma dan 2 pancaran partikel, yaitu pancaran elektron disebut sinar beta dan pancaran inti helium disebut sinar alfa. Sinar gamma digunakan dalam radioterapi, sedangkan sinar alfa dan sinar beta digunakan dalam terapi radiasi internal. Sinar X atau photon merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan oleh pesawat liner akselerator, digunakan untuk radiasi eksterna. Radiasi pengion bila mengenai sel tumor maligna, akan menimbulkan ionisasi air dan oksigen ekstraseluller dan intraseluller sehingga menjadi ion H+, ion OH- dan ion oksigen. Ion ini bersifat tidak stabil dan dapat berubah menjadi radikal H, radikal OH dan
  • 4. 3 radikal oksigen. Radikal ini akan bereaksi dengan DNA dan menimbulkan kerusakan DNA dan akhirnya menimbulkan kematian sel maligna. Reaksi yang terjadi antara radiasi pengion dengan sel tumor maligna bisa berupa reaksi direk dan reaksi indirek. Reaksi direk adalah interaksi yang terjadi antara radiasi pengion dengan sel tumor maligna, dalam hal ini interaksi langsung antara radiasi pengion dengan DNA didalam kromosom pada inti. Atom-atom yang menyusun molekul pada DNA, mengalami ionisasi, akibatnya DNA kehilangan fungsi-fungsinya sehingga sel-sel tumor mengalami kemandekan dalam proliferasinya. Reaksi indirek adalah reaksi terpenting dalam proses interaksi radiasi pengion dengan sel tumor maligna. Molekul air dan molekul oksigen yang terdapat intraseluller dan ekstraseluller akan terkena radiasi pengion. Akibatnya elektron akan terlempar keluar orbit dan akan berubah menjadi ion H+ dan ion OH- serta ion oksigen. Ion-ion ini bersifat tidak stabil dan akan berubah menjadi radikal H, radikal OH dan radikal oksigen. Radikal-radikal tersebut secara kimiawi sangat berbeda dengan molekul asalnya dan mempunyai kecenderungan besar untuk bereaksi dengan DNA. Akibat dari reaksi tersebut maka akan terjadi kerusakan DNA yang dapat berupa putusnya kedua backbone DNA (double strand break), satu backbone DNA putus (single strand break), kerusakan base (base damage), kerusakan molekul gula (sugar damage), DNA-DNA crosslink dan DNA protein cross link. Diantara reaksi yang terjadi didalam sel tumor maligna, selain kerusakan DNA pada kromosom, akibat reaksi direk dan indirek dari radiasi pengion, juga terjadi suatu efek sitologis yang disebut abrasi kromosom. Radiasi akan menghambat proses pembelahan sel. Radiasi yang terjadi pada saat sel tumor dalam proses interfase dan mulai membelah, beberapa sel akan mengalami aberasi kromosom. Akibat aberasi kromosom ini dapat terjadi beberapa kemungkinan: (1) kematian sel yang segera terjadi (early cell death), (2) aberasi terus menerus setelah beberapa kali sel membelah. Terdapat beberapa jenis aberasi kromosom: (1) satu fragmen kromosom akan berpindah tempat ke kromosom lain, (2) satu fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan yang lain pada kromosom yang sama (3) satu fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan yang sama pada kromosom yang sama. (1)
  • 5. 4 IV. PERSIAPAN RADIOTERAPI Persiapan radioterapi meliputi pemeriksan laboratorium lengkap, BNO-IVP, pemeriksaan radiologik tulang-tulang pelvis dan lumbal, mempersiapkan mental penderita. Pemeriksaan laboratorium meliputi darah tepi, gula darah, kimia darah, EKG. Bila ada anemia harus dikoreksi dulu, karena keadaan anoksia akan mengurangi kepekaan sel-sel kanker terhadap radiasi, infeksi lokal juga harus diobati dulu dengan antibiotika lokal ataupun sistemik. Pemeriksaan BNO-IVP diperlukan untuk menetapkan fungsi ginjal dan untuk menentukan apakah ureter terkena atau tidak. Mental penderita dipersiapkan dengan cara menjelaskan tentang penyakitnya, cara radiasi (luar atau intrakaviter), efek samping, lama dirawat di rumah sakit, tentang haid dan hubungan seksual di kemudian hari. (2) Persiapan radiasi meliputi konsultasi, stimulasi, potograf dan block and shields. Konsultasi merupakan tahap paling awal dari pengobatan radioterapi. Pada saat konsultasi, ahli radioterapi akan mengambil data pasien secara akurat, riwayat penyakit serta berbagai pemeriksaan laboratorium lainnya yang mungkin diperlukan, Stimulasi kemudian dilakukan, yakni perencanaan radioterapi yang akan diberikan. Pada tahap ini pasien akan datang ke bagian radioterapi, kemudian berbaring dibawah suatu mesin yang disebut stimulator. Beberapa peralatan mungkin diperlukan untuk mencegah pasien bergerak atau merubah posisi agar pengobatan diberikan pada tempat yang tepat. Kemudian akan dibuat beberapa tanda dan mungkin beberapa foto rontgen yang akan diambil. Foto rontgen yang diambil itu pada nantinya akan mempermudah ahli radioterapi untuk melakukan pengobatan di kemudian hari, karena pasien akan mendapatkan radioterapi selama beberapa kali. Stimulasi merupakan tahap yang penting dalam proses radioterapi. Perlindungan dan pengaman diperlukan selama pasien menjalani pengobatan radioterapi, yang akan melindungi sel-sel normal dari efek radiasi.(2,6) V. JENIS RADIOTERAPI Dikenal beberapa jenis radioterapi, yaitu radioterapi eksternal dimana terdapat jarak antara sumber radiasi dengan kulit penderita dengan Cobalt 60 atau linear accelerator. Lapangan operasi digambar lebih dahulu sebelumnya atau pada hari radiasi dan penderita disuruh datang pada jam yang telah ditentukan tanpa persiapan khusus. Brachiterapi yaitu sumber radiasi ditempelkan pada tumor, contohnya brachiterapi intracavitair karsinoma serviks dan
  • 6. 5 radiasi internal dengan memasukkan cairan radioaktif secara oral ataupun intravena. Misalnya dengan menggunakan Jodium 131 radioaktif untuk terapi adenokarsinoma papiliferum dan folikular tiroid. VI. RADIOTERAPI EKSTERNAL Peranan Radioterapi Eksternal Seluruh Panggul (whole pelvis) Radioterapi eksternal pada seluruh panggul (whole pelvis radiation) dapat digunakan untuk radioterapi tumor-tumor yang terletak di panggul seperti karsinoma vesica urinaria, prostat, serviks, uterus dan rektum. Kebijakan apakah metastasis limfonodi dimasukkan dalam target volume lapangan radioterapi eksternal whole pelvis tergantung pada derajat histologi, stadium tumor primer, pola infiltrasi tumor, pola metastasis jauh. Dosis maksimum pada tumor-tumor di panggul tergantung dari dosis toleransi maksimal jaringan normal di panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dosis radiasi eksternal whole pelvis adalah umur penderita dimana terapi radiasi kurang dapat ditoleransi pada penderita umur tua dengan keadaan umum yang buruk, beberapa keadaan yang menyebabkan turunnya dosis toleransi seperti pada kelainan vaskuler pada diabetes, arteriosklerosis yang diikuti hipertensi, penyakit pada kolon dan rektum sebelumnya, pembedahan maupun kemoterapi yang telah diberikan. Bagian superior panggul secara normal terisi oleh usus halus ileum yang bergerak bebas dengan dosis toleransi maksimum adalah 4 Gy dan 50 Gy dalam 4,5 sampai 5 minggu, sehingga dosis radiasi maksimum whole pelvis tidak boleh melebihi dosis toleransi usus halus sebesar 45 Gy-50 Gy. (1) Dosis yang radikal, lebih tinggi dari 50 Gy, akan menyebabkan adhesi segmen usus yang teradiasi serta atrofi villi chorialis sehingga fungsi absorbsi makanan dan cairan terganggu. CT scan panggul menunjukkan vesica urinaria yang penuh terbukti dapat mendorong usus halus ke superior, keluar lapangan radiasi whole pelvis, sehingga disarankan pada saat radiasi whole pelvis, sebaiknya vesica urinaria penuh. (1) Struktur dalam panggul yang harus dilindungi adalah rektum, sigmoid serta caput femoris yang terkena radiasi lapangan lateral. Proktitis dan tenesmus merupakan efek samping radiasi.
  • 7. 6 Definisi target volume pada karsinoma serviks uteri Target volume meliputi tumor primer, limfonodi pelvis, limfonodi parailiaka dan limfonodi iliaka komunis. Target volume ini harus mendapatkan dosis yang homogen sebesar 50. Agar setiap organ yang menjadi target volume mendapatkan dosis 50 Gy secara homogen, dapat dilaksanakan dengan menggunakan 4 lapangan radiasi yaitu lapangan anterior, posterior, lateral kanan, lateral kiri. Sehingga target volume berupa sebuah "kotak" yang terdapat didalam panggul dimana serviks, korpus uteri, parametrium, salfing, tuba, ovarium kelenjar limfe regional (limfonodi paraservikal, limfonodi parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian dinding lateral panggul keras, bagian anterior rektum, bagian posterior vesika urinaria, semuanya masuk didalam "kotak" target volume. Teknik ini disebut "box system" yang terutama digunakan pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable yaitu IIB, IIIA, IIIB yang tumornya masih utuh, yang infiltratif ke parametrium atau vagina. Untuk karsinoma serviks uteri stadium IA/1B post operasi pan histerektomi dan karsinoma serviks IIA post operasi Wertheim, teknik radiasi whole pelvis 2 lapangan anterior-posterior dapat digunakan karena yang harus dieradikasi dengan radioterapi berupa mikroskopik residual disease karena stadiumnya masih dini sehingga 2 lapangan AP-PA sudah mencukupi. (1) Batas-batas lapangan anterior posterior whole pelvis meliputi batas atas tepi atas vertebra lumbal V, batas bawah tepi bawah foramen obturatoria, batas lateral 2 cm lateral dari linea inominata. Batas-batas lapangan radiasi lateral whole pelvis meliputi batas atas corpus vertebra lumbal V, batas bawah foramen obturatoria, batas posterior adalah tepi posterior simfisis ossis pubis. (1) Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri pasca wertheim Indikasi radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium Ia, Ib, IIa adalah terdapat metastasis limfonodi para iliaka dan para aorta, jenis histologi karsinoma epidermoid berdiferensiasi buruk, sayatan operasi tidak bebas tumor. Khusus untuk karsinoma serviks uteri pasca operasi wertheim karena yang dihadapi adalah mikroskopik disease, radiasi eksternal dapat diberikan dengan dua lapangan anterior posterior dan posteroanterior dengan dosis 48 Gy s/d 50 Gy dalam 25 fraksi radiasi, dosis perfraksi 2 Gy. Target volume adalah tumor bed bekas tempat serviks, uterus dan adneksa, proksimal vagina pada punctum bekas operasi, limfonodi parailiakal, parailiaka komunis.
  • 8. 7 Bila pada akhir radiasi box system masih didapatkan residual disease pada punctum vagina, yang dibuktikan dengan pemeriksaan pap smear, dapat dilakukan booster radiasi dengan brakiterapi ovoid kembar, dengan dosis 500 cGy 2 cm dari source sebanyak 2 kali aplikasi.(1) Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable IIb, IIIA dan I1Ib Target volume adalah proksimal vagina, forniks vagina, portio uteri, serviks uteri, korpus uteri, parametrium, salfing, tuba, ovarium, kelenjar limfe regional (Limfonodi paraservikal, limfonodi parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian dinding lateral panggul keras, bagian anterior rektum, bagian posterior vesika urinaria. Teknik radiasi whole pelvis menggunakan sistem box 4 lapangan dengan batas lapangan seperti sudah disebutkan sebelumnya. (1) Dosis yang digunakan adalah 46 Gy- 50 Gy dalam 23-25 fraksi radiasi, 2 Gy per fraksi. Kontribusi dosis dari lapangan anterior 0,6 Gy, lapangan posterior 0,6 Gy, lapangan lateral kanan 0,4 Gy, lapangan lateral kiri 0,4 Gy. Total dalam 1 hari mendapat dosis per fraksi 2 Gy. Kontribusi dosis dapat berubah sesuai bentuk panggul, panggul semakin besar dan pipih maka kontribusi dosis dari lapangan lateral makin kecil < 0,4 Gy, kontribusi dari lapangan anterior dan posterior > 0,6 Gy. (1) VII. BRAKITERAPI KARSINOMA SERVIKS Brakiterapi adalah radiasi dalam jarak yang dekat. Sumber radiasi berbentuk kabel, lempengan yang dimasukkan ke dalam tumor untuk menyalurkan radiasi dengan dosis tinggi. Sumber radioaktif ini adalah cesium, iridium dan iodine. Pengobatan tipe ini sangat efektif untuk beberapa jenis kanker, seperti kanker serviks, beberapa kasus kanker leher dan kepala serta kanker paru-paru. (1) Terdapat dua jenis brakiterapi. Radiasi intrakaviter adalah salah satu jenis brakiterapi dimana sumber radiasi ditempatkan pada suatu gagang dan dimasukkan ke dalam organ tubuh, seperti uterus atau vagina. Radiasi interstisial, pada jenis ini sumber radiasi langsung dimasukkan pada jaringan tubuh dan diletakkan langsung pada tumor. "High dose rate brachytherapy" merupakan jenis brakiterapi yang baru yang sangat populer belakangan ini. Sebuah mesin yang memiliki sumber radiasi dengan aktivitas yang sangat tinggi, kemudian sumber itu disalurkan melalui kateter ke organ yang ada di dekat tumor. (2)
  • 9. 8 Brakiterapi intracaviter pada karsinoma serviks uteri memungkinkan memberikan dosis yang tinggi pada sentral tumor primer di serviks uteri untuk mendapatkan kontrol tumor lokal yang maksimal tanpa melebihi dosis toleransi maksimal pada jaringan normal sekitar tumor. Hal ini dimungkinkan karena uterus normal dan vagina bersifat relatif radioresisten, sehingga penurunan dosis yang tajam pada jarak 2 cm dari source radiactive didalam seviks dan uterus serta vagina akan melindungi jaringan normal sekitar serviks yaitu rektum, vesika urinaria dan intestinum ileum. (2,6) VIII.RADIOTERAPI RADIKAL Radioterapi radikal diindikasikan untuk kasus-kasus nonoperable. Pengobatan terdiri dari radioterapi eksternal (24 kali pengobatan selama 5 minggu) dilanjutkan dengan pengobatan intrakavitas selama 3 kali. Terapi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian kemoterapi dengan sisplatin. Radioterapi ajuvan diindikasikan sebagai pengobatan lanjutan pada pasien post operasi histerektomi radikal dimana didapatkan sel ganas pada limfonodi pelvis dengan batas yang tertutup (25 kali pengobatan selama 5 minggu). (4) Kanker vagina Ini merupakan kasus yang jarang dan manajemennya serupa dengan kanker serviks. Kanker endometrium Radioterapi ajuvan diberikan pada pasien dengan risiko tinggi pada stadium I (stadium Ic dan semua stadium III). Idealnya radioterapi diberikan dalam konteks percobaan ASTEC. Pengobatan terdiri dari radioterapi eksternal (20-25 pengobatan selama 3 hari). Radioterapi ajuvan dan brachiterapi diberikan pada wanita dengan stadium II-III. Pada beberapa wanita dengan stadium IIa dengan grade 1-2 pemberian brakiterapi saja bisa diterapkan (6 kali pemberian). Sarkoma uteri jarang ditemukan dan radioterapi adjuvant bisa diberikan pada kasus ini. (4) Terapi sulih hormon setelah pemberian radioterapi Pada wanita dengan uterus yang masih utuh diperlukan pemberian kombinasi estrogen dan progesteron bila diagnosis ditegakkan pada saat premenopausal dan sebaiknya pemberian
  • 10. 9 diteruskan hingga usia 50 tahun. Terapi sulih hormon juga sebaiknya ditawarkan pada wanita yang tidak memiliki gejala. (4) IX. EFEK SAMPING RADIOTERAPI Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek samping tersebut tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Beberapa efek samping berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan ulserasi), penurunan sel-sel darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada setiap pengobatan radioterapi. Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena radioterapi. Radiasi tidak menyebabkan kehilangan rambut yang total. Pasien yang menjalani radiasi eksternal tidak bersifat radioaktif setelah pengobatan sehingga tidak berbahaya bagi orang di sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau keempat dari pengobatan dan hilang dua minggu setelah pengobatan selesai. (5) Untuk mengurangi efek samping radioterapi beberapa hal perlu dilakukan. Bila terdapat kelelahan, pasien dianjurkan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, bila memang diperlukan maka aktivitas bisa dikurangi, usahakan untuk bisa tidur nyenyak di malam hari serta beristirahat yang cukup. Bila terjadi kehilangan nafsu makan maka sebaiknya pasien dianjurkan untuk makan segala makanan yang diinginkan, makan dalam jumlah kecil tetapi sering, hindari memakan makanan yang kering, minum banyak air, bisa diberikan makanan suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Perubahan kulit yang terjadi bisa dikurangi dengan tidak menggunakan produk-produk pada kulit sebelum radioterapi, menggunakan baju yang tidak terlalu sempit, menggunakan sabun yang lembut dan air hangat pada saat membasuh tubuh, dilarang menggosok terlalu keras pada area yang terkena radioterapi, hindari temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin serta hindari sinar matahari langsung. (5) Pada umumnya efek samping dari radioterapi akan hilang dengan sendirinya setelah pengobatan dihentikan. Tetapi pada beberapa kasus yang jarang akan terjadi efek samping yang berkepanjangan karena radiasi menyebabkan kerusakan pada organ dalam yang berhubungan atau berdekatan dengan tempat tumor.
  • 11. 10 X. RUJUKAN 1. Tjokronagoro, M.. Biologi Sel Tumor Maligna. Fakultas Kedokteran UGM, 2001. 2. Radiotherapy. http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm. 3. Adrijono. Sinopsis Kanker Ginekologik. Jakarta, Januari 2003. 4. Azis F., Kampono N., Sjamsudin S., Djakarta M.. Manual Prekanker dan Kanker Serviks uterus. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Edisi pertama. 1985. 5. Abdominal Irradiation. Managing Possible Side Effects During Radiation Treatment. http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm. 6. Safety Consideration for Health Care Workers Caring for Radiotherapy. Resource Manual. Health care helath & safety association of ontario (HCHSA). Toronto, Ontario. 2003 7. Heintz AP. Principles Procedures for the Gynaecological Oncologist. Elsevier Science B.V. 1998