SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Syari’ah Islam 
Secara bahasa syariah mempunya arti tempat keluarnya air minum. Menurut M. Ali 
At Tahanuwi syariah merupakan hukum Allah SWT yang ditetapkan untuk hamba -Nya yang 
disampaikan kepada para Nabi atau Rasul -Nya, baik yang berhubungan dengan amaliyah, 
hukum ini dimasukkan ke dalam ilmu fiqih, maupun hukum yang berhubungan dengan akidah 
dan dimasukkan ke dalam ilmu kalam atau tauhid.1 
Beberapa ayat al-Quran seperti as-Syura’ : 13 menyebutkan lafal syariah yang 
bermakna ad-din (agama) dalam makna totalitasnya yang mnunjukkan pengertian bahwa 
syariah Islam adalah jalan yang lurus, yang akan mengantarkan manusia pada keselamatan dan 
kesuksesannya di dunia dan di akhirat. 
Makna pertama adalah agama, yaitu apa-apa yang Allah tetapkan untuk hamba-hamba- 
Nya dan mengutus utusan dengan kitab-kitab untuk menyampaikannya dan untuk 
menunjukkan manusia kepada kebaikan akhlak, muamalah dan dalam hubungan dengan Sang 
Pencipta. dengan makna ini, syariah bermakna agama secara keseluruhan yang mencakup 
dasar dan bagian-bagiannya. 
Semula, syariah diartikan dengan agama, yang pada akhirnya ditujukan khusus 
untuk praktek agama. Penunnjukkan ini dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan 
syari’ah. Menurut Thabari, pemakaian kata syari’ah dikhususkan untuk hal-hal yang 
menyangkut kewajiban, sanksi hukum, perintah dan larangan. Ia tidak memasukkan akidah 
serta hikmah dan kesan keagamaan ke dalam syari’ah. Dalam perkembangan selanjutnya, kata 
syari’ah digunakan untuk menunjukkan hukum-hukum islam, baik yang ditetapkan langsung 
oleh Al-Qur’an dan sunnah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia. 2 
Sumber-Sumber Syariah 
 Al-Qur’an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan 
Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok. 
 Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian 
terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum. 
 Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al -Qur’an dan As-Sunnah untuk menetapkan 
hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. 
Klasifikasi Syariah 
Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 
 Wajib (Ijab), yaitu suatu ketentuan yang menurut pelaksanaannya, apabila dikerjakan 
mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. 
 Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila 
dikerjakan mendapat dosa. Contohnya : zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman 
keras, durhaka pada orang tua, dan lain-lain. 
 Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan mendapat pahala dan 
apabila ditinggalkan tidak berdosa. 
 Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan untuk ditinggalkannya suatu 
perbuatan; apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa. 
Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.3 
1 Tim MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), hal 36-37. 
2 Ibid, hal 37 
3 H. A. Qodri A.Azizy, Transformasi Fiqh dalam Hukum Nasional, membedah Peradilan Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm.99. 
Prinsip Syariah 
 Dilandasi iman ikhlas 
 Membentuk kesejahteraan manusia 
 Ketentuan pelaksanaannya diserahkan kepada manusia. 
Karakteristik Syariah 
 Bersifat rabbaniyah dan diniyyah 
 Mencerminkan kesucian syariah, dan rasa cinta dan penghargaan terhadapnya. 
 Menghormati dan mentaati hukum ijtihad dan peraturan negara. 
 Membentuk akhlak dan moral 
 Syariah memelihara hubungan masyarakat, menjaga nilai -nilai luhur masyarakat, dan 
manjujung tinggi nilai-nilai akhlak. 
 Bersifat realistis 
 Syariah diturunkan Allah sesuai kejadian yang dialami manusia, menetapkan qisha s bagi 
pembunuh secara sengaja, dan prinsip keadilan lainnya. Penerapan hukum secara 
bertahap dan berproses Misalnya mengenai haramnya hamr. 
Ruang Lingkup 
Syariah terdiri atas ibadah mahdhoh dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah 
terdiri atas: Syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Ibadah ghairu mahdhah terdiri atas 
hubungan manusia dengan manusia lain, dengan dirinya sendiri dan dengan alam sekitar. 
Ibadah ghairu mahdhah seperti: perkawinan, perwalian, warisan, wasiat, hibah, tijarah, 
perburuhan, koperasi, sewa menyewa, pinjam meminjam, pemerintahan, hubungan antar 
bangsa, dan hubungan antar golongan. 
Dalam menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan : 
 Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah menjauhi bid'ah (perkara yang diada - 
adakan) 
 Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa yang halal dan haram, maka Tinggalkan 
yang subhat (meragukan),ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan 
jangan bertele-tele. 
 Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia , dan menghendaki 
kemudahan. Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan diampuni 
Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan 
 Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syariah. Syariah 
harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf nahi munkar 
Perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah 
itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang 
termasuk dalam kategori Asas Syara’ dan perkara yang masuk dalam kategori Furu’ Syara’. 
 Asas Syara’ 
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al 
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari’at Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara’ 
dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara’. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh 
dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali 
dalam keadaandarurat. 
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang 
memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari’at Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau 
dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak 
diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan
keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali 
kepada ketentuan syari’at yang berlaku 
 Furu’ Syara’ 
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al 
Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari’at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat 
seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan 
atau perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. 
Perkara atau masalah yang masuk dalam furu’ syara’ ini juga disebut sebagai perkara 
ijtihadiyah. 
Dasar-Dasar Penetapan Syari’ah Islam 
Terdapat empat hal yang menjadi dasar penetapan hukum syariah, yaitu : 
 Tidak Memberatkan dan Tidak Banyaknya Beban. 
 Berangsur-angsur dalam Penentuan Hukum. 
 Sejalan dengan Kebaikan Orang Banyak. 
 Dasar Persamaan dan Keadilan. 
B. Pengertian Hukum Islam 
Menurut bahasa “hukm” berarti halangan, keputusan, dan pemisahan. Menurut 
istilah hukum didefinisikan secara berbeda oleh para ulama Sunni dan Mu’tazilah. Bagi ulama 
Sunni hukum ialah “titah Allah yang berkaitan dengan orang yang berakal dan dewasa melalui 
tuntutan (al-iqtidla’), pilihan (al-takhyir), dan penentuan sebab, syarat dan penghalang hukum 
(al-wadl’). Sedangkan menurut ulama Mu’tazilah “ sesuatu yang ditetapkan oleh Allah dalam 
bentuk perbuatan yang sesuai dengan apa yang ada dalam sifat akal, karena teks Al-Quran dan 
Al-Sunnah berfungsi sebagai pembuka rahasia hukum dan akal bebas untuk mendapatkannya. 
Oleh karena itu hukum islam adalah hukum perundang-undangan Islam.4 
Hukum islam adalah Kumpulan daya upaya para ahli hukum untuk menetapkan 
syari’at atas kebutuhan masyarakat. Istilah hukum islam walaupun berasal dari bahasa Arab 
yaitu terjemahan dari Fiqih Islam atau syari’at Islam yang bersumber kepada al -Qur’an As- 
Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabi’in. Hukum islam dihasilkan untuk mewujudkan 
kemaslahatan dan kemajuan umat.5 
Tujuan hukum islam adalah untuk memberikan kemaslahatan bagi manusia dan 
mencegah kemadharatan, mengarahkan kepada kebenaran, unutk menuju kebahagiaan dunia 
dan akhirat. 
Fungsi dan Tujuan 
 Menegakkan kemaslahatan dan menolak kemafsadatan. 
 Menyeimbangkan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat. 
 Menegakkan nilai-nilai kemasyarakatan 
Klasifikasi Hukum Islam 
1. Bidang Ibadah (Ritual) 
Kata ‘ibadah ( عبادة ) berasal dari tiga huruf asal, yaitu: ‘ain, ba’ dan dal. Dari ketiga 
huruf ini, lahir beberapa makna, antara lain: pengabdian, penyembahan, ketaatan, 
merendahkan diri dan doa. Makna-makna ini menunjukkan sikap dan perbuatan dari pihak 
4 Hasby ash Shiddieqy, 1974, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakrta, hlm. 44 
5 Hasby ash Shiddieqy, 1974, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakrta, hlm. 44 
paling rendah kepada pihak paling tinggi. Pihak paling rendah ini berada daalam kua sa pihak 
paling tinggi. Inilah gambaran dari kdudukan manusia dan makhluk lainnya yang berada dalam 
kuasa Allah عزوجل , Tuhan yang Maha kuasa karenanya, sangat tidak wajar bila manusia tidak 
tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan 
kepatuhan dan pengabdian tersebut. 
Menurut hukum islam, Ibadah dibagi dalam dua bentuk. Bentuk pertama adalah 
ibadah dalam pengertian yang luas. Dalam hal ini, sikap dang tindakan manusia ditunjukkan 
untuk tunduk kepada Allah SWT. Boleh jadi, mannusia berhubungan dengan sesama manusia, 
namun hubungan ini dimaksudkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. 
Bidang Mu’amalah (Sosial) Ada lima level kategori hukum islam dalam 
penerapannya. Pertama, hukum privat seperti hukum nikah, cerai, wakaf, dan sodaqoh. 
Kedua, aturan masalah ekonomi, seperti perbankan dan bisnis lainnya. Ketiga, praktik 
keagamaan dalam arena public seperti keharusan perempuan memakai jilbab, larangan 
minum alcohol, judi dan praktik kehidupan lain yang tidak sesuai dengan standar moral islam. 
Keempat, kriminal islam, seperti hudud. Kelima, menggunakan islam sebagai dasar Negara.6 
2. Bidang Mu’amalah (Sosial) 
Ada lima level kategori hukum Islam dalam penerapannya : 
a. Hukum Privat seperti hukum nikah, cerai, wakaf dan sodaqah. 
b. Aturan masalah ekonomi seperti perbankan, dan bisnis lainnya. 
c. Praktik keagamaan dalam arena publik seperti keharusan perempuan memakai jilbab, 
larangan minum alkohol, judi dan praktik kehidupan lain yang tidak sesuai dengan 
standar moral Islam. 
d. Kriminal Islam seperti hudud. 
e. Menggunakan Islam sebagai dasar negara. 
Selain hubungan manusia dengan Allah , manusia juga memiliki hubungan dengan 
makhluk Allah, hubungan ini disebut mu’amalah. Seperti hubungan antar manusia, hubungan 
manusia dengan hewan, hubungan manusia dengan tumbuh-tumbuhan serta alam semesta. 
Semua terfokus kepada manusia maka hukum Islam bersifat Antroposentris 7. 
Dibidang sosial hukum Islam juga memberikan petunjuk prinsip maupun teknis. Petunjuk 
prinsip bersifat universal , seperti keadilan, musyawarah, persamaan derajat dan sebagainya. 
Petunjuk teknis hanya dikemukakan untuk beberapa kasus seperti, pembagian harta pusaka, 
beberapa ketentuan dalam pernikahan, dan beberapa sanksi kasus pidana. 
C. Pengertian Fikih Islam 
Menurut bahasa kata Fiqh berarti “mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik”. 
Menurut para ulama seperti al-Jurjani “hukum-hukum syariat yang menyangkut praktek 
keagamaan (amaliyah) dengan dalil -dalilnya yang terperinci (tafshili).: 
Fikih tetap bukan hukum syariat. Fikih adalah hasil ijtihad yang dicapai oleh seseorang 
pakar dalam usahanya menemukan hukum Tuhan. Fikih merupakan intepretasi terhadap 
hukum syariat.Sifat intepretasi ini merupakan dugaan/hipotesis sehingga fikih bisa terikat 
6 Arseka Salim dan Azyumardi Azra (ed.), Shari’a and politics in Modern Indonesia (Singapore: ISEAS, 2003), hal 11. 
7 Tim MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 56
dengan situasi dan kondisi serta senantiasa berubah seiring dengan perubahan waktu dan 
tempat. 
Semua hukum yang terdapat dalam fiqih Islam kembali kepada empat sumber: 
1. Al-Qur’an : kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad untuk menyelamatkan 
manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ia adalah sumber pertama 
bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika kita menjumpai suatu permasalahan, maka pertamakali 
kita harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari hukumnya 
2. As-Sunnah : semua yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan atau 
persetujuan. 
3. Ijma’ : Kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat Muhammad SAW dari suatu generasi 
atas suatu hukum syar’i, dan jika sudah bersepakat ulama -ulama tersebut baik pada 
generasi sahabat atau sesudahnya akan suatu hukum syari’at maka kesepakatan mereka 
adalah ijma’, dan beramal dengan apa yang telah menjadi suatu ijma’ hukumnya wajib. Dan 
dalil akan hal tersebut sebagaimana yang dikabarkan Nabi shollallahu’alaihiwasallam, 
bahwa tidaklah umat ini akan berkumpul (bersepakat) dalam kesesatan, dan apa yang telah 
menjadi kesepakatan adalah hak (benar). 
4. Qiyas : Mencocokan perkara yang tidak didapatkan di dalamnya hukum syar’i dengan 
perkara lain yang memiliki nash yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan 
sebab/alasan antara keduanya. Pada qiyas inilah kita meruju’ apabila kita tidak 
mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al Qur’an, 
sunnah maupun ijma’. 
D. Hubungan antara Syari’ah, Fikih dan Hukum Islam 
Keterkaitan dari ketiganya adalah sama-sama memiliki hukum yang telah ditetapkan 
oleh Allah SWT pada bidang masing-masingnya. Tujuan dan pelaksanaannya adalah untuk 
bertauhid kepada Allah. 
Hal ini membuktikan Islam bukan saja mengatur aspek spiritual yaitu hubungan 
vertical manusia dengan tuhan saja yaitu beribadah. Akan tetapi, mencakup politik dan aspek 
duniawi. Aspek duniawi, tak bias di abaikan karena dari sanalah ahlaq itu timbul dan dapat 
dilihat. Ketika saudagar berniaga sesuai hukum muamalat. maka dari cara dia berdagang akan 
kelihatan ahlak muamalatnya. Artinya dia membawa Allah ditempat dia berniaga. 
Menempatkan syariat dalam fiqh dan bermua’amalat pun sangat penting. Karena, 
syariat adala sesuatu yang memang diperintahkan allah. Sedangkan dalam fiqh hanya 
memperjelas suatu pikiran dan mazhab tertentu. 
E. Peranan Akal dan Wahyu dalam Hukum Islam 
1. Wahyu Diatas Akal 
Perbandingan wahyu dan akal berarti perbandingan Allah dan manusia, tentu saja 
perbandingan yang tidak seimbang atau tidak bisa dibandingan sama sekali. Wahyu pasti 
benar (kebenaran mutlak), dan akal belum tentu benar (kebenaran relatif/nisbi). 
Wahyu itu tunggal sedangkan akal beragam, akal manusia berbeda antara satu 
dengan yang lain. Namun manusia selalu mencari kebenaran atas pemikirannya, semakin 
banyak dukungan dari akal yang lain maka posisi pemikiran tersebut semakin kuat, karena 
melibatkan manusia yang lain maka kebenaran ini disebut kebenaran sosiologis. 
Imam Syafi’i menyatakan bahwa Kebenaran itu tunggal (al-haqq wahid). 
2. Akal di Atas Wahyu 
Asumsi dasar peranan akal adalah kesejerahan manusia, peranan penting dalam 
perubahan sosial adalah akal manusia. Akal memiliki hukum logika dalam menemukan 
kebenaran hukum. Setidaknya ada empat teori kebenaran akal : 
a. Teori Korespondensi 
Sesuatu itu dianggap benar apabila sesuai dengan fakta atau realitas. 
b. Teori Koherensi 
Melihat kebenaran dari konsistensi suatu pernyataan dengan kebenaran sebelumnya. 
c. Teori Pragmatisme 
Memandang kemanfaatan sebagai ukuran kebenaran. 
d. Teori Performatif 
Suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. 
Kaum rasionalis menggunakan metode rasional untuk menjawab kasus hukum yang 
tidak ditemukan jawabannya dalam Al -Quran. Dengan begitu kaum rasionalis meyakini 
kebaikan dan keutamaan akal. Pemiki ran kaum diatas ridak lepas dari kelemahan yaitu 
relativitas kebenaran hukum. Semua orang berhak dianggap benar (kullu mujtahid mushib). 
3. Keseimbangan Akal dan Wahyu 
Dilihat dari sumbernya, akal dan wahyu sama-sama berasal dari Allah untuk menjadi 
pedoman hidup umat. Begitu pula, pemikiran akal juga merupakan ilham yang diberikan Allah 
kepada setiap manusia. Meski wahyu berada diatas akal, namun wahyu tidak menjelaskan 
semua kehidupan secara terperinci. Penjelasan terperinci ini merupakan wilayah akal. Wahyu 
tidak bisa dipahami tanpa peranan akal, tidak ada wahyu yang menyulitkan akal untuk 
memahaminya. Jika ada pernyataan wahyu yang dianggap tidak masuk akal, maka hal yang 
benar adalah akal belum mampu menjelaskannya. 
Kebenaran akal juga sulit dipercaya tanpa ada wahyu, tujuan dari kebenaran adalah 
kepercayaan. Asumsi diatas menunjukkan bahwa kedudukan wahyu dan akal adalah setara, 
saling membutuhkan satu sama lain dan keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah swt. 
Jadi keunggulan wahyu tergantung pada kejelasan maksud pernyataan wahyu. Semakin jelas 
suatu pernyataan, wahyu semakin unggul atas akal. Semakin samar suatu pernyataan akal 
dapat lebih dominan dibanding wahyu.

More Related Content

What's hot

SEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAM
SEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAMSEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAM
SEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAMAina Zambry
 
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULAMAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULAAmiruddin Ahmad
 
Chapter 3 syariah dalam kehidupan muslim
Chapter 3   syariah dalam kehidupan muslimChapter 3   syariah dalam kehidupan muslim
Chapter 3 syariah dalam kehidupan muslimFazd Alias
 
Perbezaan undang undang dan syariah islam
Perbezaan undang undang dan syariah islamPerbezaan undang undang dan syariah islam
Perbezaan undang undang dan syariah islamkuentiera
 
Ctu maqasid e4
Ctu maqasid e4Ctu maqasid e4
Ctu maqasid e4Piw Piww
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamNanda_khalisa
 
perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016
perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016
perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016HAWA Rahmat
 
Bab 2 Sumber Hukum Islam
Bab 2   Sumber Hukum IslamBab 2   Sumber Hukum Islam
Bab 2 Sumber Hukum IslamWanBK Leo
 
Konsep maslahah dalam syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakat
Konsep maslahah dalam  syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakatKonsep maslahah dalam  syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakat
Konsep maslahah dalam syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakatIeta Sa'ad
 
Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya
Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya
Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya Sakinah Saptu
 
Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4NaufalArdiana
 
Agama konsep syariah
Agama konsep syariahAgama konsep syariah
Agama konsep syariahsitinurhanna
 

What's hot (17)

SEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAM
SEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAMSEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAM
SEJARAH ZAMAN PERUNDANGAN ISLAM
 
Makalah hukum islam
Makalah hukum islamMakalah hukum islam
Makalah hukum islam
 
Islam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah IslamIslam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah Islam
 
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULAMAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
 
Chapter 3 syariah dalam kehidupan muslim
Chapter 3   syariah dalam kehidupan muslimChapter 3   syariah dalam kehidupan muslim
Chapter 3 syariah dalam kehidupan muslim
 
Perbezaan undang undang dan syariah islam
Perbezaan undang undang dan syariah islamPerbezaan undang undang dan syariah islam
Perbezaan undang undang dan syariah islam
 
Ctu maqasid e4
Ctu maqasid e4Ctu maqasid e4
Ctu maqasid e4
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
 
perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016
perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016
perbezaan maqasid dan wasail : syariah sem2 STPM 2016
 
Bab 2 Sumber Hukum Islam
Bab 2   Sumber Hukum IslamBab 2   Sumber Hukum Islam
Bab 2 Sumber Hukum Islam
 
Konsep maslahah dalam syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakat
Konsep maslahah dalam  syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakatKonsep maslahah dalam  syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakat
Konsep maslahah dalam syariat dan perlaksanaannya dalam masyarakat
 
Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya
Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya
Maqasid al-Quran: Satu Analisa terhadap berinteraksi dan Membudayakannya
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4
 
syariah islam Ltm 2
syariah islam Ltm 2 syariah islam Ltm 2
syariah islam Ltm 2
 
Masolih
MasolihMasolih
Masolih
 
Agama konsep syariah
Agama konsep syariahAgama konsep syariah
Agama konsep syariah
 

Viewers also liked (20)

MTM
MTMMTM
MTM
 
Relasi massa melalui media massa
Relasi massa melalui media massaRelasi massa melalui media massa
Relasi massa melalui media massa
 
Pert. 2 format radio.
Pert. 2 format radio.Pert. 2 format radio.
Pert. 2 format radio.
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
Jurnalistik tv
Jurnalistik tvJurnalistik tv
Jurnalistik tv
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pemikiran hukum
Pemikiran hukum Pemikiran hukum
Pemikiran hukum
 
Asbab al nuzul
Asbab al nuzulAsbab al nuzul
Asbab al nuzul
 
Ilmu qashashil qur an
Ilmu qashashil qur anIlmu qashashil qur an
Ilmu qashashil qur an
 
Al qur’an dan tafsir
Al qur’an dan tafsirAl qur’an dan tafsir
Al qur’an dan tafsir
 
LPJ (Beasisiwa Pemerintah Dinas Kabupaten Lamongan)
LPJ (Beasisiwa Pemerintah Dinas Kabupaten Lamongan)LPJ (Beasisiwa Pemerintah Dinas Kabupaten Lamongan)
LPJ (Beasisiwa Pemerintah Dinas Kabupaten Lamongan)
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
Akhlak Madzmumah
Akhlak MadzmumahAkhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah
 
Transisi TV Analog ke TV Digital
Transisi TV Analog ke TV DigitalTransisi TV Analog ke TV Digital
Transisi TV Analog ke TV Digital
 
Proses komunikasi verbal dan non verbal
Proses komunikasi verbal dan non verbalProses komunikasi verbal dan non verbal
Proses komunikasi verbal dan non verbal
 
BILLY THE PUPPET
BILLY THE PUPPETBILLY THE PUPPET
BILLY THE PUPPET
 
Eyesus(1)
Eyesus(1)Eyesus(1)
Eyesus(1)
 
China & the environment
China & the environmentChina & the environment
China & the environment
 
Nosferatu
NosferatuNosferatu
Nosferatu
 

Similar to Poto copian pemahaman studi hukum islam

Similar to Poto copian pemahaman studi hukum islam (20)

Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islam
 
Studi hukum islam kel.2hhhh
Studi hukum islam kel.2hhhhStudi hukum islam kel.2hhhh
Studi hukum islam kel.2hhhh
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Shi pemahaman hukum islam
Shi pemahaman hukum islamShi pemahaman hukum islam
Shi pemahaman hukum islam
 
Konsep hukum agama islam
Konsep hukum agama islamKonsep hukum agama islam
Konsep hukum agama islam
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Studi hukum islam
Studi hukum islamStudi hukum islam
Studi hukum islam
 
Studi hukum islam
Studi hukum islamStudi hukum islam
Studi hukum islam
 
PPT Bab 5
PPT Bab 5 PPT Bab 5
PPT Bab 5
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Aplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariahAplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariah
 
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikihHk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
 
Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X
 
Makalah karateristik islam
Makalah karateristik islamMakalah karateristik islam
Makalah karateristik islam
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
 
SUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAMSUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAM
 
Defenisi syari’ah
Defenisi syari’ahDefenisi syari’ah
Defenisi syari’ah
 
Makalah sumber hukum islam
Makalah sumber hukum islamMakalah sumber hukum islam
Makalah sumber hukum islam
 

More from Nur Alfiyatur Rochmah

tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif INur Alfiyatur Rochmah
 
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganSurat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganProgram kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganBiodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganData Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSAUntuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSANur Alfiyatur Rochmah
 
PPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audiencePPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audienceNur Alfiyatur Rochmah
 

More from Nur Alfiyatur Rochmah (20)

LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
 
Etikan dan Hukum dalam Media
Etikan dan Hukum dalam MediaEtikan dan Hukum dalam Media
Etikan dan Hukum dalam Media
 
Sejarah Desain Grafis
Sejarah Desain Grafis Sejarah Desain Grafis
Sejarah Desain Grafis
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
 
Lampiran untuk program kerja 2014
Lampiran untuk program kerja 2014Lampiran untuk program kerja 2014
Lampiran untuk program kerja 2014
 
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganSurat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Usulan penetapan inpassing
Usulan penetapan inpassingUsulan penetapan inpassing
Usulan penetapan inpassing
 
Lampiran surat keputusan (p)
Lampiran surat keputusan (p)Lampiran surat keputusan (p)
Lampiran surat keputusan (p)
 
Data verval
Data vervalData verval
Data verval
 
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganProgram kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganBiodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganData Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Macam macam definisi
Macam macam definisiMacam macam definisi
Macam macam definisi
 
Pernyataan dan proposisi
Pernyataan dan proposisiPernyataan dan proposisi
Pernyataan dan proposisi
 
Macam definisi
 Macam definisi Macam definisi
Macam definisi
 
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSAUntuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
 
PPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audiencePPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audience
 
Konsep audience
Konsep audienceKonsep audience
Konsep audience
 

Poto copian pemahaman studi hukum islam

  • 1. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Syari’ah Islam Secara bahasa syariah mempunya arti tempat keluarnya air minum. Menurut M. Ali At Tahanuwi syariah merupakan hukum Allah SWT yang ditetapkan untuk hamba -Nya yang disampaikan kepada para Nabi atau Rasul -Nya, baik yang berhubungan dengan amaliyah, hukum ini dimasukkan ke dalam ilmu fiqih, maupun hukum yang berhubungan dengan akidah dan dimasukkan ke dalam ilmu kalam atau tauhid.1 Beberapa ayat al-Quran seperti as-Syura’ : 13 menyebutkan lafal syariah yang bermakna ad-din (agama) dalam makna totalitasnya yang mnunjukkan pengertian bahwa syariah Islam adalah jalan yang lurus, yang akan mengantarkan manusia pada keselamatan dan kesuksesannya di dunia dan di akhirat. Makna pertama adalah agama, yaitu apa-apa yang Allah tetapkan untuk hamba-hamba- Nya dan mengutus utusan dengan kitab-kitab untuk menyampaikannya dan untuk menunjukkan manusia kepada kebaikan akhlak, muamalah dan dalam hubungan dengan Sang Pencipta. dengan makna ini, syariah bermakna agama secara keseluruhan yang mencakup dasar dan bagian-bagiannya. Semula, syariah diartikan dengan agama, yang pada akhirnya ditujukan khusus untuk praktek agama. Penunnjukkan ini dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan syari’ah. Menurut Thabari, pemakaian kata syari’ah dikhususkan untuk hal-hal yang menyangkut kewajiban, sanksi hukum, perintah dan larangan. Ia tidak memasukkan akidah serta hikmah dan kesan keagamaan ke dalam syari’ah. Dalam perkembangan selanjutnya, kata syari’ah digunakan untuk menunjukkan hukum-hukum islam, baik yang ditetapkan langsung oleh Al-Qur’an dan sunnah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia. 2 Sumber-Sumber Syariah  Al-Qur’an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.  Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum.  Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al -Qur’an dan As-Sunnah untuk menetapkan hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Klasifikasi Syariah Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :  Wajib (Ijab), yaitu suatu ketentuan yang menurut pelaksanaannya, apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.  Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan mendapat dosa. Contohnya : zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, durhaka pada orang tua, dan lain-lain.  Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.  Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan untuk ditinggalkannya suatu perbuatan; apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa. Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.3 1 Tim MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), hal 36-37. 2 Ibid, hal 37 3 H. A. Qodri A.Azizy, Transformasi Fiqh dalam Hukum Nasional, membedah Peradilan Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm.99. Prinsip Syariah  Dilandasi iman ikhlas  Membentuk kesejahteraan manusia  Ketentuan pelaksanaannya diserahkan kepada manusia. Karakteristik Syariah  Bersifat rabbaniyah dan diniyyah  Mencerminkan kesucian syariah, dan rasa cinta dan penghargaan terhadapnya.  Menghormati dan mentaati hukum ijtihad dan peraturan negara.  Membentuk akhlak dan moral  Syariah memelihara hubungan masyarakat, menjaga nilai -nilai luhur masyarakat, dan manjujung tinggi nilai-nilai akhlak.  Bersifat realistis  Syariah diturunkan Allah sesuai kejadian yang dialami manusia, menetapkan qisha s bagi pembunuh secara sengaja, dan prinsip keadilan lainnya. Penerapan hukum secara bertahap dan berproses Misalnya mengenai haramnya hamr. Ruang Lingkup Syariah terdiri atas ibadah mahdhoh dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah terdiri atas: Syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Ibadah ghairu mahdhah terdiri atas hubungan manusia dengan manusia lain, dengan dirinya sendiri dan dengan alam sekitar. Ibadah ghairu mahdhah seperti: perkawinan, perwalian, warisan, wasiat, hibah, tijarah, perburuhan, koperasi, sewa menyewa, pinjam meminjam, pemerintahan, hubungan antar bangsa, dan hubungan antar golongan. Dalam menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan :  Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah menjauhi bid'ah (perkara yang diada - adakan)  Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa yang halal dan haram, maka Tinggalkan yang subhat (meragukan),ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele.  Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia , dan menghendaki kemudahan. Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan  Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syariah. Syariah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf nahi munkar Perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara’ dan perkara yang masuk dalam kategori Furu’ Syara’.  Asas Syara’ Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari’at Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara’ dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara’. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaandarurat. Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari’at Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan
  • 2. keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syari’at yang berlaku  Furu’ Syara’ Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari’at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan atau perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu’ syara’ ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah. Dasar-Dasar Penetapan Syari’ah Islam Terdapat empat hal yang menjadi dasar penetapan hukum syariah, yaitu :  Tidak Memberatkan dan Tidak Banyaknya Beban.  Berangsur-angsur dalam Penentuan Hukum.  Sejalan dengan Kebaikan Orang Banyak.  Dasar Persamaan dan Keadilan. B. Pengertian Hukum Islam Menurut bahasa “hukm” berarti halangan, keputusan, dan pemisahan. Menurut istilah hukum didefinisikan secara berbeda oleh para ulama Sunni dan Mu’tazilah. Bagi ulama Sunni hukum ialah “titah Allah yang berkaitan dengan orang yang berakal dan dewasa melalui tuntutan (al-iqtidla’), pilihan (al-takhyir), dan penentuan sebab, syarat dan penghalang hukum (al-wadl’). Sedangkan menurut ulama Mu’tazilah “ sesuatu yang ditetapkan oleh Allah dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan apa yang ada dalam sifat akal, karena teks Al-Quran dan Al-Sunnah berfungsi sebagai pembuka rahasia hukum dan akal bebas untuk mendapatkannya. Oleh karena itu hukum islam adalah hukum perundang-undangan Islam.4 Hukum islam adalah Kumpulan daya upaya para ahli hukum untuk menetapkan syari’at atas kebutuhan masyarakat. Istilah hukum islam walaupun berasal dari bahasa Arab yaitu terjemahan dari Fiqih Islam atau syari’at Islam yang bersumber kepada al -Qur’an As- Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabi’in. Hukum islam dihasilkan untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemajuan umat.5 Tujuan hukum islam adalah untuk memberikan kemaslahatan bagi manusia dan mencegah kemadharatan, mengarahkan kepada kebenaran, unutk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Fungsi dan Tujuan  Menegakkan kemaslahatan dan menolak kemafsadatan.  Menyeimbangkan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat.  Menegakkan nilai-nilai kemasyarakatan Klasifikasi Hukum Islam 1. Bidang Ibadah (Ritual) Kata ‘ibadah ( عبادة ) berasal dari tiga huruf asal, yaitu: ‘ain, ba’ dan dal. Dari ketiga huruf ini, lahir beberapa makna, antara lain: pengabdian, penyembahan, ketaatan, merendahkan diri dan doa. Makna-makna ini menunjukkan sikap dan perbuatan dari pihak 4 Hasby ash Shiddieqy, 1974, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakrta, hlm. 44 5 Hasby ash Shiddieqy, 1974, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakrta, hlm. 44 paling rendah kepada pihak paling tinggi. Pihak paling rendah ini berada daalam kua sa pihak paling tinggi. Inilah gambaran dari kdudukan manusia dan makhluk lainnya yang berada dalam kuasa Allah عزوجل , Tuhan yang Maha kuasa karenanya, sangat tidak wajar bila manusia tidak tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan kepatuhan dan pengabdian tersebut. Menurut hukum islam, Ibadah dibagi dalam dua bentuk. Bentuk pertama adalah ibadah dalam pengertian yang luas. Dalam hal ini, sikap dang tindakan manusia ditunjukkan untuk tunduk kepada Allah SWT. Boleh jadi, mannusia berhubungan dengan sesama manusia, namun hubungan ini dimaksudkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Bidang Mu’amalah (Sosial) Ada lima level kategori hukum islam dalam penerapannya. Pertama, hukum privat seperti hukum nikah, cerai, wakaf, dan sodaqoh. Kedua, aturan masalah ekonomi, seperti perbankan dan bisnis lainnya. Ketiga, praktik keagamaan dalam arena public seperti keharusan perempuan memakai jilbab, larangan minum alcohol, judi dan praktik kehidupan lain yang tidak sesuai dengan standar moral islam. Keempat, kriminal islam, seperti hudud. Kelima, menggunakan islam sebagai dasar Negara.6 2. Bidang Mu’amalah (Sosial) Ada lima level kategori hukum Islam dalam penerapannya : a. Hukum Privat seperti hukum nikah, cerai, wakaf dan sodaqah. b. Aturan masalah ekonomi seperti perbankan, dan bisnis lainnya. c. Praktik keagamaan dalam arena publik seperti keharusan perempuan memakai jilbab, larangan minum alkohol, judi dan praktik kehidupan lain yang tidak sesuai dengan standar moral Islam. d. Kriminal Islam seperti hudud. e. Menggunakan Islam sebagai dasar negara. Selain hubungan manusia dengan Allah , manusia juga memiliki hubungan dengan makhluk Allah, hubungan ini disebut mu’amalah. Seperti hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan hewan, hubungan manusia dengan tumbuh-tumbuhan serta alam semesta. Semua terfokus kepada manusia maka hukum Islam bersifat Antroposentris 7. Dibidang sosial hukum Islam juga memberikan petunjuk prinsip maupun teknis. Petunjuk prinsip bersifat universal , seperti keadilan, musyawarah, persamaan derajat dan sebagainya. Petunjuk teknis hanya dikemukakan untuk beberapa kasus seperti, pembagian harta pusaka, beberapa ketentuan dalam pernikahan, dan beberapa sanksi kasus pidana. C. Pengertian Fikih Islam Menurut bahasa kata Fiqh berarti “mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik”. Menurut para ulama seperti al-Jurjani “hukum-hukum syariat yang menyangkut praktek keagamaan (amaliyah) dengan dalil -dalilnya yang terperinci (tafshili).: Fikih tetap bukan hukum syariat. Fikih adalah hasil ijtihad yang dicapai oleh seseorang pakar dalam usahanya menemukan hukum Tuhan. Fikih merupakan intepretasi terhadap hukum syariat.Sifat intepretasi ini merupakan dugaan/hipotesis sehingga fikih bisa terikat 6 Arseka Salim dan Azyumardi Azra (ed.), Shari’a and politics in Modern Indonesia (Singapore: ISEAS, 2003), hal 11. 7 Tim MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 56
  • 3. dengan situasi dan kondisi serta senantiasa berubah seiring dengan perubahan waktu dan tempat. Semua hukum yang terdapat dalam fiqih Islam kembali kepada empat sumber: 1. Al-Qur’an : kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ia adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika kita menjumpai suatu permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari hukumnya 2. As-Sunnah : semua yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan. 3. Ijma’ : Kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat Muhammad SAW dari suatu generasi atas suatu hukum syar’i, dan jika sudah bersepakat ulama -ulama tersebut baik pada generasi sahabat atau sesudahnya akan suatu hukum syari’at maka kesepakatan mereka adalah ijma’, dan beramal dengan apa yang telah menjadi suatu ijma’ hukumnya wajib. Dan dalil akan hal tersebut sebagaimana yang dikabarkan Nabi shollallahu’alaihiwasallam, bahwa tidaklah umat ini akan berkumpul (bersepakat) dalam kesesatan, dan apa yang telah menjadi kesepakatan adalah hak (benar). 4. Qiyas : Mencocokan perkara yang tidak didapatkan di dalamnya hukum syar’i dengan perkara lain yang memiliki nash yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan sebab/alasan antara keduanya. Pada qiyas inilah kita meruju’ apabila kita tidak mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al Qur’an, sunnah maupun ijma’. D. Hubungan antara Syari’ah, Fikih dan Hukum Islam Keterkaitan dari ketiganya adalah sama-sama memiliki hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada bidang masing-masingnya. Tujuan dan pelaksanaannya adalah untuk bertauhid kepada Allah. Hal ini membuktikan Islam bukan saja mengatur aspek spiritual yaitu hubungan vertical manusia dengan tuhan saja yaitu beribadah. Akan tetapi, mencakup politik dan aspek duniawi. Aspek duniawi, tak bias di abaikan karena dari sanalah ahlaq itu timbul dan dapat dilihat. Ketika saudagar berniaga sesuai hukum muamalat. maka dari cara dia berdagang akan kelihatan ahlak muamalatnya. Artinya dia membawa Allah ditempat dia berniaga. Menempatkan syariat dalam fiqh dan bermua’amalat pun sangat penting. Karena, syariat adala sesuatu yang memang diperintahkan allah. Sedangkan dalam fiqh hanya memperjelas suatu pikiran dan mazhab tertentu. E. Peranan Akal dan Wahyu dalam Hukum Islam 1. Wahyu Diatas Akal Perbandingan wahyu dan akal berarti perbandingan Allah dan manusia, tentu saja perbandingan yang tidak seimbang atau tidak bisa dibandingan sama sekali. Wahyu pasti benar (kebenaran mutlak), dan akal belum tentu benar (kebenaran relatif/nisbi). Wahyu itu tunggal sedangkan akal beragam, akal manusia berbeda antara satu dengan yang lain. Namun manusia selalu mencari kebenaran atas pemikirannya, semakin banyak dukungan dari akal yang lain maka posisi pemikiran tersebut semakin kuat, karena melibatkan manusia yang lain maka kebenaran ini disebut kebenaran sosiologis. Imam Syafi’i menyatakan bahwa Kebenaran itu tunggal (al-haqq wahid). 2. Akal di Atas Wahyu Asumsi dasar peranan akal adalah kesejerahan manusia, peranan penting dalam perubahan sosial adalah akal manusia. Akal memiliki hukum logika dalam menemukan kebenaran hukum. Setidaknya ada empat teori kebenaran akal : a. Teori Korespondensi Sesuatu itu dianggap benar apabila sesuai dengan fakta atau realitas. b. Teori Koherensi Melihat kebenaran dari konsistensi suatu pernyataan dengan kebenaran sebelumnya. c. Teori Pragmatisme Memandang kemanfaatan sebagai ukuran kebenaran. d. Teori Performatif Suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Kaum rasionalis menggunakan metode rasional untuk menjawab kasus hukum yang tidak ditemukan jawabannya dalam Al -Quran. Dengan begitu kaum rasionalis meyakini kebaikan dan keutamaan akal. Pemiki ran kaum diatas ridak lepas dari kelemahan yaitu relativitas kebenaran hukum. Semua orang berhak dianggap benar (kullu mujtahid mushib). 3. Keseimbangan Akal dan Wahyu Dilihat dari sumbernya, akal dan wahyu sama-sama berasal dari Allah untuk menjadi pedoman hidup umat. Begitu pula, pemikiran akal juga merupakan ilham yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Meski wahyu berada diatas akal, namun wahyu tidak menjelaskan semua kehidupan secara terperinci. Penjelasan terperinci ini merupakan wilayah akal. Wahyu tidak bisa dipahami tanpa peranan akal, tidak ada wahyu yang menyulitkan akal untuk memahaminya. Jika ada pernyataan wahyu yang dianggap tidak masuk akal, maka hal yang benar adalah akal belum mampu menjelaskannya. Kebenaran akal juga sulit dipercaya tanpa ada wahyu, tujuan dari kebenaran adalah kepercayaan. Asumsi diatas menunjukkan bahwa kedudukan wahyu dan akal adalah setara, saling membutuhkan satu sama lain dan keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah swt. Jadi keunggulan wahyu tergantung pada kejelasan maksud pernyataan wahyu. Semakin jelas suatu pernyataan, wahyu semakin unggul atas akal. Semakin samar suatu pernyataan akal dapat lebih dominan dibanding wahyu.