SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
          KARYAWAN
    Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah berhasil
menjaring 10 juta Wajib Pajak orang pribadi dan terus
bertambah. Salah satu upaya untuk menaikkan jumlah
 pembayar pajak adalah pemberian NPWP karyawan
                 melalui perusahaan.
Kewajiban Karyawan untuk Ber-
NPWP

  Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor l6 Tahun 2000 tentang Ketentuan
  Umum dan Tatacara Perpajakan (UU KUP), yang menyatakan:

  "Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
  Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
  Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. “

  Namun, khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi yang hanya berstatus sebagai
  karyawan, kewajiban memiliki NPWP tidak selalu timbul. Ada syarat khusus yang
  menjadi dasar kapan timbulnya kewajiban ber-NPWP. Hal ini, dinyatakan dalam
  Pasal 2 ayat (2) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001,
  yang menyebutkan:

   "WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila
  sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah
  melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri
  untuk memperoleh NPWP paling lambat pada akhir bulan berikutnya.“

  Jika seorang karyawan telah memenuhi ketentuan untuk memiliki NPWP namun
  tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, maka berdasarkan Pasal 2
  ayat (6) KEP-161/PJ./2001, karyawan tersebut bisa diberikan NPWP secara
  jabatan atau secara paksa.
Kiat Ditjen Pajak untuk menjaring Wajib Pajak karyawan dibuktikan
dengan diterbitkannya Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
338/PJ./2001 mengenai Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Karyawan.

Pokok-pokok keputusan tersebut adalah:
 Setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan
  wajib mendaftarkan diri dan kepadanya diberikan NPWP sesuai
  ketentuan yang berlaku;
 Pendaftaran NPWP bagi orang pribadi berstatus sebagai karyawan
  dapat dilakukan di KPP Domisili (sesuai dengan tempat tinggal
  karyawan) atau melalui KPP Lokasi (sesuai dengan tempat kegiatan
  usaha pemberi kerja atau bendaharawan);
 Kepala KPP dapat memberikan NPWP secara jabatan sesuai
  dengan ketentuan yang berlaku setelah dilakukan kegiatan
  pencarian data Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai
  Karyawan.
Kewajiban memiliki NPWP bagi karyawan dapat
dipahami.

    Misalnya saja. semakin besar penghasilan seseorang, akan semakin
    besar pula kecenderungannya untuk menabung atau diinvestasikan
    di sektor lainnya seperti saham, atau surat berharga sehingga dia
    mungkin memperoleh penghasilan di luar gaji yang diterimanya
    setiap bulan.

    Demikian pula halnya bila karyawan tersebut melakukan pengalihan
    atau penjualan harta seperti kendaraan atau properti pribadi
    miliknya. Dari sisi pajak, transaksi tersebut menimbulkan
    penghasilan yang merupakan Objek Pajak. Bila karyawan tersebut
    tidak memiliki NPWP, transaksi penjualan harta atau properti
    tersebut bisa jadi tidak termonitor oleh pajak. Itu sebabnya, sejak
    tahun 2001 pihak DJP mewajibkan orang pribadi termasuk juga
    karyawan untuk mendaftarkan diri guna memperoleh NPWP.

    Dalam rangka menjaring WP orang pribadi untuk memiliki NPWP,
    DJP telah menerbitkan perangkat peraturan yang mengatur tentang
    penerbitan NPWP secara jabatan yang dituangkan dalam Keputusan
    Dirjen Pajak Nomor KEP-144/PJ./2005. Dalam Pasal 2 Peraturan
    Dirjen Pajak tersebut dinyatakan bahwa pemberian NPWP secara
    jabatan oleh Kantor Pusat DJP dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
    berdasarkan data yang dimiliki oleh DJP memenuhi persyaratan
    untuk memperoleh NPWP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk
PTKP dan NPWP
 Kewajiban perpajakan orang pribadi yang tidak melakukan
 kegiatan usaha atau melakukan pekerjaan bebas timbul sejak
 orang pribadi tersebut secara kumulatif dalam satu Tahun
 Pajak menerima penghasilan di atas PTKP. Kondisi ini
 tentunya bergantung pada status orang pribadi karyawan
 tersebut, apakah telah berstatus kawin dengan tanggungan,
 kawin tanpa tanggungan atau berstatus lajang dengan atau
 tanpa tanggungan.

 Berikut ini batasan PTKP bagi karyawan untuk menentukan
 kapan harus sudah mendaftarkan diri untuk menerima NPWP
 mulai Tahun Pajak 2006 sesuai dengan PMK Nomor:
 137/PMK.03/2005.

 Khusus untuk wanita kawin yang bekerja dan tidak memiliki
 perjanjian pemisahan harta dengan suaminya, maka PTKP-
 nya adalah hanya untuk dirinya sendiri (TK/0). Wanita yang
 telah menikah dan tidak ada perjanjian pemisahan harta atau
 telah hidup berpisah (cerai), maka NPWP wanita tersebut
 mengikuti suaminya.
Tempat Pendafataran
NPWP
  Wajib Pajak orang pribadi karyawan pada prinsipnya
  dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke
  Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempatnya berdomisili
  atau bertempat tinggal. Namun demikian, dalam
  ketentuan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
  338/PJ./2001 disebutkan bahwa WP orang pribadi
  karyawan juga dapat mengajukan permohonan untuk
  memperoleh NPWP melalui KPP lokasi (KPP yang
  wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha
  Pemberi Kerja).

  Dalam pelaksanaannya, pendaftaran NPWP bagi
  karyawan melalui KPP pemberi kerja, melibatkan
  pemberi kerja terkait. Narnun, meskipun pendaftaran
  NPWP dilakukan melalui KPP lokasi pemberi kerja,
Tata Cara Pendaftaran NPWP Untuk
Karyawan

   Jika Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
   atas inisiatif sendiri, maupun dikarenakan himbauan dari KPP,
   berikut hal-hal yang harus Wajib Pajak lakukan, yaitu:

   Mendatangi KPP setempat dan menghubungi petugas di loket
   pendaftaran;
   Mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran yang telah
   disediakan;
   Melampirkan Fotokopi Kartu Wajib Pajak Penduduk bagi
   Penduduk Indonesia atau paspor di tambah surat keterangan
   tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-
   kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing;
   Apabila permohonan ditangani oleh orang lain, harus
   dilengkapi dengan surat kuasa khusus;
   Apabila mendaftarkan diri karena mendapat surat himbauan
   dari Kantor Pajak, sebaiknya Wajib Pajak melampirkan salinan
   surat himbauan tersebut.
Selain persyaratan di atas, ada baiknya bila Wajib Pajak juga menyiapkan surat
keterangan kerja dari tempat Wajib Pajak bekerja dan kartu keluarga Wajib Pajak.
Sebab terkadang ada juga petugas KPP yang meminta dokumen tersebut. Hal ini
biasanya untuk membuktikan status Wajib Pajak sebagai karyawan dan untuk
menentukan besarnya hak atas PTKP Wajib Pajak .

Ketentuan perpajakan menegaskan petugas KP sudah harus menerbitkan Surat
Keterangan Terdaftar dan kartu NPWP apabila seluruh dokumen telah lengkap, paling
lambat hari kerja berikutnya. Ditegaskan pula dalam ketentuan perpajakan pembuatan
NPWP tidak dipungut bayaran alias "GRATIS". Namun prakteknya bisa berbeda
tergantung KPP masing-rnasing.

Jika Wajib Pajak orang pribadi telah mengantungi kartu NPWP, sebaiknya Wajib Pajak
segera memberitahukan hal tersebut ke perusahaan atau personalia tempat Wajib
Pajak bekerja. Gunanya adalah agar NPWP Wajib Pajak dapat didokumentasikan
atau dicatat, dan dicantumkan dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21.
Memiliki NPWP tentunya melahirkan kewajiban perpajakan kepada karyawan terkait.
Bila Wajib Pajak sebagai karyawan hanya menerima penghasilan dari satu pemberi
kerja, maka kewajiban pajak yang melekat pada umumnya hanya meliputi kewajiban
untuk menyampaikan SPT Tahunan saja.

Dalam hal ini Wajib Pajak tidak perlu melakukan kewajiban pajak yang lain seperti
menghitung dan menyetorkan sendiri pajak atas gaji yang diterima setiap bulannya.
Selain itu Wajib Pajak juga tidak perlu membuat laporan (SPT Masa) ke KPP setiap
bulannya. Sebab, penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajak atas gaji tersebut
sudah dilakukan oleh perusahaan Wajib Pajak sebagai pemotong PPh Pasal 21.

Untuk karyawan yang hanya menerima penghasilan dari satu pemberi kerja,
kewajiban perpajakannya semata-mata hanya melaporkan SPT Tahunan saja dengan
menggunakan formulir pelaporan Form SPT 1770S. SPT Tahunan orang pribadi
SPT Tahunan bagi WPOP yang berstatus sebagai
karyawan merupakan SPT Tahunan yang paling
sederhana dari formulir SPT lainnya. Namun
demikian, dalam prakteknya masih banyak Wajib
Pajak yang mengalami kesulitan untuk mengisi Form
SPT 1770 S tersebut. Hal ini disebabkan
pengetahuan perpajakan WPOP yang belum
merata, bahkan mungkin belum mencukupi untuk
mengisi formulir SPT dengan baik.
Formulir 1770 S terdiri dari, formulir induk SPT dan 2 Formulir lampiran
SPT. Berikut deskripsi formulir induk dan lampiran Form SPT 1770 S :


  1. SPT Induk (Form SPT 1770 S)
    Lembar Induk SPT terdiri dari 2 halaman, yaitu:

     a. lembar ke-1 berisi mengenai Identitas WP
     dan       informasi mengenai Total penghasilan
     dan total pajak terutang;

     b. lembar ke-2 berisi informasi tentang
     penghasilan     yang telah dikenakan pajak
     secara Final, daftar lampiran    serta lembar
     pernyataan dan Wajib Pajak Tangan WP.
2. Lampiran I (Form SPT 1770 S)

     Lampiran ini berisi tentang rincian penghasilan neto & daftar
     pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, serta PPh yang
     Ditanggung Pemerintah. Lampiran ini terdiri dari 3 bagian,
     yaitu:

a. Penghasilan Neto Sehubungan Dengan Pekerjaan.

b.        Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya (Tidak
     Termasuk Penghasilan yang Telah Dikenakan PPh Bersifat
     Final); dan

c.        Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain
     dan PPh yang Ditanggung Pemerintah.
3. Lampiran II (Form SPT 1770 S)
    Formulir ini digunakan untuk melaporkan setiap harta dan kewajiban/utang pada akhir tahun
    pajak yang dimiliki WP sendiri, isteri, anak/anak angkat yang belum dewasa, kecuali harta dan
    kewajiban yang dimiliki isteri yang telah hidup berpisah dan yang melakukan perjanjian
    pemisahan harta dan penghasilan.

   Mengisi dan menyampaikan SPT PPh orang pribadi 1770S tentu saja membutuhkan waktu.
   Salah satu sebabnya, informasi yang terdapat di dalamnya erat kaitannya dengan pihak
   ketiga. Misalnya saja bukti potong PPh Pasal 21 (Form 1721AI) yang disiapkan oleh bagian
   payroll perusahaan. Tanpa bukti pemotongan ini, Wajib Pajak orang pribadi tidak berhak
   mengklaim kredit pajak, sehingga bisa timbul kurang bayar PPh orang pribadi.

   Untuk memudahkan pengisian SPT 1770S dan juga pengisian formulir SPT pada umumnya,
   sebaiknya Wajib Pajak mulai mengisi dari lampiran-lampirannya terlebih dahulu. Karena bila
   Wajib Pajak mulai mengisi dari halaman induk hal ini akan lebih menyulitkan. Hal lain yang
   juga harus Wajib Pajak lakukan adalah mempersiapkan data yang akan dimasukkan dalam
   formulir tersebut. Misalnya bukti pemotongan pajak dari pihak lain, formulir 1721-AI dari
   perusahaan tempat Wajib Pajak bekerja, daftar susunan keluarga, surat kuasa khusus, dan
   sebagainya.

   Jika Wajib Pajak orang pribadi bekerja pada lebih dari satu tempat, atau Wajib Pajak juga
   menerima penghasilan dari selain tempat Wajib Pajak bekerja (selain penghasilan dari usaha),
   Wajib Pajak juga harus melaporkan/menginformasikan penghasilan tersebut dalam SPT-nya.
   Sebelum Wajib Pajak memulai mengisi SPT, sebaiknya terlebih dahulu membaca buku
   petunjuk pengisian Form SPT 1770 S.

   Bila SPT Wajib Pajak telah selesai diisi, cek kembali lampiran SPT Wajib Pajak dan pastikan
   informasi yang Wajib Pajak sampaikan di dalamya telah benar. Agar SPT Wajib Pajak
Berikut ini tips bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali akan mengisi SPT Tahunan 1770 S:

   TIPS MENGISI SPT TAHUNAN 1770S
   1.  Siapkan data yang akan diisikan ke dalam Form 1770 S seperti kartu
       NPWP, Formulir 1721-A1 dan perusahaan pemberi kerja, Bukti
       pemotongan PPh dan sebagainya;

   2.   Mintalah Formulir 1721-A1 dari perusahaan pemberi kerja dan bukti
        pemotogan PPh dari pihak lain bila belum diterima;

   3.   Simpan dan arsipkan bukti-bukti pelunasan PPh dalam tahun berjalan
        dengan baik jika ada, jangan sampai ada yang hilang;

   4.   Pelajari UU PPh secara menyeluruh dan baca buku petunjuk pengisian
        SPT tahunan orang pribadi sebelum melakukan pengisian Form SPT
        1770 S;

   5.   Ikuti pelatihan pengisian SPT Tahunan PPh WPOP jika diperlukan;

   6.   Jika masih tidak yakin dengan pengisian SPT Wajib Pajak, mintalah
        nasehat kepada ahlinya (bisa aparat pajak atau konsultan pajak atau
        pihak lain yang mengerti).
Sanksi Tidak Menyampaikan SPT
   Ketentuan perpajakan, telah menggariskan saat terakhir Wajib Pajak
   orang pribadi dapat menyampaikan SPT Tahunannya. Sesuai
   dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
   161/PJ./2001, jangka waktu tersebut adalah paling lambat akhir
   bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak, Meskipun waktunya
   cukup lama (tiga bulan) persiapan pengisian SPT Wajib Pajak
   sebaiknya tidak ditunda-tunda. Sebab, jika Wajib Pajak terlambat
   menyampaikan SPT Tahunan 1770 S, ia akan dikenai sanksi
   administrasi atas keterlambatan tersebut sebesar Rp l00.000,00.

   Selain sanksi keterlambatan penyampaian SPT, masih ada sanksi
   lainnya berkaitan dengan SPT. Meskipun terlihat sepele, alpa
   menyampaikan SPT ternyata menimbulkan konsekuensi yang cukup
   berat. Begitu pula jika Wajib Pajak menyampaikan SPT tetapi isinya
   tidak benar, atau. tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
   sisinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan pada pendapatan
   negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
   dan acau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
   tidak atau kurang dibayar.
Hal tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 38 UU KUP, yang
menyatakan:

"Setiap orang yang karena kealpaannya:


a.    Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau


b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
   melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
     sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana
     kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak
     terutang yang tidak atau kurang dibayar. “


     Dan bila Wajib Pajak sengaja untuk tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau
     keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sehingga dapat menimbulkan kerugian
     pada pendapatan negara, ada pula sanksi lain yang harus dipikul. Sesuai dengan pasal 39 UU
     KUP sanksi yang akan Wajib Pajak terima adalah pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
     denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak ateu kurang dibayar.


     Sanksi-sanksi di atas tentunya bukan sanksi yang ringan. Karena itu, sebaiknya Wajib Pajak tidak
     menyepelekan kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan. Pastikan SPT yang Wajib Pajak
     sampaikan adalah SPT yang benar sesuai dengan keadaan Wajib Pajak dan jangan lupa untuk
     menyampaikannya tepat waktu.


     Setelah kita memiliki NPWP, hal yang sangat penting untuk kita perhatikan adalah apa saja hak
     dan kewajiban perpajakan yang timbul. Bila hal ini bisa kita pahami dengan baik, maka kita akan
THANK’S YOU

More Related Content

What's hot

Indonesian Tax
Indonesian Tax Indonesian Tax
Indonesian Tax myhasian
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakaniyandri tiluk wahyono
 
Dasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum PerpajakanDasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum PerpajakanFair Nurfachrizi
 
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - BadanS-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badanmateripenyuluhan
 
wajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwpwajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwpYan Chen
 
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )rizan kusuma
 
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriPPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriCatatan Ekstens
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususkaromah95
 
PPN Fasilitas
PPN   FasilitasPPN   Fasilitas
PPN Fasilitaskaromah95
 
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTNPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTsaidah2323
 
Penyuluhan PP 46 september 2013
Penyuluhan PP 46 september 2013Penyuluhan PP 46 september 2013
Penyuluhan PP 46 september 2013Tobagus Makmun
 
Cara Menghitung Pajak
Cara Menghitung PajakCara Menghitung Pajak
Cara Menghitung PajakBbe Mee
 
Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013
Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013
Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013mobi2
 
Penyuluhan bendahara
Penyuluhan bendaharaPenyuluhan bendahara
Penyuluhan bendaharakp2kppacitan
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakanisa93
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukankaromah95
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaARIEF DJUNAEDI
 

What's hot (20)

Indonesian Tax
Indonesian Tax Indonesian Tax
Indonesian Tax
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 
Dasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum PerpajakanDasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
Dasar Hukum Ketentuan Umum Perpajakan
 
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - BadanS-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
 
Bab3 pph
Bab3 pphBab3 pph
Bab3 pph
 
wajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwpwajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwp
 
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
Ketentuan Umum Perpajakan ( D1 Pajak STAN )
 
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriPPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khusus
 
PPN Fasilitas
PPN   FasilitasPPN   Fasilitas
PPN Fasilitas
 
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTNPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
 
Penyuluhan PP 46 september 2013
Penyuluhan PP 46 september 2013Penyuluhan PP 46 september 2013
Penyuluhan PP 46 september 2013
 
Cara Menghitung Pajak
Cara Menghitung PajakCara Menghitung Pajak
Cara Menghitung Pajak
 
Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013
Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013
Formulir pencabutan pengukuhan pkp per 20 2013
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
 
Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20
 
Penyuluhan bendahara
Penyuluhan bendaharaPenyuluhan bendahara
Penyuluhan bendahara
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajak
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukan
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
 

Viewers also liked

Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)
Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)
Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)Guruh Agustinus
 
Pungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka imporPungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka imporGuruh Agustinus
 
Pungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka imporPungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka imporGuruh Agustinus
 
Teknis Pemeriksaan Pabean
Teknis Pemeriksaan PabeanTeknis Pemeriksaan Pabean
Teknis Pemeriksaan PabeanGuruh Agustinus
 
Pengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk Dipakai
Pengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk DipakaiPengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk Dipakai
Pengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk DipakaiGuruh Agustinus
 
Pkk bab. iv. ppt
Pkk bab. iv. pptPkk bab. iv. ppt
Pkk bab. iv. pptMana Khansa
 
Analisis swot sd. ppt
Analisis swot sd. pptAnalisis swot sd. ppt
Analisis swot sd. pptMana Khansa
 

Viewers also liked (17)

Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)
Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)
Pengeluaran Tujuan Tempat penimbunan barang (TPB)
 
Pungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka imporPungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka impor
 
Slide rksp
Slide rkspSlide rksp
Slide rksp
 
Penagihan pajak kup
Penagihan pajak kupPenagihan pajak kup
Penagihan pajak kup
 
Pengantar kepabeanan
Pengantar kepabeananPengantar kepabeanan
Pengantar kepabeanan
 
Pungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka imporPungutan negara dalam rangka impor
Pungutan negara dalam rangka impor
 
Teknis Pemeriksaan Pabean
Teknis Pemeriksaan PabeanTeknis Pemeriksaan Pabean
Teknis Pemeriksaan Pabean
 
Pengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk Dipakai
Pengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk DipakaiPengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk Dipakai
Pengeluaran Barang Impor Dengan Tujuan Untuk Dipakai
 
Impor sementara
Impor sementaraImpor sementara
Impor sementara
 
Slide RKSP
Slide RKSPSlide RKSP
Slide RKSP
 
Impor sementara
Impor sementaraImpor sementara
Impor sementara
 
Pengantar nilai pabean
Pengantar nilai pabeanPengantar nilai pabean
Pengantar nilai pabean
 
Pengantar nilai pabean
Pengantar nilai pabeanPengantar nilai pabean
Pengantar nilai pabean
 
Pengantar kepabeanan
Pengantar kepabeananPengantar kepabeanan
Pengantar kepabeanan
 
Pkk bab. iv. ppt
Pkk bab. iv. pptPkk bab. iv. ppt
Pkk bab. iv. ppt
 
Barang penumpang KPBC
Barang penumpang KPBCBarang penumpang KPBC
Barang penumpang KPBC
 
Analisis swot sd. ppt
Analisis swot sd. pptAnalisis swot sd. ppt
Analisis swot sd. ppt
 

Similar to NPWP dan Kewajiban Perpajakan Karyawan

PPT Perpajakan I [TM2].pdf
PPT Perpajakan I [TM2].pdfPPT Perpajakan I [TM2].pdf
PPT Perpajakan I [TM2].pdfNurFaridSyahbana
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPAriza Ekky
 
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxPerpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxAtikaSitiAminah1
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan IndonesiaBudi Septiawan
 
Slide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxSlide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxRizanaAlia
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakanNoviaIslan
 
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajaknomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajakaulawendi
 
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptxPPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptxDonnyEmanuel
 
Materi Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiMateri Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiBayu Prasetyo
 
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptxPPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptxEridaniFernando
 
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy mMateri Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy mJeniferKondolele
 
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN Fazaekaputra
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktekhayatun nufus
 

Similar to NPWP dan Kewajiban Perpajakan Karyawan (20)

2_KUP A - NPWP.pptx
2_KUP A - NPWP.pptx2_KUP A - NPWP.pptx
2_KUP A - NPWP.pptx
 
PPT Perpajakan I [TM2].pdf
PPT Perpajakan I [TM2].pdfPPT Perpajakan I [TM2].pdf
PPT Perpajakan I [TM2].pdf
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
 
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxPerpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
 
Slide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxSlide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptx
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakan
 
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajaknomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak
 
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptxPPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
PPT_TENTANG_KUP_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WAJIB.pptx
 
pp
pppp
pp
 
Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
 
Materi Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiMateri Kup I Suwardi
Materi Kup I Suwardi
 
Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1
 
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptxPPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
 
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy mMateri Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
Materi Perpajakan hbhyg hhjkjknk hu nhgy m
 
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
 
PAPER Adm perpajakan
PAPER Adm perpajakanPAPER Adm perpajakan
PAPER Adm perpajakan
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktek
 
Npwp retno
Npwp retnoNpwp retno
Npwp retno
 

NPWP dan Kewajiban Perpajakan Karyawan

  • 1. KEWAJIBAN PERPAJAKAN KARYAWAN Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah berhasil menjaring 10 juta Wajib Pajak orang pribadi dan terus bertambah. Salah satu upaya untuk menaikkan jumlah pembayar pajak adalah pemberian NPWP karyawan melalui perusahaan.
  • 2. Kewajiban Karyawan untuk Ber- NPWP Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor l6 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (UU KUP), yang menyatakan: "Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. “ Namun, khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi yang hanya berstatus sebagai karyawan, kewajiban memiliki NPWP tidak selalu timbul. Ada syarat khusus yang menjadi dasar kapan timbulnya kewajiban ber-NPWP. Hal ini, dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (2) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001, yang menyebutkan: "WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat pada akhir bulan berikutnya.“ Jika seorang karyawan telah memenuhi ketentuan untuk memiliki NPWP namun tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, maka berdasarkan Pasal 2 ayat (6) KEP-161/PJ./2001, karyawan tersebut bisa diberikan NPWP secara jabatan atau secara paksa.
  • 3. Kiat Ditjen Pajak untuk menjaring Wajib Pajak karyawan dibuktikan dengan diterbitkannya Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP- 338/PJ./2001 mengenai Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Karyawan. Pokok-pokok keputusan tersebut adalah:  Setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan wajib mendaftarkan diri dan kepadanya diberikan NPWP sesuai ketentuan yang berlaku;  Pendaftaran NPWP bagi orang pribadi berstatus sebagai karyawan dapat dilakukan di KPP Domisili (sesuai dengan tempat tinggal karyawan) atau melalui KPP Lokasi (sesuai dengan tempat kegiatan usaha pemberi kerja atau bendaharawan);  Kepala KPP dapat memberikan NPWP secara jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku setelah dilakukan kegiatan pencarian data Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai Karyawan.
  • 4. Kewajiban memiliki NPWP bagi karyawan dapat dipahami. Misalnya saja. semakin besar penghasilan seseorang, akan semakin besar pula kecenderungannya untuk menabung atau diinvestasikan di sektor lainnya seperti saham, atau surat berharga sehingga dia mungkin memperoleh penghasilan di luar gaji yang diterimanya setiap bulan. Demikian pula halnya bila karyawan tersebut melakukan pengalihan atau penjualan harta seperti kendaraan atau properti pribadi miliknya. Dari sisi pajak, transaksi tersebut menimbulkan penghasilan yang merupakan Objek Pajak. Bila karyawan tersebut tidak memiliki NPWP, transaksi penjualan harta atau properti tersebut bisa jadi tidak termonitor oleh pajak. Itu sebabnya, sejak tahun 2001 pihak DJP mewajibkan orang pribadi termasuk juga karyawan untuk mendaftarkan diri guna memperoleh NPWP. Dalam rangka menjaring WP orang pribadi untuk memiliki NPWP, DJP telah menerbitkan perangkat peraturan yang mengatur tentang penerbitan NPWP secara jabatan yang dituangkan dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-144/PJ./2005. Dalam Pasal 2 Peraturan Dirjen Pajak tersebut dinyatakan bahwa pemberian NPWP secara jabatan oleh Kantor Pusat DJP dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan data yang dimiliki oleh DJP memenuhi persyaratan untuk memperoleh NPWP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk
  • 5. PTKP dan NPWP Kewajiban perpajakan orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau melakukan pekerjaan bebas timbul sejak orang pribadi tersebut secara kumulatif dalam satu Tahun Pajak menerima penghasilan di atas PTKP. Kondisi ini tentunya bergantung pada status orang pribadi karyawan tersebut, apakah telah berstatus kawin dengan tanggungan, kawin tanpa tanggungan atau berstatus lajang dengan atau tanpa tanggungan. Berikut ini batasan PTKP bagi karyawan untuk menentukan kapan harus sudah mendaftarkan diri untuk menerima NPWP mulai Tahun Pajak 2006 sesuai dengan PMK Nomor: 137/PMK.03/2005. Khusus untuk wanita kawin yang bekerja dan tidak memiliki perjanjian pemisahan harta dengan suaminya, maka PTKP- nya adalah hanya untuk dirinya sendiri (TK/0). Wanita yang telah menikah dan tidak ada perjanjian pemisahan harta atau telah hidup berpisah (cerai), maka NPWP wanita tersebut mengikuti suaminya.
  • 6. Tempat Pendafataran NPWP Wajib Pajak orang pribadi karyawan pada prinsipnya dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempatnya berdomisili atau bertempat tinggal. Namun demikian, dalam ketentuan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP- 338/PJ./2001 disebutkan bahwa WP orang pribadi karyawan juga dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP melalui KPP lokasi (KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Pemberi Kerja). Dalam pelaksanaannya, pendaftaran NPWP bagi karyawan melalui KPP pemberi kerja, melibatkan pemberi kerja terkait. Narnun, meskipun pendaftaran NPWP dilakukan melalui KPP lokasi pemberi kerja,
  • 7. Tata Cara Pendaftaran NPWP Untuk Karyawan Jika Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP atas inisiatif sendiri, maupun dikarenakan himbauan dari KPP, berikut hal-hal yang harus Wajib Pajak lakukan, yaitu: Mendatangi KPP setempat dan menghubungi petugas di loket pendaftaran; Mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran yang telah disediakan; Melampirkan Fotokopi Kartu Wajib Pajak Penduduk bagi Penduduk Indonesia atau paspor di tambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang- kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing; Apabila permohonan ditangani oleh orang lain, harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus; Apabila mendaftarkan diri karena mendapat surat himbauan dari Kantor Pajak, sebaiknya Wajib Pajak melampirkan salinan surat himbauan tersebut.
  • 8. Selain persyaratan di atas, ada baiknya bila Wajib Pajak juga menyiapkan surat keterangan kerja dari tempat Wajib Pajak bekerja dan kartu keluarga Wajib Pajak. Sebab terkadang ada juga petugas KPP yang meminta dokumen tersebut. Hal ini biasanya untuk membuktikan status Wajib Pajak sebagai karyawan dan untuk menentukan besarnya hak atas PTKP Wajib Pajak . Ketentuan perpajakan menegaskan petugas KP sudah harus menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan kartu NPWP apabila seluruh dokumen telah lengkap, paling lambat hari kerja berikutnya. Ditegaskan pula dalam ketentuan perpajakan pembuatan NPWP tidak dipungut bayaran alias "GRATIS". Namun prakteknya bisa berbeda tergantung KPP masing-rnasing. Jika Wajib Pajak orang pribadi telah mengantungi kartu NPWP, sebaiknya Wajib Pajak segera memberitahukan hal tersebut ke perusahaan atau personalia tempat Wajib Pajak bekerja. Gunanya adalah agar NPWP Wajib Pajak dapat didokumentasikan atau dicatat, dan dicantumkan dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21. Memiliki NPWP tentunya melahirkan kewajiban perpajakan kepada karyawan terkait. Bila Wajib Pajak sebagai karyawan hanya menerima penghasilan dari satu pemberi kerja, maka kewajiban pajak yang melekat pada umumnya hanya meliputi kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan saja. Dalam hal ini Wajib Pajak tidak perlu melakukan kewajiban pajak yang lain seperti menghitung dan menyetorkan sendiri pajak atas gaji yang diterima setiap bulannya. Selain itu Wajib Pajak juga tidak perlu membuat laporan (SPT Masa) ke KPP setiap bulannya. Sebab, penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajak atas gaji tersebut sudah dilakukan oleh perusahaan Wajib Pajak sebagai pemotong PPh Pasal 21. Untuk karyawan yang hanya menerima penghasilan dari satu pemberi kerja, kewajiban perpajakannya semata-mata hanya melaporkan SPT Tahunan saja dengan menggunakan formulir pelaporan Form SPT 1770S. SPT Tahunan orang pribadi
  • 9. SPT Tahunan bagi WPOP yang berstatus sebagai karyawan merupakan SPT Tahunan yang paling sederhana dari formulir SPT lainnya. Namun demikian, dalam prakteknya masih banyak Wajib Pajak yang mengalami kesulitan untuk mengisi Form SPT 1770 S tersebut. Hal ini disebabkan pengetahuan perpajakan WPOP yang belum merata, bahkan mungkin belum mencukupi untuk mengisi formulir SPT dengan baik.
  • 10. Formulir 1770 S terdiri dari, formulir induk SPT dan 2 Formulir lampiran SPT. Berikut deskripsi formulir induk dan lampiran Form SPT 1770 S : 1. SPT Induk (Form SPT 1770 S) Lembar Induk SPT terdiri dari 2 halaman, yaitu: a. lembar ke-1 berisi mengenai Identitas WP dan informasi mengenai Total penghasilan dan total pajak terutang; b. lembar ke-2 berisi informasi tentang penghasilan yang telah dikenakan pajak secara Final, daftar lampiran serta lembar pernyataan dan Wajib Pajak Tangan WP.
  • 11. 2. Lampiran I (Form SPT 1770 S) Lampiran ini berisi tentang rincian penghasilan neto & daftar pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, serta PPh yang Ditanggung Pemerintah. Lampiran ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: a. Penghasilan Neto Sehubungan Dengan Pekerjaan. b. Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya (Tidak Termasuk Penghasilan yang Telah Dikenakan PPh Bersifat Final); dan c. Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain dan PPh yang Ditanggung Pemerintah.
  • 12. 3. Lampiran II (Form SPT 1770 S) Formulir ini digunakan untuk melaporkan setiap harta dan kewajiban/utang pada akhir tahun pajak yang dimiliki WP sendiri, isteri, anak/anak angkat yang belum dewasa, kecuali harta dan kewajiban yang dimiliki isteri yang telah hidup berpisah dan yang melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Mengisi dan menyampaikan SPT PPh orang pribadi 1770S tentu saja membutuhkan waktu. Salah satu sebabnya, informasi yang terdapat di dalamnya erat kaitannya dengan pihak ketiga. Misalnya saja bukti potong PPh Pasal 21 (Form 1721AI) yang disiapkan oleh bagian payroll perusahaan. Tanpa bukti pemotongan ini, Wajib Pajak orang pribadi tidak berhak mengklaim kredit pajak, sehingga bisa timbul kurang bayar PPh orang pribadi. Untuk memudahkan pengisian SPT 1770S dan juga pengisian formulir SPT pada umumnya, sebaiknya Wajib Pajak mulai mengisi dari lampiran-lampirannya terlebih dahulu. Karena bila Wajib Pajak mulai mengisi dari halaman induk hal ini akan lebih menyulitkan. Hal lain yang juga harus Wajib Pajak lakukan adalah mempersiapkan data yang akan dimasukkan dalam formulir tersebut. Misalnya bukti pemotongan pajak dari pihak lain, formulir 1721-AI dari perusahaan tempat Wajib Pajak bekerja, daftar susunan keluarga, surat kuasa khusus, dan sebagainya. Jika Wajib Pajak orang pribadi bekerja pada lebih dari satu tempat, atau Wajib Pajak juga menerima penghasilan dari selain tempat Wajib Pajak bekerja (selain penghasilan dari usaha), Wajib Pajak juga harus melaporkan/menginformasikan penghasilan tersebut dalam SPT-nya. Sebelum Wajib Pajak memulai mengisi SPT, sebaiknya terlebih dahulu membaca buku petunjuk pengisian Form SPT 1770 S. Bila SPT Wajib Pajak telah selesai diisi, cek kembali lampiran SPT Wajib Pajak dan pastikan informasi yang Wajib Pajak sampaikan di dalamya telah benar. Agar SPT Wajib Pajak
  • 13. Berikut ini tips bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali akan mengisi SPT Tahunan 1770 S: TIPS MENGISI SPT TAHUNAN 1770S 1. Siapkan data yang akan diisikan ke dalam Form 1770 S seperti kartu NPWP, Formulir 1721-A1 dan perusahaan pemberi kerja, Bukti pemotongan PPh dan sebagainya; 2. Mintalah Formulir 1721-A1 dari perusahaan pemberi kerja dan bukti pemotogan PPh dari pihak lain bila belum diterima; 3. Simpan dan arsipkan bukti-bukti pelunasan PPh dalam tahun berjalan dengan baik jika ada, jangan sampai ada yang hilang; 4. Pelajari UU PPh secara menyeluruh dan baca buku petunjuk pengisian SPT tahunan orang pribadi sebelum melakukan pengisian Form SPT 1770 S; 5. Ikuti pelatihan pengisian SPT Tahunan PPh WPOP jika diperlukan; 6. Jika masih tidak yakin dengan pengisian SPT Wajib Pajak, mintalah nasehat kepada ahlinya (bisa aparat pajak atau konsultan pajak atau pihak lain yang mengerti).
  • 14. Sanksi Tidak Menyampaikan SPT Ketentuan perpajakan, telah menggariskan saat terakhir Wajib Pajak orang pribadi dapat menyampaikan SPT Tahunannya. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 161/PJ./2001, jangka waktu tersebut adalah paling lambat akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak, Meskipun waktunya cukup lama (tiga bulan) persiapan pengisian SPT Wajib Pajak sebaiknya tidak ditunda-tunda. Sebab, jika Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT Tahunan 1770 S, ia akan dikenai sanksi administrasi atas keterlambatan tersebut sebesar Rp l00.000,00. Selain sanksi keterlambatan penyampaian SPT, masih ada sanksi lainnya berkaitan dengan SPT. Meskipun terlihat sepele, alpa menyampaikan SPT ternyata menimbulkan konsekuensi yang cukup berat. Begitu pula jika Wajib Pajak menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar, atau. tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang sisinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan pada pendapatan negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan acau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
  • 15. Hal tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 38 UU KUP, yang menyatakan: "Setiap orang yang karena kealpaannya: a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. “ Dan bila Wajib Pajak sengaja untuk tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, ada pula sanksi lain yang harus dipikul. Sesuai dengan pasal 39 UU KUP sanksi yang akan Wajib Pajak terima adalah pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak ateu kurang dibayar. Sanksi-sanksi di atas tentunya bukan sanksi yang ringan. Karena itu, sebaiknya Wajib Pajak tidak menyepelekan kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan. Pastikan SPT yang Wajib Pajak sampaikan adalah SPT yang benar sesuai dengan keadaan Wajib Pajak dan jangan lupa untuk menyampaikannya tepat waktu. Setelah kita memiliki NPWP, hal yang sangat penting untuk kita perhatikan adalah apa saja hak dan kewajiban perpajakan yang timbul. Bila hal ini bisa kita pahami dengan baik, maka kita akan