2. Apa yang dimaksud
dengan
perkecambahan ?
• Perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio dan komponen-komponen biji yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh secara
normal menjadi tumbuhan baru.
4. Faktor apakah yang mempengaruhi
proses perkecambahan biji ?
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tingkat kemasakan benih
Ukuran benih
Hormon dan Enzim
Dormansi
Penghambat perkecambahan
Air
Temperatur
Oksigen
Cahaya
5. Kemasakan benih
• Benih yang dipanen sebelum tingkat
kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak
mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada
tingkatan tersebut benih belum memiliki
cadangan makanan yang cukup dan juga
pembentukan embrio yang belum sempurna.
6. Ukuran benih
• Di dalam jaringan penyimpanannya, benih
memiliki karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai
bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
perkecambahan. Diduga bahwa benih yang
berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan
dengan benih yang kecil, mungkin pula
embrionya lebih besar.
7. Dormansi
• Suatu benih dikatakan dorman apabila benih
itu sebenarnya viabel (hidup) tetapi tidak mau
berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan lingkungan yang memenuhi syarat
bagi perkecambahannya. Tipe dormansi pada
adalah after ripening.
8. Hormon
•
•
•
•
Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan,
adapula beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan. Fitohormon yang
berfungsi merangsang pertumbuhan perkecambahan antara lain : Auksin, yang berperan
untuk : Mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji.
Perendaman biji dengan auksin dapat membantu menaikkan kuantitas hasil panen serta
dapat memacu proses terbentuknya akar.
Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan.
Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan
yang berada di dalam endosperma. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka
terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang
selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Peran
giberelin diketahui mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase.
Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin untuk mematahkan dormansi
biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ.
Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain : Etilene, yang
berperan menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral. Adanya etilen dapat
menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin dalam jaringan. Meskipun begitu, pada
tanaman,etilene juga mampu menstimulasi perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil.
Asam absisat (ABA), yang bersifat menghambat perkecambahan dengan menstimulasi
dormansi benih. Selain itu, asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas.
9. Air
• Air salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan
benih. Fungsi air pada perkecambahan biji antara lain; Air yang diserap
oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan
pengembangan embrio dan endosperma hingga kulit biji pecah atau
robek. Air juga berfungsi sebagai fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji
melalui dinding sel yang di-imbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk ke
dalam sel secara difusi. Selain itu, air juga berguna untuk mengencerkan
protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis
dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan
pertumbuhan. Proses-proses tersebut tidak akan berjalan secara normal,
apabila protoplasma tidak mengandung air yang cukup. Air juga Sebagai
alat transportasi larutan makanan dari endosperma kepada titik tumbuh
pada embryonic axis, yang mana diperlukan untuk membentuk
protoplasma baru.
•
10. Temperatur
•
•
•
Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih.
Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk
perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level hydration minimum yang
bersifat khusus untuk perkecambahan.
Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda
yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis tersebut dikenal dengan
istilah suhu cardinal yang terdiri atas pertama, suhu minimum, yakni suhu terkecil
dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu
perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk kisaran suhu
minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih berada di tempat yang bersuhu rendah
seperti itu, maka kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap
tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan persentase biji yang
berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan
berlangsung. Temperatur ini merupakan temperatur yang menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 – 35oC.
Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu tertinggi dimana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu
maksimum umumnya berkisar antara 30 – 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya
mematikan biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji
menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
11. Oksigen
• Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya
oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya
proses perkecambahan benih.
• Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya.
Umumnya biji akan berkecambah pada kondisi udara yang
mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2 memiliki kemampuan untuk
berkecambah pada keadaan yang kurang oksigen. Biji dapat
berkecambah baik di tempat dengan kelembaban tinggi, bahkan
bisa berkecambah 4 – 5 cm di bawah permukaan air, hanya saja
yang lebih dahulu akan keluar bukan radikel melainkan plumulanya.
12. Cahaya
• Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol
oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun
darichromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka
pada cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang
sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi
sinar merah dan fitokrom infra merah yang mengabsorbsi sinar infra
merah.
• Bila pada benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, maka
fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang mana
menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan. Sebaliknya bila
diberikan cahaya infra merah, fitokrom infra merah akan berubah menjadi
fitokrom merah yang kemudian menimbulkan reaksi yang menghambat
perkecambahan. Dalam keadaan tanpa cahaya, dengan adanya oksigen
dan temperatur yang rendah, proses perubahan itu akan berlangsung
lambat. Pada keadaan di alam, cahaya merah mendominasi cahaya infra
merah sehingga pigmen fitokrom diubah ke bentuk fitokrom infra merah
yang aktif.