adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
Tujuan Syari'ah
1. LTM MPK Agama Islam Kelas Y
Tujuan Syari’ah Islam
Disusun oleh:
Nama : Ngabei Mangun Dirjo Kusumo
NPM : 1606139112
Program Studi : Ilmu Komputer
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS TUGU MULYA
TAHUN 2015
2. BAB I
PENDAHULUAN
Setiap peraturan mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh pembuatnya.
Jika kita meninjau tata aturan pada hukum positif, maka tujuan pembuatannya tidak
lain adalah ketentraman masyarakat, yaitu mengatur sebaik-baiknya dan menentukan
batas-batas hak dan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat dalam hubungannya
satu sama lain. Tujuan-tujuan yang bernilai tinggi dan abadi tidak menjadi perhatian
aturan-aturan pada hukum positif keculai hukum islam yang sudah menjadi hukum
positif.
Islam sebagai agama (wahyu) dari Allah Swt.. yang berdimensi rahmatan lil
al-alamin memberi pedoman hidup kepada manusia secara menyeluruh, menuju
tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan jasmani serta untuk mengatur tata
kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun bermasyarakat. Allah SWT.
menurunkan Islam sebagai agama untuk dijadikan pedoman hidup manusia agar
memperoleh kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat kelak. Selain mencapai
tujuannya yang lebih jauh itu, Islam diturunkan untuk melindungi banyak hal yang
menjadi kepentingan hidup.
Persepsi atas konsep hukum di luar Islam semata-mata menekankan pada sisi
kehidupan bermasyarakat. Sementara aturan yang berkaitan dengan sisi kehidupan
individu tidak dinamakan hukum melainkan disebut norma, budi pekerti, atau susila.
Alasannya, karena hukum sebagai produk dari hasil proses kehidupan manusia dalam
bermasyarakat.
3. BAB II
TUJUAN SYARIAH ISLAM
Syari’at menurut istilah adalah hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan
Allah Swt.. melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar
dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
Dalam mendapatkan petunjuk tersebut, diperlukan tujuan dari syari’ah islam. Tujuan
syari’ah islam yang paling utama adalah untuk membangun kehidupan manusia atas
dasar ma’rufat (kebaikan-kebaikan ) dan membersihkannya dari munkarat
(keburukan-keburukan).
1. Ma’rufat adalah nama untuk semua kebajikan atau sifat-sifat yang baik, yang
sepanjang masa telah diterima sebagai sesuatu yang baik oleh hati nurani
manusia.
Syari’ah Islam membagi ma’ruf itu dalam 3 kategori, yaitu :
a. Fardhu
Wajib adalah suatu amalan apabila diamalkan (dikerjakan) akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak diamalkan (ditinggalkan) akan mendapatkan dosa.
Wajib atau fardlu terbagi menjadi (2) dua bagian, yaitu :
Wajib 'Ain
Wajib 'Ain adalah Amalan yang harus dikerjakan oleh setiap orang
mukallaf. Misalnya, shalat lima kali dalam sehari semalam dan
menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.
Wajib Kifayah
Wajib Kifayah adalah amalan yang apabila sudah dikerjakan oleh
sebagian dari mukallaf, maka hilanglah kewajiban terhadap sebagian dari
mukallaf lainnya dan akan mendapatkan pahala bagi Mukallaf yang
mengerjakannya. Namun apabila di antara dari mukallaf tidak ada yang
4. mengerjakannya, maka seluruh Mukallaf akan mendapatkan dosa.
Misalnya, menyelesaikan jenazah dari mulai memandikannya sampai
mengkuburkannya.
b. Sunnah
Sunnah adalah suatu amalan yang apabila diamalkan (dikerjakan) akan
mendapatkan pahala dan apabila tidak diamalkan (ditinggalkan) tidak akan
mendapatkan dosa.
Sunnah juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
Sunnah Mu'akkad
Sunnah Mu'akkad adalah amalan yang dikuatkan "yang dianjurkan"
untuk dikerjakan. Karena Rasulullah SAW senantiasa mengerjakan dan
jarang meninggalkannya. Misalnya, shalat dua hari raya.
Sunnah Ghoiru Mu'akkad
Sunnah Ghoiru Mu'akkad adalah amalan sunnah yang tidak dikuatkan
"tidak dianjurkan" untuk dikerjakan. Karena Rasulullah SAW terkadang
menerjakannya dan terkadang meninggalkannya. Misalnya, puasa
sunnah.
c. Mubah
Mubah artinya boleh, yakni adalah sebuah status hukum terhadap suatu
aktivitas dalam dunia Islam. Aktivitas yang berstatus hukum Mubah boleh
untuk dilakukan, bahkan lebih condong kepada dianjurkan (bersifat perintah),
namun tidak ada janji berupa konsekuensi berupa pahala terhadapnya. Dengan
kata lain, Mubah yakni apabila dikerjakan tidak berpahala dan tidak berdosa,
jika ditinggalkanpun tidak berdosa dan tidak berpahala. Hukum ini cenderung
diterapkan pada perkara yang lebih bersifat keduniaan.
5. 2. Munkarat adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan yang sepanjang masa
telah dikutuk oleh watak manusia sebagai sesuatu yang jahat.
Syari’ah Islam membagi munkarat itu dalam 2 kategori, yaitu :
a. Haram.
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan
oleh umat muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan
mendapat dosa dan siksa di neraka kelak. Contohnya, bermain judi, minum
minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan
lain-lain.
b. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan
tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat
pahala dari Allah SWT.. Contohnya, posisi makan minum berdiri, merokok.
Dalam mencapai tujuan Syari’ah Islam yang lebih jauh, Islam diturunkan
untuk melindungi banyak hal yang menjadi kepentingan hidup. Tujuan tersebut
kemudian oleh para ulama dirumuskan menjadi lima butir. Dalam ilmu usul atau
fikih, kelima tujuan tersebut dikenal dengan istilah Daruriyatul Khams. Kelimanya
adalah memelihara agama, jiwa, keturunan, harta dan akal, serta lingkungan..
1. Memelihara Agama (Hifzh al-din)
Memelihara agama berarti menjaga Islam agar tetap suci, tidak bercampur
dengan ajaran-ajaran lain yang dapat merusaknya. Ajaran Rasulullah SAW. yang
disampaikan kepada umatnya, harus benar-benar dijaga agar tetap lestari.
Kewajiban orang beriman adalah menjaga agar ajaran Islam tidak tertukar antara
tauhid dan syirik, antara sunah dan bid’ah, antara taat dan maksiat. Untuk
6. menjaganya itu, Allah SWT. menurunkan sejumlah (syariat) sebagai benteng agar
agama tetap sempurna.
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-
jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Akan tetapi, untuk
terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lil’alamin, maka Allah
SWT. telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik
dan murtad. Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan
ditumpas.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.
Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.” (QS An-Nisaa [4]: 48).
2. Memelihara Jiwa (Hifzh al-nafsi)
Memelihara jiwa atau hifzhun nafsi adalah memelihara nyawa manusia.
Kaitannya dengan hal ini, syariat Islam banyak mengatur agar sesama manusia
saling menghormati, saling melindungi dan tidak saling menyakiti apalagi sampai
saling membunuh.
Tak hanya itu, syariat Islam juga memberikan tuntunan dalam mengambill
angkah hukum, seandainya terjadi tindakan yang dapat mengakibatkan hilangnya
nyawa seseorang. Sebab dalam Islam, nyawa menjadi bagian hak setiap orang
yang keberadaannya sangat dilindungi dan dihormati. Syariat Islam dengan tegas
melarang tindakan-tindakan yang dapt melukai apalagi sampai menghilangkan
nyawa orang.
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu,
diberlakukanlah hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum
7. pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang
yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah
menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang
akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:
“Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash
(pembalasan) pada orang-orang yang dibunuh…” (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani
karena para calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena
nyawanya sebagai taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang beriman akan
terpelihara.
3. Memelihara Keturunan (Hifzh al-nashli)
Tujuan syariat Islam berikutnya adalah memelihara keturunan. Untuk
mencapai tujuan ini, Syariat Islam mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, teruatama hubungan dengan lawan jenis. Hal itu kemudian
melahirkan aturan pernikahan, bahwa hubungan manusa dengan lawan jenis tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi ada ketentuan-ketentuan yang harus
diikuti.
Hal ini sangat berbeda dengan tradisi yang berlaku pada masa sebelum
Islam. Hubungan manusia dengan lawan jenis diatur dengan aturan yang sangat
merugikan salah satu pihak, baik laki-laki terutama pihak perempuan. Syariat
Islam hadir dengan tujuan agar manusia meiliki keturunan yang kehormatannya
terjaga, hak-haknya terpenuhi, demikian juga agamanya terjaga. Selain itu,
larangan berzina menjadi bagian syariat Islam yang Allah SWT. turunkan untuk
mencapai tujuan ini.
8. Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina.
Didalam Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan
siapa saja yang tidak boleh dinikahi. Syariat Islam akan menghukum dengan tegas
secara fisik (dengan cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang)
agar para pezina bertaubat Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 221).
4. Memelihara Harta dan Akal (Hifzh al-‘aqli)
Harta termasuk obyek dari syariat Islam yang benar-benar dilindungi.
Allah dan rasul-Nya dengan tegas menyebut bahwa harta seseorang haram bagi
orang lain. Hal itu mengakibatkan terlarangnya mengambil harta orang lain
dengan cara yang tidak sah. Perpindahan harta dari seseorang kepada orang lain
harus melalui transaksi yang jelas, yaitu transaksi yang dibenarkan Allah SWT.
Terkait dengan hal ini, lahirlah sejumlah aturan muamalah seperti jual beli,
pinjam meminjam, sewa, upah, gadai, mudharabah, dan lain sebagainya. Pada
saat yang sama, Allah SWT. dan Rasul-Nya secara tegas melarang praktik riba.
Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa
lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau
kaki. Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS
Al-Maidah [5]: 38).
9. Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan
tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang
mencuri dengan serta merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar
masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Dengan demikian Syariat
Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap
berbagai tindak pencurian.
Akal termasuk obyek dari syariat Islam yang benar- benar harus
dilindingi. Adapun untuk memelihara akal, syariat Islam memberkan sejumlah
aturan. Islam melarang beberapa hal yang dinilai dapat merusak akal. Hal itu
antara lain dengan lahirnya larangan meminum khamar atau minuman keras dan
sejenisnya, karena hal itu dapat merusak akal. Demikian juga dengan melihat
obyek yang termasuk pornografi dan pornoaksi yang dapat memicu rusaknya
akal.
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal
manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan
kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama
dalam memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan
judi. Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan
dan dosa perjudian. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:
“Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar
(minuman keras) dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar
dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari
manfaatnya.” (QS Al-Baqarah [2]: 219).
10. 5. Memelihara Lingkungan
Tujuan syariat Islam yang terakhir adalah memelihara lingkungan.
Lingkungan termasuk salah satu amanah yang Allah SWT titipkan kepada
manusia. titipan tersebut tentu saja harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
Lingkungan yang menjadi tempat hidup dan sumber kehidupan harus dijaga
dengan baik, agar dapat memberikan manfaat bagi manusia dan alam sekitar.
Itulah sebabnya dengan tegas Allah SWT melarang tindakan apapun yang dapat
merusak lingkungan.
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan syari’ah islam yang paling utama adalah untuk membangun
kehidupan manusia atas dasar ma’rufat (kebaikan-kebaikan) dan
membersihkannya dari munkarat (keburukan-keburukan). Ma’rufat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu fardhu, sunnah, dan mubah. Munkarat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu haram dan makruh. Dalam mencapai tujuan Syari’ah Islam
yang, Islam diturunkan untuk melindungi banyak hal yang menjadi kepentingan
hidup. Tujuan tersebut kemudian oleh para ulama dirumuskan menjadi lima butir.
Dalam ilmu usul atau fikih, kelima tujuan tersebut dikenal dengan istilah
Daruriyatul Khams. Tujuan tersebut di antara lain adalah, memelihara agama,
memelihara jiwa, memlihara keturunan, memilihara harta dan akal, serta
lingkungan.
B. Saran
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. yang diberikan akal dan pikiran,
kita diharuskan menjalankan syari’ah islam dengan sebagaimana aturan dan
hokum islam yang berlaku, dengan berpedoman pada al-qur’an dan hadist. Kita
diharuskan menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidup manusia secara
menyeluruh, agar dapat tercapai kebahagiaan hidup rohani dan jasmani,
memperoleh kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat kelak, serta untuk
mengatur tata kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun bermasyarakat.
12. Tujuan dari syari’ah islam yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu
diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.