SlideShare a Scribd company logo
1 of 65
Download to read offline
Oleh:
De Dwi Saptarahadi (1681511011)
Outline pembahasan :
1. Latar belakang dan Sejarah WS Brantas
2. Visi, Misi, Sasaran, Maksud dan Tujuan
3. Isu Strategis Nasional
4. Manajemen dan Kebijakan Pengelolaan
5. Kondisi Wilayah Sungai Brantas
6. Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahannya
7. Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan
8. Strategi dan Skenario Pengelolaan SDA (Th. 2006-2030)
9. Analisis Strategi dan Kebijakan Operasional Pengelolaan SDA
10. Peta Tematik Pengelolaan SDA
POLA PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
WILAYAH SUNGAI BRANTAS
WS Brantas merupakan WS terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa
Timur pada 110°30' BT sampai 112°55' BT dan 7°01' LS sampai 8°15' LS.
Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, untuk dan demi peradaban manusia, tanpa pengembangan sumber daya air,
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini.
Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus meningkat
dari tahun ke tahun, tetapi di lain pihak ketersedian sumber daya air semakin terbatas.
Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat, diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang
harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan
potensi pengembangan sumber daya air (SDA), melindungi, melestarikan dan
meningkatkan nilai SDA dan lahan.
Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian
dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan.
Sejak abad ke 8, di DAS Kali Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan
corak agraris, bernama Kanjuruhan (Bukti: Candi Badut dan prasasti Dinoyo
yang berangka tahun 760 M)
Wilayah hulu DAS Kali Brantas di mana kerajaan ini berpusat sangat cocok
untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur
sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat
kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997).
Ada tiga bagian prasasti yang ditemukan, yang tertua berangka tahun 804 M
dan yang termuda bertarikh 927 M. Dalam prasasti ini, disebutkan
pembangunan sistem irigasi yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali
Konto, yakni Kali Harinjing (Lombard, 2000).
Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur karena
60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai
ini.
Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa
dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum
bagi sejumlah kota disepanjang alirannya.
Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu
Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik
yang mengalir ke sungai ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan-
bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi.
Gambar 1. Sungai Brantas sebelum tahun 1940
Gambar 2. Sungai Brantas yang mendangkal
di Kota Kediri
a. Visi pola pengelolaan sumber daya air di WS Brantas ini adalah
”Pengelolaan sumber daya air berkelanjutan sebagai landasan kesejahteraan masyarakat”
Dapat diartikan bahwa sumber daya air di WS Brantas merupakan faktor dasar yang bila dikelola
dengan baik akan memberikan jaminan keberlanjutan bagi pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya masyarakat.
b. Misi untuk pola pengelolaan sumber daya air WS Brantas adalah:
 Melakukan konservasi sumber daya air sehingga dapat dicapai pendayagunaan sumber
daya air yang optimal sekaligus diperoleh pengendalian daya rusak air yang maksimal.
 Mengembangkan potensi air yang ada beserta aspek kelembagaan dan pembiayaannya
demi tercapainya tata kelola sumber daya air yang lebih berhasil guna.
 Meningkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola sumber daya air
yang ditopang dengan data dan informasi yang memadai.
Sasaran untuk pola pengelolaan sumber daya air WS Brantas adalah:
1. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut tata guna air, tata guna sumber daya
alam, tata guna tanah serta kebijakan penataan ruang.
2. Memberikan arahan terjaminnya ketersediaan air untuk kepentingan masa kini dan masa
yang akan datang.
3. Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan yang berkaitan dengan SDA
antara lain kawasan budidaya, pusat-pusat perkembangan pemukiman, sistem sarana dan
prasarana wilayah.
Menyusun kerangka dasar/awal pengelolaan SDA yang ada di WS Brantas
dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta
keseimbangan antara upaya konservasi SDA dan pendayagunaan SDA.
Terselenggaranya pengelolaan SDA secara terpadu, terkoordinasi dan
berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (sampai tahun 2030)
1. MDG’s Program
(Milennium Development Goals)
Potensi air yang ada di WS Brantas dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan air akan air baku untuk air minum dan industri di daerah perkotaan terutama pada
musim kemarau untuk dapat meningkatkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan air penduduk
pada masa yang akan datang.
2. Ketahanan Pangan
Dari proyeksi kebutuhan beras dan realisasi produksi padi pada tahun 2004 sebesar 2,2 juta ton,
maka tahun 2030 diharapkan kebutuhan pangan jenis beras masih dapat dipenuhi dan
mengalami surplus.
3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan tantangan serius terhadap kemanusiaan dan pembangunan
berkelanjutan sehingga memerlukan tanggapan yang proaktif serta usaha bersama oleh para
pemangku kepentingan (stake holder)
4. Degradasi Lingkungan
Kondisi DAS di WS Brantas yang telah banyak mengalami kerusakan dan penurunan fungsi,
banyak dijumpai di DAS Brantas, khususnya di sub DAS Brantas Hulu, sub DAS Lekso, sub DAS
Konto Hulu dan sub DAS Brangkal.
5. Penggunaan Lahan
WS Brantas kondisi topografinya sangat bervariasi. Ini menyebabkan lahan yang tersedia tidak
seluruhnya dapat dibudidayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harus
terdapat kawasan lindung yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya untuk menjaga
keseimbangan lingkungan dan mencegah berulangnya kerusakan lingkungan.
6. Semburan Lumpur
Sidoarjo
Dengan adanya semburan tersebut maka Kali Porong dimanfaatkan sebagai sarana
pengaliran lumpur, oleh karena itu perlu kiranya kajian hidraulik lebih lanjut dan dicarikan
alternatif suatu sistem pengaliran lumpur yang secara hidraulik tidak mengganggu terhadap
sistem pengelolaan Sumber Daya Air termasuk pengendalian banjir yang sudah ada
Pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup
dan melibatkan semua pihak, baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola,
memerlukan manajemen pengelolaan dengan pendekatan “one river basin, one plan and one
integrated management”
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas adalah salah satu institusi pengelola sumber daya air
wilayah sungai strategis nasional yang berkedudukan di kota Surabaya Provinsi Jawa Timur,
dengan tugas pokok utamanya adalah : merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air,
sebagaimana tercantum dalam Permen PU Nomor : 23/PRT/ M/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Besar dan Balai Di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas termasuk balai besar wilayah sungai type A yang terdiri dari :
1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Program dan Evaluasi
3. Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air
4. Bidang Pelaksanaan Pemanfaatan Air
5. Bidang Operasi dan Pemeliharaan SDA
Sedang dalam pelaksanaan anggaran kegiatan terdiri dari 3 (tiga) Satker yaitu
1. Satker Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Terdiri dari 4 Pejabat Pembuat Komitmen :
 PPK Ketatalaksanaan
 PPK Perencanaan dan Program
 PPK Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
 PPK Pemanfaatan Peralatan
2. SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Terdiri dari 5 Pejabat Pembuat Komitmen :
PPK Sungai dan Pantai I
PPK Sungai dan Pantai II
PPK Pengendalian Lahar Gunung Kelud
PPK Pengendalian Lahar Gunung Semeru
PPK Waduk Bajulmati
3. SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Terdiri dari 6 Pejabat Pembuat Komitmen :
PPK Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Air
PPK Nipah
PPK Pengembangan Air Baku I
PPK Pengembangan Air Baku II
PPK Irigasi
PPK Pemanfaatan Air Tanah
 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
 Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
 Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan.
 Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
 dan lain-lain
RTRW propinsi merupakan :
1. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi.
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah propinsi serta keserasian antar sektor.
3. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat.
4. Pengarah dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang merupakan dasar
dalam pengawasan terhadap perijinan lokasi pembangunan.
RTRW propinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar wilayah,
sehingga pertumbuhan wilayah di propinsi Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama
antar wilayah sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya.
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas, aspek tata ruang merupakan salah
satu faktor yang dipertimbangkan yaitu dari segi pengembangan pemanfaatan ruang
untuk pemanfaatan sumber daya air bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan.
• Kewenangan pengelolaan SDA ditentukan
berdasarkan satuan wilayah sungai (untuk
air permukaan) dan cekungan air tanah
(untuk air tanah).
• Pembagian ini didasarkan kondisi
topografis dari sungai tersebut yang
dikaitkan dengan batas-batas administrasi
pemerintahan.
Luas catchment area WS Brantas sebesar 14.103 km²
Panjang sungai ± 320 km melintasi 15 Kota/Kabupaten
Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun (85% jatuh pada musim hujan)
Potensi air permukaan rata-rata 13,232 milyar m³/tahun
Termanfaatkan sebesar 5-6 milyar m³/tahun
• Terdiri dari 6 Sub DAS, dan 32 Basin Block
1. DAS Brantas (11.988 km²)
• Terdiri dari 3 (tiga) sungai utama, yaitu: Kali Ngampo, Kali Tengah,
dan Kali Tumpak Nongko
2. DAS Tengah ( 596 km²)
• Terdiri dari 4 (empat) sungai utama, yaitu Kali Klathak, Kali
Kedungbanteng, Kali Ngrejo, dan Kali Sidorejo
3. DAS Ringin Bandulan (595 km²)
• Terdiri dari 2 (dua) sungai utama, yaitu: Kali Glidik dan Kali Bambang
4. DAS Kondang Merak (924 km²)
Luas WS Brantas : 14.103 km²
Terdiri dari 4 DAS, yaitu:
• Mata pencaharian utama terdapat
pada sektor pertanian (pertanian,
perkebunan, perikanan, peternakan,
dll)
Data Kepadatan Penduduk WS Brantas
Data curah hujan yang dipakai dalam analisa berasal dari pengukuran dan pencatatan 49 stasiun
penakar hujan on-line dan off-line dengan pencatatan mulai tahun 1991-2005 (15 tahun).
 Temperatur
- Tertinggi : 35,6° di bulan Nopember
- Terendah : 18,1° di bulan Juli
 Tekanan Udara
- Tertinggi : 1012,4 milibar di bulan September
- Terendah : 1.009,2 milibar di bulan Pebruari
 Kecepatan Angin
- Tertinggi : 7,4 knot di bulan Juli (berhembus ke arah Timur)
- Terendah : 4,3 knot di bulan Maret (berhembus ke arah Timur)
 Kondisi berawan (mendung) paling sering terjadi di bulan pebruari dan Desember
 Rata-rata penyinaran pada bulan Pebruari sebesar 52% dan bulan desember 46,1%
Kondisi Hidrologi
1. Terus menurunnya luas dan kondisi hutan yang berdampak pada
kerusakan ekosistem dalam tatanan wilayah sungai
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Rendahnya kapasitas pengelola kehutanan, sumber daya manusia,
pendanaan, sarana prasarana, kelembagaan, serta insentif bagi
pengelola kehutanan.
4. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan
jasa-jasa lingkungan.
5. Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup
dengan peraturan perundangan sektor lainnya.
6. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan
lingkungan.
Berdasarkan Master Plan II dan III, debit dalam pengendalian banjir dihitung mengacu pada
kala ulang 50 tahun dengan melakukan upaya diantaranya adalah dengan mempercepat aliran
air ke laut dan perbaikan plengsengan atau lindungan tebing.
 Pengendalian banjir di WS Brantas dilakukan dengan prinsip pengendalian
secara terpadu.
 Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-waduk untuk
pengendalian banjir.
 Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai akibat
pembendungan dilakukan dengan mengatur operasi pintu air di bendungan
atau bendung secara berurutan
 Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali Porong menuju ke
laut dengan pengoperasian Bendung Lengkong Baru apabila debit sungai Kali
Surabaya di stasiun Perning > 150 m3.
 Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan untuk dialirkan ke
laut melalui pengoperasian Pintu Air Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke
sungai Kali Mas) dan Pintu Air Jagir (memisahkan aliran ke sungai Kali
Wonokromo
1. Prinsip Pengendalian banjir
• Pengendalian secara langsung dilaksanakan dengan memanfaatkan prasarana pengairan. Sedangkan
pengendalian dengan upaya tidak langsung lebih ditekankan kepada pengelolaan resiko (management of risk).
2. Teknik Pengendalian Banjir
• Sumber pencemar dominan yang mencemari sungai Brantas adalah sebagai berikut :
a. Limbah industri Di WS Brantas terdapat 483 industri yang berpotensi membuang limbahnya yang
berpengaruh langsung pada kualitas air sungai.
b. Limbah domestik Limbah domestik (rumah tangga, hotel, restoran, dan lain-lain) adalah sumber yang paling
besar memberikan kontribusi limbah pada WS Brantas yaitu sebesar 205 ton BOD/hari
c. Limbah pertanian Sumber pencemar dari pertanian berasal dari sisa pestisida dan pupuk an-organik dan
yang mengalir ke sungai bersama dengan sisa air irigasi. Pencemaran ini umumnya terjadi pada saat
musim hujan. Dampak yang terjadi akibat limbah pertanian tersebut adalah terjadinya eutrofikasi perairan di
waduk (terutama di Waduk Sutami).
3. Kualitas Air
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengendalian pencemaran di WS Brantas, antara lain:
a. Pengendalian limbah domestik belum dilaksanakan, padahal berdasarkan penelitian beban pencemaran
limbah domestik mencapai 62% dari total beban yang masuk sungai.
b. Penegakan hukum terhadap pencemar masih lemah, karena masih mempertimbangan aspek sosial,
ekonomi, kesempatan kerja dan lain sebagainya.
c. Banyak industri yang kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)-nya lebih kecil dari limbah yang
diproduksi, sehingga buangan limbahnya tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
d. Pengendalian pencemaran air merupakan masalah yang kompleks, memerlukan dana besar dan waktu
panjang serta memerlukan komitmen semua pihak yang berkepentingan.
4. Permasalahan dalam Pengendalian Pencemaran
•Dalam rangka pengendalian pencemaran, perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara
berkesinambungan, sehingga dari hasil pemantauan tersebut akan menghasilkan informasi kualitas
air sungai Brantas dan sumber-sumber pencemar secara menyeluruh.
5. Pemantauan Kualitas Air di WS Brantas
a. Sistem off-line
Pemantauan kualitas air secara manual dilakukan pada: 51 lokasi titik pantau di sungai Brantas
(termasuk di waduk), 53 lokasi titik pantau limbah industri, 10 lokasi titik pantau limbah domestik.
b. Sistem on-line
Peralatan yang digunakan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan informasi dengan
komunikasi yang didukung 4 (empat) komponen utama, yaitu:
- Data Acquisition Terdiri dari suatu jaringan stasiun pemantauan kualitas air yang dibangun di
suatu area tertentu.
- Data Transmission Merupakan perangkat komunikasi data serta media komunikasi data yang
menghubungkan antara Master Station dengan stasiun pemantau kualitas air. Dalam hal ini
media komunikasi data yang digunakan adalah saluran telepon.
- Central Processing Station (Master Station) berfungsi sebagai pengolah data menjadi informasi
dengan menampilkannya dalam beberapa struktur/model sesuai yang diinginkan.
- Information Distribution Seluruh informasi hasil pengolahan dari Master Station dapat
didistribusikan ke tempat lain, sehingga semua pihak yang berkepentingan dapat juga
memperoleh informasi/data tersebut. Distribusi informasi/data dilakukan melalui internet.
Sampai saat ini, dua puluh tiga (23) stasiun pemantauan kualitas air on-line/real time telah
dibangun di WS Brantas.
6. Sistem Pemantauan
Sistem informasi sumber daya air di WS Brantas pada saat ini belum dikelola secara
terintegrasi. Informasi sumber daya air yang ada pada saat ini masih dikelola oleh
masing-masing instansi yaitu:
1. Informasi kondisi hidrologis: Dinas PU Pengairan, PJT I, Balai PSDA, BBWS Brantas.
2. Informasi kualitas air: BAPEDAL, PJT I, PDAM Surabaya.
3. Informasi Hidrometeorologis: Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
4. Informasi Hidrogeologis: Dinas ESDM, Dinas PU Pengairan.
5. Informasi kebijakan SDA dan lain-lain: Ditjen SDA Departemen PU, BBWS Brantas.
 Dalam tahap perencanaan, masyarakat ikut berperan dalam
pengambilan keputusan, melalui Pertemuan Konsultasi
Masyarakat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air.
Bentuk lain partisipasi masyarakat dalam perencanaan adalah
penetapan alokasi air untuk masing-masing pemanfaat di WS
Brantas yang terhimpun dalam wadah Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air WS Brantas (TKPSDA) atau wadah koordinasi
lainnya
 Peran serta masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air
di antaranya diwujudkan dalam Himpunan Petani Pemakai Air
(HIPPA). Dalam hal ini petani berperan serta dalam pemeliharaan
saluran tersier baik dalam bentuk tenaga maupun biaya.
Kawasan Andalan yang terdapat di WS Brantas dalam RTRW Propinsi Jawa Timur
ditetapkan 3 (tiga) kawasan dengan sektor unggulan yaitu Sebagai berikut:
Proyeksi kondisi sosial ekonomi 25 tahun ke depan mencakup proyeksi penduduk,
pertumbuhan ekonomi, pertanian, energi dan air bersih dapat dilihat pada tabel berikut:
Ketersediaan air pada masing-masing DAS dan sub DAS dapat diketahui berdasarkan besaran debit air di
setiap bangunan pengairan baik tahunan maupun harian. Perhitungan curah hujan maksimum tahunan
kawasan sub DAS yang menggunakan metode poligon thiessen, dengan hasil sebagai berikut:
Potensi air permukaan di WS Brantas pada saat ini
13,232 miliar m3, dimana dari potensi ini yang
sudah termanfaatkan sekitar 5-6 miliar m3 untuk
memenuhi kebutuhan air rumah tangga, perkotaan
dan industri, serta untuk pertanian irigasi dan
perikanan tambak.
WS Brantas merupakan daerah yang memiliki
potensi air tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di
WS Brantas adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3.
Secara detail mengenai pengisian dan potensi air
tanah di kabupaten dan kota di WS Brantas dapat
dilihat pada tabel 3 disebelah.
Strategi dalam melakukan pengelolaan SDA dimasa yang akan datang beserta tahapan dalam
pelaksanaannya yang dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu :
 Jangka Pendek (2006 – 2010)
 Jangka Menengah (2011 – 2020)
 Jangka Panjang (2021 – 2030)
Dengan demikian dapat disusun beberapa Skenario pembangunan prasarana pengairan yang
baru berdasarkan kondisi sebagai berikut :
1. Kondisi Ekonomi Kuat
dilaksanakan usulan pembangunan prasarana pengairan yaitu Genteng I, Tugu, Beng,
kedungwarak, Ketandan, Semantok, Kuncir, Babadan, Lesti III, Kepanjen, Lumbangsari, kesamben,
Konto II.
2. Kondisi Ekonomi Sedang
dilaksanakan usulan pembangunan Genteng I, Lesti III, Kesamben, Tugu, Kuncir, Kedung warak,
Beng. - Kondisi ekonomi lemah dilaksanakan usulan pembangunan Genteng I dan Lesti III,
Kesamben, Kedungwarak, Beng
3. Kondisi Ekonomi Lemah
dilaksanakan usulan pembangunan Genteng I dan Lesti III, Kesamben, Kedungwarak, Beng
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuudhiye
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseinfosanitasi
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1Joy Irman
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...Joy Irman
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...infosanitasi
 
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase PerkotaanPola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase Perkotaaninfosanitasi
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaaninfosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...suningterusberkarya
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kotaBatasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kotaDidi Sadili
 
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
 

What's hot (20)

Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air baku
 
Bendungan tipe urugan
Bendungan tipe uruganBendungan tipe urugan
Bendungan tipe urugan
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainase
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
 
SDA (Air) Presentasi
SDA (Air) PresentasiSDA (Air) Presentasi
SDA (Air) Presentasi
 
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase PerkotaanPola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kotaBatasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
Batasan dan muatan rzwp3 k kabupaten kota
 
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 

Similar to OPTIMALISASI SDA BRANTAS

Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxPersiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxssuser773280
 
Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1Kotjo Negoro
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013alokasiair
 
Paparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdf
Paparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdfPaparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdf
Paparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdfIlyasSadad
 
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya Air
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya AirKuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya Air
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya AirWidiana Safaat
 
Aliran Kehidupan di Sungai Citarum
Aliran Kehidupan di Sungai CitarumAliran Kehidupan di Sungai Citarum
Aliran Kehidupan di Sungai CitarumDiella Dachlan
 
PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGON
PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGONPENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGON
PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGONHari Setiawan
 
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...Cahya Panduputra
 
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...Penataan Ruang
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Penataan Ruang
 
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptxMata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptxriorahmadhana1
 
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPermen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPenataan Ruang
 
48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx
48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx
48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptxSDN4TELAGA
 

Similar to OPTIMALISASI SDA BRANTAS (20)

Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxPersiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
 
Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1Bahan diskusi survey #1
Bahan diskusi survey #1
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013
 
Paparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdf
Paparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdfPaparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdf
Paparan sebagai syarat mengikuti uji kompetensi skk Ahli Muda K3 Konstruksi.pdf
 
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya Air
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya AirKuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya Air
Kuliah umum pengantar pengelolaan Sumber Daya Air
 
Aliran Kehidupan di Sungai Citarum
Aliran Kehidupan di Sungai CitarumAliran Kehidupan di Sungai Citarum
Aliran Kehidupan di Sungai Citarum
 
PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGON
PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGONPENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGON
PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI KOTA CILEGON
 
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
 
L2 p26 06
L2 p26 06L2 p26 06
L2 p26 06
 
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
Permen PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan S...
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
 
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptxMata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
 
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
 
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
 
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
 
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
 
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
113862274 skripsi-kebutuhan-air-bersih
 
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPermen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
 
48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx
48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx
48a99_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT_Yogya.pptx
 

Recently uploaded

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (9)

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 

OPTIMALISASI SDA BRANTAS

  • 2. Outline pembahasan : 1. Latar belakang dan Sejarah WS Brantas 2. Visi, Misi, Sasaran, Maksud dan Tujuan 3. Isu Strategis Nasional 4. Manajemen dan Kebijakan Pengelolaan 5. Kondisi Wilayah Sungai Brantas 6. Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahannya 7. Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 8. Strategi dan Skenario Pengelolaan SDA (Th. 2006-2030) 9. Analisis Strategi dan Kebijakan Operasional Pengelolaan SDA 10. Peta Tematik Pengelolaan SDA POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BRANTAS
  • 3.
  • 4. WS Brantas merupakan WS terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Timur pada 110°30' BT sampai 112°55' BT dan 7°01' LS sampai 8°15' LS. Sumber daya air adalah aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, untuk dan demi peradaban manusia, tanpa pengembangan sumber daya air, peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati saat ini. Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan, di satu pihak terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi di lain pihak ketersedian sumber daya air semakin terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air (SDA), melindungi, melestarikan dan meningkatkan nilai SDA dan lahan. Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan.
  • 5. Sejak abad ke 8, di DAS Kali Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan corak agraris, bernama Kanjuruhan (Bukti: Candi Badut dan prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 M) Wilayah hulu DAS Kali Brantas di mana kerajaan ini berpusat sangat cocok untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997). Ada tiga bagian prasasti yang ditemukan, yang tertua berangka tahun 804 M dan yang termuda bertarikh 927 M. Dalam prasasti ini, disebutkan pembangunan sistem irigasi yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yakni Kali Harinjing (Lombard, 2000). Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur karena 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan- bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi. Gambar 1. Sungai Brantas sebelum tahun 1940 Gambar 2. Sungai Brantas yang mendangkal di Kota Kediri
  • 6.
  • 7. a. Visi pola pengelolaan sumber daya air di WS Brantas ini adalah ”Pengelolaan sumber daya air berkelanjutan sebagai landasan kesejahteraan masyarakat” Dapat diartikan bahwa sumber daya air di WS Brantas merupakan faktor dasar yang bila dikelola dengan baik akan memberikan jaminan keberlanjutan bagi pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. b. Misi untuk pola pengelolaan sumber daya air WS Brantas adalah:  Melakukan konservasi sumber daya air sehingga dapat dicapai pendayagunaan sumber daya air yang optimal sekaligus diperoleh pengendalian daya rusak air yang maksimal.  Mengembangkan potensi air yang ada beserta aspek kelembagaan dan pembiayaannya demi tercapainya tata kelola sumber daya air yang lebih berhasil guna.  Meningkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola sumber daya air yang ditopang dengan data dan informasi yang memadai.
  • 8. Sasaran untuk pola pengelolaan sumber daya air WS Brantas adalah: 1. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut tata guna air, tata guna sumber daya alam, tata guna tanah serta kebijakan penataan ruang. 2. Memberikan arahan terjaminnya ketersediaan air untuk kepentingan masa kini dan masa yang akan datang. 3. Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan yang berkaitan dengan SDA antara lain kawasan budidaya, pusat-pusat perkembangan pemukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah.
  • 9. Menyusun kerangka dasar/awal pengelolaan SDA yang ada di WS Brantas dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta keseimbangan antara upaya konservasi SDA dan pendayagunaan SDA. Terselenggaranya pengelolaan SDA secara terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (sampai tahun 2030)
  • 10.
  • 11. 1. MDG’s Program (Milennium Development Goals) Potensi air yang ada di WS Brantas dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan air akan air baku untuk air minum dan industri di daerah perkotaan terutama pada musim kemarau untuk dapat meningkatkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan air penduduk pada masa yang akan datang. 2. Ketahanan Pangan Dari proyeksi kebutuhan beras dan realisasi produksi padi pada tahun 2004 sebesar 2,2 juta ton, maka tahun 2030 diharapkan kebutuhan pangan jenis beras masih dapat dipenuhi dan mengalami surplus. 3. Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan tantangan serius terhadap kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan sehingga memerlukan tanggapan yang proaktif serta usaha bersama oleh para pemangku kepentingan (stake holder) 4. Degradasi Lingkungan Kondisi DAS di WS Brantas yang telah banyak mengalami kerusakan dan penurunan fungsi, banyak dijumpai di DAS Brantas, khususnya di sub DAS Brantas Hulu, sub DAS Lekso, sub DAS Konto Hulu dan sub DAS Brangkal. 5. Penggunaan Lahan WS Brantas kondisi topografinya sangat bervariasi. Ini menyebabkan lahan yang tersedia tidak seluruhnya dapat dibudidayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harus terdapat kawasan lindung yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah berulangnya kerusakan lingkungan. 6. Semburan Lumpur Sidoarjo Dengan adanya semburan tersebut maka Kali Porong dimanfaatkan sebagai sarana pengaliran lumpur, oleh karena itu perlu kiranya kajian hidraulik lebih lanjut dan dicarikan alternatif suatu sistem pengaliran lumpur yang secara hidraulik tidak mengganggu terhadap sistem pengelolaan Sumber Daya Air termasuk pengendalian banjir yang sudah ada
  • 12.
  • 13. Pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dan melibatkan semua pihak, baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, memerlukan manajemen pengelolaan dengan pendekatan “one river basin, one plan and one integrated management” Balai Besar Wilayah Sungai Brantas adalah salah satu institusi pengelola sumber daya air wilayah sungai strategis nasional yang berkedudukan di kota Surabaya Provinsi Jawa Timur, dengan tugas pokok utamanya adalah : merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air, sebagaimana tercantum dalam Permen PU Nomor : 23/PRT/ M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai Di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga.
  • 14. Balai Besar Wilayah Sungai Brantas termasuk balai besar wilayah sungai type A yang terdiri dari : 1. Bagian Tata Usaha 2. Bidang Program dan Evaluasi 3. Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air 4. Bidang Pelaksanaan Pemanfaatan Air 5. Bidang Operasi dan Pemeliharaan SDA
  • 15. Sedang dalam pelaksanaan anggaran kegiatan terdiri dari 3 (tiga) Satker yaitu 1. Satker Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Terdiri dari 4 Pejabat Pembuat Komitmen :  PPK Ketatalaksanaan  PPK Perencanaan dan Program  PPK Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air  PPK Pemanfaatan Peralatan 2. SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Terdiri dari 5 Pejabat Pembuat Komitmen : PPK Sungai dan Pantai I PPK Sungai dan Pantai II PPK Pengendalian Lahar Gunung Kelud PPK Pengendalian Lahar Gunung Semeru PPK Waduk Bajulmati 3. SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Terdiri dari 6 Pejabat Pembuat Komitmen : PPK Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Air PPK Nipah PPK Pengembangan Air Baku I PPK Pengembangan Air Baku II PPK Irigasi PPK Pemanfaatan Air Tanah
  • 16.
  • 17.
  • 18.  Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.  Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.  Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.  Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.  Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional  dan lain-lain
  • 19. RTRW propinsi merupakan : 1. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah propinsi. 2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah propinsi serta keserasian antar sektor. 3. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat. 4. Pengarah dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang merupakan dasar dalam pengawasan terhadap perijinan lokasi pembangunan. RTRW propinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar wilayah, sehingga pertumbuhan wilayah di propinsi Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama antar wilayah sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya. Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas, aspek tata ruang merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan yaitu dari segi pengembangan pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan sumber daya air bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan.
  • 20. • Kewenangan pengelolaan SDA ditentukan berdasarkan satuan wilayah sungai (untuk air permukaan) dan cekungan air tanah (untuk air tanah). • Pembagian ini didasarkan kondisi topografis dari sungai tersebut yang dikaitkan dengan batas-batas administrasi pemerintahan.
  • 21.
  • 22. Luas catchment area WS Brantas sebesar 14.103 km² Panjang sungai ± 320 km melintasi 15 Kota/Kabupaten Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun (85% jatuh pada musim hujan) Potensi air permukaan rata-rata 13,232 milyar m³/tahun Termanfaatkan sebesar 5-6 milyar m³/tahun
  • 23. • Terdiri dari 6 Sub DAS, dan 32 Basin Block 1. DAS Brantas (11.988 km²) • Terdiri dari 3 (tiga) sungai utama, yaitu: Kali Ngampo, Kali Tengah, dan Kali Tumpak Nongko 2. DAS Tengah ( 596 km²) • Terdiri dari 4 (empat) sungai utama, yaitu Kali Klathak, Kali Kedungbanteng, Kali Ngrejo, dan Kali Sidorejo 3. DAS Ringin Bandulan (595 km²) • Terdiri dari 2 (dua) sungai utama, yaitu: Kali Glidik dan Kali Bambang 4. DAS Kondang Merak (924 km²) Luas WS Brantas : 14.103 km² Terdiri dari 4 DAS, yaitu:
  • 24.
  • 25.
  • 26. • Mata pencaharian utama terdapat pada sektor pertanian (pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dll) Data Kepadatan Penduduk WS Brantas
  • 27. Data curah hujan yang dipakai dalam analisa berasal dari pengukuran dan pencatatan 49 stasiun penakar hujan on-line dan off-line dengan pencatatan mulai tahun 1991-2005 (15 tahun).  Temperatur - Tertinggi : 35,6° di bulan Nopember - Terendah : 18,1° di bulan Juli  Tekanan Udara - Tertinggi : 1012,4 milibar di bulan September - Terendah : 1.009,2 milibar di bulan Pebruari  Kecepatan Angin - Tertinggi : 7,4 knot di bulan Juli (berhembus ke arah Timur) - Terendah : 4,3 knot di bulan Maret (berhembus ke arah Timur)  Kondisi berawan (mendung) paling sering terjadi di bulan pebruari dan Desember  Rata-rata penyinaran pada bulan Pebruari sebesar 52% dan bulan desember 46,1% Kondisi Hidrologi
  • 28.
  • 29. 1. Terus menurunnya luas dan kondisi hutan yang berdampak pada kerusakan ekosistem dalam tatanan wilayah sungai 2. Lemahnya penegakan hukum 3. Rendahnya kapasitas pengelola kehutanan, sumber daya manusia, pendanaan, sarana prasarana, kelembagaan, serta insentif bagi pengelola kehutanan. 4. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa lingkungan. 5. Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup dengan peraturan perundangan sektor lainnya. 6. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.
  • 30.
  • 31. Berdasarkan Master Plan II dan III, debit dalam pengendalian banjir dihitung mengacu pada kala ulang 50 tahun dengan melakukan upaya diantaranya adalah dengan mempercepat aliran air ke laut dan perbaikan plengsengan atau lindungan tebing.  Pengendalian banjir di WS Brantas dilakukan dengan prinsip pengendalian secara terpadu.  Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-waduk untuk pengendalian banjir.  Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai akibat pembendungan dilakukan dengan mengatur operasi pintu air di bendungan atau bendung secara berurutan  Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali Porong menuju ke laut dengan pengoperasian Bendung Lengkong Baru apabila debit sungai Kali Surabaya di stasiun Perning > 150 m3.  Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan untuk dialirkan ke laut melalui pengoperasian Pintu Air Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke sungai Kali Mas) dan Pintu Air Jagir (memisahkan aliran ke sungai Kali Wonokromo 1. Prinsip Pengendalian banjir
  • 32. • Pengendalian secara langsung dilaksanakan dengan memanfaatkan prasarana pengairan. Sedangkan pengendalian dengan upaya tidak langsung lebih ditekankan kepada pengelolaan resiko (management of risk). 2. Teknik Pengendalian Banjir • Sumber pencemar dominan yang mencemari sungai Brantas adalah sebagai berikut : a. Limbah industri Di WS Brantas terdapat 483 industri yang berpotensi membuang limbahnya yang berpengaruh langsung pada kualitas air sungai. b. Limbah domestik Limbah domestik (rumah tangga, hotel, restoran, dan lain-lain) adalah sumber yang paling besar memberikan kontribusi limbah pada WS Brantas yaitu sebesar 205 ton BOD/hari c. Limbah pertanian Sumber pencemar dari pertanian berasal dari sisa pestisida dan pupuk an-organik dan yang mengalir ke sungai bersama dengan sisa air irigasi. Pencemaran ini umumnya terjadi pada saat musim hujan. Dampak yang terjadi akibat limbah pertanian tersebut adalah terjadinya eutrofikasi perairan di waduk (terutama di Waduk Sutami). 3. Kualitas Air Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengendalian pencemaran di WS Brantas, antara lain: a. Pengendalian limbah domestik belum dilaksanakan, padahal berdasarkan penelitian beban pencemaran limbah domestik mencapai 62% dari total beban yang masuk sungai. b. Penegakan hukum terhadap pencemar masih lemah, karena masih mempertimbangan aspek sosial, ekonomi, kesempatan kerja dan lain sebagainya. c. Banyak industri yang kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)-nya lebih kecil dari limbah yang diproduksi, sehingga buangan limbahnya tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan. d. Pengendalian pencemaran air merupakan masalah yang kompleks, memerlukan dana besar dan waktu panjang serta memerlukan komitmen semua pihak yang berkepentingan. 4. Permasalahan dalam Pengendalian Pencemaran
  • 33. •Dalam rangka pengendalian pencemaran, perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkesinambungan, sehingga dari hasil pemantauan tersebut akan menghasilkan informasi kualitas air sungai Brantas dan sumber-sumber pencemar secara menyeluruh. 5. Pemantauan Kualitas Air di WS Brantas a. Sistem off-line Pemantauan kualitas air secara manual dilakukan pada: 51 lokasi titik pantau di sungai Brantas (termasuk di waduk), 53 lokasi titik pantau limbah industri, 10 lokasi titik pantau limbah domestik. b. Sistem on-line Peralatan yang digunakan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan informasi dengan komunikasi yang didukung 4 (empat) komponen utama, yaitu: - Data Acquisition Terdiri dari suatu jaringan stasiun pemantauan kualitas air yang dibangun di suatu area tertentu. - Data Transmission Merupakan perangkat komunikasi data serta media komunikasi data yang menghubungkan antara Master Station dengan stasiun pemantau kualitas air. Dalam hal ini media komunikasi data yang digunakan adalah saluran telepon. - Central Processing Station (Master Station) berfungsi sebagai pengolah data menjadi informasi dengan menampilkannya dalam beberapa struktur/model sesuai yang diinginkan. - Information Distribution Seluruh informasi hasil pengolahan dari Master Station dapat didistribusikan ke tempat lain, sehingga semua pihak yang berkepentingan dapat juga memperoleh informasi/data tersebut. Distribusi informasi/data dilakukan melalui internet. Sampai saat ini, dua puluh tiga (23) stasiun pemantauan kualitas air on-line/real time telah dibangun di WS Brantas. 6. Sistem Pemantauan
  • 34. Sistem informasi sumber daya air di WS Brantas pada saat ini belum dikelola secara terintegrasi. Informasi sumber daya air yang ada pada saat ini masih dikelola oleh masing-masing instansi yaitu: 1. Informasi kondisi hidrologis: Dinas PU Pengairan, PJT I, Balai PSDA, BBWS Brantas. 2. Informasi kualitas air: BAPEDAL, PJT I, PDAM Surabaya. 3. Informasi Hidrometeorologis: Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). 4. Informasi Hidrogeologis: Dinas ESDM, Dinas PU Pengairan. 5. Informasi kebijakan SDA dan lain-lain: Ditjen SDA Departemen PU, BBWS Brantas.
  • 35.  Dalam tahap perencanaan, masyarakat ikut berperan dalam pengambilan keputusan, melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Bentuk lain partisipasi masyarakat dalam perencanaan adalah penetapan alokasi air untuk masing-masing pemanfaat di WS Brantas yang terhimpun dalam wadah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas (TKPSDA) atau wadah koordinasi lainnya  Peran serta masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air di antaranya diwujudkan dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Dalam hal ini petani berperan serta dalam pemeliharaan saluran tersier baik dalam bentuk tenaga maupun biaya.
  • 36.
  • 37. Kawasan Andalan yang terdapat di WS Brantas dalam RTRW Propinsi Jawa Timur ditetapkan 3 (tiga) kawasan dengan sektor unggulan yaitu Sebagai berikut:
  • 38. Proyeksi kondisi sosial ekonomi 25 tahun ke depan mencakup proyeksi penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertanian, energi dan air bersih dapat dilihat pada tabel berikut:
  • 39. Ketersediaan air pada masing-masing DAS dan sub DAS dapat diketahui berdasarkan besaran debit air di setiap bangunan pengairan baik tahunan maupun harian. Perhitungan curah hujan maksimum tahunan kawasan sub DAS yang menggunakan metode poligon thiessen, dengan hasil sebagai berikut:
  • 40. Potensi air permukaan di WS Brantas pada saat ini 13,232 miliar m3, dimana dari potensi ini yang sudah termanfaatkan sekitar 5-6 miliar m3 untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, perkotaan dan industri, serta untuk pertanian irigasi dan perikanan tambak.
  • 41. WS Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS Brantas adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan kota di WS Brantas dapat dilihat pada tabel 3 disebelah.
  • 42.
  • 43.
  • 44. Strategi dalam melakukan pengelolaan SDA dimasa yang akan datang beserta tahapan dalam pelaksanaannya yang dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu :  Jangka Pendek (2006 – 2010)  Jangka Menengah (2011 – 2020)  Jangka Panjang (2021 – 2030) Dengan demikian dapat disusun beberapa Skenario pembangunan prasarana pengairan yang baru berdasarkan kondisi sebagai berikut : 1. Kondisi Ekonomi Kuat dilaksanakan usulan pembangunan prasarana pengairan yaitu Genteng I, Tugu, Beng, kedungwarak, Ketandan, Semantok, Kuncir, Babadan, Lesti III, Kepanjen, Lumbangsari, kesamben, Konto II. 2. Kondisi Ekonomi Sedang dilaksanakan usulan pembangunan Genteng I, Lesti III, Kesamben, Tugu, Kuncir, Kedung warak, Beng. - Kondisi ekonomi lemah dilaksanakan usulan pembangunan Genteng I dan Lesti III, Kesamben, Kedungwarak, Beng 3. Kondisi Ekonomi Lemah dilaksanakan usulan pembangunan Genteng I dan Lesti III, Kesamben, Kedungwarak, Beng
  • 45.
  • 46.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
  • 50.
  • 51.
  • 52.
  • 53.
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63.
  • 64.