DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Manajemen Nyeri
1. MANAJEMEN NYERI
DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
1. Mey Ferdita S. P.
2. RachmawatiN. K.
3. Alfiani Dessya W.
4. Rulieti
5. Sulistia Rini
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2015/2016
2. A. MANAJEMEN NYERI
Seorang pasien yang sedang mengalami nyeri umumnya berharap kepada perawat
agar rasa nyeri yang sedang dialaminya dapat segera menghilang atau berkurang, mereka
membutuhkan keadaan terbebas dari nyeri- pain relief. Tetapi bagi perawat, memenuhi
permintaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap orang memiliki persepsi
yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami.
Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang
sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat
bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan
perawat untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan
kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain
management.
Rasa nyeri telah diidentifikasi sebagai alasan utama seseorang mencari pertolongan
kepada petugas kesehatan dan mengkonsumsi obat-obatan. Sebuah studi komprehensif
yang dilakukan oleh Donovan pada tahun 1995 mengungkapkan bahwa banyak orang
mengalami nyeri selama beberapa tahun terakhir, rasa nyeri tersebut antara lain; nyeri
kepala, nyeri punggung, dan nyeri sendi dengan frekuensi terbesar.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi
pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat non farmakologi. Sebagaimana diketahui
bahwa perawat tidak memiliki wewenang untuk memberikan resep obat-obatan
(intervensi farmakologikal) penghilang nyeri kepada pasien. Tindakan mengatasi nyeri –
pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan
keperawatan akan diuraikan lebih lanjut didalam diktat ini.
1. Definisi Nyeri
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience which we primarily
associate with tissue damage or describe in terms of such damage, or both.” Definisi
ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory,
emosional, dan kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak
muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002)
3. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan
adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain, sehingga individu merasa tersiksa,
menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.
2. Managemen Nyeri (Pain Management)
Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin
ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya
termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal
dan psikologikal.
3. Managemen Nyeri Non Farmakologikal
Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain
distraksi, relaksasi, massage dan lain sebagainya.
a. Relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik
relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan
dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi
yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang.
Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenic.
Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak berisiko.
Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan dirinya
berada didalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan napas dan
detakan jantung. Langkah-langkah latihan relaksasi adalah sebagai berikut:
1) Posisi pasien diatur sedemikian serupa sehingga rileks, tanpa beban fisik.
Posisi dapat duduk atau berbaring telentang
2) Instruksikan pasien untuk menghirup napas dalam sehingga rongga paru berisi
udara yang bersih
4. 3) Pasien perlahan menghembuskan udara dan membiarkan keluar dari setiap
bagian anggota tubuh, pada saat itu pasien diminta untuk memusatkan
perhatian ‘’betapa nikmat rasanya’’
4) Pasien bernapas dengan irama yang normal beberapa saat (sekitar 1-2 menit)
5) Pasien bernapas dalam kemudian menghembuskan perlahan, dan merasakan
saat ini udara mengalir dari tangan kaki menuju paru, kemudian udara dibuang
keluar. Pasien diminta untuk memusatkan perhatian pada kaki tangan, udara
yang dikeluarkan dan merasakan kehagatan.
6) Pasien mengulang no.5 dengan memusatkan perhatian pada kaki tangan,
punggung, perut, bagian tubuh yg lain
7) Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan irama pernapasan ditambah.
Gunakan pernapasan dada atau abdomen. Bila frekuensi nyeri bertambah,
gunakan pernapasan dangkal dg frekuensi yg lebih cepat.
b. Distraksi
Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian
klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah:
1) Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku, melukis,
menggambar dan sebagainya, dengan tidak meningkatkan stimuli pada bagian
tubuh yang dirasa nyeri.
2) Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri.
3) Bernapas lembut dan berirama secara teratur.
4) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.
c. Guided Imaginary / imajinasi terbimbing
Upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri dengan
mendorong pasien untuk mengkhayal dengan bimbingan. Tekniknya sebagai
berikut:
1) Atur posisi yang nyaman pada klien.
2) Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.
3) Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan
sambil merelaksasikan tubuhnya.
4) Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi.
5) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman,
perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien siap
5. d. Hipnosis
Adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri yang
dicapai melalui gagasan- gagasan ang disampaikan oleh penghipnosisan.
Mekanisme kerja hypnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantarai oleh system
endokrin. Keefektifan hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik
yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu
dalam memberikan peredaan pada nyeri terutama dalam situasi sulit. Mekanisme
bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantari oleh
sistem endorfin. Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik
individu.
e. Massage atau pijatan
Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan
untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi.
Pijatan dilakukan dengan penekanan terhadap jaringan lunak baik secara
terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran, dilakukan menggunakan
bantuan media ataupun tidak.
Beberapa teknik massage yang dapat dilakukan untuk distraksi adalah
sebagai berikut;
1) Remasan. Usap otot bahu dan remas secara bersamaan.
2) Selang-seling tangan. Memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat dan
bergantian tangan.
3) Gesekan. Memijat punggung dengan ibu jari, gerakannya memutar sepanjang
tulang punggung dari sacrum ke bahu.
4) Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan
gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena.
5) Petriasi. Menekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda dengan
arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas.
6) Tekanan menyikat. Secara halus, tekan punggung dengan ujung-ujung jari
untuk mengakhiri pijatan.
f. Kompres hangat/dingin
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan.
6. Terdapat 2 jenis kompres, yaitu kompres panas dan kompres
dingin.
Berbeda dengan kompres, terapi adalah suatu proses usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sakit dengan cara menggunakan alat-
alat psikologis yang bertujuan menghilangkan, mengubah atau
menurunkan gejala-gejala yang ada untuk mencapai kesembuhan.
7. KESIMPULAN
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini
dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat
harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang
dialami oleh klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.
Intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah nyeri berupa non
farmacological pain management antara lain distraksi, relaksasi dan guided imaginary.
Selain itu terdapat pula beberapa therapy non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi nyeri seperti misalnya akupuntur oleh akupunturist, therapy music, pijatan,
dan guided imaginary yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya dan
disebut sebagai therapist.
8. DAFTAR PUSTAKA
Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD,
Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice.
Third edition. St.Louis: Mosby Year Book
https://windyasih.wordpress.com/nursing/non-pharmacological-pain-management/