SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
TUGAS PAPER
Administrasi Perpajakan

DOSEN PEMBIMBING
Sri Zuliarni, S.Sos, MBA

Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak

Disusun oleh :
Nama

: Aprizal Putra

NIM

: 1201120056

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
ADMINISTRASI BISNIS
2013
RIAU

1
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...............................................................................2

Bab II Pembahasan
2.1 Penjelasan Umum...........................................................................5

2.1.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 .........................................................6

2.1.2 Pajak Penghasilan Pasal 22 .........................................................7

2.1.3 Pajak Penghasilan Pasal 23 .........................................................10

2.2 Tarif Fiskal .....................................................................................11

Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................12

Daftar Pustaka ......................................................................................14
Situs Web ...............................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) nampaknya sudah mulai
populer dikalangan masyarakat seiring dengan gencarnya sosialisasi yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak mengenai kewajiban untuk memiliki
NPWP. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu
melalui iklan yang terkenal dengan slogan ―Punya penghasilan tapi tidak punya
NPWP? Apa kata dunia?‖
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
NPWP juga telah menjadi satu bahan pembicaraan setelah munculnya
program Sunset Policy oleh Dirjen Pajak. Dalam Undang-Undang KUP, pasal 1
NPWP dijelaskan sebagai berikut: Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Wajib Pajak (WP), berdasarkan pasal 2 UU KUP, yang telah memenuhi
persyaratan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Kepemilikan
NPWP sangat terkait dengan adanya subjek dan objek pajak. Sebagai karyawan
jika telah memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
tentunya telah memenuhi unsur subjek dan objek pajak.
Jika tidak memiliki NPWP, wajib pajak akan mengalami berbagai
kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan hal lain yang berkaitan
dengan NPWP. Beberapa kesulitan diantaranya adalah berupa sanksi kurungan
dan denda berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU KUP Tahun 2000, yang pada intinya
menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri,
atau menyalahgunakan, atau menggunakan NPWP tanpa hak, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara

3
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Selain itu, wajib pajak tidak memiliki identitas diri, apabila pada suatu
saat, kita (sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi) tidak lagi memperoleh atau
menerima penghasilan yang merupakan objek pajak, maka kita dapat mengajukan
permohonan pencabutan NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak tempat kita terdaftar,
wajib membayar fiscal pada saat akan berangkat ke Luar negeri, dan dibebankan
tariff pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki
NPWP.
Berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008
yang mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminasi tarif, dimana wajib pajak
orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak lebih
tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Diskriminasi
tersebut misalnya pembebanan tariff pajak PPh 20%

lebih tinggi jika

dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP.
Pemerintah juga akan mengenakan tarif pajak lebih besar kepada para
karya-wan/ pegawai yang belum memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Terhitung mulai 1 Januari 2009, Direktorat Jenderal Pajak akan mengenakan PPh
Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% dari tarif normal.
Aturan lain, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan tarif fiskal ke luar
negeri bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, naik menjadi Rp2,5 juta
untuk jalur udara dan Rp 1 juta untuk jalur laut. Tujuan Ditjen Pajak menaikkan
tarif fiskal tersebut adalah semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak (WP) dalam hal kepemilikan NPWP.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin lebih mengetahui
bagaimana sebenarnya pembebanan tarif pajak bagi wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Oleh karena itu penulis mengambil judul ―Tarif pajak bagi
Orang Pribadi atau Badan Non NPWP.‖
Adapun fungsi NPWP adalah :
1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan

2. Sebagai tanda pengenal diri dan identitas WP dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakan

4
3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan
4. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan

Mengingat fungsinya sebagai tanda pengenal diri, maka Orang Pribadi dan
Badan yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak wajib memiliki
NPWP. Dalam melakukan pendaftaran, dapat datang ke kantor pajak
setempat atau melui aplikasi internet yang disebut e-registration dengan
alamat www.pajak.go.id.
Selain fungsi tersebut, NPWP memiliki beberapa manfaat, antara lain
1. Kemudahan Pengurusan Administrasi, dalam :
a. Pengajuan Kredit Bank;
b. Pembuatan Rekening Koran (R/K) di Bank;
c. Pengajuan SIUP/TDP;
d. Pembayaran Pajak Final (PPh Final, BPHTB, dll);
e. Pembuatan Passport;
f. Mengikuti lelang di instansi pemerintah, BUMN/BUMD;
2. Kemudahan pelayanan perpajakan, termasuk dalam pengurusan Surat
Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKB FLN)
3. Kemudahan pengembalian pajak

Apa saja persyaratan untuk memiliki NPWP? Bagi WP Orang Pribadi :
Syaratnya hanya mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan fotocopi KTP
atau paspor. Sedangkan untuk WP Badan, syaratnya adalah mengisi formulir
pendaftaran dilampiri fotocopy akta pendirian dan fotocopy KTP salah satu
pengurus. Sebagai catatan, dalam pembuatan NPWP tidak dipungut biaya
apapun.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan Umum
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh
setiap orang pribadi atau badan yang memiliki penghasilan diatas batas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Wajib pajak dapat mendaptarkan diri ke
kantor pelayanan pajak tempat domisili yang bersangkutan atau melalui
pendaptaran via internet.
Adanya ketentuan perpajakan yang baru semakin mendorong agar
perorangan segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dengan
menawarkan manfaat tambahan apabila memiliki NPWP dan pemberian sanksi
kepada wajib pajak yang tidak memiliki NPWP.
Selain itu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
benar-benar akan ―memaksa‖ Wajib Pajak untuk memiliki NPWP. Beberapa
ketentuan dalam UU ini memberikan insentif dan disinsentif agar orang mau
secara sukarela memiliki NPWP. Salah satu ketentuan baru yang akan mendorong
orang pribadi untuk memiliki NPWP adalah adanya ketentuan tarif pemotongan
Pajak Penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan tarif normal.
Dengan adanya peraturan pemerintah yang baru berlaku tersebut,
masyarakat menjadi resah karena aturan pajak yang baru menyebutkan bahwa
tarif pajak untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Disisi lain, kerugian
bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pembayaran fiscal
ketika akan pergi ke Luar Negeri. Tujuan dari peraturan pemerintah tersebut
adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam hal
kepemilikan NPWP. Sehingga diharapkan pada tahun 2011 semua wajib pajak
(orang pribadi) yang wajib memiliki NPWP telah memiliki NPWP. Dengan
demikian kewajiban pembayaran fiscal untuk Indonesia dapat dihapuskan.
Diskriminsi tarif pajak bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP
yaitu pada Pajak Penghasilan (PPh). Tarif pemotongan pajak yang lebih tinggi ini
diterapkan pada pajak penghasilan (PPh) dimana terdapat perbedaan persentase

6
yang besar antara tarif pajak bagi wajib pajak yang memiliki NPWP dengan
dengan tarif pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP.
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak penghasilan (PPh) merupakan Pajak yang dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama 1 tahun pajak.
Undang – undang ini mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan.
Pada tahun 2008 DPR – RI menyetujui diberlakukannya Undang-Undang
Pajak Penghasilan baru yang merupakan perubahan ke empat atas Undang Undang Pajak Penghasilan No. 7/1983 yang terakhir telah diubah dengan Undang
– Undang No. 17/2000. Berdasarkan UU Pajak Penghasilan yang baru, yang
berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009, tarif pajak Orang Pribadi mengalami
perubahan, berubah tersebut menjadi sebagai berikut:
Besar penghasilan

Tarif

Sampai dengan Rp 50.000.000

5%

Rp 50.000.000 - Rp 250.000.000

15 %

Rp 250.000.000 - Rp 500.000.000

25 %

Di atas Rp 500.000.000

30 %

Namun selain mengubah tarif pajak, UU Pajak Penghasilan yang baru
memperkenalkan pembedaan perlakuan pajak bagi orang pribadi yang tidak
memiliki NPWP. Hal ini tercermin dalam pasal 21, pasal 22, dan pasal 23.
2.1.1 Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 mengatur tentang pembayaran pajak
dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Penghasilan yang dimaksud yaitu berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain.
Setelah mengalami perubahan sejak tahun 2008, dalam pasal 21 ayat (5A)
dijelaskan bahwa orang yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif Pajak
20% lebih tinggi dari tarif normal. Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) :

7
Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,-

5%

Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,-

15%

Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25%
Diatas Rp. 500.000.000,-

30%

Tarif Deviden

10%

Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21)

20% lebih tinggi dari
yang seharusnya

Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut

100% lebih tinggi

/potong(Untuk PPh Pasal 23)

dari yang seharusnya

Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP

Gratis

Agar tidak dikenakan tarif lebih tinggi ini, Wajib Pajak yang dipotong
harus dapat menunjukkan kepemilikan NPWP. Kepemilikan NPWP ini dapat
dibuktikan antara lain dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
Contoh penerapan tarif lebih tinggi Pasal 21 ayat 5A :
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00.
Jawab:
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP
adalah:
5% x Rp 50.000.000,00
15% x Rp 25.000.000,00

Rp 2.500.000,00
Rp 3.750.000,00

Rp 6.250.000,00
PPh yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp 50.000.000,00

Rp 3.000.000,00

15% x 120% x Rp 25.000.000,00

Rp 4.500.000,00
Rp 7.500.000,00

2.1.2 Pajak penghasilan Pasal 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 atau disingkat PPh Pasal 22 adalah salah satu
bentuk pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh

8
pihak lain terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap
kegiatan perdagangan barang. Titik pengenaannya ada yang dilakukan pada saat
penjualan ada pula pada saat pembelian. Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22
ini dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ―menguntungkan‖
sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan besar akan mengalami
keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak tersebut dikenakan
cicilan pembayaran Pajak Penghasilan.
Ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih sulit dibandingkan dengan ketentuan
tentang pemotongan PPh yang lain seperti PPh Pasal 23 ataupun PPh Pasal 21.
Hal ini disebabkan karena sangat bervariasinya objek, pemungut dan bahkan
tarifnya.
Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan cukai, atas impor barang
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat
maupun di tingkat Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang.
3. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan
atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4.
4. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau steel, PT
Pertamnina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang
dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN.
5. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok,
industri kertas, Industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya didalam negeri.
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas

9
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.
Tarif PPh Pasal 22
1. Atas impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5%
(dua setengah persen) dari nilai impor; yang tidak menggunakan API, sebesar
7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor; dan barang yang tidak dikuasai,
sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang;
2. Atas pembelian barang atau pembayaran yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun
di tingkat Daerah sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.
3. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah dengan dana yang bersumber dari belanja negara
(APBN) dan atau belanja daerah (APBD) sebesar 1,5% (satu setengah persen)
dari harga pembelian.
4. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), PT
Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG),
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau steel, PT Pertamnina,
dan bank-bank BUMN yang dananya bersumber dari APBN maupun nonAPBN sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian.
5. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri semen sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
6. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri rokok sebesar 0,15% dari Harga Bandrol dan bersifat final.
7. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri kertas sebesar 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
8. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri baja sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
9. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri otomotif sebesar 0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN

10
10. Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh
Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar
minyak jenis premix, super TT dan gas adalah sebagai berikut:
SPBU

Swastanisasi

SPBU

Pertamina

————————– —————————Premium

0,3%

dari

penjualan

0,25%

dari

penjualan

Solar

0,3%

dari

penjualan

0,25%

dari

penjualan

Premix/SuperTT

0,3%

dari

penjualan

0,25%

dari

penjualan

Minyak Tanah

0,3 %

dari

penjualan

11. Pasal 22 yang atas pembelian bahan-bahan oleh Industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor mereka adalah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
Tarif PPh Pasal 22 dan pasal 23 dikenakan lebih tinggi kepada Wajib
Pajak yang tidak memiliki NPWP. Nilainya malah lebih besar dibandingkan
dengan PPh Pasal 21 yaitu tarif lebih tinggi 100% atau dikenakan tarif dua kali
lipat. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 22 ayat (3) dan pasal 23(1A) undang –
undang baru.
2.1.3 Pajak Penghasilan(PPh) Final
PPh Final seperti PPh atas bunga deposito, PPh atas sewa tanah/bangunan,
PPh penjualan tanah/bangunan dll? Tidak dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (2)
tentang pengenaan tarif lebih tinggi bagi Wajib Pajak yang tidak ber NPWP.
Pengenaan PPh final Pasal 4 ayat (2) ini memang ketentuan tentang tarif, sifat dan
tatacaranya diatur oleh Peraturan Pemerintah. Nah, jika tidak ada perubahan atas
Peraturan Pemerintah yang sekarang berlaku, maka tidak ada pengenaan tarif yang
lebih tinggi dalam pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini.

11
2.2 Tarif fiskal
Peraturan lain yang ditetapkan dalam perpajakan adalah mengenai
kewajiban ongkos fiscal. Bagi wajib Pajak yang memiliki NPWP dibebaskan
ongkos piskal saat akan bertolak ke luar negeri. Sedangkan untuk yang tidak
memiliki NPWP dikenakan ongkos fiscal.
Ditjen Pajak telah menetapkan tarif fiskal bagi yang tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebesar Rp 2,5 juta untuk setiap orang yang
bepergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat udara. Sementara via
angkutan laut bagi yang tidak memiliki NPWP akan dikenai fiskal Rp 1 juta.
Pembayaran Fiskal Luar Negeri (FLN) itu merupakan pembayaran
angsuran Pajak Penghasilan (PPH) yang dapat dikreditkan terhadap PPH yang
terutang pada akhir tahun oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang
bersangkutan setelah memiliki NPWP.
Pengenaan fiskal naik 150% dibandingkan fiskal via angkutan udara yang
saat ini sebesar Rp 1 juta. Sementara untuk via angkutan laut, fiskal berarti naik
100% dari saat ini sebesar Rp 500 ribu.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh
setiap orang pribadi atau badan yang termasuk kedalam wajib pajak. Kewajiban
ini sangat ditekankan seiring dengan gencarnya sosialisasi pajak melalui berbagai
media. Tidak hanya itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak juga
semakin menunjukkan keseriusannya mengenai perpajakan. Hal ini terbukti
dengan adanya perbaikan – perbaikan system perpajakan beberapa tahun ini.
Salah satu perbaikan tersebut adanya perubahan undang – undang pajak
penghasilan yang diamandemen untuk keempat kalinya dan di sahkan pada tahun
2008. Perubahan ini membawa perubahan yang sangt besar karena ada perbedaan
tarif pajak antara wajib pajak/ orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dengan
wajib pajak yang memiliki NPWP.
Berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008
yang mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminasi tarif, dimana wajib pajak
orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak lebih
tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Diskriminasi
tersebut misalnya pembebanan tariff pajak PPh 20%

lebih tinggi jika

dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP.
Perubahan tersebut terjadi pada PPh pasal 21 yang mengatur tentang
pembayaran pajak orang pribadi selama tahun berjalan. Dimana orang pribadi
yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif pajak 20% lebih tinggi dari tarif
normal.
Tarif PPh Pasal 22 dan tarif PPh Pasal 23 juga dikenakan lebih tinggi
kepada Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP. Nilainya malah lebih besar
dibandingkan dengan PPh Pasal 21 yaitu tarif lebih tinggi 100% atau dikenakan
tarif dua kali lipat. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 22 ayat (3) dan Pasal 23 ayat
(1A) Undang-undang PPh baru.
Peraturan lain yang dikenakan kepada orang pribadi yang tidak memiliki
NPWP adalah kewajiban membayar ongkos Fiskal saat akan bertolak keluar

13
negeri. Orang pribadi diwajibkan membayar sebesar Rp 2.500.000 jika akan
bertolak keluar negeri melalui jalur udara. Sedangkan untuk jalur laut diwajibkan
membayar Rp 1.000.000,00.
Semua itu menunjukkan bahwa peran NPWP untuk wajib pajak di
Indonesia sangat penting. Sehingga wajib pajak diharuskan untuk memiliki
NPWP.

14
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2006. Perpajakan: Edisi Revisi 2006. Yogyakarta:CV ANDI
OFFSET.
Mardiasmo. 1991. Perpajakan:Cetakan keenan. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET.
Soemitro, Rochmat. 1993. Pajak Penghasilan. Bandung: PT. Eresco.

SITUS WEB
Budiyono dan Abdul Koni. 2009. Pajak untuk Non NPWP. [Tersedia]
www.infopajak.com (03 juni2010).
Rudi. 2008. Tarif Pajak Versi Undang – Undang Baru. [tersedia] www.klinikpajak.com ( 02 Juni2010).
Wahyudi, Dudi. 2008. Tarif Pemotongan Pajak Lebih Tinggi untuk Wajib Pajak
Non NPWP. [tersedia] www. Google.com (01 Juni 2010).
Wahyudi, Dudi. 2008. PPh Pasal 21 Baru. [Tersedia] www.Google.com (02 Juni
2010).

15

More Related Content

What's hot

What's hot (18)

KUP
KUPKUP
KUP
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki ArdoniOverview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
 
Perpajakan 2
Perpajakan 2Perpajakan 2
Perpajakan 2
 
Tugas perpajakan (dea)
Tugas perpajakan (dea)Tugas perpajakan (dea)
Tugas perpajakan (dea)
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi Irvan
 
Kup 2008
Kup 2008Kup 2008
Kup 2008
 
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 
Uu tax amnesty
Uu tax amnestyUu tax amnesty
Uu tax amnesty
 
Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
Sistematika Penyelesaian Sengketa PajakSistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
 
Makalah Hukum Pajak
Makalah Hukum PajakMakalah Hukum Pajak
Makalah Hukum Pajak
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
Dasar-dasar Perpajakan
Dasar-dasar PerpajakanDasar-dasar Perpajakan
Dasar-dasar Perpajakan
 
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
 
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena PajakNomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
 
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PajakPengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
 

Viewers also liked

Presentation kkg 1 kkm
Presentation kkg 1  kkmPresentation kkg 1  kkm
Presentation kkg 1 kkmwahidinnoor
 
Geography key assesment earthquakes
Geography key assesment earthquakesGeography key assesment earthquakes
Geography key assesment earthquakessbarker5
 
Nike the new fashion
Nike the new fashionNike the new fashion
Nike the new fashionsbarker5
 
Pigp presentation
Pigp presentationPigp presentation
Pigp presentationwahidinnoor
 
Nova era računarstva
Nova era računarstvaNova era računarstva
Nova era računarstvaIBMSMMA
 
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
Lecteur Media Et Autres Nouveautés defectivecommod16
 

Viewers also liked (8)

Presentation kkg 1 kkm
Presentation kkg 1  kkmPresentation kkg 1  kkm
Presentation kkg 1 kkm
 
Geography key assesment earthquakes
Geography key assesment earthquakesGeography key assesment earthquakes
Geography key assesment earthquakes
 
Iesba power point
Iesba power pointIesba power point
Iesba power point
 
Nike the new fashion
Nike the new fashionNike the new fashion
Nike the new fashion
 
Drugs
DrugsDrugs
Drugs
 
Pigp presentation
Pigp presentationPigp presentation
Pigp presentation
 
Nova era računarstva
Nova era računarstvaNova era računarstva
Nova era računarstva
 
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
Lecteur Media Et Autres Nouveautés
 

Similar to PAPER Adm perpajakan

PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptxPPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptxDonnyEmanuel
 
Sosialisasi pajak copy
Sosialisasi pajak   copySosialisasi pajak   copy
Sosialisasi pajak copysusanti daly
 
Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017
Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017
Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017Yulia Ramadiana
 
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajaknomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajakaulawendi
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKdevieaz
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi Irvandevieaz
 
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy mMateri Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy mJeniferKondolele
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanGuruh Agustinus
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakanNoviaIslan
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanGuruh Agustinus
 
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAKURGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAKiqbalkurniawan27
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianMulyana Natsir
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNLailyAnandaPG
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan IndonesiaBudi Septiawan
 
Buku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 uploadBuku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 uploadalverawaty
 

Similar to PAPER Adm perpajakan (20)

Intimakalah 121022010634-phpapp01
Intimakalah 121022010634-phpapp01Intimakalah 121022010634-phpapp01
Intimakalah 121022010634-phpapp01
 
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptxPPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
 
Prakom & pajak
Prakom & pajakPrakom & pajak
Prakom & pajak
 
Sosialisasi pajak copy
Sosialisasi pajak   copySosialisasi pajak   copy
Sosialisasi pajak copy
 
Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017
Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017
Yulia ramadiana, hapzi ali, sistem informasi manajemen, ut 2017
 
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajaknomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi Irvan
 
Pengembalian Pajak
Pengembalian PajakPengembalian Pajak
Pengembalian Pajak
 
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy mMateri Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
 
perpajakan_1.pptx
perpajakan_1.pptxperpajakan_1.pptx
perpajakan_1.pptx
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawan
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakan
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawan
 
Jel
JelJel
Jel
 
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAKURGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
 
Buku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 uploadBuku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 upload
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

PAPER Adm perpajakan

  • 1. TUGAS PAPER Administrasi Perpajakan DOSEN PEMBIMBING Sri Zuliarni, S.Sos, MBA Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Disusun oleh : Nama : Aprizal Putra NIM : 1201120056 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK ADMINISTRASI BISNIS 2013 RIAU 1
  • 2. DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ...............................................................................2 Bab II Pembahasan 2.1 Penjelasan Umum...........................................................................5 2.1.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 .........................................................6 2.1.2 Pajak Penghasilan Pasal 22 .........................................................7 2.1.3 Pajak Penghasilan Pasal 23 .........................................................10 2.2 Tarif Fiskal .....................................................................................11 Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan ......................................................................................12 Daftar Pustaka ......................................................................................14 Situs Web ...............................................................................................14 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) nampaknya sudah mulai populer dikalangan masyarakat seiring dengan gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak mengenai kewajiban untuk memiliki NPWP. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui iklan yang terkenal dengan slogan ―Punya penghasilan tapi tidak punya NPWP? Apa kata dunia?‖ Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. NPWP juga telah menjadi satu bahan pembicaraan setelah munculnya program Sunset Policy oleh Dirjen Pajak. Dalam Undang-Undang KUP, pasal 1 NPWP dijelaskan sebagai berikut: Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak (WP), berdasarkan pasal 2 UU KUP, yang telah memenuhi persyaratan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Kepemilikan NPWP sangat terkait dengan adanya subjek dan objek pajak. Sebagai karyawan jika telah memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tentunya telah memenuhi unsur subjek dan objek pajak. Jika tidak memiliki NPWP, wajib pajak akan mengalami berbagai kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan hal lain yang berkaitan dengan NPWP. Beberapa kesulitan diantaranya adalah berupa sanksi kurungan dan denda berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU KUP Tahun 2000, yang pada intinya menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan NPWP tanpa hak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara 3
  • 4. paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Selain itu, wajib pajak tidak memiliki identitas diri, apabila pada suatu saat, kita (sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi) tidak lagi memperoleh atau menerima penghasilan yang merupakan objek pajak, maka kita dapat mengajukan permohonan pencabutan NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak tempat kita terdaftar, wajib membayar fiscal pada saat akan berangkat ke Luar negeri, dan dibebankan tariff pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminasi tarif, dimana wajib pajak orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Diskriminasi tersebut misalnya pembebanan tariff pajak PPh 20% lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Pemerintah juga akan mengenakan tarif pajak lebih besar kepada para karya-wan/ pegawai yang belum memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) Terhitung mulai 1 Januari 2009, Direktorat Jenderal Pajak akan mengenakan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% dari tarif normal. Aturan lain, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan tarif fiskal ke luar negeri bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, naik menjadi Rp2,5 juta untuk jalur udara dan Rp 1 juta untuk jalur laut. Tujuan Ditjen Pajak menaikkan tarif fiskal tersebut adalah semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (WP) dalam hal kepemilikan NPWP. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin lebih mengetahui bagaimana sebenarnya pembebanan tarif pajak bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP. Oleh karena itu penulis mengambil judul ―Tarif pajak bagi Orang Pribadi atau Badan Non NPWP.‖ Adapun fungsi NPWP adalah : 1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan 2. Sebagai tanda pengenal diri dan identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan 4
  • 5. 3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan 4. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan Mengingat fungsinya sebagai tanda pengenal diri, maka Orang Pribadi dan Badan yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak wajib memiliki NPWP. Dalam melakukan pendaftaran, dapat datang ke kantor pajak setempat atau melui aplikasi internet yang disebut e-registration dengan alamat www.pajak.go.id. Selain fungsi tersebut, NPWP memiliki beberapa manfaat, antara lain 1. Kemudahan Pengurusan Administrasi, dalam : a. Pengajuan Kredit Bank; b. Pembuatan Rekening Koran (R/K) di Bank; c. Pengajuan SIUP/TDP; d. Pembayaran Pajak Final (PPh Final, BPHTB, dll); e. Pembuatan Passport; f. Mengikuti lelang di instansi pemerintah, BUMN/BUMD; 2. Kemudahan pelayanan perpajakan, termasuk dalam pengurusan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKB FLN) 3. Kemudahan pengembalian pajak Apa saja persyaratan untuk memiliki NPWP? Bagi WP Orang Pribadi : Syaratnya hanya mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan fotocopi KTP atau paspor. Sedangkan untuk WP Badan, syaratnya adalah mengisi formulir pendaftaran dilampiri fotocopy akta pendirian dan fotocopy KTP salah satu pengurus. Sebagai catatan, dalam pembuatan NPWP tidak dipungut biaya apapun. 5
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penjelasan Umum Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap orang pribadi atau badan yang memiliki penghasilan diatas batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Wajib pajak dapat mendaptarkan diri ke kantor pelayanan pajak tempat domisili yang bersangkutan atau melalui pendaptaran via internet. Adanya ketentuan perpajakan yang baru semakin mendorong agar perorangan segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dengan menawarkan manfaat tambahan apabila memiliki NPWP dan pemberian sanksi kepada wajib pajak yang tidak memiliki NPWP. Selain itu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 benar-benar akan ―memaksa‖ Wajib Pajak untuk memiliki NPWP. Beberapa ketentuan dalam UU ini memberikan insentif dan disinsentif agar orang mau secara sukarela memiliki NPWP. Salah satu ketentuan baru yang akan mendorong orang pribadi untuk memiliki NPWP adalah adanya ketentuan tarif pemotongan Pajak Penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan tarif normal. Dengan adanya peraturan pemerintah yang baru berlaku tersebut, masyarakat menjadi resah karena aturan pajak yang baru menyebutkan bahwa tarif pajak untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Disisi lain, kerugian bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pembayaran fiscal ketika akan pergi ke Luar Negeri. Tujuan dari peraturan pemerintah tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam hal kepemilikan NPWP. Sehingga diharapkan pada tahun 2011 semua wajib pajak (orang pribadi) yang wajib memiliki NPWP telah memiliki NPWP. Dengan demikian kewajiban pembayaran fiscal untuk Indonesia dapat dihapuskan. Diskriminsi tarif pajak bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP yaitu pada Pajak Penghasilan (PPh). Tarif pemotongan pajak yang lebih tinggi ini diterapkan pada pajak penghasilan (PPh) dimana terdapat perbedaan persentase 6
  • 7. yang besar antara tarif pajak bagi wajib pajak yang memiliki NPWP dengan dengan tarif pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP. Pajak Penghasilan (PPh) Pajak penghasilan (PPh) merupakan Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama 1 tahun pajak. Undang – undang ini mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan. Pada tahun 2008 DPR – RI menyetujui diberlakukannya Undang-Undang Pajak Penghasilan baru yang merupakan perubahan ke empat atas Undang Undang Pajak Penghasilan No. 7/1983 yang terakhir telah diubah dengan Undang – Undang No. 17/2000. Berdasarkan UU Pajak Penghasilan yang baru, yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009, tarif pajak Orang Pribadi mengalami perubahan, berubah tersebut menjadi sebagai berikut: Besar penghasilan Tarif Sampai dengan Rp 50.000.000 5% Rp 50.000.000 - Rp 250.000.000 15 % Rp 250.000.000 - Rp 500.000.000 25 % Di atas Rp 500.000.000 30 % Namun selain mengubah tarif pajak, UU Pajak Penghasilan yang baru memperkenalkan pembedaan perlakuan pajak bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP. Hal ini tercermin dalam pasal 21, pasal 22, dan pasal 23. 2.1.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Penghasilan yang dimaksud yaitu berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain. Setelah mengalami perubahan sejak tahun 2008, dalam pasal 21 ayat (5A) dijelaskan bahwa orang yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif Pajak 20% lebih tinggi dari tarif normal. Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) : 7
  • 8. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5% Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15% Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25% Diatas Rp. 500.000.000,- 30% Tarif Deviden 10% Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari yang seharusnya Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut 100% lebih tinggi /potong(Untuk PPh Pasal 23) dari yang seharusnya Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP Gratis Agar tidak dikenakan tarif lebih tinggi ini, Wajib Pajak yang dipotong harus dapat menunjukkan kepemilikan NPWP. Kepemilikan NPWP ini dapat dibuktikan antara lain dengan cara menunjukkan kartu NPWP. Contoh penerapan tarif lebih tinggi Pasal 21 ayat 5A : Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00. Jawab: Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP adalah: 5% x Rp 50.000.000,00 15% x Rp 25.000.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 3.750.000,00 Rp 6.250.000,00 PPh yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah: 5% x 120% x Rp 50.000.000,00 Rp 3.000.000,00 15% x 120% x Rp 25.000.000,00 Rp 4.500.000,00 Rp 7.500.000,00 2.1.2 Pajak penghasilan Pasal 22 Pajak Penghasilan Pasal 22 atau disingkat PPh Pasal 22 adalah salah satu bentuk pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh 8
  • 9. pihak lain terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan perdagangan barang. Titik pengenaannya ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat pembelian. Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ―menguntungkan‖ sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan besar akan mengalami keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak tersebut dikenakan cicilan pembayaran Pajak Penghasilan. Ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih sulit dibandingkan dengan ketentuan tentang pemotongan PPh yang lain seperti PPh Pasal 23 ataupun PPh Pasal 21. Hal ini disebabkan karena sangat bervariasinya objek, pemungut dan bahkan tarifnya. Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan cukai, atas impor barang 2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang. 3. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4. 4. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau steel, PT Pertamnina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN. 5. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok, industri kertas, Industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya didalam negeri. 6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas. 7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas 9
  • 10. pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul. Tarif PPh Pasal 22 1. Atas impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor; yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor; dan barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang; 2. Atas pembelian barang atau pembayaran yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat Daerah sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian. 3. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD) sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian. 4. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau steel, PT Pertamnina, dan bank-bank BUMN yang dananya bersumber dari APBN maupun nonAPBN sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian. 5. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN 6. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri rokok sebesar 0,15% dari Harga Bandrol dan bersifat final. 7. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri kertas sebesar 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN 8. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN 9. Atas penjualan semen oleh Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri otomotif sebesar 0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN 10
  • 11. 10. Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas adalah sebagai berikut: SPBU Swastanisasi SPBU Pertamina ————————– —————————Premium 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualan Solar 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualan Premix/SuperTT 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualan Minyak Tanah 0,3 % dari penjualan 11. Pasal 22 yang atas pembelian bahan-bahan oleh Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka adalah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN. Tarif PPh Pasal 22 dan pasal 23 dikenakan lebih tinggi kepada Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP. Nilainya malah lebih besar dibandingkan dengan PPh Pasal 21 yaitu tarif lebih tinggi 100% atau dikenakan tarif dua kali lipat. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 22 ayat (3) dan pasal 23(1A) undang – undang baru. 2.1.3 Pajak Penghasilan(PPh) Final PPh Final seperti PPh atas bunga deposito, PPh atas sewa tanah/bangunan, PPh penjualan tanah/bangunan dll? Tidak dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (2) tentang pengenaan tarif lebih tinggi bagi Wajib Pajak yang tidak ber NPWP. Pengenaan PPh final Pasal 4 ayat (2) ini memang ketentuan tentang tarif, sifat dan tatacaranya diatur oleh Peraturan Pemerintah. Nah, jika tidak ada perubahan atas Peraturan Pemerintah yang sekarang berlaku, maka tidak ada pengenaan tarif yang lebih tinggi dalam pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini. 11
  • 12. 2.2 Tarif fiskal Peraturan lain yang ditetapkan dalam perpajakan adalah mengenai kewajiban ongkos fiscal. Bagi wajib Pajak yang memiliki NPWP dibebaskan ongkos piskal saat akan bertolak ke luar negeri. Sedangkan untuk yang tidak memiliki NPWP dikenakan ongkos fiscal. Ditjen Pajak telah menetapkan tarif fiskal bagi yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebesar Rp 2,5 juta untuk setiap orang yang bepergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat udara. Sementara via angkutan laut bagi yang tidak memiliki NPWP akan dikenai fiskal Rp 1 juta. Pembayaran Fiskal Luar Negeri (FLN) itu merupakan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan (PPH) yang dapat dikreditkan terhadap PPH yang terutang pada akhir tahun oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang bersangkutan setelah memiliki NPWP. Pengenaan fiskal naik 150% dibandingkan fiskal via angkutan udara yang saat ini sebesar Rp 1 juta. Sementara untuk via angkutan laut, fiskal berarti naik 100% dari saat ini sebesar Rp 500 ribu. 12
  • 13. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap orang pribadi atau badan yang termasuk kedalam wajib pajak. Kewajiban ini sangat ditekankan seiring dengan gencarnya sosialisasi pajak melalui berbagai media. Tidak hanya itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak juga semakin menunjukkan keseriusannya mengenai perpajakan. Hal ini terbukti dengan adanya perbaikan – perbaikan system perpajakan beberapa tahun ini. Salah satu perbaikan tersebut adanya perubahan undang – undang pajak penghasilan yang diamandemen untuk keempat kalinya dan di sahkan pada tahun 2008. Perubahan ini membawa perubahan yang sangt besar karena ada perbedaan tarif pajak antara wajib pajak/ orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminasi tarif, dimana wajib pajak orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Diskriminasi tersebut misalnya pembebanan tariff pajak PPh 20% lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Perubahan tersebut terjadi pada PPh pasal 21 yang mengatur tentang pembayaran pajak orang pribadi selama tahun berjalan. Dimana orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif pajak 20% lebih tinggi dari tarif normal. Tarif PPh Pasal 22 dan tarif PPh Pasal 23 juga dikenakan lebih tinggi kepada Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP. Nilainya malah lebih besar dibandingkan dengan PPh Pasal 21 yaitu tarif lebih tinggi 100% atau dikenakan tarif dua kali lipat. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 22 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (1A) Undang-undang PPh baru. Peraturan lain yang dikenakan kepada orang pribadi yang tidak memiliki NPWP adalah kewajiban membayar ongkos Fiskal saat akan bertolak keluar 13
  • 14. negeri. Orang pribadi diwajibkan membayar sebesar Rp 2.500.000 jika akan bertolak keluar negeri melalui jalur udara. Sedangkan untuk jalur laut diwajibkan membayar Rp 1.000.000,00. Semua itu menunjukkan bahwa peran NPWP untuk wajib pajak di Indonesia sangat penting. Sehingga wajib pajak diharuskan untuk memiliki NPWP. 14
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo. 2006. Perpajakan: Edisi Revisi 2006. Yogyakarta:CV ANDI OFFSET. Mardiasmo. 1991. Perpajakan:Cetakan keenan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Soemitro, Rochmat. 1993. Pajak Penghasilan. Bandung: PT. Eresco. SITUS WEB Budiyono dan Abdul Koni. 2009. Pajak untuk Non NPWP. [Tersedia] www.infopajak.com (03 juni2010). Rudi. 2008. Tarif Pajak Versi Undang – Undang Baru. [tersedia] www.klinikpajak.com ( 02 Juni2010). Wahyudi, Dudi. 2008. Tarif Pemotongan Pajak Lebih Tinggi untuk Wajib Pajak Non NPWP. [tersedia] www. Google.com (01 Juni 2010). Wahyudi, Dudi. 2008. PPh Pasal 21 Baru. [Tersedia] www.Google.com (02 Juni 2010). 15