SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
TUGAS KELOMPOK 2
MATA KULIAH
PROSES PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
(PWK-603)
EVALUASI KEMANFAATAN
NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT KOTA SEMARANG
Disusun oleh:
BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036
ISHARI KURNIAWAN 21040116410037
SURYA TRI ESTHI WIRA HUTAMA 21040116410014
HEFRINAL LUBIS 21040116410056
MISI HARIYANTI WIJAYA 21040116410015
MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Singkat Kota Semarang
Sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu
daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota). Daerah tersebut pada
masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat
pengendapan, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota
Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut
diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan
Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat
pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai
sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).
Sejarah singkat asal terbentuknya Kota Semarang menunjukkan bahwa Kota Semarang
menarik perhatian untuk dijadikan suatu pusat kegiatan dikarenakan keberadaannya yang
berada di pinggir laut. Kondisi topografi seperti ini tentunya memberikan dampak positiv dari
sudut pandang aksesbilitas dan perekonomian. Kondisi pantai yang mengalami pengendapan
pada saat itu adalah dimana kondisi topografi yang terjadi secara alami, dimana belum
merasakan permasalahan terkait banjir dan genangan. Kondisi ini lah yang menyebabkan
kolonial Belanda berusaha untuk merebut dan menguasai Kota Semarang. Usaha Belanda
menguasai Indonesia adalah dengan berusaha menguasai kota di Indonesia dengan letak
yang strategis untuk kepentingan perdagangan dan strategis dalam berperang, mengingat
transportasi baik untuk distribusi maupun berperang masih menggunakan media laut.
Permasalahan di Negara Belanda terkait infrastruktur pengelolaan sumber daya menjadi
pengalaman yang berharga ketika pemerintah kolonial harus membangun infrastruktur di
Kota Semarang. Salah satu yang diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur berupa
saluran air. Salah satu bukti infrastruktur yang telah dibangun berupa banjir kanal barat.
1.2 Latar Belakang Pembangunan Banjir Kanal Barat
Banjir kanal barat Kota Semarang dibangun pada periode waktu yang berdekatan
dengan Banjir Kanal Timur Semarang. Kedua kanal penanggulangan banjir ini dibangun sekitar
awal abad ke 20 oleh Pemerintah Belanda untuk mengantisipasi kejadian banjir sungai yang
sering terjadi di Semarang di Abad ke 19 dan awal Abad ke 20 (Purwanto, 2005). Banjir Kanal
2
Barat dibuat dengan menyodet Kali Garang dan membuat aliran baru yang lurus langsung
menuju Laut Jawa, tepat di Barat Laut Bukit Bergota (lihat Gambar 1 untuk perbandingan
kondisi sebelum dan sesudah adanya Banjir Kanal Barat).
Gambar 1 .
Peta Belanda Tahun 1866 menunjukkan kondisi sebelum adanya Banjir Kanal (kiri) dan Citra Satelit Tahun 2016
(kanan).
1.3 Pengaruh Keberadaan Banjir Kanal Barat Terhadap Penanggulangan Banjir Kota
Semarang Masa Kini
1.3.1 Karakteristik Banjir Sungai Kota Semarang
Banjir di Kota Semarang jika dilihat dari sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu banjir kiriman, banjir lokal, dan banjir rob (air laut pasang). Tingkat kerusakan atau
kerugian akibat banjir ditentukan oleh tinggi genangan, lama genangan dan luas genangan.
Banjir kiriman terbesar sejauh yang tercatat pernah terjadi pada Tahun 1973, 1988, dan
1990. Banjir Bandang Sampangan terjadi pada Tahun 1990 yang diakibatkan oleh meluapnya
Kali Garang dan jebolnya Talud Banjir Kanal Barat yang menimbulkan korban sebanyak 47
jiwa, 151 rumah tergenang, dan kerugian harta benda sebesar 8,5 milyar rupiah. Daerah yang
3
mengalami kerugian terbesar meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang
Selatan (Laporan Kajian Sempadan Sungai BKB Semarang, 2014).
Sementara banjir lokal hampir terjadi setiap musim penghujan, dengan ketinggian
genangan berkisar antara 0,2 – 0,7 meter dan lama genangan sekitar 1-8 jam. Banjir lokal
sering terjadi di wilayah Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Barat,
Semarang Tengah, Genuk, Gayamsari, dan Mranggen. Adapun banjir rob merupakan banjir
rutin yang sering terjadi di Semarang bawah yang meliputi wilayah Kecamatan Semarang
Utara dan sebagian Kecamatan Semarang Barat. Ketinggian banjir rob berkisar antara 0,2 –
0,7 meter dengan lama genangan antara 3 sampai 6 jam.
Banjir Sungai di Kota Semarang sendiri jika ditinjau dari aspek fisik dapat dipahami
dengan melihat bagaimana kondisi daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air.
Berdasarkan Laporan Kajian Daerah Sempadan Sungai Banjir Kanal Barat (2014), diketahui
bahwa di hulu Kota Semarang (DAS Garang) telah terjadi banyak konversi lahan ke lahan
terbangun yang mencapai hampir 60 persen. Kondisi eksisting penggunaan lahan DAS Garang
dapat dilihat pada Tabel 1Tabel 1 Luas Penutupan Lahan Kota Semarang Konversi ini
menyebabkan aliran air permukaan tahunan ke bawah yang cukup besar dimana, dari
presipitasi yang ada, 48 persen menjadi aliran permukaan yang mengalir melewati sungai-
sungai yang berhilir di Kota Semarang bawah.
Tabel 1 Luas Penutupan Lahan Kota Semarang
Sumber: RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031
Aliran permukaan yang besar membawa konsekuensi tingkat erosi tanah di daerah hulu
yang besar, yang berimplikasi pada tingginya material endapan yang terbawa oleh sungai-
sungai utama di DAS Garang seperti Sungai Kreo, Sungai Kripik dan Sungai Garang sendiri.
Ketiga sungai ini bertemu di daerah Simongan dan membentuk Sungai Semarang yang
4
mengkombinasikan debit air dan material suspensi yang kemudian terendapkan di aliran
Sungai Semarang yang berada di daerah Semarang bawah yang bertopografi relatif datar.
Material endapan yang jumlahnya cukup besar ini kemudian ikut masuk dan terendapkan
juga di sodetan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur Semarang. Tingginya material erosi
yang terbawa oleh aliran Sungai Garang ini dapat dipahami karena jenis tanah di daerah hulu
merupakan tanah bertekstur lempung (Latosol, Regosol, Grumusol) yang berasal dari
rombakan batuan sedimen Gunungapi Ungaran dan Perbukitan Struktural Lipatan Lurus
Kendeng - Serayu Utara (berupa Breksi, Batu Pasir, Napal, dan Tufan).
Dilihat dari aspek topografi, secara umum Daerah Aliran Sungai Garang dibagi menjadi
tiga zona, yaitu zona atas, zona tengah dan zona bawah. Zona atas topografinya berupa
pegunungan dengan kemiringan dasar sungai yang sangat curam sehingga kecepatan
alirannya termasuk jenis aliran super kritis. Karakteristik hidrolik pada zona tersebut adalah
kecepatan alirannya tinggi sehingga angkutan sedimen dan erosi yang terjadi juga cukup
tinggi. Zona tengah topografinya berupa perbukitan dimana kemiringannya tidak setajam
zona di atasnya. Zona bawah topografinya sangat landai, yaitu di wilayah perkotaan dengan
kemiringan dasar sungai yang sangat landai sehingga gejala yang terjadi adalah sedimentasi
atau pengendapan di dasar saluran. Dengan karakteristik tersebut, banjir yang terjadi di
Semarang mempunyai karakteristik rambatan banjir yang cepat.
1.3.2 Profil Banjir Kanal Barat Kota Semarang
Banjir Kanal Barat dibangun dimulai dari ujung Sungai Garang di Daerah Simongan ke
arah Laut Jawa melewati sisi barat Kota Semarang sepanjang 5,3 km (dihitung dari Bendung
Simongan ke muara sungai). Lebar Banjir Kanal Barat berkisar kurang lebih 50 meter (Gambar
2). Banjir Kanal Barat saat ini mempunyai fungsi selain sebagai penanggulangan banjir, juga
dimanfaatkan untuk sumber air PDAM dan aktivitas sehari-hari penduduk Semarang seperti
mencuci, mandi dan sebagainya. Banjir Kanal Barat dilihat dari perspektif tata ruang juga
berfungsi sebagai ruang publik perkotaan. Berbagai fasilitas telah dibangun antara lain
Jogging Track, Tribune, Perahu Penyeberangan, dan fasilitas lainnya.
5
Gambar 2. Posisi Banjir Kanal Barat di dalam DAS Garang
1.4 Program Penanggulangan Banjir Sungai Kota Semarang di Wilayah Banjir Kanal Barat
1.4.1 Program Terlaksana
Pemerintah Kota Semarang dan Kementerian Pekerjaan Umum, baik melalui APBN,
APBD maupun dana pinjaman/hibah JICA telah melaksanakan serangkaian program
penanggulangan banjir sejak Tahun 1990 sampai sekarang. Seluruh kegiatan yang dilakukan
pada dasarnya berfokus pada 3 (tiga) aspek, yaitu:
1. Normalisasi Sungai Garang dan Banjir Kanal Barat
2. Pembangunan Bendungan Jatibarang
3. Perbaikan drainase kota.
Selain normalisasi Banjir Kanal Barat yang dilakukan hampir setiap tahun, pemerintah
saat ini telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatibarang, yang diharapkan dapat
mengurangi debit air yang masuk ke Sungai Garang pada musim penghujan, dan dapat
mengurangi intensitas banjir kiriman dari sungai tersebut. Pembangunan tiga komponen
diatas mulai intensif dilakukan sejak Tahun 2009 (Gambar 2). Adapun untuk pengurangan
sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan, pemerintah telah membangun dua cekdam
pada Tahun 2012 di Sungai Kreo dan Sungai Garang. Selain itu, di titik awal Banjir Kanal Barat
juga telah ada Bendung Simongan yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada waktu yang
6
bersamaan dengan pembangunan Banjir Kanal barat, yang berfungsi menjaga debit aliran dan
volume sedimentasi yang masuk ke Banjir Kanal Barat.
Gambar 3. Progres Kegiatan Fisik Penanggulangan Banjir Kota Semarang
Selain normalisasi sungai, pembuatan tanggul buatan juga telah dilaksanakan secara
ekstensif di Banjir Kanal Barat. Tanggul buatan ini berfungsi untuk menahan aliran air sungai
agar tidak meluap ke permukiman penduduk dan fasilitas umum di kanan kiri sungai. Peta
sebaran lokasi, jenis dan kondisi tanggul disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Kondisi Eksisting Tanggul di Banjir Kanal Barat Kota Semarang
7
Program lain yang sudah terlaksana adalah pembangunansaluran air dan pintu air
sebagai sarana drainase perkotaan yang alirannya diarahkan ke Banjir Kanal Barat.
Rekapitulasi jumlah dan sebaran saluran air disajikan pada Tabel 2, sementara rekapitulasi
pintur air disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Rekapitulasi Saluran Air yang bermuara ke Banjir Kanal Barat
Kelurahan Kecamatan Jumlah Saluran Air
Bendan Duwur Gajahmungkur 7
Sampangan Gajahmungkur 4
Manyaran Semarang Barat 4
Ngemplak Simongan Semarang Barat 1
Bojong Salaman Semarang Barat 1
Cabean Semarang Barat 1
Petompon Gajahmungkur 4
Barusari Semarang Selatan 2
Pindrikan Lor Semarang Tengah 1
Bulu Lor Semarang Utara 1
Panggung Kidul Semarang Utara 2
Panggung Lor Semarang Utara 4
Tawangmas Semarang Barat 3
Tawangsari Semarang Barat 1
Jumlah 36
Tabel 3 Rekapitulasi Pintu Air yang di Banjir Kanal Barat
Kelurahan Kecamatan Jumlah Pintu Air
Bendan Duwur Gajahmungkur 2
Sampangan Gajahmungkur 4
Manyaran Semarang Barat 1
Bulustalan Semarang Barat 1
Cabean Semarang Barat 1
Petompon Gajahmungkur 1
Barusari Semarang Selatan 2
Pindrikan Lor Semarang Tengah 1
Bulu Lor Semarang Utara 2
Tawangmas Semarang Barat 3
Jumlah 18
Selain saluran air dan pintu air, pemerintah juga telah membangun dua pos duga air,
yaitu Pos Duga Air Simongan di Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan Semarang Barat
dan Pos Duga Air Pajangan di Kelurahan Manyaran Kecamatan Semarang Barat. Rumah
pompa juga telah dibangun yang direkapitulasi pada Tabel 4.
8
Tabel 4 Rekapitulasi Rumah Pompadi Banjir Kanal Barat
Kelurahan Kecamatan Nama Rumah
Pompa
Tawangmas Semarang Barat Madukoro 1
Tawangmas Semarang Barat Madukoro 2
Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 1
Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 2
Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 3
Panggung Lor Semarang Utara Bulu Drain
Terkait dengan pemanfaatan air di Banjir Kanal Barat, saat ini juga telah beroperasi
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal yang berlokasi di Jalan Kelud Raya 60
Sampangan Semarang. PDAM ini memiliki jumlah pelanggan 145.638 pelanggan yang
tersebar di 5 kecamatan.
Gambar 5. Lokasi PDAM Tirta Moedal
1.4.2 Proyek Normalisasi Banjir Kanal Barat Kota Semarang
Proyek normalisasi sungai Kaligarang dan Banjir kanal Barat Semarang merupakan
satu paket megaproyek penanggulangan banjir di Kota Semarang bersama dengan
pembangunan waduk Jatibarang dan pembenahan drainase. Pengerjaan proyek BKB ini
dimulai pada tahun 2010 dan telah diselesaikan pada 2013. Proyek yang mendapat pinjaman
dari JBIC ini menelan biaya sebesar Rp 288 miliar. Normalisasi sungai sepanjang sekitar 9,2
Km, dari Sungai Kaligarang, Tugu Suharto hingga muara laut ini juga akan dilengkapi dengan
sarana wisata dan olahraga.
9
Sepanjang kanan-kiri sungai banjir kanal barat ini nantinya akan dilengkapi dengan
fasilitas jogging track sepanjang 7,3 km dengan lebar 3 meter. Ada juga panggung teater
dengan pelataran terbuka dan dibuat trap berundak disebelah utara jembatan Banjir Kanal
Barat yang bisa digunakan untuk tempat kegiatan hiburan dan kesenian. Di muara Banjir
kanal Barat yang kini terdapat monumen ketenangan jiwa (Japanese Memorial Park) juga
bakal dibuat sebuah taman. Selain itu, juga akan dibuat wisata air dan olahraga air seperti ski
air, dayung, kano, dan fasilitas lainnya. Pengelolaan Sungai Banjirkanal Barat untuk wisata air
tersebuttelah dioptimalkan pada 2014 dan diproyeksikan sebagai loka wisata air di Kota
Semarang.
Gambar 6. Fasilitas Umum Hasil Proyek Normalisasi Banjir Kanal Barat
1.4.3. Program Belum Terlaksana
Terkait dengan pengelolaan air melalui pembangunan bendungan, Saat ini
pemerintah telah menyelesaikan pembangunan dan operasionalisasi Bendungan Jatibarang.
Selain itu, pemerintah juga merencanakan akan membangun Bendungan Mundingan di
Sungai Kreo, Bendungan Kripik di Sungai Kripik dan Bendungan Garang di Sungai Garang.
Program normalisasi juga akan dilanjutkan dengan focus lokasi di Sungai Garang hilir dan
Banjir Kanal Barat. Normalisasi Banjir Kanal Barat direncanakan dimulai dari Tugu Suharto
hingga muara Banjir Kanal Barat.
10
2. REVIEW DAN EVALUASI NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT TERKAIT
PENANGGULANGAN BANJIR SEMARANG DAN BERBAGAI DAMPAK IKUTAN.
2.1 Sisi Ekonomis Kegiatan Normalisasi Banjir Kanal Barat Kota Semarang.
Evaluasi ekonomi merupakan salah satu persyaratan mutlak yang harus ada dalam
mengambil keputusan dalam perencanaan sebuah proyek terutama yang berhubungan
dengan manfaat masyarakat banyak. Hal ini diperlukan karena suatu proyek akan
berhubungan langsung dengan penggunanya yaitu masyarakat yang bersangkutan, dan
khususnya akan berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat setempat.
Banjir Kanal Barat Kota Semarang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada awal
abad ke 20 dengan tujuan untuk mengurangi daerah terancam banjir di sebagai daerah pusat
dan pinggiran barat Kota Semarang. Tidak diperoleh data pasti mengenai biaya yang
dikeluarkan Pemerintah Belanda untuk membangun kanal tersebut, tapi dari berbagai
sumber telah disebutkan bahwa pembangunan proyek itu memanfaatkan tenaga pribumi
untuk kerja rodi. Sehingga dalam hal ini, pembangunan Banjir Kanal Barat telah
menginvestasikan tenaga (dan mungkin sampai memakan korban jiwa rakyat pribumi) yang
tidak sedikit.
Dalam perkembangannya, pengelolaan Banjir Kanal Barat berjalan tidak optimal,
sehingga sedimentasi dan penurunan fungsi banjir kanal tidak terhindarkan. Pemulihan
sedimentasi Banjir Kanal Barat menurut Prasetyo et al (2015) dapat menghabiskan biaya
sebesar kurang lebih 32 Milyar Rupiah. Selain itu belum dihitung pula dampak kerugian dari
pencemaran lingkungan dan berkurangnya kualitas air untuk berbagai keperluan di Banjir
Kanal Barat. Penurunan fungsi Banjir Kanal Barat Kota Semarang ini menyebabkan tidak
optimalnya penanganan banjir, sehingga banjir yang terjadi di Kota Semarang tetap meluas
dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Banjir besar Tahun 1990 yang terjadi akibat
meluapnya Banjir Kanal Barat telah menyebabkan kerugian sekitar 8 Milyar Rupiah pada
waktu itu. Selain itu belum dihitung juga kerugian yang muncul akibat banjir besar yang
terjadi pada periode sebelum dan sesudahnya seperti banjir pada Tahun 1973 dan 1988.
Dengan tingginya kepadatan lahan terbangun dan aktivitas ekonomi di Banjir Kanal Barat
sampai sebelum normalisasi, jika diakumulasi, total kerugian akibat banjir mungkin bisa
mencapai lebih dari 300 Milyar Rupiah.
11
Untuk mencegah potensi banjir dan dampak negatifnya yang semakin besar,
Pemerintah menginisiasi kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat yang dilaksanakan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Kota Semarang. Kegiatan ini dilaksanakan
secara Multiyears dan menghabiskan dana kurang lebih 288 Milyar. Kegiatan dibagi menjadi 3
sektor seperti yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya. Pembangunan infrastruktur
dalam konteks normalisasi yang dilakukan antara lain, pembangunan dan penguatan tanggul,
normalisasi dan penambahan saluran air, revitalisasi rumah pompa, pembebasan lahan
bantaran sungai yang kemudian di tata ulang dan direnovasi. Renovasi dilanjutkan dengan
pembangunan fasilitas umum dan fasilitas pendukung wisata, sehingga banjir kanal dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif lokasi wisata dan ruang sosial perkotaan.
Strategi pengurangan banjir berupa kombinasi antara revitalisasi Banjir Kanal Barat dan
pembangunan Waduk Jatibarang tampaknya sejauh ini cukup optimal dengan tidak
ditemuinya kejadian banjir sungai di Kota Semarang dalam 5 tahun terakhir. Kejadian banjir di
Semarang pada saat ini lebih didominasi oleh banjir rob yang tentunya memerlukan
penanganan berbeda. Namun demikian, penanganan sedimentasi di Banjir Kanal Barat
tampaknya masih belum optimal yang ditandai dengan tingginya sedimen yang masih masuk
ke dalam Sungai Banjir Kanal Barat, sebagaimana nampak pada hasil studi Prasetyo et al
(2015).
Tingginya sedimentasi ini mungkin masih dapat dipahami, karena penanganan sedimen
masih berkutat di Sungai Kreo dengan pembangunan Waduk Jatibarangnya. Dua sungai yang
berhilir di Banjir Kanal Barat seperti Sungai Ngipik dan Sungai Garang tampaknya belum
tertangani dengan baik di daerah hulunya, sehingga sedimen yang masuk masih besar.
Belajar dari pengalaman, pemerintah harus menginvestasikan lagi sejumlah dana untuk
segera membangun Bendungan Ngipik dan Bendungan Kaligarang agar sedimen yang masuk
dapat lebih terkontrol, sehingga upaya pengerukan sedimen di Banjir Kanal Barat yang
menghabiskan biaya besar tiap tahun dapat dihemat.
Selain itu, kegiatan normalisasi dan revitalisasi Banjir Kanal Barat tampaknya membawa
dampak ikutan yang bersifat positif secara ekonomi. Keberadaan fasilitas umum dan wisata di
bantaran Banjir Kanal Barat memungkinkan untuk diadakan berbagai kegiatan sosial dan
pariwisata, seperti misalnya Festival Banjir Kanal Barat yang diadakan setiap tahun sejak
dimulainya normalisasi. Festival ini memberikan keuntungan ekonomi tidak sedikit dengan
12
ikut berpartisipasinya berbagai pelaku ekonomi dalam festival yang memungkinkan transaksi
perdagangan dengan nominal rupiah yang tidak sedikit.
Sektor lain yang turut merasakan dampak positif normalisasi Banjir Kanal Barat adalah
sektor penyediaan air baku, dimana saat ini telah beroperasi PDAM Tirta Moedal di Banjir
Kanal Barat. Dari berbagai berita di internet, performa PDAM saat ini telah meningkat tajam
dengan semakin menurunnya angka TKA (Tingkat Kehilangan Air), semakin besarnya
produksi, dan semakin bertambahnya pelanggan. PDAM ini bahkan telah melayani 87%
kebutuhan air Kota Semarang. Keuntungan ekonomis yang langsung maupun tidak langsung
disebabkan oleh normalisasi Banjir Kanal Barat ini tampaknya akan semakin besar apabila
performa dan investasi yang ada tetap dilanjutkan dan diperbesar.
Dari uraian diatas, investasi 288 Milyar yang berasal dari dana luar negeri dan APBN
nampaknya berhasil memberikan keuntungan ekonomis yang tidak sedikit. Dengan demikian
maka upaya normalisasi Banjir Kanal Barat secara ekonomis bisa dianggap layak dan strategis
karena berhasil menunjukkan dampak positif yang tetap terasa di tahun keempat pasca
normalisasi diselesaikan. Walaupun demikian, upaya peningkatan harus tetap dilakukan.
Pembangunan waduk di Kripik dan Kaligarang akan memungkinkan pengelolaan debit air
yang lebih baik di daerah hulu, dan di Banjir Kanal Barat sendiri harus dilakukan
pengembalian kualitas air sungai yang tampaknya masih belum banyak tersentuh. Strategi
terpadu hulu-hilir disertai upaya kreatif dalam memanfaatkan Banjir Kanal Barat akan dapat
mendatangkan keuntungan ekonomi yang tidak sedikit bagi Kota Semarang,
2.2 Relevansi Kegiatan Normalisasi Banjir Kanal Barat di Kota Semarang
Sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu
daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota). Daerah tersebut pada
masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat
pengendapan, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota
Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut
diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan
Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat
pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai
sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).
13
Sejarah singkat asal terbentuknya Kota Semarang menunjukkan bahwa Kota
Semarang menarik perhatian untuk dijadikan suatu pusat kegiatan dikarenakan
keberadaannya yang berada di pinggir laut. Kondisi topografi seperti ini tentunya
memberikan dampak positiv dari sudut pandang aksesbilitas dan perekonomian. Kondisi
pantai yang mengalami pengendapan pada saat itu adalah dimana kondisi topografi yang
terjadi secara alami, dimana belum merasakan permasalahan terkait banjir dan genangan.
Kondisi ini lah yang menyebabkan kolonial Belanda berusaha untuk merebut dan menguasai
Kota Semarang. Usaha Belanda menguasai Indonesia adalah dengan berusaha menguasai
kota di Indonesia dengan letak yang strategis untuk kepentingan perdagangan dan strategis
dalam berperang, mengingat transportasi baik untuk distribusi maupun berperang masih
menggunakan media laut. Permasalahan di Negara Belanda terkait infrastruktur pengelolaan
sumber daya menjadi pengalaman yang berharga ketika pemerintah kolonial harus
membangun infrastruktur di Kota Semarang. Salah satu yang diperhatikan adalah
pembangunan infrastruktur berupa saluran air. Salah satu bukti infrastruktur yang telah
dibangun berupa banjir kanal barat.
Sistem drainase yang buruk menjadi penyebab utama banjir di Kota Semarang. Dari
enam kecamatan langganan banjir, sebagian besar disebabkan karena saluran air tidak ada,
saluran tersumbat sampah, dan akibat bangunan yang mengganggu saluran. Dari penyebab
banjir tersebut, faktor sistem drainase yang buruk memberi kontribusi terbesar. Sistem
drainase yang buruk inilah yang menyebabkan banjir lokal di Semarang. Sistem drainase yang
buruk menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga terjadi genangan setiap kali hujan deras
(sumber : Puslitbang Kimpraswil Kota Semarang, 2002).
Normalisasi banjir kanal barat nantinya akan dilihat apakah masih relevansi normalisasi
banjir kanal barat terhadap beberapa jenis kegiatan. Fungsi banjir kanal barat sebagai
penanggulangan banjir, transportasi, kegiatan ekonomi, kegiatan sosial/budaya dan
penggunaan sumber daya air.
Pada pembahasan ini maka akan ditinjau apakah relevansi pembangunan normalisasi
banjir kanal barat pada beberapa permasalahan yang ada di Kota Semarang.
14
Tabel 5 Relevansi Pembangunan Normalisasi Banjir Kanal Barat Pada Beberapa Permasalahan Yang Ada Di Kota Semarang
No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi
1 Penanggulangan
Banjir (Saluran
Air)
Pada masa kolonial Belanda
pembangunan banjir kanal
barat sudah dilakukan.
Pembangunan ini
menunjukkan bahwa sudah
adanya indikasi terjadinya
bencana banjir bila tidak ada
pembangunan banjir kanal
barat. Kejadian banjir paling
besar pada tahun 1990
selama 25 tahun terakhir.
Pada masa sekarang banjir
kanal barat masih
berfungsi dengan baik
untuk menyalurkan air ke
laut. Setelah normalisasi
maka semakin maksimal
kinerja banjir kanal barat
dalam menampung dan
menyalurkan air menuju
laut jawa.
Pada masa depan,
mengingat pertumbuhan
lahan terbangun yang
sangat cepat, maka perlu
ada tindakan lain terhadap
banjir kanal barat untuk
memaksimalkan fungsinya
sebagai penanggulangan
banjir di Kota Semarang.
Pada kondisi masa lalu, saat ini
dan masa depan maka dapat
disimpulkan bahwa normalisasi
banjir kanal barat justru
menjadi alasan kuat dalam
menanggulangi banjir di Kota
Semarang.
2 Transportasi Pada masa kolonial Belanda,
banjir kanal masih digunakan
sebagai sarana transportasi.
Kondisi ini mengingat bahwa
paada masa lampau masih
menggunakan media sungai
sebagai transportasi utama.
Pada masa ini penggunaan
transportasi air pada area
banjir kanal barat masih
belum dilirik sebagai
alternatif transportasi.
Pemerintah sebenarnya
sudah bisa memulai untuk
menyediakan transportasi
air, sepertiyang dilakukan
pemerintah DKI jakarta.
Mengingat pada masa
depan akan penuhnya
permintaan terhadap
transportasi, maka media
sungai dapat menjadi
suatu peluang untuk
memenuhi kebutuhan
transportasi. Beberapa bes
practice sudah coba
diterapkan oleh
pemerintah DKI Jakarta
untuk menggunakan
sungai sebagai pilihan
transportasi.
Pada kondisi masa lalu, saat ini
dan masa depan maka dapat
disimpulkan bahwa normalisasi
banjir kanal barat sangat
relevan untuk digunakan
sebagai kegiatan transportasi.
Mengingat permintaan
terhadap transportasi pada
masa depan, media sungai akan
menjadi pilihan transportasi.
15
No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi
3 Kegiatan
Ekonomi
Pada masa lampau
pembangunan banjir kanal
barat hanya terfokus dalam
penanggulangan banjir.
Fokus pembangunan masa
lalu sebagai bentuk indikasi
pemerintah kolonial terhadap
bencana banjir yang akan
terjadi bila tidak segera
ditangani dengan segera.
Pada saat ini setelah
kegiatan normalisasi di
laksanakan meningkat
bisnis kafe. Selain binis
kafe juga ada kegiatan
PKL di sempadan banjir
kanal barat.
Pada masa depan maka
nanti diharapkan kawasan
banjir kanal barat nantinya
menjadi suatu citra
kawasan ekonomi dan
sejarah. Kawasan ekonomi
berupa kegiatan
perdagangan dan jasa serta
kegiatan distribusi logistik
berupa bongkar muat peti
kemas.
Pada kondisi masa lalu, saat ini
dan masa depan maka dapat
disimpulkan bahwa normalisasi
banjir kanal barat terhadap
kegiatan ekonomi relevansinya
tidak terlalu kuat dikarenakan
penentuan kawasan
perekonomian tetap mengacu
pada rencana tata ruang.
4 Kegiatan Sosial
/ Budaya /
Pariwisata
Pada masa lampau kegiatan
masyarakat pada banjir kanal
barat tidak berdampak pada
kegiatan masyarakat yang
terlalu signifikan.
Telah ada kegiatan festival
banjir kanal barat, yang
menunjukkan bahwa
adanya kesadaran
masyarakat untuk ikut
berperan aktif dalam
kegiatan kebudayaan di
banjir kanal barat Kota
Semarang. Fasilitas yang
dibangun disekitar banjir
kanal menjadi daya tarik
masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas
tersebut.
Pada kepentingan kegiatan
sosial budaya, setelah
terlaksananya kegiatan
normalisasi maka akan
semakin menarik minat
masyarakat dalam
beraktivitas disempadan
Banjir Kanal Barat.
Pada pembangunan banjir
kanal barat memiliki relevansi
yang cukup kuat. Kondisi
tersebut menunjukkan bila
kegiatan masyarakat
tergantung kualitas dan daya
tarik banjir kanal barat.
16
No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi
5 Penggunaan
Sumber daya air
Pada masa lampau banjir
kanal barat terkadang bisa
digunakan untuk konsumsi,
mandi cuci dan kakus.
Masyarakat sekitar banjir
kanal barat sering
memanfaatkan untuk
kegiatan sehari hari.
Pada masa saat ini
masyarakat tidak
menggunakan langsung air
dari banjir kanal barat.
Kondisi ini dikarenakan
kondisi fisik air tidak layak
konsumsi. Limbah kimia
dan pencemaran yang
terjadi pada banjir kanal
barat menyebabkan
kualitas air yang tidak
layak konsumsi.
Pada masa kedepannya
diharapkan telah tersedia
sistem pengelolaan limbah
terpadu, sehingga
berfungsi untuk menjaga
kualitas sumber daya air.
Diharapkan nantinya air
banjir kanal barat dapat
dimanfaatkan untuk
konsumsi dan kualitas air
yang baik bisa menambah
keindahan sungai.
Kualitas air pada banjir kanal
barat dapat memiliki relevansi
yang kuat dalam penggunaan
konsumsi air permukaan
terhadap kegiatan sehari hari.
17
2.3 Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Pengelolaan Banjir Kanal Barat Dalam Penanggulangan
Banjir Kota Semarang
2.3.1 Efektivitas
Kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) sepanjang sekitar 9,2 Km, dari Sungai
Kaligarang, Tugu Suharto hingga muara laut, dimana Proyek ini mendapat pinjaman dari JBIC
menelan biaya sebesar Rp 288 miliar dimulai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013.
Kegiatan ini tidak saja normalisasi juga dilengkapi dengan sarana wisata dan olahraga. Ini
diwujudkan supaya Banjir Kanal Barat (BKB) disamping untuk pengendalian banjir juga
sebagai destinasi wisata.
Ditinjau dari tingkat Efektifitas, sebelum kita menilai efektifitas maka kita kaji dahulu
pengertian efektifitas itu sendiri. Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai
dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa:
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya”.
Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah
sebagai berikut:
“Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output
anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) >
(OS) disebut efektif”.
Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah:
“Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang
diharapkan dari sejumlah input.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)
yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih
dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
18
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1
(satu), maka akan tercapai efektifitas.
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka
efektifitas tidak tercapai.
Penilaian efektifitas kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) ini bisa dikatakan
efektif dimana dengan tujuan pengendalian banjir dan rob yang dimulai pada tahun 2010 dan
selesai pada tahun 2013 maka dari segi waktu atau target telah sesuai dan sampai saat
sekarang masih dapat mengatasi pengendalian banjir dan rob di Kota Semarang. Sehingga
kegiatan ini dapat dikatakan memiliki nilai lebih dimana tidak saja berfungsi sebagai
pengendalian banjir dan rob tetapi hasil kegiatan ini juga dapat mewujudkan destinasi
wisata.
Persepsi Masyarakat mengenai Banjir Kanal Barat (BKB) Sungai yang dulu dipenuhi
rumput tinggi semraut yang tidak terurus dengan adanya kegiatan normalisasi ini sekarang
telah menjelma menjadi tempat favorit bagi warga Kota Semarang dan sekitarnya untuk
menghabiskan waktu untuk berekreasi dan berwisata.
Gambar 7. Banjir Kanal Barat Dulu sebelum Normalisasi
19
Gambar 8. Banjir Kanal Barat setelah Normalisasi di Kel. Bojong Salaman
Sepanjang kanan-kiri sungai banjir kanal barat ini dilengkapi dengan fasilitas jogging
track sepanjang 7,3 km dengan lebar 3 meter. Ada juga panggung teater dengan pelataran
terbuka dan betrap berundak disebelah utara jembatan Banjir Kanal Barat yang bisa
difungsikan untuk tempat kegiatan hiburan dan kesenian. Selain itu, juga wisata air dan
olahraga air seperti ski air, dayung, dan kano. Pengelolaan Sungai Banjir kanal Barat untuk
wisata air tersebut, akan dioptimalkan lagi dan diproyeksikan sebagai loka wisata air di kota
Semarang.
2.3.2 Efisiensi
Dalam catatan sejarah, Semarang tidak pernah lepas dari ancaman banjir. Terbukti
bahwa sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda telah ada upaya untuk menanggulangi
masalah banjir di kota Semarang, yaitu membangun dua kanal besar pada sisi barat dan timur
kota Semarang. Pembangunan dua kanal ini dilakukan melalui kerja wajib (heren diensten).
Banjirkanal Barat (West Bandjirkanaal) dibangun pada tahun 1850 untuk menganptisipasi
banjir di wilayah Semarang Utara, yang menjadi pusat kegiatan dagang di pelabuhan
Semarang. Banjirkanal Timur (Oost Bandjirkanaal) dibangun pada tahun 1896-1903 dengan
tujuan menghindarkan wilayah Semarang Timur dan wilayah pengembangan pelabuhan
Semarang dari ancaman banjir. Tujuan pemerintah kolonial Belanda membangun Banjirkanal
Barat dan Banjirkanal Timur pada awalnya adalah untuk mengalirkan air dari wilayah bagian
atas kota Semarang (wilayah kabupaten Semarang yang terletak di kaki bukit Ungaran) ke
laut (Tutiek, 2014).
Pada awalnya, kedua banjirkanal difungsikan untuk mengalirkan luapan air dari
kawasan Semarang bagian atas langsung menuju laut. Artinya, air yang berasal dari kaki
20
Gunung Ungaran yang mengalir melalui beberapa sungai besar diteruskan ke Laut Jawa.
Sesuai rancangan yang dibuat, fungsi kedua kanal semata-mata hanya itu, tidak lebih.
Banjirkanal Timur dan Banjirkanal Barat tidak diperuntukkan sebagai pembuangan air yang
berasal dari dalam kota. Sehingga sistem drainase dalam kota yang dibuat pada saat itu tidak
bermuara pada kedua kanal itu, melainkan langsung ke laut Jawa. Kalaupun ada pintu-pintu
air di Banjirkanal, semuanya diatur secara ketat dan teliti. Itu dilakukan karena kapasitas
kedua kanal itu hanya cukup untuk menampung aliran air yang berasal dari kawasan
Semarang atas saja (Indriyanto, 2002).
Pada perkembangannya BKB Pada masa selanjutnya, perkembangan Kota Semarang
berlangsung cepat. Kota yang semula hanya sekumpulan permukiman di sekitar benteng De
Vijfhook tersebut, bertambah kompleks. Sebagai sebuah kota yang berada di tepi pantai,
perkembangan Semarang menyerupai telapak tangan, di mana masing-masing jarinya
menunjuk ke lima arah timur, selatan, dan barat. Masing-masing ke wilayah Tugu, Boja dan
Mijen, Jatingaleh dan Banyumanik, Kedungmundu dan Meteseh, serta Pedurungan. Seiring
perkembangan itu, Semarang berubah menjadi kota yang padat penduduk. Kawasan
permukiman bertambah luas. Dampak langsung dari kondisi itu berupa pembangunan
drainase-drainase baru. Namun itu dilakukan tanpa perencanaan matang. Celakanya, justru
mengabaikan prinsip dasar kegunaan dua kanal yang dibangun Pemerintah Kolonial tersebut.
Sistem drainase yang dibangun pada masa kemudian, menurut Indriyanto, cenderung silang
sengkarut. Drainase dialirkan ke kedua kanal yang memiliki kapasitas terbatas. Akibatnya
adalah pada saat turun hujan, air tak lagi tertampung pada banjirkanal dan meluber ke
kampung yang berada di sekitarnya dan menjadi banjir di kota Semarang. Salah satu peristiwa
banjir bandang terparah adalah yang terjadi pada tahun 1990 yang menelan 47 korban jiwa.
Dala rangka penanggulangan masalah banjir, Pemerintah mengusulkan tiga
komponen pengendalian banjir di kota Semarang, yaitu: normalisasi Banjir Kanal Barat dan
Kali Garang, pembangunan waduk Jatibarang dan perbaikan drainase kota Semarang.
Normalisasi BKB dan Kali Garang menjadi prioritas pertama untuk dilaksanakan. Pemerintah
Kota Semarang meminta bantuan kepada Pemerintah Jepang melalui JICA untuk membantu
dalam perencanaan dan pendanaan proyek tersebut. Proyek ini sedianya dilaksanakan pada
tahun 2000, namun dikarenakan krisis moneter dan berbagai hal maka proyek tersebut baru
terlaksana pada tahun 2010 lalu.
21
Tujuan dari Normalisasi Banjir Kanal Barat dan Kali Garang itu sendiri adalah untuk
meningkatkan kapasitas debit air sehingga mampu untuk menampung air dari tiga sungai
yaitu kali Kreo, kali Kripik, dan kali Garang. Pekerjaan konstruksi normalisasi BKB dimulai
November 2010 dan selesai pada November 2013. Sebelum normalisasi, BKB dan sungai
Garang mampu menampung debit air sebanyak 300-400 m3/detik, sedangkan pasca
normalisasi daya tampung debit air meningkat menjadi 730m3/detik. Dalam
perkembangannya, normalisasi BKB ini juga mendapatkankan tujuan tambahan yaitu
penataan kawasan di sempadan BKB sehingga menjadi memiliki nilai estetika dan
memberikan manfaat pada sektor sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan kelestarian
lingkungan hidup bagi masyarakat Kota Semarang khususnya.
Sebagai evaluasi terhadap keberhasilan suatu kegiatan diperlukan peninjauan
terhadap aspek efektivitas dan efisiensi kegiatan tersebut. Menurut Gerald Vinten,
pengertian efisiensi adalah doing things right dan pengertian efektivitas adalah doing the
right things. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian efektif adalah dapat
membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; sedangkan pengertian
efisien adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak
membuang-buang waktu, tenaga, biaya). Dalam konteks ini, perlu diketahui apakah dengan
normalisasi BKB tersebut efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah banjir di kota
Semarang.
Berdasarkan kajian secara intensif, debit banjir 50 tahunan adalah 960 meter kubik
per detik. Diharapkan, sebanyak 200 meter kubik per detik bisa ditahan di Waduk Jatibarang
di Kecamatan Gunungpati, sedangkan sebanyak 740 meter kubik per detik akan ditampung di
sungai BKB. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, terdapat tiga komponen yang diusulkan
pemerintah untuk menanggulangi permasalahan banjir di kota Semarang. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa sungai BKB tidak dapat menjadi komponen tunggal dalam
pengendalian banjir, akan tetapi perlu didukung oleh dua komponen lainnya. Tujuan
normalisasi sungai BKB sebagai pengendali banjir dapat tercapai jika pembangunan waduk
Jatibarang dan perbaikan drainase kota Semarang telah selesai dikerjakan.
Dengan selesainya waduk Jatibarang pada tahun 2014, fungsi BKB sebagai
pengendalian banjir untuk sementara dapat dinilai efektif. Hal ini dibuktikan dengan sejak
dilakukannya normalisasi BKB, banjir yang terjadi di Semarang bagian Barat dan Utara
22
menjadi berkurang. Jika terjadi genangan, masih dalam batas yang tidak membahayakan jiwa
penduduk. Untuk lebih meningkatkan nilai efektivitas fungsi BKB sebagai pengendali banjir,
maka komponen yang ketiga yaitu perbaikan drainase kota Semarang harus segera
dilaksanakan. Selain pelaksanaan pembangunan ketiga komponen tersebut, pemerintah juga
harus membuat regulasi dan melakukan law enforcement terkait aktivitas masyarakat yang
dapat mengganggu fungsi dari ketiga komponen pengendali banjir tersebut, misalnya dengan
pengaturan aktivitas masyarakat di sempadan BKB dan penerapan sanksi hukum pada
masyarakat yang membuang sampah di BKB dan drainase kota. Normalisasi Banjir Kanal
Timur (BKT) juga harus segara dilakukan demi makin efektifnya program penanggulan banjir
di kota Semarang.
Ditinjau dari aspek efisiensi, masih sulit untuk mengukur tingkat efisiensi dari aspek
biaya. Sebuah sumber menyebutkan anggaran yang dikucurkan dalam proyek normalisasi
sungai BKB adalah sebesar 288 milyar rupiah, namun belum ada kajian ilmiah apakah nilai
yang diinvestasikan tersebut mampu menekan risiko kerugian yang timbul akibat banjir. Jika
kita melihat dari perspektif lainnya bahwa dengan melakukan investasi dengan jumlah
tersebut kita tidak hanya melakukan upaya pencegahan banjir, akan tetapi juga mampu
mendatangkan nilai manfaat lainnya dari aspek, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan
lingkungan hidup. Dari aspek ekonomi yaitu dengan dijadikannya BKB sebagai lokasi wisata
maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di sekitar sempadan
BKB. Dari aspek kesehatan, kondisi BKB yang tertata rapih bersih dan tidak kumuh mampu
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan dari aspek lingkungan hidup dengan kondisi
BKB yang bersih maka nilai pencemaran lingkungan menjadi berkurang. Yang tidak kalah
pentingnya adalah manfaat dari aspek sosial budaya, setelah masyarakat menyadari akan
nilai manfaat yang didatangkan oleh keberadaan BKB maka diharapkan timbul kesadaran
masyarakat untuk mengubah pola dan budaya hidup mereka. Misalnya dengan menjaga
kebersihan BKB.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dapat kami simpulkan bahwa kebijakan
normalisasi BKB dapat dikatakan efisien jika kita tidak hanya menilai dari nilai potensi
kerugian akibat banjir yang bisa cegah. Tetapi juga kita harus melihat dari manfaat-manfaat
ikutan yang bisa dihadirkan dengan kegiatan normalisasi BKB tersebut.
23
2.4 KEBERLANJUTAN NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG
2.4.1 Identifikasi Permasalahan
Secara umum banjir kanal barat mempunyai beberapa masalah yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dimasa yang akan datang. Beberapa masalah yang telah dapat
diidentifikasi disajikan berikut ini :
1. Normalisasi itu dinilai mendesak untuk mengurangi beban banjir dan rob khususnya
pada sistem drainase wilayah Semarang Tengah. Ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Sunardji mengatakan,
saat ini sedimentasi di Sungai sudah sangat memprihatinkan.
2. Untuk kawasan Banjir Kanal Barat berada pada daerah rendah.Daerah rendah
membentang sepanjang Pantai dengan lebar antara 3 – 10 km, kelerengan lahan datar
sekitar 0 – 2%, dengan ketinggian maksimal 10 m diatas MSL, beberapa daerah berada
pada ketinggian sekitar 0,70 m di bawah MSL. Merupakan daerah endapan alluvial yang
cukup tebal (30-45 m), daya dukung tanah yang relatif rendah. Kendala pengembangan
pada daerah ini adalah banjir (lokal, kiriman, air pasang) serta penurunan kawasan.
3. Potensi terhadap erosi dan shock flooding (banjir kiriman) cukup besar. Untuk
mengantisipasi kendala, memerlukan penyediaan sarana infrastrukturr (flood control
dan drainase) yang lebih mahal, dengan penanganan yang cermat.
4. Tingginya sedimentasi yang terjadi di Sungai Banjir KanalBarat
Untuk mengurangi sedimentasi yang terjadi di Banjir KanalBarat, padatahun 2012 lalu
sudah diantisipasi dengan membuat dua cek dam di Sungai Kreo dan satu cek dam di
Kali Garang.
5. Pencemaran Air Sungai oleh limbah pabrik
Perkembangan industri secara langsung maupuntidak langsung menyebabkan
pencemaran beberapa logam berat seperti Cddan Pb di aliran sungai. Dari Pencemaran
logam berat Cd dan Pb tersebut di perairanKali Garang maka mengakibatkan ikan yang
hidup dan berkembang biak diKali Garang akan ikut mengakumulasi logam berat
tersebut. Akibat yanglebih parah adalah ketika manusia yang mengkonsumsi ikan yang
24
telahmengakumulasi logam berat tersebut, dimana dapat mengakibatkankeracunan
dan kematian.
6. Limbah TPA Jatibarang
TPA Jatibarang merupakan tempat pembuangan akhir di Semarang yang lokasinya
dekat dengan pemukiman penduduk. Penumpukan sampah di TPA Jatibarang yang
sudah semakin banyak dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dari data Dinas
kebersihan kota Semarang tahun 2012 (Dinas Kebersihan kota Semarang, 2012),
komposisi sampah yang masuk ke TPA Jatibarang 61,95% terdiri dari sampah organic
dan 38,05% sampah anorganik.
2.4.2 Rencana Pembangunan dan Realisasi Pembangunan
Rencana Pembangunan Realisasi Pembangunan
 Banjir Kanal Barat merupakan paket
solusi mengantisipasi banjir dan rob.
 Sampah menumpuk di sungai Banjir
Kanal Barat yang mengakibatkan
pendangkalan sungai yang akhirnya
menyebabkan banjir di daerah
sekitarnya.
 Pada awalnya kedua drainase induk itu
hanya difungsikan sebagai aliran luapan
banjir dari Gunung Ungaran ke laut Jawa.
Sesuai rencana, kedua sungai itu tak
digunakan untuk pembuangan air yang
berasal dari dalam Kota Semarang.
“Sekarang permasalahan menjadi lebih
parah karena mengalami sedimentasi
yang sangat dan kapasitas alur sungai
menjadi berkurang.
 Banjir Kanal Barat sudah cukup efektif
untuk mengantisipasi banjir kota
semarang, yang awal nya sungai BKB
hanya mampu menampung debit banjir 2
tahunan, setelah normalisasi menjadi
dapat menampung debit bajir 25
tahunan.
 Sampah yang awalnya menumpuk pada
sungai BKB kini sudah sangat berkurang
bahkan sungai dpat dimanfaatkan untuk
pariwisata, diman ada acara festival BKB
setiap tahunnya.
 Sudah dilakukanya pengerukan
sedimentasi pada sungai BKB, sehingga
sungai dapat menampung air lebih
banyak.
25
2.4.3 Kondisi Sungai Banjir Kanal Barat Dulu dan Sekarang
1. Kondisi awal Sungai banjir kanal Barat Semarang
Kondisi Sungai BKB akibat adanya erosi
Belum maksimalnya Sungai BKB untuk menampung air
Sedimentasi pada Sungai BKB
26
2. Kondisi Sungai Banjir Kanal Barat Ketika dalam Proses Normalisasi
Pengerukan sedimentasi pada Sungai BKB
Proses Normalisasi Sungai BKB
Pengerukan Sedimentasi pada Sungai BKB
27
3. Kondisi Setelah Proses Normaliasai Sungai Banjir Kanal Barat
Peningkatan apasitas Sungai BKB setelah di normalisasi
Kondisi Sungai BKB setelah di normalisasi
Sedimentasi pada Sungai BKB sudah teratasi
28
Kondisi Sungai BKB setelah dinormalisasi pada malam hari
Festival Sungai BKB setelah dinormalisasi
Sungai BKB yang dimanfaatkan sebagai wisata air
29
2.4.4 Keberlanjutan Normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat
Dari kegiatan proyek normalisasi sungai BKB ini dinilai cukup efektif untuk menangani
banjir dan rob di kota semarang. Normalisasi sungai BKB ini, mengurangi sedimentasi dan
penumpukan sampah pada penampang sungai, sehingga kapasitas penampang sungai
kembali pada bentuk penampang semula yang dapat menampung debit banjir pada periode
banjir 25 tahunan. Sungai BKB juga dimanfaatkan untuk pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari
pemanfaatan sungai untuk acara festival perahu hias yang diadakan setiap setahun sekali.
Setelah kegiatan normalisasi Sungai BKB selanjutnya akan dilakukan penetapan daerah
sempadan sungai, penataan sempadan sungai dan restorasi sempadan sungai. Hasil dari
restorasi sempadan sungai ini dapat dimanfaatkan sebagai area olah raga berupa jogging
track dan bicycle track. Pemanfaatan sempadan sungai yang lain yaitu sebagai area terbuka
untuk umum, dimana banyak terdapat pedagang kaki lima dan juga taman.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Normalisasi Banjir Kanal barat sampai dengan saat ini dapat dinilai ekonomis, relevan,
efektif dan efisien karena dengan biaya sebesar 288M yang dikucurkan tidak hanya mampu
mengurangi risiko banjir tetapi juga mendatangkan manfaat ikutan lainnya, yaitu peningkatan
kesejahteraan, perubahan perilaku masyarakat, derajat kesehatan dan kelestarian
lingkungan. Selain itu juga kegiatan ini dapat menghadirkan potensi pariwisata baru dan
alternatif ruang sosial perkotaan yang dapat dimanfaatkan penduduk kota untuk berbagai
aktivitas.
3.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari hasil kajian ini adalah:
1. Perlu pendampingan terhadap masyarakat untuk menjaga keberadaan bkb yang nyata
telah mampu memberikan berbagai manfaat terhadap masyarakat;
2. Percepatan pelaksanaan komponen penanggulangan banjir yang belum terlaksana
(perbaikan drainase kota semarang, pembangunan bendungan di hulu) sehingga
mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi fungsi utama bkb sebagai pengendali
banjir;
30
3. Peningkatan promosi pariwisata air di Banjir Kanal Barat Semarang untuk lebih
mengoptimalkan potensi yang telah terbangun.
4. Peningkatan sosialisasi dan pendidikan kebersihan lingkungan di masyarakat sekitar
Banjir Kanal Barat Semarang agar tidak menggunakan sungai untuk aktivitas yang
dapat bermuara pada pencemaran sungai.
DAFTAR PUSTAKA
BBWS Pemali Juana. (2014). Laporan Pekerjaan Kajian Daerah Sempadan Sungai Banjir Kanal
Barat Kota Semarang 9,5 KM. Semarang: Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2012/08/proyek-normalisasi-banjir-kanal-barat.html
http://www.kompasiana.com/imammaarif/banjir-kanal-barat-semarang-dulu-dan-
kini_552c08dc6ea834f32c8b4578
https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/
Purwanto, L. M. F. (2005). Kota Kolonial Lama Semarang (Tinjauan Umum Sejarah
Perkembangan Arsitektur Kota). Dimensi Teknik Arsitektur, 33 (1), 27-33.
Prasetyo, D., Dermawan, V., & Primantoyo, A. H. (2015). Kajian Penanganan Sedimentasi
Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Jurnal Teknik Pengairan, 6 (1), 76-87.

More Related Content

What's hot

Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiJoy Irman
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
 
Materi Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Materi Kuliah Rekayasa Lalu LintasMateri Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Materi Kuliah Rekayasa Lalu Lintasmia ermawati
 
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Dadang Solihin
 
Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai Baladewa10
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
 
Sistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Sistem Monitoring dan Evaluasi PembangunanSistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Sistem Monitoring dan Evaluasi PembangunanDadang Solihin
 
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptxHL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptxffarrasy
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGDadang Solihin
 
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseTata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseinfosanitasi
 
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya AirRekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Airushfia
 
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMN
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMNDokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMN
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMNDadang Solihin
 
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG MOSES HADUN
 
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan - bagian 1
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan -  bagian 1Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan -  bagian 1
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan - bagian 1Joy Irman
 
Proses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpdProses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpdMusnanda Satar
 
Proses Desain Drainase Perkotaan
Proses Desain Drainase PerkotaanProses Desain Drainase Perkotaan
Proses Desain Drainase PerkotaanJoy Irman
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungaiCahaya Hari
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanJoy Irman
 

What's hot (20)

Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
 
Materi Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Materi Kuliah Rekayasa Lalu LintasMateri Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
Materi Kuliah Rekayasa Lalu Lintas
 
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Tata Cara Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
 
Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
 
Sistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Sistem Monitoring dan Evaluasi PembangunanSistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Sistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
 
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptxHL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
HL-9&10 Ananisis curah hujan.pptx
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseTata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
 
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya AirRekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
 
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMN
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMNDokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMN
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penyelarasan RPJMD-RPJMN
 
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
 
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan - bagian 1
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan -  bagian 1Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan -  bagian 1
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan - bagian 1
 
Proses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpdProses penyusunan renstra skpd
Proses penyusunan renstra skpd
 
Proses Desain Drainase Perkotaan
Proses Desain Drainase PerkotaanProses Desain Drainase Perkotaan
Proses Desain Drainase Perkotaan
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungai
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
 

Viewers also liked

Evaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang
Evaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota SemarangEvaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang
Evaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarangbramantiyo marjuki
 
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota SemarangStudio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota SemarangNurlina Y.
 
cara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgs
cara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgscara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgs
cara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgsHikmat Slamet
 
PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...
PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...
PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...afifsalim
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingR. Ferro Aviyanto
 
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 Laporan Pratikum Beton dan Mix Design Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
Laporan Pratikum Beton dan Mix DesignAfif Yulfriza
 
Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku
Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku
Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku ico1
 
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositModul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositFajar Tsani
 
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABARANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABARDedi Irawan
 
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGTUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGRizal Budiarta
 
Reinforced earth wall and its design parameters
Reinforced earth wall and its design parametersReinforced earth wall and its design parameters
Reinforced earth wall and its design parametersAmir nazir paray
 
Diversion channel, water way and spreading ground
Diversion channel, water way and spreading groundDiversion channel, water way and spreading ground
Diversion channel, water way and spreading groundTahmid Imran Imon
 
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...Hanifah Nurhayati
 

Viewers also liked (20)

Evaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang
Evaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota SemarangEvaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang
Evaluasi Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang
 
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota SemarangStudio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
Studio Rencana Kota; Tata Ruang BWK 3 Kota Semarang
 
cara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgs
cara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgscara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgs
cara-download-citra-landsat-gratis-dari-usgs
 
semen
semensemen
semen
 
PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...
PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...
PEMBANGUNAN WADUK JATI BARANG DI SEMARANG (di posting M.AFIF SALIM, ST ;TEKNI...
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 Laporan Pratikum Beton dan Mix Design Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 
1964 chapter viii
1964 chapter viii1964 chapter viii
1964 chapter viii
 
Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku
Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku
Analisis penggunaan bahasa baku dan tidak baku
 
Ptm alat berat
Ptm alat beratPtm alat berat
Ptm alat berat
 
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositModul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
 
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABARANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
 
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANGTUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN BANJIR KANAL TIMUR GAYAMSARI KOTA SEMARANG
 
Reinforced earth wall and its design parameters
Reinforced earth wall and its design parametersReinforced earth wall and its design parameters
Reinforced earth wall and its design parameters
 
Diversion channel, water way and spreading ground
Diversion channel, water way and spreading groundDiversion channel, water way and spreading ground
Diversion channel, water way and spreading ground
 
Analisa harga satuan
Analisa harga satuanAnalisa harga satuan
Analisa harga satuan
 
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
 
Kata baku tidak baku
Kata baku  tidak bakuKata baku  tidak baku
Kata baku tidak baku
 
Boq wakatobi rab gapura
Boq wakatobi   rab gapuraBoq wakatobi   rab gapura
Boq wakatobi rab gapura
 
Analisa harga satuan jasa
Analisa harga satuan jasaAnalisa harga satuan jasa
Analisa harga satuan jasa
 

Similar to Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

Laporan Hasil Survei
Laporan Hasil SurveiLaporan Hasil Survei
Laporan Hasil SurveiYunita Ratih
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungaiJack Lubis
 
Laporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simonganLaporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simonganEVI KRISTIANINRUM
 
Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20DaryassarRaihan
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluanHandaka Sugito
 
Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...
Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...
Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...Andrew Hidayat
 
Prinsip dasar_drainase_perkotaan
 Prinsip dasar_drainase_perkotaan Prinsip dasar_drainase_perkotaan
Prinsip dasar_drainase_perkotaannurul furqon
 
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxTUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxendang460976
 
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilirMoh. Dendy Fathurahman
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...Repository Ipb
 
Formasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasinFormasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasinAidilFitrah9
 

Similar to Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang (20)

Laporan Hasil Survei
Laporan Hasil SurveiLaporan Hasil Survei
Laporan Hasil Survei
 
3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...
3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...
3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai
 
Laporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simonganLaporan observasi bendung simongan
Laporan observasi bendung simongan
 
Makalah banjir
Makalah banjirMakalah banjir
Makalah banjir
 
Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
 
Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...
Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...
Andrew hidayat perencanaan tataruang pesisir kota agung berbasis analsis risi...
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Prinsip dasar_drainase_perkotaan
 Prinsip dasar_drainase_perkotaan Prinsip dasar_drainase_perkotaan
Prinsip dasar_drainase_perkotaan
 
Muara Sungai
Muara SungaiMuara Sungai
Muara Sungai
 
Sdrain bab i
Sdrain bab iSdrain bab i
Sdrain bab i
 
Cuaca buruk
Cuaca burukCuaca buruk
Cuaca buruk
 
Bps bab 2
Bps bab 2Bps bab 2
Bps bab 2
 
pergaulan bebas
pergaulan bebaspergaulan bebas
pergaulan bebas
 
Ksl rentang baru
Ksl rentang baruKsl rentang baru
Ksl rentang baru
 
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxTUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
 
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
 
Formasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasinFormasi batuan malosa selebes sarasin
Formasi batuan malosa selebes sarasin
 

More from bramantiyo marjuki

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintbramantiyo marjuki
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingbramantiyo marjuki
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practicesbramantiyo marjuki
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID bramantiyo marjuki
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagerybramantiyo marjuki
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?bramantiyo marjuki
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017bramantiyo marjuki
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utarabramantiyo marjuki
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALIbramantiyo marjuki
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...bramantiyo marjuki
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practicesbramantiyo marjuki
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus Districtbramantiyo marjuki
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesiabramantiyo marjuki
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Managementbramantiyo marjuki
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...bramantiyo marjuki
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, bramantiyo marjuki
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...bramantiyo marjuki
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahunbramantiyo marjuki
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regenerationbramantiyo marjuki
 

More from bramantiyo marjuki (20)

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
 

Recently uploaded

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 

Recently uploaded (11)

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 

Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

  • 1. TUGAS KELOMPOK 2 MATA KULIAH PROSES PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN (PWK-603) EVALUASI KEMANFAATAN NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT KOTA SEMARANG Disusun oleh: BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036 ISHARI KURNIAWAN 21040116410037 SURYA TRI ESTHI WIRA HUTAMA 21040116410014 HEFRINAL LUBIS 21040116410056 MISI HARIYANTI WIJAYA 21040116410015 MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016
  • 2. 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Singkat Kota Semarang Sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota). Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu). Sejarah singkat asal terbentuknya Kota Semarang menunjukkan bahwa Kota Semarang menarik perhatian untuk dijadikan suatu pusat kegiatan dikarenakan keberadaannya yang berada di pinggir laut. Kondisi topografi seperti ini tentunya memberikan dampak positiv dari sudut pandang aksesbilitas dan perekonomian. Kondisi pantai yang mengalami pengendapan pada saat itu adalah dimana kondisi topografi yang terjadi secara alami, dimana belum merasakan permasalahan terkait banjir dan genangan. Kondisi ini lah yang menyebabkan kolonial Belanda berusaha untuk merebut dan menguasai Kota Semarang. Usaha Belanda menguasai Indonesia adalah dengan berusaha menguasai kota di Indonesia dengan letak yang strategis untuk kepentingan perdagangan dan strategis dalam berperang, mengingat transportasi baik untuk distribusi maupun berperang masih menggunakan media laut. Permasalahan di Negara Belanda terkait infrastruktur pengelolaan sumber daya menjadi pengalaman yang berharga ketika pemerintah kolonial harus membangun infrastruktur di Kota Semarang. Salah satu yang diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur berupa saluran air. Salah satu bukti infrastruktur yang telah dibangun berupa banjir kanal barat. 1.2 Latar Belakang Pembangunan Banjir Kanal Barat Banjir kanal barat Kota Semarang dibangun pada periode waktu yang berdekatan dengan Banjir Kanal Timur Semarang. Kedua kanal penanggulangan banjir ini dibangun sekitar awal abad ke 20 oleh Pemerintah Belanda untuk mengantisipasi kejadian banjir sungai yang sering terjadi di Semarang di Abad ke 19 dan awal Abad ke 20 (Purwanto, 2005). Banjir Kanal
  • 3. 2 Barat dibuat dengan menyodet Kali Garang dan membuat aliran baru yang lurus langsung menuju Laut Jawa, tepat di Barat Laut Bukit Bergota (lihat Gambar 1 untuk perbandingan kondisi sebelum dan sesudah adanya Banjir Kanal Barat). Gambar 1 . Peta Belanda Tahun 1866 menunjukkan kondisi sebelum adanya Banjir Kanal (kiri) dan Citra Satelit Tahun 2016 (kanan). 1.3 Pengaruh Keberadaan Banjir Kanal Barat Terhadap Penanggulangan Banjir Kota Semarang Masa Kini 1.3.1 Karakteristik Banjir Sungai Kota Semarang Banjir di Kota Semarang jika dilihat dari sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu banjir kiriman, banjir lokal, dan banjir rob (air laut pasang). Tingkat kerusakan atau kerugian akibat banjir ditentukan oleh tinggi genangan, lama genangan dan luas genangan. Banjir kiriman terbesar sejauh yang tercatat pernah terjadi pada Tahun 1973, 1988, dan 1990. Banjir Bandang Sampangan terjadi pada Tahun 1990 yang diakibatkan oleh meluapnya Kali Garang dan jebolnya Talud Banjir Kanal Barat yang menimbulkan korban sebanyak 47 jiwa, 151 rumah tergenang, dan kerugian harta benda sebesar 8,5 milyar rupiah. Daerah yang
  • 4. 3 mengalami kerugian terbesar meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Selatan (Laporan Kajian Sempadan Sungai BKB Semarang, 2014). Sementara banjir lokal hampir terjadi setiap musim penghujan, dengan ketinggian genangan berkisar antara 0,2 – 0,7 meter dan lama genangan sekitar 1-8 jam. Banjir lokal sering terjadi di wilayah Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Barat, Semarang Tengah, Genuk, Gayamsari, dan Mranggen. Adapun banjir rob merupakan banjir rutin yang sering terjadi di Semarang bawah yang meliputi wilayah Kecamatan Semarang Utara dan sebagian Kecamatan Semarang Barat. Ketinggian banjir rob berkisar antara 0,2 – 0,7 meter dengan lama genangan antara 3 sampai 6 jam. Banjir Sungai di Kota Semarang sendiri jika ditinjau dari aspek fisik dapat dipahami dengan melihat bagaimana kondisi daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Berdasarkan Laporan Kajian Daerah Sempadan Sungai Banjir Kanal Barat (2014), diketahui bahwa di hulu Kota Semarang (DAS Garang) telah terjadi banyak konversi lahan ke lahan terbangun yang mencapai hampir 60 persen. Kondisi eksisting penggunaan lahan DAS Garang dapat dilihat pada Tabel 1Tabel 1 Luas Penutupan Lahan Kota Semarang Konversi ini menyebabkan aliran air permukaan tahunan ke bawah yang cukup besar dimana, dari presipitasi yang ada, 48 persen menjadi aliran permukaan yang mengalir melewati sungai- sungai yang berhilir di Kota Semarang bawah. Tabel 1 Luas Penutupan Lahan Kota Semarang Sumber: RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031 Aliran permukaan yang besar membawa konsekuensi tingkat erosi tanah di daerah hulu yang besar, yang berimplikasi pada tingginya material endapan yang terbawa oleh sungai- sungai utama di DAS Garang seperti Sungai Kreo, Sungai Kripik dan Sungai Garang sendiri. Ketiga sungai ini bertemu di daerah Simongan dan membentuk Sungai Semarang yang
  • 5. 4 mengkombinasikan debit air dan material suspensi yang kemudian terendapkan di aliran Sungai Semarang yang berada di daerah Semarang bawah yang bertopografi relatif datar. Material endapan yang jumlahnya cukup besar ini kemudian ikut masuk dan terendapkan juga di sodetan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur Semarang. Tingginya material erosi yang terbawa oleh aliran Sungai Garang ini dapat dipahami karena jenis tanah di daerah hulu merupakan tanah bertekstur lempung (Latosol, Regosol, Grumusol) yang berasal dari rombakan batuan sedimen Gunungapi Ungaran dan Perbukitan Struktural Lipatan Lurus Kendeng - Serayu Utara (berupa Breksi, Batu Pasir, Napal, dan Tufan). Dilihat dari aspek topografi, secara umum Daerah Aliran Sungai Garang dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona atas, zona tengah dan zona bawah. Zona atas topografinya berupa pegunungan dengan kemiringan dasar sungai yang sangat curam sehingga kecepatan alirannya termasuk jenis aliran super kritis. Karakteristik hidrolik pada zona tersebut adalah kecepatan alirannya tinggi sehingga angkutan sedimen dan erosi yang terjadi juga cukup tinggi. Zona tengah topografinya berupa perbukitan dimana kemiringannya tidak setajam zona di atasnya. Zona bawah topografinya sangat landai, yaitu di wilayah perkotaan dengan kemiringan dasar sungai yang sangat landai sehingga gejala yang terjadi adalah sedimentasi atau pengendapan di dasar saluran. Dengan karakteristik tersebut, banjir yang terjadi di Semarang mempunyai karakteristik rambatan banjir yang cepat. 1.3.2 Profil Banjir Kanal Barat Kota Semarang Banjir Kanal Barat dibangun dimulai dari ujung Sungai Garang di Daerah Simongan ke arah Laut Jawa melewati sisi barat Kota Semarang sepanjang 5,3 km (dihitung dari Bendung Simongan ke muara sungai). Lebar Banjir Kanal Barat berkisar kurang lebih 50 meter (Gambar 2). Banjir Kanal Barat saat ini mempunyai fungsi selain sebagai penanggulangan banjir, juga dimanfaatkan untuk sumber air PDAM dan aktivitas sehari-hari penduduk Semarang seperti mencuci, mandi dan sebagainya. Banjir Kanal Barat dilihat dari perspektif tata ruang juga berfungsi sebagai ruang publik perkotaan. Berbagai fasilitas telah dibangun antara lain Jogging Track, Tribune, Perahu Penyeberangan, dan fasilitas lainnya.
  • 6. 5 Gambar 2. Posisi Banjir Kanal Barat di dalam DAS Garang 1.4 Program Penanggulangan Banjir Sungai Kota Semarang di Wilayah Banjir Kanal Barat 1.4.1 Program Terlaksana Pemerintah Kota Semarang dan Kementerian Pekerjaan Umum, baik melalui APBN, APBD maupun dana pinjaman/hibah JICA telah melaksanakan serangkaian program penanggulangan banjir sejak Tahun 1990 sampai sekarang. Seluruh kegiatan yang dilakukan pada dasarnya berfokus pada 3 (tiga) aspek, yaitu: 1. Normalisasi Sungai Garang dan Banjir Kanal Barat 2. Pembangunan Bendungan Jatibarang 3. Perbaikan drainase kota. Selain normalisasi Banjir Kanal Barat yang dilakukan hampir setiap tahun, pemerintah saat ini telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatibarang, yang diharapkan dapat mengurangi debit air yang masuk ke Sungai Garang pada musim penghujan, dan dapat mengurangi intensitas banjir kiriman dari sungai tersebut. Pembangunan tiga komponen diatas mulai intensif dilakukan sejak Tahun 2009 (Gambar 2). Adapun untuk pengurangan sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan, pemerintah telah membangun dua cekdam pada Tahun 2012 di Sungai Kreo dan Sungai Garang. Selain itu, di titik awal Banjir Kanal Barat juga telah ada Bendung Simongan yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada waktu yang
  • 7. 6 bersamaan dengan pembangunan Banjir Kanal barat, yang berfungsi menjaga debit aliran dan volume sedimentasi yang masuk ke Banjir Kanal Barat. Gambar 3. Progres Kegiatan Fisik Penanggulangan Banjir Kota Semarang Selain normalisasi sungai, pembuatan tanggul buatan juga telah dilaksanakan secara ekstensif di Banjir Kanal Barat. Tanggul buatan ini berfungsi untuk menahan aliran air sungai agar tidak meluap ke permukiman penduduk dan fasilitas umum di kanan kiri sungai. Peta sebaran lokasi, jenis dan kondisi tanggul disajikan pada Gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Kondisi Eksisting Tanggul di Banjir Kanal Barat Kota Semarang
  • 8. 7 Program lain yang sudah terlaksana adalah pembangunansaluran air dan pintu air sebagai sarana drainase perkotaan yang alirannya diarahkan ke Banjir Kanal Barat. Rekapitulasi jumlah dan sebaran saluran air disajikan pada Tabel 2, sementara rekapitulasi pintur air disajikan pada Tabel 3. Tabel 2 Rekapitulasi Saluran Air yang bermuara ke Banjir Kanal Barat Kelurahan Kecamatan Jumlah Saluran Air Bendan Duwur Gajahmungkur 7 Sampangan Gajahmungkur 4 Manyaran Semarang Barat 4 Ngemplak Simongan Semarang Barat 1 Bojong Salaman Semarang Barat 1 Cabean Semarang Barat 1 Petompon Gajahmungkur 4 Barusari Semarang Selatan 2 Pindrikan Lor Semarang Tengah 1 Bulu Lor Semarang Utara 1 Panggung Kidul Semarang Utara 2 Panggung Lor Semarang Utara 4 Tawangmas Semarang Barat 3 Tawangsari Semarang Barat 1 Jumlah 36 Tabel 3 Rekapitulasi Pintu Air yang di Banjir Kanal Barat Kelurahan Kecamatan Jumlah Pintu Air Bendan Duwur Gajahmungkur 2 Sampangan Gajahmungkur 4 Manyaran Semarang Barat 1 Bulustalan Semarang Barat 1 Cabean Semarang Barat 1 Petompon Gajahmungkur 1 Barusari Semarang Selatan 2 Pindrikan Lor Semarang Tengah 1 Bulu Lor Semarang Utara 2 Tawangmas Semarang Barat 3 Jumlah 18 Selain saluran air dan pintu air, pemerintah juga telah membangun dua pos duga air, yaitu Pos Duga Air Simongan di Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan Semarang Barat dan Pos Duga Air Pajangan di Kelurahan Manyaran Kecamatan Semarang Barat. Rumah pompa juga telah dibangun yang direkapitulasi pada Tabel 4.
  • 9. 8 Tabel 4 Rekapitulasi Rumah Pompadi Banjir Kanal Barat Kelurahan Kecamatan Nama Rumah Pompa Tawangmas Semarang Barat Madukoro 1 Tawangmas Semarang Barat Madukoro 2 Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 1 Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 2 Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 3 Panggung Lor Semarang Utara Bulu Drain Terkait dengan pemanfaatan air di Banjir Kanal Barat, saat ini juga telah beroperasi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal yang berlokasi di Jalan Kelud Raya 60 Sampangan Semarang. PDAM ini memiliki jumlah pelanggan 145.638 pelanggan yang tersebar di 5 kecamatan. Gambar 5. Lokasi PDAM Tirta Moedal 1.4.2 Proyek Normalisasi Banjir Kanal Barat Kota Semarang Proyek normalisasi sungai Kaligarang dan Banjir kanal Barat Semarang merupakan satu paket megaproyek penanggulangan banjir di Kota Semarang bersama dengan pembangunan waduk Jatibarang dan pembenahan drainase. Pengerjaan proyek BKB ini dimulai pada tahun 2010 dan telah diselesaikan pada 2013. Proyek yang mendapat pinjaman dari JBIC ini menelan biaya sebesar Rp 288 miliar. Normalisasi sungai sepanjang sekitar 9,2 Km, dari Sungai Kaligarang, Tugu Suharto hingga muara laut ini juga akan dilengkapi dengan sarana wisata dan olahraga.
  • 10. 9 Sepanjang kanan-kiri sungai banjir kanal barat ini nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas jogging track sepanjang 7,3 km dengan lebar 3 meter. Ada juga panggung teater dengan pelataran terbuka dan dibuat trap berundak disebelah utara jembatan Banjir Kanal Barat yang bisa digunakan untuk tempat kegiatan hiburan dan kesenian. Di muara Banjir kanal Barat yang kini terdapat monumen ketenangan jiwa (Japanese Memorial Park) juga bakal dibuat sebuah taman. Selain itu, juga akan dibuat wisata air dan olahraga air seperti ski air, dayung, kano, dan fasilitas lainnya. Pengelolaan Sungai Banjirkanal Barat untuk wisata air tersebuttelah dioptimalkan pada 2014 dan diproyeksikan sebagai loka wisata air di Kota Semarang. Gambar 6. Fasilitas Umum Hasil Proyek Normalisasi Banjir Kanal Barat 1.4.3. Program Belum Terlaksana Terkait dengan pengelolaan air melalui pembangunan bendungan, Saat ini pemerintah telah menyelesaikan pembangunan dan operasionalisasi Bendungan Jatibarang. Selain itu, pemerintah juga merencanakan akan membangun Bendungan Mundingan di Sungai Kreo, Bendungan Kripik di Sungai Kripik dan Bendungan Garang di Sungai Garang. Program normalisasi juga akan dilanjutkan dengan focus lokasi di Sungai Garang hilir dan Banjir Kanal Barat. Normalisasi Banjir Kanal Barat direncanakan dimulai dari Tugu Suharto hingga muara Banjir Kanal Barat.
  • 11. 10 2. REVIEW DAN EVALUASI NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT TERKAIT PENANGGULANGAN BANJIR SEMARANG DAN BERBAGAI DAMPAK IKUTAN. 2.1 Sisi Ekonomis Kegiatan Normalisasi Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Evaluasi ekonomi merupakan salah satu persyaratan mutlak yang harus ada dalam mengambil keputusan dalam perencanaan sebuah proyek terutama yang berhubungan dengan manfaat masyarakat banyak. Hal ini diperlukan karena suatu proyek akan berhubungan langsung dengan penggunanya yaitu masyarakat yang bersangkutan, dan khususnya akan berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat setempat. Banjir Kanal Barat Kota Semarang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke 20 dengan tujuan untuk mengurangi daerah terancam banjir di sebagai daerah pusat dan pinggiran barat Kota Semarang. Tidak diperoleh data pasti mengenai biaya yang dikeluarkan Pemerintah Belanda untuk membangun kanal tersebut, tapi dari berbagai sumber telah disebutkan bahwa pembangunan proyek itu memanfaatkan tenaga pribumi untuk kerja rodi. Sehingga dalam hal ini, pembangunan Banjir Kanal Barat telah menginvestasikan tenaga (dan mungkin sampai memakan korban jiwa rakyat pribumi) yang tidak sedikit. Dalam perkembangannya, pengelolaan Banjir Kanal Barat berjalan tidak optimal, sehingga sedimentasi dan penurunan fungsi banjir kanal tidak terhindarkan. Pemulihan sedimentasi Banjir Kanal Barat menurut Prasetyo et al (2015) dapat menghabiskan biaya sebesar kurang lebih 32 Milyar Rupiah. Selain itu belum dihitung pula dampak kerugian dari pencemaran lingkungan dan berkurangnya kualitas air untuk berbagai keperluan di Banjir Kanal Barat. Penurunan fungsi Banjir Kanal Barat Kota Semarang ini menyebabkan tidak optimalnya penanganan banjir, sehingga banjir yang terjadi di Kota Semarang tetap meluas dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Banjir besar Tahun 1990 yang terjadi akibat meluapnya Banjir Kanal Barat telah menyebabkan kerugian sekitar 8 Milyar Rupiah pada waktu itu. Selain itu belum dihitung juga kerugian yang muncul akibat banjir besar yang terjadi pada periode sebelum dan sesudahnya seperti banjir pada Tahun 1973 dan 1988. Dengan tingginya kepadatan lahan terbangun dan aktivitas ekonomi di Banjir Kanal Barat sampai sebelum normalisasi, jika diakumulasi, total kerugian akibat banjir mungkin bisa mencapai lebih dari 300 Milyar Rupiah.
  • 12. 11 Untuk mencegah potensi banjir dan dampak negatifnya yang semakin besar, Pemerintah menginisiasi kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Kota Semarang. Kegiatan ini dilaksanakan secara Multiyears dan menghabiskan dana kurang lebih 288 Milyar. Kegiatan dibagi menjadi 3 sektor seperti yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya. Pembangunan infrastruktur dalam konteks normalisasi yang dilakukan antara lain, pembangunan dan penguatan tanggul, normalisasi dan penambahan saluran air, revitalisasi rumah pompa, pembebasan lahan bantaran sungai yang kemudian di tata ulang dan direnovasi. Renovasi dilanjutkan dengan pembangunan fasilitas umum dan fasilitas pendukung wisata, sehingga banjir kanal dapat dimanfaatkan sebagai alternatif lokasi wisata dan ruang sosial perkotaan. Strategi pengurangan banjir berupa kombinasi antara revitalisasi Banjir Kanal Barat dan pembangunan Waduk Jatibarang tampaknya sejauh ini cukup optimal dengan tidak ditemuinya kejadian banjir sungai di Kota Semarang dalam 5 tahun terakhir. Kejadian banjir di Semarang pada saat ini lebih didominasi oleh banjir rob yang tentunya memerlukan penanganan berbeda. Namun demikian, penanganan sedimentasi di Banjir Kanal Barat tampaknya masih belum optimal yang ditandai dengan tingginya sedimen yang masih masuk ke dalam Sungai Banjir Kanal Barat, sebagaimana nampak pada hasil studi Prasetyo et al (2015). Tingginya sedimentasi ini mungkin masih dapat dipahami, karena penanganan sedimen masih berkutat di Sungai Kreo dengan pembangunan Waduk Jatibarangnya. Dua sungai yang berhilir di Banjir Kanal Barat seperti Sungai Ngipik dan Sungai Garang tampaknya belum tertangani dengan baik di daerah hulunya, sehingga sedimen yang masuk masih besar. Belajar dari pengalaman, pemerintah harus menginvestasikan lagi sejumlah dana untuk segera membangun Bendungan Ngipik dan Bendungan Kaligarang agar sedimen yang masuk dapat lebih terkontrol, sehingga upaya pengerukan sedimen di Banjir Kanal Barat yang menghabiskan biaya besar tiap tahun dapat dihemat. Selain itu, kegiatan normalisasi dan revitalisasi Banjir Kanal Barat tampaknya membawa dampak ikutan yang bersifat positif secara ekonomi. Keberadaan fasilitas umum dan wisata di bantaran Banjir Kanal Barat memungkinkan untuk diadakan berbagai kegiatan sosial dan pariwisata, seperti misalnya Festival Banjir Kanal Barat yang diadakan setiap tahun sejak dimulainya normalisasi. Festival ini memberikan keuntungan ekonomi tidak sedikit dengan
  • 13. 12 ikut berpartisipasinya berbagai pelaku ekonomi dalam festival yang memungkinkan transaksi perdagangan dengan nominal rupiah yang tidak sedikit. Sektor lain yang turut merasakan dampak positif normalisasi Banjir Kanal Barat adalah sektor penyediaan air baku, dimana saat ini telah beroperasi PDAM Tirta Moedal di Banjir Kanal Barat. Dari berbagai berita di internet, performa PDAM saat ini telah meningkat tajam dengan semakin menurunnya angka TKA (Tingkat Kehilangan Air), semakin besarnya produksi, dan semakin bertambahnya pelanggan. PDAM ini bahkan telah melayani 87% kebutuhan air Kota Semarang. Keuntungan ekonomis yang langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh normalisasi Banjir Kanal Barat ini tampaknya akan semakin besar apabila performa dan investasi yang ada tetap dilanjutkan dan diperbesar. Dari uraian diatas, investasi 288 Milyar yang berasal dari dana luar negeri dan APBN nampaknya berhasil memberikan keuntungan ekonomis yang tidak sedikit. Dengan demikian maka upaya normalisasi Banjir Kanal Barat secara ekonomis bisa dianggap layak dan strategis karena berhasil menunjukkan dampak positif yang tetap terasa di tahun keempat pasca normalisasi diselesaikan. Walaupun demikian, upaya peningkatan harus tetap dilakukan. Pembangunan waduk di Kripik dan Kaligarang akan memungkinkan pengelolaan debit air yang lebih baik di daerah hulu, dan di Banjir Kanal Barat sendiri harus dilakukan pengembalian kualitas air sungai yang tampaknya masih belum banyak tersentuh. Strategi terpadu hulu-hilir disertai upaya kreatif dalam memanfaatkan Banjir Kanal Barat akan dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang tidak sedikit bagi Kota Semarang, 2.2 Relevansi Kegiatan Normalisasi Banjir Kanal Barat di Kota Semarang Sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota). Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).
  • 14. 13 Sejarah singkat asal terbentuknya Kota Semarang menunjukkan bahwa Kota Semarang menarik perhatian untuk dijadikan suatu pusat kegiatan dikarenakan keberadaannya yang berada di pinggir laut. Kondisi topografi seperti ini tentunya memberikan dampak positiv dari sudut pandang aksesbilitas dan perekonomian. Kondisi pantai yang mengalami pengendapan pada saat itu adalah dimana kondisi topografi yang terjadi secara alami, dimana belum merasakan permasalahan terkait banjir dan genangan. Kondisi ini lah yang menyebabkan kolonial Belanda berusaha untuk merebut dan menguasai Kota Semarang. Usaha Belanda menguasai Indonesia adalah dengan berusaha menguasai kota di Indonesia dengan letak yang strategis untuk kepentingan perdagangan dan strategis dalam berperang, mengingat transportasi baik untuk distribusi maupun berperang masih menggunakan media laut. Permasalahan di Negara Belanda terkait infrastruktur pengelolaan sumber daya menjadi pengalaman yang berharga ketika pemerintah kolonial harus membangun infrastruktur di Kota Semarang. Salah satu yang diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur berupa saluran air. Salah satu bukti infrastruktur yang telah dibangun berupa banjir kanal barat. Sistem drainase yang buruk menjadi penyebab utama banjir di Kota Semarang. Dari enam kecamatan langganan banjir, sebagian besar disebabkan karena saluran air tidak ada, saluran tersumbat sampah, dan akibat bangunan yang mengganggu saluran. Dari penyebab banjir tersebut, faktor sistem drainase yang buruk memberi kontribusi terbesar. Sistem drainase yang buruk inilah yang menyebabkan banjir lokal di Semarang. Sistem drainase yang buruk menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga terjadi genangan setiap kali hujan deras (sumber : Puslitbang Kimpraswil Kota Semarang, 2002). Normalisasi banjir kanal barat nantinya akan dilihat apakah masih relevansi normalisasi banjir kanal barat terhadap beberapa jenis kegiatan. Fungsi banjir kanal barat sebagai penanggulangan banjir, transportasi, kegiatan ekonomi, kegiatan sosial/budaya dan penggunaan sumber daya air. Pada pembahasan ini maka akan ditinjau apakah relevansi pembangunan normalisasi banjir kanal barat pada beberapa permasalahan yang ada di Kota Semarang.
  • 15. 14 Tabel 5 Relevansi Pembangunan Normalisasi Banjir Kanal Barat Pada Beberapa Permasalahan Yang Ada Di Kota Semarang No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi 1 Penanggulangan Banjir (Saluran Air) Pada masa kolonial Belanda pembangunan banjir kanal barat sudah dilakukan. Pembangunan ini menunjukkan bahwa sudah adanya indikasi terjadinya bencana banjir bila tidak ada pembangunan banjir kanal barat. Kejadian banjir paling besar pada tahun 1990 selama 25 tahun terakhir. Pada masa sekarang banjir kanal barat masih berfungsi dengan baik untuk menyalurkan air ke laut. Setelah normalisasi maka semakin maksimal kinerja banjir kanal barat dalam menampung dan menyalurkan air menuju laut jawa. Pada masa depan, mengingat pertumbuhan lahan terbangun yang sangat cepat, maka perlu ada tindakan lain terhadap banjir kanal barat untuk memaksimalkan fungsinya sebagai penanggulangan banjir di Kota Semarang. Pada kondisi masa lalu, saat ini dan masa depan maka dapat disimpulkan bahwa normalisasi banjir kanal barat justru menjadi alasan kuat dalam menanggulangi banjir di Kota Semarang. 2 Transportasi Pada masa kolonial Belanda, banjir kanal masih digunakan sebagai sarana transportasi. Kondisi ini mengingat bahwa paada masa lampau masih menggunakan media sungai sebagai transportasi utama. Pada masa ini penggunaan transportasi air pada area banjir kanal barat masih belum dilirik sebagai alternatif transportasi. Pemerintah sebenarnya sudah bisa memulai untuk menyediakan transportasi air, sepertiyang dilakukan pemerintah DKI jakarta. Mengingat pada masa depan akan penuhnya permintaan terhadap transportasi, maka media sungai dapat menjadi suatu peluang untuk memenuhi kebutuhan transportasi. Beberapa bes practice sudah coba diterapkan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk menggunakan sungai sebagai pilihan transportasi. Pada kondisi masa lalu, saat ini dan masa depan maka dapat disimpulkan bahwa normalisasi banjir kanal barat sangat relevan untuk digunakan sebagai kegiatan transportasi. Mengingat permintaan terhadap transportasi pada masa depan, media sungai akan menjadi pilihan transportasi.
  • 16. 15 No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi 3 Kegiatan Ekonomi Pada masa lampau pembangunan banjir kanal barat hanya terfokus dalam penanggulangan banjir. Fokus pembangunan masa lalu sebagai bentuk indikasi pemerintah kolonial terhadap bencana banjir yang akan terjadi bila tidak segera ditangani dengan segera. Pada saat ini setelah kegiatan normalisasi di laksanakan meningkat bisnis kafe. Selain binis kafe juga ada kegiatan PKL di sempadan banjir kanal barat. Pada masa depan maka nanti diharapkan kawasan banjir kanal barat nantinya menjadi suatu citra kawasan ekonomi dan sejarah. Kawasan ekonomi berupa kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan distribusi logistik berupa bongkar muat peti kemas. Pada kondisi masa lalu, saat ini dan masa depan maka dapat disimpulkan bahwa normalisasi banjir kanal barat terhadap kegiatan ekonomi relevansinya tidak terlalu kuat dikarenakan penentuan kawasan perekonomian tetap mengacu pada rencana tata ruang. 4 Kegiatan Sosial / Budaya / Pariwisata Pada masa lampau kegiatan masyarakat pada banjir kanal barat tidak berdampak pada kegiatan masyarakat yang terlalu signifikan. Telah ada kegiatan festival banjir kanal barat, yang menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan kebudayaan di banjir kanal barat Kota Semarang. Fasilitas yang dibangun disekitar banjir kanal menjadi daya tarik masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Pada kepentingan kegiatan sosial budaya, setelah terlaksananya kegiatan normalisasi maka akan semakin menarik minat masyarakat dalam beraktivitas disempadan Banjir Kanal Barat. Pada pembangunan banjir kanal barat memiliki relevansi yang cukup kuat. Kondisi tersebut menunjukkan bila kegiatan masyarakat tergantung kualitas dan daya tarik banjir kanal barat.
  • 17. 16 No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi 5 Penggunaan Sumber daya air Pada masa lampau banjir kanal barat terkadang bisa digunakan untuk konsumsi, mandi cuci dan kakus. Masyarakat sekitar banjir kanal barat sering memanfaatkan untuk kegiatan sehari hari. Pada masa saat ini masyarakat tidak menggunakan langsung air dari banjir kanal barat. Kondisi ini dikarenakan kondisi fisik air tidak layak konsumsi. Limbah kimia dan pencemaran yang terjadi pada banjir kanal barat menyebabkan kualitas air yang tidak layak konsumsi. Pada masa kedepannya diharapkan telah tersedia sistem pengelolaan limbah terpadu, sehingga berfungsi untuk menjaga kualitas sumber daya air. Diharapkan nantinya air banjir kanal barat dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dan kualitas air yang baik bisa menambah keindahan sungai. Kualitas air pada banjir kanal barat dapat memiliki relevansi yang kuat dalam penggunaan konsumsi air permukaan terhadap kegiatan sehari hari.
  • 18. 17 2.3 Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Pengelolaan Banjir Kanal Barat Dalam Penanggulangan Banjir Kota Semarang 2.3.1 Efektivitas Kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) sepanjang sekitar 9,2 Km, dari Sungai Kaligarang, Tugu Suharto hingga muara laut, dimana Proyek ini mendapat pinjaman dari JBIC menelan biaya sebesar Rp 288 miliar dimulai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Kegiatan ini tidak saja normalisasi juga dilengkapi dengan sarana wisata dan olahraga. Ini diwujudkan supaya Banjir Kanal Barat (BKB) disamping untuk pengendalian banjir juga sebagai destinasi wisata. Ditinjau dari tingkat Efektifitas, sebelum kita menilai efektifitas maka kita kaji dahulu pengertian efektifitas itu sendiri. Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut: “Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif”. Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah: “Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut: Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
  • 19. 18 Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai. Penilaian efektifitas kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) ini bisa dikatakan efektif dimana dengan tujuan pengendalian banjir dan rob yang dimulai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013 maka dari segi waktu atau target telah sesuai dan sampai saat sekarang masih dapat mengatasi pengendalian banjir dan rob di Kota Semarang. Sehingga kegiatan ini dapat dikatakan memiliki nilai lebih dimana tidak saja berfungsi sebagai pengendalian banjir dan rob tetapi hasil kegiatan ini juga dapat mewujudkan destinasi wisata. Persepsi Masyarakat mengenai Banjir Kanal Barat (BKB) Sungai yang dulu dipenuhi rumput tinggi semraut yang tidak terurus dengan adanya kegiatan normalisasi ini sekarang telah menjelma menjadi tempat favorit bagi warga Kota Semarang dan sekitarnya untuk menghabiskan waktu untuk berekreasi dan berwisata. Gambar 7. Banjir Kanal Barat Dulu sebelum Normalisasi
  • 20. 19 Gambar 8. Banjir Kanal Barat setelah Normalisasi di Kel. Bojong Salaman Sepanjang kanan-kiri sungai banjir kanal barat ini dilengkapi dengan fasilitas jogging track sepanjang 7,3 km dengan lebar 3 meter. Ada juga panggung teater dengan pelataran terbuka dan betrap berundak disebelah utara jembatan Banjir Kanal Barat yang bisa difungsikan untuk tempat kegiatan hiburan dan kesenian. Selain itu, juga wisata air dan olahraga air seperti ski air, dayung, dan kano. Pengelolaan Sungai Banjir kanal Barat untuk wisata air tersebut, akan dioptimalkan lagi dan diproyeksikan sebagai loka wisata air di kota Semarang. 2.3.2 Efisiensi Dalam catatan sejarah, Semarang tidak pernah lepas dari ancaman banjir. Terbukti bahwa sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda telah ada upaya untuk menanggulangi masalah banjir di kota Semarang, yaitu membangun dua kanal besar pada sisi barat dan timur kota Semarang. Pembangunan dua kanal ini dilakukan melalui kerja wajib (heren diensten). Banjirkanal Barat (West Bandjirkanaal) dibangun pada tahun 1850 untuk menganptisipasi banjir di wilayah Semarang Utara, yang menjadi pusat kegiatan dagang di pelabuhan Semarang. Banjirkanal Timur (Oost Bandjirkanaal) dibangun pada tahun 1896-1903 dengan tujuan menghindarkan wilayah Semarang Timur dan wilayah pengembangan pelabuhan Semarang dari ancaman banjir. Tujuan pemerintah kolonial Belanda membangun Banjirkanal Barat dan Banjirkanal Timur pada awalnya adalah untuk mengalirkan air dari wilayah bagian atas kota Semarang (wilayah kabupaten Semarang yang terletak di kaki bukit Ungaran) ke laut (Tutiek, 2014). Pada awalnya, kedua banjirkanal difungsikan untuk mengalirkan luapan air dari kawasan Semarang bagian atas langsung menuju laut. Artinya, air yang berasal dari kaki
  • 21. 20 Gunung Ungaran yang mengalir melalui beberapa sungai besar diteruskan ke Laut Jawa. Sesuai rancangan yang dibuat, fungsi kedua kanal semata-mata hanya itu, tidak lebih. Banjirkanal Timur dan Banjirkanal Barat tidak diperuntukkan sebagai pembuangan air yang berasal dari dalam kota. Sehingga sistem drainase dalam kota yang dibuat pada saat itu tidak bermuara pada kedua kanal itu, melainkan langsung ke laut Jawa. Kalaupun ada pintu-pintu air di Banjirkanal, semuanya diatur secara ketat dan teliti. Itu dilakukan karena kapasitas kedua kanal itu hanya cukup untuk menampung aliran air yang berasal dari kawasan Semarang atas saja (Indriyanto, 2002). Pada perkembangannya BKB Pada masa selanjutnya, perkembangan Kota Semarang berlangsung cepat. Kota yang semula hanya sekumpulan permukiman di sekitar benteng De Vijfhook tersebut, bertambah kompleks. Sebagai sebuah kota yang berada di tepi pantai, perkembangan Semarang menyerupai telapak tangan, di mana masing-masing jarinya menunjuk ke lima arah timur, selatan, dan barat. Masing-masing ke wilayah Tugu, Boja dan Mijen, Jatingaleh dan Banyumanik, Kedungmundu dan Meteseh, serta Pedurungan. Seiring perkembangan itu, Semarang berubah menjadi kota yang padat penduduk. Kawasan permukiman bertambah luas. Dampak langsung dari kondisi itu berupa pembangunan drainase-drainase baru. Namun itu dilakukan tanpa perencanaan matang. Celakanya, justru mengabaikan prinsip dasar kegunaan dua kanal yang dibangun Pemerintah Kolonial tersebut. Sistem drainase yang dibangun pada masa kemudian, menurut Indriyanto, cenderung silang sengkarut. Drainase dialirkan ke kedua kanal yang memiliki kapasitas terbatas. Akibatnya adalah pada saat turun hujan, air tak lagi tertampung pada banjirkanal dan meluber ke kampung yang berada di sekitarnya dan menjadi banjir di kota Semarang. Salah satu peristiwa banjir bandang terparah adalah yang terjadi pada tahun 1990 yang menelan 47 korban jiwa. Dala rangka penanggulangan masalah banjir, Pemerintah mengusulkan tiga komponen pengendalian banjir di kota Semarang, yaitu: normalisasi Banjir Kanal Barat dan Kali Garang, pembangunan waduk Jatibarang dan perbaikan drainase kota Semarang. Normalisasi BKB dan Kali Garang menjadi prioritas pertama untuk dilaksanakan. Pemerintah Kota Semarang meminta bantuan kepada Pemerintah Jepang melalui JICA untuk membantu dalam perencanaan dan pendanaan proyek tersebut. Proyek ini sedianya dilaksanakan pada tahun 2000, namun dikarenakan krisis moneter dan berbagai hal maka proyek tersebut baru terlaksana pada tahun 2010 lalu.
  • 22. 21 Tujuan dari Normalisasi Banjir Kanal Barat dan Kali Garang itu sendiri adalah untuk meningkatkan kapasitas debit air sehingga mampu untuk menampung air dari tiga sungai yaitu kali Kreo, kali Kripik, dan kali Garang. Pekerjaan konstruksi normalisasi BKB dimulai November 2010 dan selesai pada November 2013. Sebelum normalisasi, BKB dan sungai Garang mampu menampung debit air sebanyak 300-400 m3/detik, sedangkan pasca normalisasi daya tampung debit air meningkat menjadi 730m3/detik. Dalam perkembangannya, normalisasi BKB ini juga mendapatkankan tujuan tambahan yaitu penataan kawasan di sempadan BKB sehingga menjadi memiliki nilai estetika dan memberikan manfaat pada sektor sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat Kota Semarang khususnya. Sebagai evaluasi terhadap keberhasilan suatu kegiatan diperlukan peninjauan terhadap aspek efektivitas dan efisiensi kegiatan tersebut. Menurut Gerald Vinten, pengertian efisiensi adalah doing things right dan pengertian efektivitas adalah doing the right things. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian efektif adalah dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; sedangkan pengertian efisien adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya). Dalam konteks ini, perlu diketahui apakah dengan normalisasi BKB tersebut efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah banjir di kota Semarang. Berdasarkan kajian secara intensif, debit banjir 50 tahunan adalah 960 meter kubik per detik. Diharapkan, sebanyak 200 meter kubik per detik bisa ditahan di Waduk Jatibarang di Kecamatan Gunungpati, sedangkan sebanyak 740 meter kubik per detik akan ditampung di sungai BKB. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, terdapat tiga komponen yang diusulkan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan banjir di kota Semarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sungai BKB tidak dapat menjadi komponen tunggal dalam pengendalian banjir, akan tetapi perlu didukung oleh dua komponen lainnya. Tujuan normalisasi sungai BKB sebagai pengendali banjir dapat tercapai jika pembangunan waduk Jatibarang dan perbaikan drainase kota Semarang telah selesai dikerjakan. Dengan selesainya waduk Jatibarang pada tahun 2014, fungsi BKB sebagai pengendalian banjir untuk sementara dapat dinilai efektif. Hal ini dibuktikan dengan sejak dilakukannya normalisasi BKB, banjir yang terjadi di Semarang bagian Barat dan Utara
  • 23. 22 menjadi berkurang. Jika terjadi genangan, masih dalam batas yang tidak membahayakan jiwa penduduk. Untuk lebih meningkatkan nilai efektivitas fungsi BKB sebagai pengendali banjir, maka komponen yang ketiga yaitu perbaikan drainase kota Semarang harus segera dilaksanakan. Selain pelaksanaan pembangunan ketiga komponen tersebut, pemerintah juga harus membuat regulasi dan melakukan law enforcement terkait aktivitas masyarakat yang dapat mengganggu fungsi dari ketiga komponen pengendali banjir tersebut, misalnya dengan pengaturan aktivitas masyarakat di sempadan BKB dan penerapan sanksi hukum pada masyarakat yang membuang sampah di BKB dan drainase kota. Normalisasi Banjir Kanal Timur (BKT) juga harus segara dilakukan demi makin efektifnya program penanggulan banjir di kota Semarang. Ditinjau dari aspek efisiensi, masih sulit untuk mengukur tingkat efisiensi dari aspek biaya. Sebuah sumber menyebutkan anggaran yang dikucurkan dalam proyek normalisasi sungai BKB adalah sebesar 288 milyar rupiah, namun belum ada kajian ilmiah apakah nilai yang diinvestasikan tersebut mampu menekan risiko kerugian yang timbul akibat banjir. Jika kita melihat dari perspektif lainnya bahwa dengan melakukan investasi dengan jumlah tersebut kita tidak hanya melakukan upaya pencegahan banjir, akan tetapi juga mampu mendatangkan nilai manfaat lainnya dari aspek, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan hidup. Dari aspek ekonomi yaitu dengan dijadikannya BKB sebagai lokasi wisata maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di sekitar sempadan BKB. Dari aspek kesehatan, kondisi BKB yang tertata rapih bersih dan tidak kumuh mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan dari aspek lingkungan hidup dengan kondisi BKB yang bersih maka nilai pencemaran lingkungan menjadi berkurang. Yang tidak kalah pentingnya adalah manfaat dari aspek sosial budaya, setelah masyarakat menyadari akan nilai manfaat yang didatangkan oleh keberadaan BKB maka diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk mengubah pola dan budaya hidup mereka. Misalnya dengan menjaga kebersihan BKB. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dapat kami simpulkan bahwa kebijakan normalisasi BKB dapat dikatakan efisien jika kita tidak hanya menilai dari nilai potensi kerugian akibat banjir yang bisa cegah. Tetapi juga kita harus melihat dari manfaat-manfaat ikutan yang bisa dihadirkan dengan kegiatan normalisasi BKB tersebut.
  • 24. 23 2.4 KEBERLANJUTAN NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG 2.4.1 Identifikasi Permasalahan Secara umum banjir kanal barat mempunyai beberapa masalah yang akan mempengaruhi pertumbuhan dimasa yang akan datang. Beberapa masalah yang telah dapat diidentifikasi disajikan berikut ini : 1. Normalisasi itu dinilai mendesak untuk mengurangi beban banjir dan rob khususnya pada sistem drainase wilayah Semarang Tengah. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Sunardji mengatakan, saat ini sedimentasi di Sungai sudah sangat memprihatinkan. 2. Untuk kawasan Banjir Kanal Barat berada pada daerah rendah.Daerah rendah membentang sepanjang Pantai dengan lebar antara 3 – 10 km, kelerengan lahan datar sekitar 0 – 2%, dengan ketinggian maksimal 10 m diatas MSL, beberapa daerah berada pada ketinggian sekitar 0,70 m di bawah MSL. Merupakan daerah endapan alluvial yang cukup tebal (30-45 m), daya dukung tanah yang relatif rendah. Kendala pengembangan pada daerah ini adalah banjir (lokal, kiriman, air pasang) serta penurunan kawasan. 3. Potensi terhadap erosi dan shock flooding (banjir kiriman) cukup besar. Untuk mengantisipasi kendala, memerlukan penyediaan sarana infrastrukturr (flood control dan drainase) yang lebih mahal, dengan penanganan yang cermat. 4. Tingginya sedimentasi yang terjadi di Sungai Banjir KanalBarat Untuk mengurangi sedimentasi yang terjadi di Banjir KanalBarat, padatahun 2012 lalu sudah diantisipasi dengan membuat dua cek dam di Sungai Kreo dan satu cek dam di Kali Garang. 5. Pencemaran Air Sungai oleh limbah pabrik Perkembangan industri secara langsung maupuntidak langsung menyebabkan pencemaran beberapa logam berat seperti Cddan Pb di aliran sungai. Dari Pencemaran logam berat Cd dan Pb tersebut di perairanKali Garang maka mengakibatkan ikan yang hidup dan berkembang biak diKali Garang akan ikut mengakumulasi logam berat tersebut. Akibat yanglebih parah adalah ketika manusia yang mengkonsumsi ikan yang
  • 25. 24 telahmengakumulasi logam berat tersebut, dimana dapat mengakibatkankeracunan dan kematian. 6. Limbah TPA Jatibarang TPA Jatibarang merupakan tempat pembuangan akhir di Semarang yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Penumpukan sampah di TPA Jatibarang yang sudah semakin banyak dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dari data Dinas kebersihan kota Semarang tahun 2012 (Dinas Kebersihan kota Semarang, 2012), komposisi sampah yang masuk ke TPA Jatibarang 61,95% terdiri dari sampah organic dan 38,05% sampah anorganik. 2.4.2 Rencana Pembangunan dan Realisasi Pembangunan Rencana Pembangunan Realisasi Pembangunan  Banjir Kanal Barat merupakan paket solusi mengantisipasi banjir dan rob.  Sampah menumpuk di sungai Banjir Kanal Barat yang mengakibatkan pendangkalan sungai yang akhirnya menyebabkan banjir di daerah sekitarnya.  Pada awalnya kedua drainase induk itu hanya difungsikan sebagai aliran luapan banjir dari Gunung Ungaran ke laut Jawa. Sesuai rencana, kedua sungai itu tak digunakan untuk pembuangan air yang berasal dari dalam Kota Semarang. “Sekarang permasalahan menjadi lebih parah karena mengalami sedimentasi yang sangat dan kapasitas alur sungai menjadi berkurang.  Banjir Kanal Barat sudah cukup efektif untuk mengantisipasi banjir kota semarang, yang awal nya sungai BKB hanya mampu menampung debit banjir 2 tahunan, setelah normalisasi menjadi dapat menampung debit bajir 25 tahunan.  Sampah yang awalnya menumpuk pada sungai BKB kini sudah sangat berkurang bahkan sungai dpat dimanfaatkan untuk pariwisata, diman ada acara festival BKB setiap tahunnya.  Sudah dilakukanya pengerukan sedimentasi pada sungai BKB, sehingga sungai dapat menampung air lebih banyak.
  • 26. 25 2.4.3 Kondisi Sungai Banjir Kanal Barat Dulu dan Sekarang 1. Kondisi awal Sungai banjir kanal Barat Semarang Kondisi Sungai BKB akibat adanya erosi Belum maksimalnya Sungai BKB untuk menampung air Sedimentasi pada Sungai BKB
  • 27. 26 2. Kondisi Sungai Banjir Kanal Barat Ketika dalam Proses Normalisasi Pengerukan sedimentasi pada Sungai BKB Proses Normalisasi Sungai BKB Pengerukan Sedimentasi pada Sungai BKB
  • 28. 27 3. Kondisi Setelah Proses Normaliasai Sungai Banjir Kanal Barat Peningkatan apasitas Sungai BKB setelah di normalisasi Kondisi Sungai BKB setelah di normalisasi Sedimentasi pada Sungai BKB sudah teratasi
  • 29. 28 Kondisi Sungai BKB setelah dinormalisasi pada malam hari Festival Sungai BKB setelah dinormalisasi Sungai BKB yang dimanfaatkan sebagai wisata air
  • 30. 29 2.4.4 Keberlanjutan Normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat Dari kegiatan proyek normalisasi sungai BKB ini dinilai cukup efektif untuk menangani banjir dan rob di kota semarang. Normalisasi sungai BKB ini, mengurangi sedimentasi dan penumpukan sampah pada penampang sungai, sehingga kapasitas penampang sungai kembali pada bentuk penampang semula yang dapat menampung debit banjir pada periode banjir 25 tahunan. Sungai BKB juga dimanfaatkan untuk pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan sungai untuk acara festival perahu hias yang diadakan setiap setahun sekali. Setelah kegiatan normalisasi Sungai BKB selanjutnya akan dilakukan penetapan daerah sempadan sungai, penataan sempadan sungai dan restorasi sempadan sungai. Hasil dari restorasi sempadan sungai ini dapat dimanfaatkan sebagai area olah raga berupa jogging track dan bicycle track. Pemanfaatan sempadan sungai yang lain yaitu sebagai area terbuka untuk umum, dimana banyak terdapat pedagang kaki lima dan juga taman. 3. KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Normalisasi Banjir Kanal barat sampai dengan saat ini dapat dinilai ekonomis, relevan, efektif dan efisien karena dengan biaya sebesar 288M yang dikucurkan tidak hanya mampu mengurangi risiko banjir tetapi juga mendatangkan manfaat ikutan lainnya, yaitu peningkatan kesejahteraan, perubahan perilaku masyarakat, derajat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Selain itu juga kegiatan ini dapat menghadirkan potensi pariwisata baru dan alternatif ruang sosial perkotaan yang dapat dimanfaatkan penduduk kota untuk berbagai aktivitas. 3.2 Saran Saran yang dapat dikemukakan dari hasil kajian ini adalah: 1. Perlu pendampingan terhadap masyarakat untuk menjaga keberadaan bkb yang nyata telah mampu memberikan berbagai manfaat terhadap masyarakat; 2. Percepatan pelaksanaan komponen penanggulangan banjir yang belum terlaksana (perbaikan drainase kota semarang, pembangunan bendungan di hulu) sehingga mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi fungsi utama bkb sebagai pengendali banjir;
  • 31. 30 3. Peningkatan promosi pariwisata air di Banjir Kanal Barat Semarang untuk lebih mengoptimalkan potensi yang telah terbangun. 4. Peningkatan sosialisasi dan pendidikan kebersihan lingkungan di masyarakat sekitar Banjir Kanal Barat Semarang agar tidak menggunakan sungai untuk aktivitas yang dapat bermuara pada pencemaran sungai. DAFTAR PUSTAKA BBWS Pemali Juana. (2014). Laporan Pekerjaan Kajian Daerah Sempadan Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang 9,5 KM. Semarang: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2012/08/proyek-normalisasi-banjir-kanal-barat.html http://www.kompasiana.com/imammaarif/banjir-kanal-barat-semarang-dulu-dan- kini_552c08dc6ea834f32c8b4578 https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ Purwanto, L. M. F. (2005). Kota Kolonial Lama Semarang (Tinjauan Umum Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota). Dimensi Teknik Arsitektur, 33 (1), 27-33. Prasetyo, D., Dermawan, V., & Primantoyo, A. H. (2015). Kajian Penanganan Sedimentasi Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Jurnal Teknik Pengairan, 6 (1), 76-87.